Anda di halaman 1dari 128

TESIS

ANALISIS KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA
(BPMPD) KOTA DENPASAR DALAM
PENGELOLAAN BANTUAN KELURAHAN

A.A. GDE AGUNG ARICAHYA

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

TESIS

ANALISIS KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA
(BPMPD) KOTA DENPASAR DALAM
PENGELOLAAN BANTUAN KELURAHAN

A.A. GDE AGUNG ARICAHYA


NIM : 1291461025

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
i

ANALISIS KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


DAN PEMERINTAHAN DESA (BPMPD) KOTA DENPASAR DALAM
PENGELOLAAN BANTUAN KELURAHAN

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister


Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Ekonomi
Program Pascasarjana Universitas Udayana

ANAK AGUNG GDE AGUNG ARICAHYA


NIM 1291461025

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL 12 JANUARI 2015

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS


NIP. 19540429 198303 1 002

Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE.,MP


NIP. 19600706 198601 2 001

Mengetahui
Ketua Program Studi
Magister Ilmu Ekonomi
Progran Pascasarjana
Universitas Udayana

Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,

Prof.Dr.Nyoman Djinar Setiawina,SE,MS


NIP.19530730 198303 1 001

Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S(K).
NIP. 19590215 198510 2 001

iii

Tesis Ini Telah Diuji pada


Tanggal 12 Januari 2015
Panitia Penguji Tesis, berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Nomor : 4526/UN.14.4/HK/2014
Tanggal : 31 Desember 2014

Ketua

: Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS

Anggota

1. Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE., MP


2. Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS
3. Dr. Ketut Djayastra, SE., SU
4. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., Msi

iv

Surat Pernyataan Bebas Plagiat


Yang bertanda tanngan di bawah ini :
Nama

: Anak Agungg Gde Agung Aricahya

NIM.

: 1291461025

Program Studi

: Magister Ilmi Ekonomi

Judul Tesis

: Analisis Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan


Pemerintahan

Desa

(BPMPD)

Kota

Denpasar

Dalam

Pengelolaan Bantuan Kelurahan


Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti palgiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar,

Januari 2015

Hormat saya,

Anak Agung Gde Agung Aricahya


NIP. 1291461025

UCAPAN TERIMA KASIH


Berkat Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul Analisis Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa (BPMPD) Kota Denpasar Dalam Pengelolaan Bantuan Kelurahan.
Penulisan tesis ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akhir studi
pada program Studi Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada : Bapak Prof. Dr. dr Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD
Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister. Ibu Prof. Dr. dr. A. A.
Raka Sudewi, Sp. S(K) Direktur Program Pascasarjana Universitas

Udayana, Bapak

Prof.Dr. I Gusti Bagus Wiksuana,SE., MS Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana, Bapak Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE.,MS selaku Ketua Program Studi
Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Udayana. Bapak Prof. Dr. Made Suyana
Utama, SE.,MS sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan
petunjuk dalam pembuatan tesis ini. Ibu Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, SE.,MP sebagai
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk dalam
pembuatan tesis ini. Bapak Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE.,MS, Bapak Dr. Ketut
Djayastra, SE.,SU dan Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,MSi selaku penguji,
telah membahas dan mengarahkan dalam penulisan tesis ini. Seluruh staf pengajar Program
Studi Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Udayana, yang telah
memberikaan bekal ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Seluruh staf/Pegawai program
Studi Magister Ilmu Ekonomi Program Pasccasarjana Universitas Udayana, yang telah
membantu dalam kelancaran administrasi selama mengikuti kuliah. Teman-teman ada
Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Udayana
Angkatan XXII, Kepala Badan, Sekretaris Rekan Kerja di Badan Pemberdayaan
vi

Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar dan Para Sekretaris Kelurahan se-Kota
Denpasar yang telah memberikan masukan, bantuan dan semangat yang bermanfaat dalam
pengerjaan tesis ini. Istri tercinta Anak Agung Ayu Juniati, SE., MSi, Ayahda tercinta Drs.
Anak Agung Gde Oka Parmadi, Ibunda tercinta Anak Agung Geria Puspa, Ananda tercinta
A.A. Istri Sintya Cahyani, A.A. Istri Prami Listya Dewi dan A.A. Gde Dalem Satria
Wibawa serta keluarga yang tak putus-putusnya berdoa untuk kesuksesan studi serta
memberikan dukungan moril dan materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan study ini
dengan baik.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan
rahmat-Nya. Dan akhir kata Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihakpihak yang membutuhkan.
Denpasar,

vii

2015

ANALISIS KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN


PEMERINTAHAN DESA (BPMPD) KOTA DENPASAR DALAM
PENGELOLAAN BANTUAN KELURAHAN
ABSTRAK
Berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi
Daerah akan memberikan keleluasan bagi pemerintah daerah untuk
mengembangkan daerahnya sesuai dengan kemampuan pendapatan daerah. Hal
ini akan berdampak positif bagi masyarakat daerah untuk berkembang dan
menemukan jati dirinya dengan ciri dan kemampuannya masing-masing.
Pemerintah Kota Denpasar mengambil kebijakan pemberdayaan masyarakat
dengan meningkatkan peranan desa dan kelurahan sebagai organisasi
pemerintahan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat yang merupakan
ujung tombak dari pemerintah daerah, dengan cara memberikan bantuan
kelurahan untuk kelurahan dan bagi hasil pajak dan retribusi untuk desa. Beberapa
issue actual di bidang pengelolaan bantuan kelurahan yang perlu mendapat
perhatian untuk meningkatkan kinerja pengelolaan bantuan kelurahan antara lain
belum optimalnya pengelolaan bantuan kelurahan, belum teraturnya administrasi
keuangan karena keterbatasan sumber daya aparatur, kurangnya koordinasi
dengan instansi terkait mengenai pengalokasian bantuan kelurahan dan masih
tingginya sisa penggunaan anggaran di masing-masing kelurahan.
Penelitian ini dilakukan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kota Denpasar. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
mengetahui kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Kota Denpasar yang di ukur dari perspektif keuangan, perspektif pengguna jasa,
perspektif proses internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, baik
secara parsial maupun secara keseluruhan dengan menggunakan pendekatan
Balanced Scorecard.
Hasil analisis menunjukan kinerja BPMPD Kota Denpasar dalam
pengelolaan bantuan kelurahan ditinjau dari perspektif keuangan menunjukan
kinerja dengan kategori baik dengan nilai sebesar 78,47 persen. Kinerja dari
perspektif pengguna jasa menunjukan kinerja kategori baik dengan nilai sebesar
77,08 persen. Kinerja dari perspektif proses internal menunjukan kinerja sangat
baik dengan nilai 100 persen sedangkan untuk perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan juga menunjukan kinerja sangat baik dengan nilai sebesar 100
persen. Kinerja BPMPD secara keseluruhan ditinjau dari empat perspektif dengan
perhitungan indeks komposit berada pada kualifikasi kinerja baik dengan nilai
87,81 persen.
Dalam rangka meningkatkan kinerja pengelolaan bantuan kelurahan
disarankan untuk memaksimalkan proses perencanaan, pelaksanaan dan realisasi
anggaran, meningkatkan sosialisasi dan koordinasi dengan kelurahan guna
memperlancar proses pencairan bantuan kelurahan.
Kata Kunci : kinerja, perspektif keuangan, pengguna jasa, proses internal,
pemberdayaan dan pertumbuhan, balanced scorecard
viii

PERFORMANCE ANALYSIS OF BADAN PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA (BPMPD) KOTA
DENPASAR MANAGEMENT ASSISTANCE IN KELURAHAN
ABSTRACT
Applicability of Act No. 32 of 2004 on Regional Autonomy will provide
flexibility for local governments to develop the region in accordance with local
revenue capacity. This will positively impact the local community to develop and
finds himself with the characteristics and capabilities of each. Denpasar
government adopted a policy of community empowerment by increasing the role
of the village and the village as government organizations directly in contact with
people who are at the forefront of local government, by providing assistance
village to village and for the results of taxes and levies to the village. Some of the
actual issues in the field of management of aid villages that need attention to
improve performance management, among others, yet help villages optimal
management of village assistance, yet orderly financial administration because of
limited personnel resources, urangnya coordination with relevant agencies on the
allocation of aid villages and high residual use budget in each village.
This .Penelitian done on Community Empowerment Board and Village
Government of Denpasar. The goal is to determine the performance of the Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar is measured
from a financial perspective, the perspective of service users, internal process
perspective and learning and growth perspective, either partially or as a whole by
using the Balanced Scorecard approach.
Results of the analysis showed BPMPD performance Kota Denpasar in terms of
the management of village aid financial perspective shows the performance of the
categories with a value of 78.47 percent. Performance from the perspective of
service users showed good performance category with a value of 77.08 percent.
Performance of the internal process perspective shows very good performance
with a value of 100 per cent, while for the learning and growth perspective also
shows very good performance with a value of 100 percent. BPMPD overall
performance in terms of four perspectives with the calculation of the composite
index is at a good qualifying performance with value 87.81 percent.
In order to improve the performance of the management of village assistance are
advised to maximize the planning, implementation and realization of the budget,
increasing the dissemination and coordination with the village in order to expedite
the disbursement of aid wards.

Keywords: performance, financial perspectives, service users, internal processes,


empowerment and growth, balanced scorecard
ix

DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...
PRASARAT GELAR ............................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ............................ ..
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ....
SURAT PERNYATAAN .
UCAPAN TERIMA KASIH
ABSTRAK
ABSTRACT ..........................................................................................................
DAFTAR ISI .....
DAFTAR TABEL .
DAFTAR GAMBAR .......................................
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ...

i
ii
iii
iv
v
vi
viii
ix
x
xii
xiv
xv

BAB I

1
1
8
8
9

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA . 10


2.1 Konsep konsep dan Definisi .. 10
2.1.1 Pengertian kinerja . 10
2.1.2 Pengukuran kinerja dalam organisasi
11
2.1.3 Pengukuran kinerja dengan pendekatan balanced scorecard 14
2.2 Teori teori yang Relepan .... 23
2.2.1 Teori pembangunan daerah .. 23
2.2.2 Teori pemberdayaan masyarakat . 25
2.2.3 Bantuan kelurahan .................. 27
2.3 Keaslian Penelitian .. 28
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir dan Konsep Penelitian
3.1.1 Kerangka berpikir ...
3.1.2 Konsep penelitian

34
34
34
35

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Rancangan Penelitian
4.2 Lokasi, Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian
4.3 Identifikasi Variabel ....................

