Kondisi kekinian pencetus gagasan (diperoleh dari bahan bacaan,
wawancara, observasi, imajinasi yang relevan); Kota besar di Indonesia yang rata-rata terletak di tepi air (waterfront cities) menampung sekitar 43% penduduk Indonesia. Laju urbanisasi yang cepat menyebabkan terjadinya kesenjangan antara kebutuhan tempat tinggal dan ketersediaan lahan di perkotaan. Banyaknya perumahan yang dibangun menyebabkan lahan resapan air banyak berkurang, dan menyebabkan berbagai masalah keberlanjutan di kota-kota tersebut seperti banjir. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia sekaligus kawasan strategis nasional yang juga merupakan waterfront cities. Tetapi Surabaya adalah salah kota yang sering menjadi langganan banjir saat musim hujan. Kondisi ini semakin parah karena kondisi topografi, sifat tanah, tingginya curah hujan, meningkatnya pasang naik, dan perubahan tata guna lahan yang ekstrim. Karena itu masalah banjir di Surabaya harus menjadi salah satu fokus perhatian bersama, baik dari pemerintah maupun dari warga Surabaya sendiri untuk keberlangsungan kota Surabaya kedepannya. Selain itu tingginya arus urbanisasi dan semakin pesatnya perkembangan kota Surabaya membuat jumlah kendaraan semakin bertambah setiap tahunnya. Banyaknya jumlah kendaraan yang tidak dibarengi dengan infrastruktur jalan yang memadai mebuat Surabaya kini menjadi langganan macet. Kota Surabaya memiliki Luas wilayah sebesar 350,54 Km2, dengan jumlah penduduk mencapai 2.719.859 jiwa (sumber : Ditjen PUM - Kementerian Dalam Negeri, 2013). Tentu saja hal ini menyebabkan Surabaya menjadi salah satu kota dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2008 jumlah kendaraan mobil dan sepeda motor masing-masing sebesar 244.435 unit dan 1.028.686 unit. Kemudian di tahun 2012, dalam kurun waktu empattahun, pertumbuhan mobil bertambah 40.349 unit(16,5%) menjadi 284.784 unit dan sepeda motor bertambah 373.504 unit (36,3%) menjadi 1.402.190 unit. Sedangkan di periode yang sama, pada tahun 2008 panjang jalan di Surabaya adalah 1.400 km. kemudian di tahun 2012 hanya meningkat 19,78% menjadi 1.677,05 km. Ketidak seimbangan antara prresentase pertumbuhan jalan dengan presentase pertumbuhan kendaraan bermotor menyebabkan kemacetan semakin parah setiap tahunnya.
Hal ini semakin diperparah dengan minimnya ketersediaan mode transportasi
umum untuk mengurangi jumlah pemakaian kendaraan pribadi agar kemacetan dapat dikurangi. Pemerintah kota Surabaya sudah merencanakan dua proyek transportasi massal, yakni monorel dan trem tetapi kini belum jelas perkembangannya. Selain itu pemkot Surabaya juga berencana untuk menambah ruas jalan di kota Surabaya tetapi hingga kini masih terkendala dengan pembebasan lahan. Solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan sebelumnya untuk memperbaiki keadaan pencetus gagasan; Untuk mengurangi kemacetan yang selalu terjadi di kota Surabaya, berbagai kebijakan dan alternatif telah direncanakan oleh pemerintahan Surabaya. Ada tiga rencana besar yang telah disiapkan, yakni Pengembangan Jaringan Jalan Utama, Surabaya Integrated Mass Rapid Transit (SMART),dan penataan dan penyediaan angkutan feeder dan trunk . 1. Pengembangan Jaringan Jalan Utama pemerintah kota merencanakan penyediaan jaringan jalan utama meliputi: Pembangunan Outer East Ring Road (OERR) Pembangunan Middle East Ring Road (MERR)(eksisting) Pembangunan Surabaya-Gempol Toll Rad(eksisting) Pembangunan Middle West Ring Road (MWRR Pembangunan Outer West Ring Road (OWRR) Pembangunan Waru-Juanda Toll Road (eksisting) Pembangunan Surabaya-Mojokerto Toll Road(eksisting) Pembangunan Surabaya-Gresik Toll Road(eksisting). Selain itu, pemerintah juga sedang merampungkan Frontage Road Ahmad Yani sebagai upaya untuk optimalisasi jalan Ahmad Yani.
2. Surabaya Integrated Mass Rapid Transit (SMART),
Monorel : Jumlah stasiun monorail yang direncanakan berjumlah tiga
stasiun yaitu di Joyoboyo, Keputran, dan KejawenPutih. Sedangkan jumlah halte yang direncanakan berjumlah 25 halte. Tram : Jumlah stasiun tram yang direncanakan berjumlah dua stasiun yaitu di Joyoboyo dan Perak. Sedangkan jumlah halte yang direncanakan berjumlah 26 halte. Adapun headway dirancang sama dengan monrail yaitu minimum dua menit dan maksimum 20 menit
Namun , Untuk menjalankan rencana pembangunan SMART ini juga banyak
mengalami permasalahan. Salah satunya masalah pendanaannya, seperti yang disampaikan di nasional.kompas.com, Risma sama sekali mengesampingkan kereta monorel seperti di Kuala Lumpur, Malaysia. Proyek sejenis dicoba dibangun di Jakarta dan akhirnya terhenti di tengah jalan karena ketidakjelasan pendanaan. Jakarta yang lebih kaya dari Surabaya saja tidak bisa meneruskan monorel, tuturnya. Untuk melakukan investasi transportasi massal mencapai Rp 8,6 triliun. Hal ini menyebabkan keraguan pada investor untuk menjadi partner pemerinatah. Selain itu permasalahanlainnya adalah penentuan harga tiket yang tanpa subsidi memerlukan biaya mencapai Rp 9.000,00 Rp 10.000,00 untuk sekali perjalanan, harga ini tidak sesuai dengan daya beli penduduk Kota Surabaya Seberapa jauh kondisi kekinian pencetus gagasan dapat diperbaiki melalui gagasan yang diajukan;
Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikan
gagasan dan uraian peran atau kontribusi masing-masingnya; dan Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan sehingga tujuan atau perbaikan yang diharapkan dapat tercapai.