38
38
38
39

4.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian 41


4.5 Jenis dan Sumber Data 42
4.5.1 Jenis data menurut sifatnya
42
4.5.2 Jenis data menurut sumbernya 43
4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel 44
4.6.1 Populasi 44
4.6.2 Sampel ................................. 45
4.7 Metode Pengumpulan Data 47
4.8 Instrumen Penelitian . 47
4.8.1. Uji validasi instrumen penelitian 47
4.8.2. Uji reliabilitas instrumen penelitian
48
4.9 Teknik Analisis Data 48
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..
5.2 Deskripsi Hasil Penelitian ...
5.3 Hasil Analisis Diukur dari Empat Perspektif .......
5.4 Pembahasan ..

52
52
56
62
72

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN . 80


6.1 Simpulan .. 80
6.2 Saran .... 81
DAFTAR PUSTAKA

xvi

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xix

xi

DAFTAR TABEL
No Tabel

Halaman

1.1

Pemberian Bantuan Kelurahan untuk Kelurahan se Kota Denpasar


dari tahun 2009 2013 ..................................................................................... 3

1.2

Data Perkembangan Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kota Denpasar ........... 6

4.1

Jumlah Pegawai BPMPD dan Kelurahan di Kota Denpasar ............................ 44

4.2

Sampel responden pengelola bantuan kelurahan masing-masing kelurahan di


Kota Denpasar .................................................................................................. 45

4.3

Nilai Total Kinerja Perspektif Keuangan, Perspektif Pengguna Jasa,


Perspektif Proses Internal dan Pespektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ...... 51

5.1

Distribusi Responden Dalam Penelitian Analisis Kinerja Badan


Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar
dalam Pengelolaan Bantuan Kelurahan............................................................ 56

5.2

Kelompok Umur Responden Pengguna Jasa, Responden Pegawai


dan Responden Kunci ..................................................................................... 57

5.3

Jenis Kelamin Responden Pengguna Jasa, Responden Pegawai dan Responden


kunci ............................................................................................................... 57
Tingkat Pendidikan Responden Pengguna Jasa, Responden Pegawai
dan Responden Kunci ................................................................................
58

5.4
5.5

Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Instrumen Data Responden Pengguna Jasa .. 60

5.6

Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Instrumen Data Responden Pegawai


BPMPD Kota Denpasar .................................................................................. 61

5.7

Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Data Responden Pengguna


Jasa .................................................................................................................. 62

5.8

Alokasi Anggaran dan Realisasi Anggaran Bantuan Kelurahan Tahun 2013


Pada masing-masing Kelurahan ..................................................................... 63

5.9

Pernyataan Responden untuk Perspektif Pengguna Jasa ................................ 65

5.10 Pernyataan Positif dan Negatif Responden untuk Perspektif Pengguna Jasa.. 66
5.11 Pernyataan Responden untuk Perspektif Proses Internal ............................... 67
5.12 Pernyataan Positif dan Negatif Responden untuk Perspektif Proses Internal.. 68
5.13 Pernyataan Responden untuk Perspektif Proses Pembelajaran dan
Pertumbuhan ................................................................................................... 69
xii

5.14 Pernyataan Positif dan Negatif Responden untuk Perspektif Proses


Pembelajaran dan Pertumbuhan ..................................................................... 70
5.15 Hasil In-depth Interview dan Perhitungan Nilai Bobot Kinerja ..................... 71
5.16 Perhitungan Indeks Komposit ......................................................................... 71

xiii

DAFTAR GAMBAR

3.1

Alur Pemikiran Analisis Penelitian ................................................................. 37

3.2

Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................... 39

xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

APBD

: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APPK

: Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Kelurahan

BPMPD

: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa

BANGKEL

: Bantuan Kelurahan

SILPA

: Sisa Laporan Penggunaan Anggaran

SOP

: Standar Operasional Pelayanan

ADD

: Alokasi Dana Desa

IK

: Indeks Komposit

xv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Otonomi Daerah yang sedang berlangsung saat ini merupakan suatu hal
yang baru bagi setiap daerah di Indonesia, oleh karena otonomi yang dicanangkan
melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tersebut lebih memberikan
keleluasaan bagi daerah untuk mengekspresikan dirinya menuju arah berkembang
melalui pemberdayaan masyarakat daerah itu sendiri. Hal tersebut tentunya
mengembalikan masyarakat daerah kepada penemuan dirinya masing-masing
dengan ciri dan kemampuannya masing-masing, setelah terbelenggu dengan
penyeragaman yang selama ini terjadi oleh rezim yang ada. Pada dasarnya di era
otonomi daerah fungsi pemerintahan meliputi tiga hal yaitu pelayanan kepada
masyarakat (service); membuat pedoman/arah atau ketentuan kepada masyarakat
(regulation); dan pemberdayaan (empowering). Dan

tugas pokok pemerintah

yang terpenting adalah memberikan pelayanan umum kepada masyarakat, oleh


karena itu organisasi pemerintah sering pula disebut sebagai pelayanan
masyarakat (public service). Otonomi Daerah yang sarat dengan isu strategi
berupa kelembagaan, sumber daya manusia berupa aparatur pelaksana, jaringan
kerja serta lingkungan kondusif yang terus berubah.
Pemerintah

Kota

Denpasar

mengambil

kebijakan

mengenai

pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan peranan desa dan kelurahan.


Karena desa dan kelurahan sebagai organisasi pemerintahan yang paling dekat
dan berhubungan langsung dengan masyarakat merupakan ujung tombak

keberhasilan pembangunan kota khususnya otonomi daerah, dimana desa dan


kelurahan akan terlibat langsung dalam perencanaan dan pengendalian
pembangunan serta pelayanan. Dikatakan sebagai ujung tombak karena kelurahan
berhadapan langsung dengan masyarakat, oleh karena itu kelurahan harus mampu
menjadi tempat bagi masyarakat untuk diselesaikan atau meneruskan aspirasi dan
keinginan tersebut kepada pihak yang berkompeten untuk ditindak lanjuti.
Disamping itu peran desa dan kelurahan di atas menjembatani program-program
pemerintah untuk disosialisasikan kepada masyarakat sehingga dapat dipahami
dan didukung oleh masyarakat.
Dengan begitu luas dan kompleksnya permasalahan yang ada di Kota
Denpasar, seperti dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
ditambah dengan pembangunan fisik yang harus dilakukan Pemerintah Kota
Denpasar, dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. Di dalam
pelaksanaan visi dan misi Kota Denpasar guna meningktakan kesejahteraan
masyarakat perlunya suatu upaya pemberdayaan masyarakat.
Salah satunya adalah memberikan dana bantuan berupa bagi hasil pajak
dan retribusi diberikan kepada desa dan bantuan kelurahan diberikan kepada
kelurahan

untuk

melakukan

Program

Pemberdayaan

Masyarakat

dan

Pembangunan. Pemberian bagi hasil pajak dan retribusi serta bantuan kelurahan
ini dimaksudkan untuk menunjang kinerja pembangunan yang ada di Kota
Denpasar, yang dilaksanakan oleh pemerintahan desa dan kelurahan berdasarkan
program kerja yang telah ditetapkan di masing-masing desa dan kelurahan baik itu
jangka pendek yang dijabarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDes) dan Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Kelurahan (APPK), jangka


menengah dan jangka panjang menyesuaikan dengan program kerja Pemerintah
Kota Denpasar.
Tabel 1.1.
Jumlah Bantuan Kelurahan untuk kelurahan se kota Denpasar
dari Tahun 2009 2013.

No.

Kelurahan

Jumlah Bantuan Kelurahan Per Tahun Anggaran


(dalam Rp. Ribu)
2009
2010
2011
2012
2013

Tonja

244.457

349.224

602.111

606.111

606.111

Peguyangan

309.908

442.726

763.322

764.822

764.822

Ubung

217.758

311.083

535.927

540.190

540.190

4.

Pemecutan

284.193

405.990

699.983

702.483

702.483

5.

Padangsambian

292.063

417.234

719.369

721.369

721.369

6.

Dauh Puri

223.355

319.078

550.136

555.136

555.136

7.

Panjer

270.833

386.904

667.076

669.076

669.076

8.

Sesetan

356.479

509.257

878.029

878.529

878.529

9.

Pedungan

328.073

468.677

808.063

809.063

809.063

10

Serangan

258.424

369.178

636.514

639.014

639.014

11. Renon

222.971

318.530

549.190

554.190

554.190

12. Sanur

253.571

362.144

624.559

627.559

627.559

13. Dangin Puri

222.261

317.515

547.441

552.441

552.441

14. Sumerta

222.839

318.342

548.866

554.366

554.366

15. Kesiman

251.328

359.040.

619.035

622.035

622.035

16. Penatih

242.938

347.055

598.371

602.871

602.871

Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar (2014).

Adapun besarnya bantuan kelurahan dimaksud diberikan berdasarkan


jumlah penduduk, luas wilayah jumlah keluarga miskin dan jumlah fasilitas sosial
dan fasilitas umum yang dimiliki oleh masing masing kelurahan yang
ditentukan secara proposional oleh Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kota
Denpasar dan ditetapkan melalui Musrenbang Kota Denpasar. Jumlah bantuan

kelurahan yang diberikan kepada kelurahan se kota Denpasar dari tahun 2009
sampai dengan 2013 yang besumber dari APBD Kota Denpasar dapat dilihat
dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 menunjukan penerimaan bantuan kelurahan setiap tahunnya
cenderung meningkat kecuali tahun 2013 besarnya sama dengan tahun 2012.
Kelurahan yang paling banyak selalu mendapatkan bantuan adalah Kelurahan
Sesetan yaitu sebesar Rp. 878.829.000 dan paling sedikit adalah Kelurahan Ubung
yaitu sebesar Rp. 540.190.000, hal ini disebabkan Kelurahan Ubung memiliki luas
wilayah yang paling sempit disamping itu juga jumlah rumah tangga miskin
tergolong kecil walaupun memiliki kepadatan jumlah penduduk nya. yang
sebagian besar merupakan penduduk pendatang dan tinggal sementara.
Penyusunan dari program kerja kelurahan adalah merupakan suatu proses
awal yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan semua kegiatan dimasa yang
akan datang. Dengan demikian berarti program kerja disusun dan dipergunakan
sebagai pedoman atau alat penentu arah dalam mencapai sasaran yang ingin
dicapai, dalam penyusunan program kerja tersebut guna memudahkan Kepala
Kelurahan dan Aparatnya dalam melakukan aktifitas bersama lembaga-lembaga
yang ada sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
Program Kerja yang telah disusun tersebut juga merupakan gambaran
tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di kelurahan

dan juga

diharapkan bisa dipakai sebagai informasi oleh masyarakat kelurahan

dan

sekaligus diharapakan agar mendapat dukungan dan bantuan dari masyarakat


dalam pelaksanaan nantinya. Melalui penyusunan program kerja ini juga dipakai

sebagai bahan laporan kepada pemerintah atasan. Di mana selanjutnya


dimohonkan pula bimbingan dan pembinaan serta petunjuk dari instansi terkait di
tingkat atasan dalam pelaksanaan program kerja tersebut dan dalam rangka
pelaksanaan pembangunan di wilayah kelurahan.
Efektifitas pembangunan dalam mengatasai berbagai permasalahan untuk
merespon dan menuntaskan berbagai tantangan perkembangan di masyarakat
ditentukan oleh sejauh mana proses pembangunan dapat meningkatkan kapasitas
desa/kelurahan untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan. Salah satu
persoalan mendasar dalam penyelenggaraan pembangunan desa/kelurahan adalah
terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang
merupakan salah satu dokumen penting yang menunjukan arah, tujuan dan
kebijakan pembangunan desa/kelurahan.
Adapun program kerja jangka menengah desa/kelurahan adalah program
pemberdayaan masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan adalah meningkatan
sarana dan prasara aparatur, pemberdayaan masyarakat dan penataan lingkungan
dan kebersihan. Melalui kegiatan ini pemerintahan kelurahan melaksanakan bedah
rumah, menumbuh kembangkan ekonomi kerakyatan yang merupakan program
unggulan dari pemerintah Kota Denpasar, menata lingkungan pemukiman dan
perbaikan telajakan dan saluran drainase yang biayanya tidak terlalu besar.
Pemberian bantuan kelurahan ini diharapkan mampu tepat sasaran di dalam
pengentasan kemiskinan sesuai dengan arah pembangunan jangka menengah di
masing masing kelurahan. Salah satu contoh keberhasilan dari pemberian
bantuan kelurahan kelurahan adalah penurunan ngka kemiskinan di Kota

Denpasar. Data perkembangan Rumah Tangga Miskin di Kota Denpasar dari


tahun 2006 2012 per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 jumlah Rumah Tangga Miskin dari tahun 2008 2013
cenderung mengalami penurunan kecuali tahun 2008 dan 2009 di Kecamatan
Denpasar Utara dan Denpasar Barat mengalami kenaikan disebabkan karena
wilayah tersebut merupakan tujuan pertama dari penduduk pendatang sehingga
mobilitas penduduk saat itu mengalami bertumbuhan yang sangat pesat dan dari
hasil pendataan ulang yang dilakukan terhadap Rumah Tangga Miskin mengalami
peningkatan.
Tabel 1.2.
Perkembangan Rumah Tangga Miskin ( RTM) di Kota Denpasar
dari Tahun 2008 2013 menurut kecamatan

No

1.
2.
3.
4.

TAHUN

Kecamatan

Denpasar Utara
Denpasar Timur
Denpasar Selatan
Denpasar Barat
Kota Denpasar

2008
1172
934
653
812
3571

2009
1190
757
562
930
3439

2010 2011 2012 2013


1072 972 854 799
639
580 438 384
458
420 338 268
720
614 476 394
2889 2586 2106 1.845

Penurunan
RTM
(dari 2008
2013)
RTM

Penurunan
RTM
(dari 2008
2013)
%

373
550
385
418
1.726

31.82
58.88
41.04
48.52
48.33

Sumber data : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar (2014).

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar


mempunyai Tugas Pokok dan Fungsi (tupoksi), di dalam pembangunan daerah
dan salah satu yaitu mengelola bantuan kelurahan yang diberikan kepada seluruh
kelurahan yang ada di Kota Denpasar, yang berada di bawah koordinasi Bidang
Pemerintahan Desa. Beberapa issue actual di bidang pengelolaan bantuan
kelurahan (Laporan pertanggung jawaban Kelurahan 2009-2013) yang perlu

mendapat perhatian untuk meningkatkan kinerja pengelolaan bantuan kelurahan


antara lain sebagai berikut :
1). Belum optimalnya pengelolaan bantuan kelurahan yang dapat dilihat dari
masih terjadinya keterlambatan pencairan dana yang dimohonkan oleh
masing-masing kelurahan yang diakibatkan oleh lambatnya informasi terkait
dengan besarnya pagu anggaran dan petunjuk teknis penggunaan anggaran
yang diterima oleh kelurahan.
2). Belum teraturnya administrasi keuangan karena keterbatasan sumber daya
aparatur.
3) Kurangnya koordinasi dengan instansi terkait mengenai pengalokasian
bantuan kelurahan.
4) Masih tingginya sisa penggunaan anggaran di masing-masing kelurahan.
Kondisi ini sering dirasakan oleh penerima bantuan kelurahan di masing-masing
kelurahn setiap tahunnya. Anggaran yang seharusnya bisa di cairkan pada
triwulan pertama bisa terlambat ke triwulan kedua. Dan ini berdampak pada
kinerja kelurahan dalam rangka ikut membangun infrastruktur dan pemberdayaan
masyarakat. Melihat kondisi permasalahan di atas maka obyek penelitian
ditekankan pada pengelolaan bantuan kelurahan Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar, sehingga nanti dapat ditemukan solusi
agar pengelolaan bantuan kelurahan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintah Desa Kota Denpasar dapat dilakukan dengan optimal dan efektif.
Melihat dari kondisi permasalahan di atas berpengaruh negatif terhadap program
pembangunan masyarakat baik pembangunan infrastruktur maupun pembangunan

sumber daya manusia sehingga berdampak pada lambatnya program pemerintah


daerah dalam pengentasan rumah tangga miskin dan penataan lingkungan
pemukiman secara optimal dan kelihatan kumuh.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah

yang akan dianalisis di dalam penelitian ini adalah :


1) Bagaimanakah

kinerja

Badan

Pemberdayaan

Masyarakat

dan

Pemerintahan Desa Kota Denpasar di dalam pengelolaan bantuan


kelurahan di ukur dari perspektif keuangan, pespektif penggunaan
jasa, perspektif proses internal, serta perspektif pembelajaran serta
pertumbuhan.
2) Bagaimanakah

kinerja

Badan

Pemberdayaan

Masyarakat

dan

Pemerintahan Desa Kota Denpasar dalam pengelolaan bantuan


kelurahan diukur dari keseluruhan perspektif.

1.3 Tujuan Penelitian.


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1) Untuk

menganalisis

kinerja

Pemberdayaan

Masyarakat

dan

Pemerintahan Desa Kota Denpasar dalam pengelolaan bantuan


kelurahan Badan di ukur dari perspektif keuangan, pespektif
penggunaan

jasa,

perspektif

pembelajaran serta pertumbuhan.

proses

internal,

serta

perspektif

2) Untuk menganalisis kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan


Pemerintahan Desa Kota Denpasar dalam pengelolaan bantuan
kelurahan diukur dari keseluruhan perspektif.

1.4 Manfaat Penelitian.


Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1. Secara teoritis :
Penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

kontribusi

bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan pengukuran


kinerja bagi aparat pengelola bantuan kelurahan di Kota Denpasar.
1.4.2 Secara Praktis
1) Hasil hasil analisis yang didapatkan dalam penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi Pemerintah Kota
Denpasar terutama untuk mengetahui sejauh mana efektifitas prosedur
dan mekanisme pengelolaan bantuan kelurahan.
2) Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
organisasi publik lainya tentang pentingnya Balance Scorecard dipakai
sebagai alat ukur kinerja organisasi publik dilihat dari empat
Perspektif.
3) Dapat dipakai sebagai masukan dan informasi untuk dijadikan acuan
dalam rangka meningkatkan kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar pada khusus dan Organisasi
pelayanan publik pada umumnya.

10

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Konsep dan Difinisi


2.1.1 Pengertian kinerja
Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang kinerja dapat
dikemukakan sebagai berikut : Handoko, (1995) mendefinisikan kinerja
(performance) dengan prestasi kerja yaitu proses melalui upaya organisasi
mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan, (Faustino Cardosa Gomes
1995) yang dikutif

(Anwar Prabu, 2005) mengemukakan definisi kinerja

karyawan sebagai : Ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering


dihubungkan dengan produktivitas.

Selanjutnya definisi kinerja karyawan

menurut (Anwar Prabu, 2005) bahwa Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya, sedangkan Veithzal Rivai (2006:309) mengatakan bahwa kinerja
merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja
yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan .
Konsep di atas dapat dipahami bahwa kinerja adalah seberapa jauh tingkat
kemampuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi dalam rangka pencapaian tujuan.
Dalam konteks penelitian ini, maka pengertian kinerja merupakan tingkat
kemampuan pegawai yang mengelola bantuan kelurahan

pada Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar khusus pada

11

bidang pemerintahan desa dan kelurahan yang berhubungan langsung dengan


pemerintahan kelurahan sesuai tugas pokok dan fungsinya.

2.1.2

Pengukuran kinerja dalam organisasi


Cakupan dan cara mengukur indikator kinerja sangat menentukan apakah

suatu organisasi publik dapat dikatakan berhasil atau tidak, ketepatan pengukuran
seperti cara atau metode pengumpulan data untuk mengukur kinerja juga sangat
menentukan penilaian akhir kinerja, Mahmudi (2005) menjelaskan bahwa kinerja
akan diukur dari tingkat kepuasan pengguna jasa terhadap kualitas yang diberikan.
Sedangkan tujuan dilakukannya penilaian kinerja di sektor publik antara lain :
1) Untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi
2) Menyediakan sarana pembelajaran pegawai
3) Memperbaiki kinerja berikutnya
4) Memberikan pertimbangan yang sistimatik dalam pembuatan keputusan
5) Memotivasi pegawai (meningkatkan motivasi pegawai)
6) Menciptakan akuntabilitas publik.
Selain itu pengukuran kinerja juga merupakan alat untuk menilai
kesuksesan organisasi, melalui penilaian indikator-indikator kinerja dapat
berfungsi untuk mengukur kinerja organisasi untuk mengambil tindakan-tindakan
tertentu, dan merupakan sarana atau alat untuk mengukur hasil suatu aktivitas.
Kegiatan atau proses (Mahmudi, 2005), dalam LAN, 2000, menyebutkan
pengukuran kinerja mempunyai makna ganda, yaitu pengukuran kinerja sendiri
dan evaluasi kinerja, di mana untukmelaksanakan kedua hal tersebut terlebih

12

dahulu harus ditentukan tujuan dari suatu program secara jelas. Pengukuran
kinerja merupakan jembatan antara perencanaan strategis dengan akuntabilitas,
sehingga suatu organisasi/instansi yang dapat dikatakan berhasil jika terdapat
bukti-bukti atau indikator-indikator atau ukuran-ukuran capaian yang mengarah
pada pencapaian misi. Teknik dan metode yang digunakan dalam menganalisis
kinerja kegiatan, yang pertama-tama dilakukan adalah dengan melihat sejauh
mana adanya kesesuaian antara program dan kegiatannya. Penilaian kinerja
organisasi dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam
kurun waktu tertentu, dan penilaian tersebut juga dapat dijadikan input bagi
perbaikan dan peningkatan kinerja organisasi.
Menurut LAN (2000) pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan metode
Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Metode ini menggunakan

indikator kinerja sebagai dasar penetapan pencapaian kinerja. Untuk pengukuran


kinerja digunakan formulir Pengukuran Kinerja (PK). Penetapan indikator
didasarkan pada masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat
(benefit) dan dampak (impact). Sependapat dengan hal tersebut. Mardiasmo
(2001) mengatakan bahwa dalam mengukur kinerja suatu program, tujuan dari
masing-masing program harus disertai dengan indikator-indikator kinerja yang
digunakan untuk mengukur kemajuan dalam pencapaian tujuan tersebut. Indikator
kinerja didefinisikan sebagai ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan
diukur dan dihitung serta digunakan sebagai dasar untuk menilai maupun melihat

13

tingkat kinerja suatu program yang dijalankan unit kerja. Dengan demikian, tanpa
indikator kinerja, sulit bagi kita untuk menilai kinerja (keberhasilan atau
kegagalan) kebijaksanaan program/kegiatan pada akhir kinerja instansi/unit kerja
yang melaksanakan.
Lebih lanjut Mardiasmo menjelaskan bahwa pada umumnya sistem ukuran
kinerja dipecah dalam 5 (lima) kategori sebagai berikut:
1) Indikator input, mengukur sumber daya yang diinvestasikan dalam suatu
proses,

program, maupun aktivitas untuk menghasilkan keluaran (output

maupun outcome). Indikator ini mengukur jumlah sumberdaya seperti


anggaran (dana), sumber daya manusia, informasi, kebijaksanaan/peraturan
perundang

undangan

dan

sebagainya

yang

dipergunakan

untuk

melaksanakan kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumberdaya, suatu


lembaga dapat menganalisis apakah alokasi sumberdaya yang dimiliki telah
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2) Indikator output, adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari
sesuatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan / atau nonfisik. Indikator ini
digunakan untuk mengukur output yang dihasilkan dari suatu kegiatan.
Dengan membandingkan output yang direncanakan dan yang betul-betul
terealisir, instansi dapat menganalisis sejauh mana kegiatan terlaksana sesuai
dengan rencana. Indikator output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai
kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran-sasaran
kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh sebab itu, indikator
output harus sesuai dengan lingkup dan kegiatan instansi.

14

3) Indikator outcome, adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya


output (efek langsung) pada jangka menengah. Dalam banyak hal, informasi
yang diperlukan untuk mengukur outcome seringkali tidak lengkap dan tidak
mudah diperoleh. Oleh karena itu, setiap instansi perlu mengkaji berbagai
pendekatan untuk mengukur outcome dari output suatu kegiatan. Pengukuran
indikator outcome sering kali rancu dengan pengukuran indikator output.
4) Indikator benefit, menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator
outcome. Benefit (manfaat) tersebut pada umumnya tidak segera tampak.
Setelah beberapa waktu kemudian. yaitu dalam jangka menengah atau jangka
panjang dari benefit tampak. Indikator benefit menunjukkan hal-hal yang
diharapkan untuk dicapai bila output dapat diselesaikan dan berfungsi dengan
optimal (tepat lokasi dan tepat waktu).
5) Indikator impact memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari benefit
yang diperoleh. Seperti halnya indikator benefit, indikator impact juga baru
dapat diketahui dalam jangka waktu menengah atau jangka panjang. Indikator
impact menunjukkan dasar pemikiran dilaksanakannya kegiatan yang
menggambarkan aspek makro pelaksanaan kegiatan, tujuan kegiatan secara
sektoral, regional dan nasional.

2.1.3 Pengukuran kinerja dengan pendekatan balance scorecard


Pengukuran kinerja merupakan bagian penting dari proses pengendalian
manajemen baik organisasi publik maupun swasta. Selain itu pengukuran kinerja
juga merupakan alat untuk menilai kesuksesan organisasi. Dalam konteks

15

organisasi sektor publik, kesuksesan organisasi itu akan digunakan untuk


mendapatkan legitimasi dan dukungan publik, masyarakat akan menilai
kesuksesan organisasi sektor publik melalui kemampuan organisasi dalam
memberikan pelayanan publik yang relatif murah dan berkualitas, (Mahmudi,
2010).
Penilaian kinerja umumnya fokus pada sektor privat, tetapi dewasa ini
terdapat tuntutan yang lebih besar dari masyarakat untuk dilakukan transparasi
dan akuntabilitas publik oleh sektor organisasi publik. Organisasi sektor publik
saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih efisien, memperhitungkan biaya
ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas aktivitas yang dilakukan.
Seiring dengan berkembangnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik
tersebut diperlukan penilaian kinerja organisasi publik dengan memadukan secara
komprehensif ukuran dari aspek keuangan dan non keuangan. Metode ini dikenal
dengan Balanced Scorecard yang dapat diterapkan pada perusahaan, baik sektor
privat maupun sektor publik. Balanced Scorecard berfokus pada ukuran yang
mempunyai dampak besar, seimbang dan memberikan penekanan kepada upaya
preventif serta melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dengan
ukuran pendorong kinerja masa depan.
Menurut Niven 2002, Balanced Scorecard dikembangkan pada tahun 1990
oleh Robert Kaplan dan David Norton, sebagai perkembangan dari konsep
pengukuran kinerja (performance measurement) yang mengukur perusahaan.
Robert Kaplan mempertajam konsep pengukuran kinerja dengan menentukan
suatu pendekatan efektif yang seimbang (balanced) dalam mengukur kinerja

16

strategi perusahaan. Lebih jauh Niven mengemukakan Balanced Scorecard


dimulai dengan visi dan strategi organisasi dia juga mencoba menerjemahkan visi
dan strategi menjadi ukuran kinerja yang dapat ditelusuri dan digunakan untuk
mengukur kesuksesan

dalam keberhasilan implementasi visi dan strategi

perusahaan, ini dicapai dengan menetapkan obyektif dan ukuran dalam masingmasing dari keempat perspektif scorecard yang saling terkait yaitu perspektif
keuangan, konsumen, proses internal dan pertumbuhan serta pembelajaran.
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata, yaitu scorecard dan balanced.
Scorecard adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja
seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang
hendak diwujudkan di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja
sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas
kinerja personel yang bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari dua aspek,
yaitu aspek keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang,
intern dan ekstern. Balanced scorecard merupakan contemporary management
tool yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam
melipatgandakan kinerja keuangan. Balanced scorecard melengkapi seperangkat
ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja
masa depan (Mulyadi, 1999).
Lebih lanjut Mulyadi (1999) mengemukakan, bahwa strategic plan yang
komprehensif dapat dihasilkan karena BSC menggunakan empat perspektif yaitu
keuangan, output, proses intern serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektif

17

keuangan memberikan target keuangan yang perlu dicapai oleh organisasi.


Perspektif output memberikan gambaran tentang tuntutan kebutuhan pihak yang
dilayani oleh organisasi dalam mencapai target tertentu. Perspektif proses intern
memberikan gambaran proses yang harus dibangun untuk melayani pihak yang
berkepentingan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan pemacu
untuk membangun kompetisi pegawai dan suasana lingkungan kerja yang
diperlukan untuk mewujudkan target keuangan, output dan proses intern serta
pembelajaran dan pertumbuhan.
Anwar Prabu (2005) menjelaskan bahwa dalam Balance Scorecard, terdapat
empat

aspek

yang

diukur,

yaitu

perspektif

keuangan,

perspektif

pelanggan/pengguna jasa, perspektif proses internal serta perspektif pembelajaran


dan pertumbuhan.
Adapun rincian ke empat perspektif tersebut adalah:
1) Perspektif keuangan
Pengukuran kinerja keuangan akan menunjukan apakah perencanaan dan
pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuntungan
perusahaan. Perbaikan perbaikan ini tercermin dalam sasaran sasaran
yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur,
pertumbuhan usaha, dan nilai pemegang saham. Tujuan dan ukuran finasial
harus memainkan peran ganda yaitu menentukan kinerja financial yang
diharapkan dari strategi dan menjadi sasaran akhir dari tujuan dan ukuran
perspektif lainnya. Balance scorecard membagi menjadi tiga tahap yaitu
(Sony Yuwono, et al, 2007:31)

18

(1)

Pertumbuhan (Growth)
Dalam tahap pertumbuhan, perusahaan biasanya beroperasi dengan arus
kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal yang rendah.
Dengan demikian, tolok ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah
tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan segmen pasar yang
telah di targetkan.

(2)

Bertahan (Sustain)
Tahapan kedua, dimana perusahaan masih melakukan investasi dan
reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik.
Dalam taha ini, perusahaan mencoba mempertahapkan pangsa pasar
yang ada, bahkan mengembangkannya jika mungkin. Sasaran keuangan
pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas
investasi yang dilakukan.

(3)

Kedewasaan (Harvest)
Pada tahap ini dmana perusahaan benar benar memanen / menuai
hasil investasi yang telah dilakukan pada tahap-tahapan sebelumnya.
Dan juga padaa saat ini tidak ada lagi investasi besar baik ekspansi
maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk
pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan utama dalam
tahap

ini,

sehingga

di

ambil

sebagai

tolok

ukur

memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.


2) Perspektif pelanggan / pengguna jasa

adalah

19

Filosofi manajemen menunjukan pentingnya pengakuan atas customer focus


dan customer satisfaction, jika pelanggan tidak puas, mereka akan mencari
produsen lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka, kinerja yang buruk dari
perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun
saat ini kinerja keuangan terlihat baik. Dalam penelitian ini pengguna jasa
diartikan petugas pengelola bantuan kelurahan

pada masing masing

Kelurahan di Pemerintah Kota Denpasar. Dalam perspektif ini pengukuran


dilakukan dengan lima aspek utama, yaitu (Sony Yuwono, et al, 2007:33)
(1)

Pangsa pasar (Market share)


Pengukuran ini mencermikan bagian yang dikuasai perusahaan atas
keseluruhan pasar yang ada yang meliputi jumlah pelanggan, jumlah
penjualan, dan volume unit penjualan.

(2)

Pertumbuhan/mempertahankan pelanggan (Customer retention)


Mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan
hubungan dengan konsumen. Pengukuran dapat dilakukan dengan
mengetahui besarnya prosentase pertumbuhan bisnis dengan jumlah
pelanggaan yang saat ini dimiliki perusahaan.

(3)

Menarik/perolehan pelanggan baru (Customer acquisition)


Mengukur di mana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru
atau memenangkan bisnis baru. Pengukuran dapat dilakukan melalui
prosentase jumlah penambahan pelanggan baru dan perbandingan total
penjualan baru dengan jumlah pelanggan baru yang ada.

(4)

Kepuasan pelanggan (Customer satisfaction)

20

Mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kreteria kinerja


spesifik dalam value proposition. Pengukuran dapat dilakukan dengan
berbagai macam teknik, seperti survey melalui surat (pos), interview
melalui telepon atau personal interview.
(5)

Keuntungan pelanggan (Customer profitabilitas)


Mengukur laba bersih dari seorang pelanggan atau segmen setelah
dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan
tersebut.

3) Perspektif proses internal


Scorecard dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui
seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan jasa mereka
sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Perusahaan perlu mengembangkan suatu
proses untuk mengantisipasi kebutuhan pengguna jasa atau memberikan
layanan yang berkualitas serta ketepatan waktu pelayanan sebagai upaya
mempengaruhi loyalitas pengguna jasa. Untuk memperbaiki kualitas produk
dilakukan melalui analisis proses internal yang didesain oleh mereka yang
paling mengetahui misi perusahaan. Balance scorecard membaginya dalam
tiga model dari proses bisnis utama yaitu (Sony Yuwono, et al, 2007 : 37-39)
(1)

Proses inovasi
Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan
laten dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka
butuhkan. Proses inovasi dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh
bagian R dan D, sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu produk

21

ke pasar telah memenuhi syarat-syarat pemasaran dan dapat


dikomersialkan (didasarkan pada kebutuhan pasar). Aktifitas R dan D
ini merupakan aktifitas penting dalam menentukan kesuksesan
perusahaan, terutama untuk jangka panjang.
(2)

Proses operasi
Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan
produk atau jasa. Aktifitas di dalam operasi terbagi ke dalam dua
bagian : 1) proses pembuatan produk dan 2) proses penyampaian
produk kepada pelanggan. Pengukuran kinerja terkait dalam proses
operasi dikelompokan pada : waktu, kualitas dan biaya.

(3)

Proses purna jual


Proses ini merupakan jasa pelayanan kepada pelanggan setelah
penjualan produk atau jasa dilakukan. Aktifitas yang terjadi dalam
tahap ini misalnya penaganan garansi dan perbaikan; penanganan atas
barang yang rusak dan yang dikembalikan serta pemrosesan
pembayaran pelanggan. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya
dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan
dengan menggunakan tolok ukur yang bersifat kualitas, biaya dan
waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi. Untuk siklus waktu
perusahaan dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan
pelanggan diterima hingga keluhan tersebut diselesaikan.

4) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

22

Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya
manusia, sistem, prosedur organisasi. Perspektif ini menekankan pada : (a)
pentingnya untuk terus memperhatikan karyawannya (b) memantau
kesejahteraan karyawan dan menanamkan investasi bagi masa datang yaitu
terhadap sumber daya manusia yang merupakan pendorong dihasilkannya
kinerja yang baik dalam tiga perspektif lainnya (c) pelatihan dan perbaikan
tingkat keahlian karyawan merupakan salah satu ukuran dalam perspektif ini.
Menurut Niven (2002) langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran
kinerja dengan Balanced Scorecard adalah :
1) Melakukan survey dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada
responden terkait dengan perilaku yang dapat diamati yang terkait dengan
kinerja organisasi, dari perspektif pengguna jasa yang diukur adalah kepuasan
pengguna jasa terhadap pelayanan atau kualitas produk yang dihasilkan, dari
perspektif proses internal yang diukur adalah semua aktifitas yang dilakukan
oleh perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu
produk yang dapat memberikan kepuasan bagi pengguna jasa, dari perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan yang diukur adalah seberapa jauh perusahaan
mengidentifikasikan infrastuktur yang harus di bangun dalam menciptakan
pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang.
2) Memberikan ukuran kinerja atau standar kinerja dalam menentukan tingkatan
atau skor terhadap keempat perspektif sehingga di dapatkan nilai kinerja
dengan kualifikasi baik atau buruk.

23

3) Memberikan bobot pada empat perspektif dengan bobot kinerja adalah 100
persen.
Keseluruhan proses pengukuran kinerja yang telah dilakukan akan percuma
jika tidak diambil tindakan berdasarkan data kinerja yang telah dikumpulkan, jika
kenerja berada pada kualifikasi buruk hendaknya bisa mengambil kesempatan
belajar dari hasil tersebut untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang dan
jika kinerja berada pada kualifikasi baik agar dipertahankan atau ditingkatkan
lagi.

2.2 Teori teori yang relepan


2.2.1 Teori Pembangunan Daerah
Pembangunan daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan
masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu
pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan
suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Konsepsi pembangunan daerah
sesungguhnya

tidak

perlu

dihubungkan

dengan

aspek-aspek

spesial.

Pembangunan daerah yang sering dirumuskan melalui kebijakan ekonomi dalam


banyak hal membuktikan keberhasilan. Dalam aspek sosial, bukan saja aspirasi
masyarakat ikut dipertimbangkan tetapi juga keberadaan lembaga-lembaga
sosial (social capital) juga ikut dipelihara bahkan fungsinya ditingkatkan.
Sementara dalam aspek lingkungan, aspek fungsi kelestarian natural capital juga
sangat diperhatikan demi kepentingan umat manusia. Dari semua itu, yang

24

terpenting pengambilan keputusan juga berjalan sangat bersih dari beragam


perilaku lobi yang bernuansa kekurangan (moral hazard) yang dipenuhi
kepentingan

tertentu (vested

interest) dari

keuntungan

semata (rent

seeking). Demikianlah hasil-hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh


masyarakat secara adil melintasi (menembus) batas ruang (inter-region) dan
waktu (inter-generation). Implikasinya kajian aspek spasial menjadi kurang
relevan dalam keadaan empirik yang telah dilukiskan di atas (Nugroho dan
Rochmin Dahuri, 2004).
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik
untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat
mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang
pembangunan telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik
(Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow,
strukturalisme

bersama

modernisasi

memperkaya

ulasan

pendahuluan

pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-tema


pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat
diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang
lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan
mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri,
2004). Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu
kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua adalah
terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa
pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek

25

kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan


dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan
adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti
pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilainilai moral dan etika umat.
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi
yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa
saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu
dengan daerah lainnya. Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum
ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk
melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat
dipisahkan

dari

pertumbuhan,

dalam

arti

bahwa

pembangunan

dapat

menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai


akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa
pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari
aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat
2.2.2 Teori Pemberdayaan Masyarakat
Konsep pemberdayaan merupakan hasil kerja dari proses interaktif baik
ditingkat ideologis maupun praksis. ditingkat ideologis, konsep pemberdayaan
merupakan hasil interaksi antara konsep top down dan bottom up antara growth
strategy dan people centered strategy. Sedangkan ditingkat praksis, interaktif
akan terjadi lewat pertarungan antar otonomi. Konsep pemberdayaan sekaligus

26

mengandung konteks pemihakan kepada lapisan masyarakat yang berada dibawah


garis kemiskinan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sebagian besar
diakibatkan oleh kesenjangan terhadap akses modal, prasarana, informasi
pengetahuan, teknologi ketrampilan, ditambah oleh kemampuan sumber daya
manusia, serta kegiatan ekonomi lokal yang tidak kompetitif menunjang
pendapatan masyarakat, serta masalah akumulasi modal selain itu kelembagaan
pembangunan yang ada pada masyarakat lokal secara umum belum dioptimalkan
untuk menyalurkan dan mengakomodasikan kepentingan, kebutuhan dan
pelayanan masyarakat dalam rangka meningkatkan produktivitas yang mampu
memberi nilai tambah usaha sementara melihat kelembagaan aparat pemerintah
ditingkat lokal terlalu terbebani pelaksanaan program dari pemerintahan ditingkat
atasnya, sehingga tidak dapat memfokuskan pada pelayanan pengembangan peran
serta masyarakat dalam proses perwujudan masyarakat maju dan mandiri menurut
Kartasasmita (1996) yang mengacu pada pendapat Chambers, pemberdayaan
masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang menerangkan
nilai-nilai sosial, konsep ini mencerminkan paradigma basis pembangunan yang
bersifat people centered, participatory, empowering dan sustainable dari definisi
diatas, pemberdayaan masyarakat dimengerti sebagai konsep yang lebih luas
daripada hanya sekedar pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Pemberdayaan
masyarakat lebih diartikan sebagai upaya menjadikan manusia sebagai sumber.
pelaku dan yang menikmati hasil pembangunan. Dengan kata lain pembangunan
dari, oleh dan untuk masyarakat Indonesia, latar belakang tersebut secara nyata
diwujudkan dalam pendekatan pembangunan masyarakat sebagai berikut :

27

1) Pengoptimalan

pengembangan

masyarakat

desa/kelurahan

melalui

pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk dapat meraih kesempatan


peluang usaha melalui penyediaan prasarana dan sarana modal sosial
dimasyarakat.
2) Pemantapan kordinasi pembangunan melalui penciptaan keterkaitan antara
institusi lokal yang ada dimasyarakat.
3) Mendasarkan pada partisipasi masyarakat yang diiringi dengan peningkatan
kemitraan dunia usaha, pengelolaan pembangunan yang berkelanjutan dan
transparansi.
2.2.3 Bantuan Kelurahan
Peraturan Walikota Denpasar Nomor 6 Tahun 2012 tentang Tata Cara dan
Pertanggung Jawaban Bantuan Kelurahan merupakan salah satu peraturan yang
mengatur tentang tata cara pertanggung jawaban bantuan kelurahan yang diterima
oleh semua kelurahan yang ada di Kota Denpasar. Pengalokasian bantuan
kelurahan ini dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kota Denpasar di bawah koordinasi Bidang Pemerintahan
Desa dan kelurahan yang memiliki tugas pokok dan fungsi meningkatkan
kapasitas pemerintahan desa dan kelurahan juga dan meningkatakan fungsi
kelembagaan pemerintahan desa dan kelurahan. Maksud dan tujuan pemberian
bantuan kelurahan adalah untuk : 1). Membiayai program kelurahan dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan, 2). Meningkatkan
penyelenggaraan pemerintahan kelurahan dalam melaksanakan pelayanan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya, 3).

28

Memotivasi swadaya gotong royong masyarakat dalam membangun kelurahan, 4).


Mengefektifkan peran lembaga kemasyarakatan sebagi partisipasi masyarakat
dalam

perencanaan,

pelaksanaan

dan

pengendalian

pembangunan,

5).

Mengembangkan sektor produktif skala lokal bagi kepentingan masyarakat


kelurahan sehingga membuka kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan
masyarakat, 6). Meningkatkan kebersihan lingkungan dan penataan lingkungan.
Bantuan kelurahan merupakan pemberian dana kepada seluruh Kelurahan yang
ada di Kota Denpasar yang ditentukan dengan Keputusan Walikota Denpasar
setiap tahun dan dituangkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kota Denpasar yang besarnya ditentukan berdasarkan kemampuan keuangan
Daerah. Dalam hal ini peran daripada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kota Denpasar terutama Bidang Pemerintahan Desa adalah
mengatur perencanaan penggunaan anggaran bantuan kelurahan, merealisasikan
anggaran serta memonitoring dan mengevaluasi realisasi daripada bantuan
kelurahan dimaksud.
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan yang
mengatur tugas pokok dan fungsi kelurahan sebagai perangkat daerah terbawah
dalam Wilayah Kecamatan guna membantu pemerintahan daerah di dalam
pelaksanaan pembangunan infrastruktural di daerah kelurahan.

2.3 Keaslian Penelitian


Astiniasih (2010) melakukan penelitian tentang Kinerja Puskesmas di
Kabupaten Bangli menggunakan model pengukuran balanced scorecard diukur

29

dari empat perspektif. Hasil penelitian kinerja secara komprehensif atas empat
perspektif berada pada kualifikasi kinerja baik dengan nilai indeks komposit
sebesar 96,10 persen. Sedangkan hasil penelitian secara parsial kinerja puskesmas
di Kabupaten Bangli dari perspektif keuangan menunjukkan kategori baik dengan
nilai capaian sebesar 121,65 persen. Kinerja dari perspektif pengguna jasa adalah
baik dengan nilai capaian kinerja sebesar 99,50 persen, kinerja dari perspektif
proses internal adalah baik dengan capaian kinerja sebesar 87,36 persen. Tetapi
yang perlu mendapat perhatian dari perspektif ini adalah tingkat absensi, kinerja
dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran berada pada kualifikasi baik
dengan nilai capaian kinerja sebesar 70,81 persen namun penghargaan uang dan
non uang serta penyediaan sarana dan prasarana perlu mendapat perhatian.
Juniati A.A. Ayu (2011) telah melakukan penelitian tentang Kinerja Pengelolaan
Kearsipan Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kota Denpasar dengan
menggunakan Balanced Scorecard dari keempat perspektif dan diukur dari keseluruhan
perspektif, dari perspektif keuangan secara keseluruhan kinerja Pengelolaan Kearsipan
kinerja dengan kategori sangat baik yaitu sebesar 94,96 persen, perspektif Pengguna Jasa
dengan kategori baik yaitu 77,45 persen, perspektif proses internal juga dengan kategori
baik yaitu 76,67 persen dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan kategori
sangat baik yaitu 85,71 persen, sedangkan diukur dari keseluruhan perspektif (indek
komposif) sebesar 84,15 persen dengan kategori sangat baik.

Sri Utari (2006) melakukan penelitian tentang Analisis Kinerja Institusi


Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Denpasar, menggunakan model pengukuran
balanced scorecard diukur dari empat perspektif, hasil penelitian secara parsial
kinerja institusi pengujian kendaraan bermotor Kota Denpasar dari perspektif

30

keuangan menunjukkan kualifikasi sangat baik dengan capaian sebesar 89,93


persen . Kinerja dari perspektif pengguna jasa berada pada kualifikasi buruk yang
terutama disebabkan oleh rendahnya kinerja variabel ketepatan pelayanan. Kinerja
dari perspektif proses internal berada pada kualifikasi

buruk yang terutama

disebabkan oleh rendahnya kinerja variabel keadilan dan persamaan dalam


pelayanan. Kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran berada pada
kualifikasi baik. Kinerja Institusi Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Denpasar
secara menyeluruh ditinjau dari empat perspektif kinerja berada pada kualifikasi
kinerja sedang atau tingkat keberhasilan cukup
penelitian ini

ditinjau dari

berhasil. Berdasarkan hasil

perspektif pengguna jasa disarankan agar

meningkatkan ketepatan pelayanan terutama dalam pemanfaatan alat uji secara


tepat. Ditinjau dari perspektif proses internal disarankan agar tidak membedabedakan pengguna jasa dalam memberikan pelayanan.
Situmorang (2010) melakukan penelitian tentang Kinerja PD Pasar Kota
Denpasar dengan pendekatan Balanced Scorecard. Penelitian kinerja PD Pasar
Kota Denpasar menunjukkan kondisi kinerja perspektif keuangan tahun 2009
pada kualifikasi

Cukup

dengan nilai capaian kinerja

68 persen. Kinerja

perspektif pelanggan menunjukkan kualifikasi Kurang yaitu 30 persen. Kinerja


perspektif proses bisnis internal menunjukkan kualifikasi Baik dengan nilai
capaian kinerja sebesar 92,20. Kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
menunjukkan kualifikasi Cukup dengan nilai capaian kinerja 64 persen . Kinerja
secara menyeluruh dengan menggunakan Indeks Komposit berada pada
kualifikasi Cukup dengan nilai capaian kinerja 80,30 persen .Berdasarkan hasil

31

penelitian ini. PD Pasar Kota Denpasar memperhatikan jangka waktu penagihan,


efektivitas pendapatan dibandingkan dengan anggarannya, efisiensi biaya operasi
dibandingkan dengan anggarannya, upaya menaikkan tarif sewa dan retribusi, dan
juga meningkatakan sarana prasarana pendukung seperti layanan parkir,
kebersihan penyediaan toilet.
Penelitian yang dilakukan oleh Marista (2002) mengenai Analisis
Penelitian Kinerja Menggunakan Balanced Scorecard (Studi Kasus pada PT.
Andalan Pasific Samudera Semarang) memperlihatkan hasil dalam perspektif
keuangan terdapat peningkatan profit margin dan rasio operasi, namun dalam ROI
mengalami penurunan. Dalam perspektif konsumen terdapat peningkatan retensi
konsumen, akuisisi konsumen, profitabilitas konsumen, kepuasan konsumen.
Dalam perspektif proses bisnis internal terdapat peningkatan cycle effectivesness,
dan layanan purna jual. Dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terdapat
peningkatan perputaran karyawan, dan kemampuan sistem informasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andranik (2008) mengenai
penerapan Balanced Scorecard sebagai Tolok Ukur Pengukuran Kinerja pada
Rumah Sakit Umum Daerah Jenderal Ahmad Yani Kota Metro Lampung
menunjukkan bahwa instrumen kinerja yang ada dalam Balanced Scorecard dapat
diterapkan dalam rumah sakit, khususnya pada rumah sakit pemerintah. Hasil
analisis kinerja yang dinilai pada keempat perspektif melalui pendekatan konsep
Balanced Scorecard di RSUD Ahmad Yani Kota Metro pada tahun 2006-2007
menunjukkan bahwa beberapa perspektif menunjukkan kinerja yang baik, hal
tersebut terlihat dari hasil yang dicapai oleh perspektif tersebut. Penelitian

32

dilakukan dengan membandingkan data sekunder yang ada seperti data realisasi
keuangan, data pengukuran kinerja tradisional yang kemudian dibandingkan
dengan target yang sudah ditentukan sebelumnya kemudian data-data tersebut
dikelompokkan ke dalam perspektif yang ada dan dicari hubungan dari setiap
indikator tersebut.
Suwardika I Nyoman (2011) melakukan penelitian tentang Analisis kinerja
organisasi sector public menggunakan Balance Scorecard pada Badan Pendidikan
dan Pelatihan Propinsi Jawa Timur dalam perspektif anggaran terjadi
penghematan anggaran dan dalam perspektif proses internal ada beberapa
kegiatan yang belum mencapai hasil 100 persen Dalam Financial Perspective
terjadi penghematan (sisa) anggaran secara keseluruhan 6,23 persen. Tingkat
efisiensi penggunaan anggaran paling tinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar
94 persen dan yang paling rendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 88
persen. Dalam Employees and Organization Capacity Perspective, pengukuran
kinerja dilihat dari pemanfaatan teknologi informasi nampak bahwa alat kantor,
alat studio dan alat komunikasi telah mengalami penambahan. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan dalam pemanfaatan teknologi informasi yang
ada. Dengan menggunakan pengukuran kinerja sasaran dan pengukuran kinerja
kegiatan sebagai bagian dari Internal Bussiness Process Perspective, dari enam
sasaran yang tertuang dalam Rencana Strategis Badan Diklat Provinsi Jawa Timur
tahun 2009-2014, ada 2 sasaran yang tidak mencapai 100 persen, yaitu sasaran
meningkatkannya kompetensi aparatur pemerintah baik kompetensi dasar maupun
bidang sebesar 93,33 persen, serta sasaran meningkatnya kontribusi hasil

33

pendidikan dan pelatihan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi alumni sebesar
87,51 persen.
Hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan selama ini terkait dengan
kinerja baik perusahaan suasta maupun instansi pemerintah dengan menggunakan
balanced scorecard yang diukur dari empat perspektif menunjukan hasil yang
baik, kebanyakan dari segi perspektif keuangan menunjukan kinerja yang baik,
karena bisa menghemat anggaran untuk mencapai kinerja semaksimal mungkin,
untuk kinerja perspektif pelanggan ada yang capaian kinerjanya buruk karena
kebanyakan ditentukan karena ketidaktepatan waktu pelayanan, demikian juga
untuk perspektif proses internal ada yang mendapatkan capaian buruk yang
disebabkan oleh keadilan dan persamaan hal sebagai karyawan/pegawai kuranmg
diperhatikan dan untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan hampir
semuannya mendapat capaian kinerja baik dan sangat baik, sedangkan penelitian
ini mengukur kinerja institusi dari keempat perspektif yaitu perspektif keuangan,
perspektif pelanggan/pengguna jasa, perspektif proses internal dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan agar tercapainya kinerja institusi yang bekerja
sesuai dengan SOP sehingga bisa tepat waktu dan tepat sasaran disamping juga
penghematan anggaran dengan menggunakan model pengukuran balance
scorecard.

34

BAB III
KERANGKA BERFIKIR DAN KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka berfikir dan Konsep Penelitian
3.1.1 Kerangka berpikir
Terbentuknya otonomi daerah dapat dilihat dengan diberlakukannya
Undang undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang
undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat
dengan Pemerintah Daerah, maka dengan produk hukum di atas akan membawa
angin segar dalam pelaksanaan otonomi daerah. Konsekwensinya pemerintah
Daerah harus dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, mengacu
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan yang mengatur
tentang tugas pokok dan fungsi aparatur kelurahan maka pemerintah Kora
Denpasar mengeluarkan peraturan Walikota Nomor 6 Tahun 2012 tentang Tata
cara pertanggungjawaban bantuan kelurahan.
Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota
Denpasar dalam pengelolaan bantuan kelurahan perlu di tingkatkan sehingga
pengelolaan bantuan kelurahan dapat berjalan secara optimal. Kinerja Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar dalam
pengelolaan bantuan kelurahan perlu diukur untuk mengetahui apakah kinerja
pengelolaan bantuan kelurahan dapat dikatakan baik atau buruk, tinggi atau
rendah, meningkat atau menurun, gagal atau berhasil berdasarkan fakta yang
sesungguhnya. Model penilaian kinerja yang diterapkan dalam penelitian ini

35

adalah implementasi model Balanced Scorecard (Niven, 2002). Berdasarkan


uraian tersebut diatas, alur pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar
3.1.
Gambar 3.1
Alur Pemikiran Analisis Penelitian

UU RI No 12 Tahun 2008
Tentang Pemerintahan Daerah

U.U.RI No. 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat


dan Daerah

Perwali No. 6 Tahun 2012 tentang Tata


cara dan pertanggungjawaban bantuan
kelurahan
Penilaian Kinerja dengan Balanced
Scorecard pada BPMPD Kota
Denpasar
Kinerja BPMPD Kota Denpasar
Dalam Pengelolaan Bantuan Kelurahan

3.1.2 Konsep Penelitian


Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota
Denpasar dalam pengelolaan bantuan kelurahan dianalisa dengan menggunakan

36

pendekatan melalui empat pengukuran perspektif yaitu : keuangan, pengguna


jasa/staf kelurahan, proses internal, pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif
keuangan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa kota
Denpasar diukur dengan kemampuan Badan Pemberdayaan Masayarakat dan
Pemerintahan Desa Kota Denpasar di dalam pengelolaan anggaran baik itu jumlah
anggaran yang tersedia dan realisisasi anggaran apakah sudah mencerminkan
pelaksanaan anggaran sesuai dengan perencanaan setiap akhir tahun, perspektif
pengguna jasa memungkinkan organisasi menyelaraskan berbagai ukuran
pengguna jasa yang penting seperti keramahan petugas yang menangani bantuan
kelurahan, ketepatan waktu di dalam pencairan bantuan kelurahan, prosedur
administrasi yang diminta harus sesuai dengan peraturan yang berlaku yang
sangat berdampak pada kepuasan pengguna jasa/staf kelurahan, dengan perspektif
proses internal organisasi di dalam pelaksanaan tugas tugasnya harus sesuai
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan harus mengindentifikasi berbagai proses
penting yang sebaiknya dikuasai dengan baik agar mampu memenuhi tujuan dan
sasaran, sedangkan dengan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan organisasi
menyediakan infrastruktur

yang memungkinkan tujuan keempat perspektif

lainnya dapat dicapai.


Dengan demikian dapat dijabarkan konsep dari kerangka berpikir yang akan
diteliti dengan pendekatan balance scorecard. Berikut ini disajikan kerangka
konsep Analisis Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa Kota Denpasar Dalam Pengelolaan Bantuan kelurahan pada Gambar 3.2.

37

Perspektif Keuangan
1. Target Anggaran
2. Realisasi Anggaran
Perspektif Pengguna Jasa
B
A
L
A
N
C
E
D

S
C
O
R
E
C
A
R
D

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Keramahan Petugas
Ketepatan Waktu Pencairan Dana
Sarana dan fasilitas
Prosedur Administrasi
Kondisi kebersihan dan lingkungan
Lokasi yang strategis

Perspektif Proses Internal


1.
2.
3.
4.
5.

Pelaksanaan administrasi sesuai SOP


Ketersediaan sarana dan prasarana
Perencanaan sistematis
Efektivitas waktu kerja
Suasana kerja yang aman dan nyaman

6.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perasaan bangga & nyaman
Tanggung jawab
Iklim kepercayaan& kerjasama
Peluang yang sama untuk diklat
Diklat yang sesuai dengan bidang
tugas
6. Gaji yang sesuai dengan bidang tugas
7. Insentif yang sesuai dengan bidang
tugas.
1.
2.
3.
4.
5.

Gambar 3.2
Kerangka Konsep Penelitian

K
I
N
E
R
J
A
B
P
M
P
D
P
E
N
G
E
L
O
L
A
A
N
B
A
N
K
E
L

38

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian


Data yang digunakan dalam penelitian tentang Analisis Kinerja Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan

Desa Kota Denpasar dalam

pengelolaan bantuan kelurahan pada penelitian ini berupa data kualitatif dan data
kualitatif yang dianalisis dengan alat analisis Balance Scorecard diukur dari
empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pengguna jasa, perspektif
proses internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur keseluruhan perspektif secara komprehensif dengan
menggunakan indeks komposit sehingga dapat menunjukkan kinerja Pengelolaan
Bantuan Kelurahan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa Kota Denpasar.

4.2 Lokasi. Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan

Desa Kota Denpasar

pada tahun 2014 dengan pertimbangan

sebagai berikut :
1)

Penelitian tentang

kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat

dan

Pemerintahan Desa Kota Denpasar dalam pengelolaan bantuan kelurahan


belum pernah dilakukan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kota Denpasar.

39

2)

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar


merupakan lembaga yang membidangi pemerintahan desa di Kota Denpasar
yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai

pengelola bantuan

keuangan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Denpasar kepada Kelurahan


dan dana bagi hasil pajak untuk Desa se Kota Denpasar, memberikan
petunjuk teknis pengelolaan keuangan dan melakukan pembinaan tata kelola
keuangan kepada seluruh Desa dan Kelurahan yang terdapat di Pemerintah
Kota Denpasar. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
dengan baik maka analisis kinerja pengelolaan bantuan kelurahan pada
instansi ini perlu dilakukan.
3)

Sering terlambatnya pencairan anggaran bantuan kelurahan yang diterima


oleh masing-masing kelurahan sehingga berdampak pada keterlambatan
proses pembangunan dan realisasi anggaran.

4.3 Identifikasi Variabel


Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Perspektif Keuangan, terhadap pelayanan kantor BPMPD khusus bidang
pemerintahan desa dan kelurahan dengan indikator sebagai berikut :
a. Target anggaran.
b. Realisasi anggaran.
2) Perspektif Pengguna Jasa / petugas pengelola keuangan pada masing-masing
Kelurahan terhadap pelayanan Kantor BPMPD Kota Denpasar dengan
indikator sebagai berikut :

40

a. Keramahan petugas.
b. Ketepatan waktu pencairan dana.
c. Sarana dan fasilitas.
d. Prosedur administrasi.
e. Kondisi kebersihan dan lingkungan.
f. Lokasi yang strategis.
3) Perspektif Proses Internal yang dilaksanakan oleh Kantor BPMPD Kota
Denpasar. dengan indikator sebagai berikut :
a. Pelaksanaan administrasi sesuai SOP
b. Ketersediaan sarana dan prasarana.
c. Perencanaan sistematis.
d. Perasaan puas bekerja sesuai dengan waktu yang ditentukan.
e. Suasana kerja yang aman dan nyaman.
4) Perspektif

Pembelajaran dan Pertumbuhan bagi pelaksanaan pengelola

bantuan kelurahan BPMPD dengan indikator sebagai berikut :


a. Perasaan bangga dan nyaman.
b. Tanggung jawab.
c. Iklim kepercayaan dan kerjasama.
d. Peluang yang sama untuk Pendidikan dan pelatihan .
e. Diklat yang sesuai dengan bidang tugas.
f. Gaji yang sesuai dengan bidang tugas
g. Insentif yang sesuai dengan bidang tugas.

41

4.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian


Definisi operasional dari masing masing variabel adalah sebagai berikut :
1) Kinerja Perspektif keuangan dalam penelitian ini adalah kemampuan dari
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar
khususnya bidang pemerintahan desa dan kelurahan, untuk merealisasikan
target anggaran kegiatan yang akan diukur dari perbandingan antara realisasi
anggaran dengan target anggaran khusus di bidang pemerintahan desa dan
kelurahan yang dinyatakan dengan persen, indikatornya adalah:
a. Target anggaran adalah pagu anggaran yang disediakan dalam APBD
kemudian dituangkan ke dalam Daftar Pelaksanaan Anggara Satuan Kerja
Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dan dinyatakan dalam rupiah.
b. Realisasi anggaran adalah pengeluaran riil dari kegiatan yang telah
dilaksanakan dinyatakan dalam rupiah.
2) Kinerja perspektif pengguna jasa / pengelola bantuan kelurahan pada masingmasing kelurahan adalah perspektif kinerja untuk menyelaraskan berbagai
ukuran penting dalam memberikan pelayanan, sehingga dapat menciptakan
kepuasan bagi pengguna jasa. Tingkat kepuasan pengguna jasa terhadap
pelayanan yang diberikan adalah persepsi tidak puas, kurang puas, puas atau
sangat puas. Indikatornya adalah: a) keramahan petugas, b) ketepatan waktu
pencairan dana, c) sarana dan fasilitas, d) prosedur administrasi, e) kondisi
kebersihan dan lingkungan, f) lokasi yang strategis.
3) Kinerja perspektif proses internal menggambarkan sistem dan prosedur dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kepada kelurahan ditinjau dari persepsi

42

responden, indikatornya adalah : a) pelaksanaan administrasi sesuai SOP, b)


ketersediaan sarana dan prasarana diukur dari persepsi karyawan terhadap
ketersediaan peralatan dan perlengkapan kantor yang berkaitan dengan tugas
pelayanan kepada pelanggan, c) Perencanaan yang sistematis adalah persepsi
karyawan atas suatu proses untuk menyusun kegiatan yang akan dilaksanakan
pada tahun berikutnya, d) Kepuasan dalam melaksanakan tugas karena bisa
bekerja tepat waktu dan e) perasaan bangga dengan situasi lingkungan kerja
yang nyaman dan aman.
4) Kinerja

perspektif

pertumbuhan

dan

pembelajaran

menggambarkan

kemampuan sumber daya manusia dalam meningkatkan kualitas pelayanan


pada pelanggan, indikatornya adalah:a)perasaan bangga dan nyaman, b)
tanggungjawab, c) iklim kepercayaan dan kerjasama, d) peluang yang sama
untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan, e) diklat yang sesuai dengan
bidang tugas, f) gaji yang sesuai dengan bidang tugas, g) insentif yang sesuai
dengan bidang tugas,
Semua variabel penelitian kecuali perspektif keuangan diukur dengan
menggunakan Skala Likert, dengan menggunakan empat alternatif jawaban
pertanyaan. Empat alternatif jawaban adalah sangat setuju, setuju, kurang setuju
dan tidak setuju, Keempat jawaban tersebut diberi skor masing- masing sangat
setuju skor 4, setuju skor 3, kurang setuju skor 2, dan tidak setuju skor 1.

4.5 Jenis dan Sumber Data


4.5.1 Jenis data menurut sifatnya

43

Ditinjau dari sifatnya, jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis,
yaitu data kuantitatif dan kualitatif :
1) Data kuantitatif merupakan data yang dapat dihitung atau data yang disajikan
dalam bentuk angka angka yang diperoleh dari penelitian langsung seperti
jumlah kelurahan, jumlah bantuan kelurahan yang ada pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Denpasar yang realisasinya melalui
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar.
2) Data kualitatif

yaitu data yang tidak dalam bentuk angkaangka seperti

persepsi pengguna jasa / petugas pengelola Bantuan Kelurahan pada masing


masing Kelurahan atas kepuasan pelayanan dan proses internal, persepsi
pegawai terhadap proses pertumbuhan dan pembelajaran organisasi.
4.5.2 Jenis data menurut sumbernya
Ditinjau dari sumbernya, maka data dalam penelitian ini terdiri dari dua
jenis, yaitu data primer dan sekunder :
1) Data primer merupakan data yang digali dari responden meliputi persepsi
pengguna jasa atas pelayanan dan proses internal, persepsi pegawai terhadap
proses pembelajaran dan pertumbuhan .
2) Data sekunder merupakan data yang telah tersedia, dikumpulkan dan diolah
oleh pihak lain yang dalam penelitian ini meliputi data tentang jumlah
bantuan kelurahan yang tersedia pada APBD Kota Denpasar dan realisasi
anggaran Bantuan Kelurahan, data perkembangan Rumah tangga miskin
(RTM) di Kota Denpasar.

44

4.6 Populasi. Sampel dan Metode Penentuan Sampel.


4.6.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Apabila populasi
besar dan tidak mungkin mempelajari semua yang ada dalam populasi tersebut
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka dapat digunakan
sampel yang diambil dari populasi. Untuk

mengukur tingkat kinerja dari

perspektif pengguna jasa, populasinya adalah

seluruh kelurahan yang ada di

lingkungan Pemerintah Kota Denpasar. Untuk mengukur tingkat kinerja


perspektif proses internal dan perspektif
populasinya

adalah

petugas

pengelola

pembelajaran dan pertumbuhan


bantuan

kelurahan

pada

Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar. Untuk lebih


jelas dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Jumlah Pegawai BPMPD dan Kelurahan
Di Kota Denpasar
No

Eselon (orang)

Instansi

Jumlah.

II

III

IV

Staf

(orang)

1.

BPMPD

2.

Kelurahan

16

16

Jumlah

18

23

Sumber : Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota


Denpasar, 2014

45

4.6.2. Sampel
Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang karakteristiknya hendak
diselidiki. Adapun tehnik sampling yang dipergunakan adalah teknik pengambilan
sampling purposif. Teknik pengambilan sampling purposif (Purposive Sampling)
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu hal ini Kepala
BPMPD selaku pemegang kebijakan di SKPD yang dipandang oleh peneliti
mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri ciri atau sifat populasi. Sugiyono
(2006). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Sampel responden pengguna jasa masing masing kelurahan
Di Kota Denpasar
Kelurahan
Tonja
Peguyangan
Ubung
Pemecutan
Padangsambian
Dauh Puri
Panjer
Sesetan
Pedungan
Serangan
Renon
Sanur
Dangin Puri
Sumerta
Kesiman
Penatih
Total

Jabatan
Sekretaris
Sekretaris
Sekretaris
Sekretaris
Sekretaris
Sekretaris
Sekretaris
Sekretaris
Sekretaris
Sekretaris
Sekretaris
Sekretaris
Sekretaris
Sekretaris
Sekretaris
Sekretaris

Sampel (orang)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16

Sumber : Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota


Denpasar. 2014

46

1) Penentuan responden pegawai


Penentuan jumlah responden pegawai dalam penelitian ini adalah keseluruhan
pegawai yang bekerja pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kota Denpasar yaitu sebanyak 40 pegawai. Pengambilan
sampel menggunakan teknik sampel jenuh atau sensus. Sampel jenuh adalah
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel, Sugiyono, (2006)
2) Penentuan responden pengguna jasa / pengelola bantuan kelurahan pada
masing masing Kelurahan di Kota Denpasar, sampel yang dipilih adalah
semua Sekretaris Kelurahan di masing masing Kelurahan yang tugasnya
mengelola Bantuan Kelurahan pada setiap Kelurahan, jadi jumlah responden
dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam
populasi dan teknik pengambilan sampling adalah berjumlah 16 orang.
3) Penentuan Responden Kunci
Untuk penentuan responden kunci ditentukan secara purposive sampling yaitu
mereka yang mengetahui kondisi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan

Desa dan Pengambil kebijakan di Badan Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintahan

Desa Kota Denpasar. Menurut Sugiyono

(2006). sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan


pertimbangan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini Responden kunci yang
dipilih adalah Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa Kota, sehingga jumlah responden kunci adalah 1 Orang.

47

4.7

Metode Pengumpulan Data

1) Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur merupakan metode pengumpulan data dengan cara
menggali data langsung dari sumbernya melalui pertanyaanpertanyaan
dalam bentuk kuesioner terkait dengan variabel-variabel yang diperlukan dan
telah dipersiapkan sebelumnya.
2) Observasi non perilaku
Observasi non perilaku merupakan metode pengumpulan data dengan cara
menggali laporan yang berhubungan dengan pokok permasalahan penelitian,
metode ini ditujukan untuk mengumpulkan data sekunder seperti terget
anggaran yang tersedia untuk bantuan kelurahan pada APBD Kota Denpasar
dan realisasi anggaran bantuan kelurahan.

4.8 Instrumen Penelitian


4.8.1 Uji Validasi Instrument Penelitian
Uji validasi dan uji reliabilitas dilakukan untuk memastikan instrumen
yang digunakan merupakan alat ukur yang akurat dan dapat dipercaya. Menurut
Sugiyono (2006) validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu
mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan realibitas menunjukan sejauh mana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran terhadap aspek yang
sama pada alat ukur yang sama atau disebut juga Internal Consistency Reliability.
Dalam penelitian ini jenis validitas yang digunakan adalah validitas
konstruksi (construct validity). Validitas konstruksi ini lebih terarah pada

48

pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya diukur oleh alat pengukur yang ada.
Validitas pengukuran tersebut dapat dilihat melalui corrected item total
correlation dalam program SPSS. Jika butir pertanyaan memiliki r hitung > r
tabel, butir pertanyaan itu dinyatakan valid sebaliknya jika pertanyaan memiliki r
hitung < r tabel, butir pertanyaan ini dinyatakan tidak valid.
4.8.2 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini uji realibilitas alat ukur yang digunakan dengan
statistik Cronbach alpha. Statistik ini berguna untuk mengetahui apakah alat ukur
yang dipakai reliabel. Jika keseluruhan butir pertanyaan untuk sebuah variabel
memiliki r Alpha < r tabel, pertanyaan ini dinyatakan reliabel dan sebaliknya.
Jika keseluruhan butir pertanyaan untuk sebuah variabel memiliki r Alpha > r
tabel pertanyaan ini dinyatakan tidak reliabel. Nilai cronbach alpha mendekati 1
(satu), ini menunjukan bahwa pengukuran yang digunakan reliabel atau jawaban
responden akan cenderung sama walaupun diberikan kepada orang dan bentuk
pertanyaan yang berbeda.

4.9 Teknik Analisis Data


Alat

analisis

yang

digunakan

untuk

mengukur

kinerja

Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar khususnya


bidang pemerintahan desa dan kelurahan sebagai bidang yang berhadapan
langsung dengan kelurahan dalam pengelolaan bantuan kelurahan

digunakan

indikator kinerja berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard meliputi empat


indikator kinerja yaitu :

49

1) Kinerja dari Perspektif Keuangan.


Untuk mengukur kinerja dari perspektif ini digunakan formula dari Pedoman
Penyusunan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAN,2000) sebagai
berikut :
Capaian Indikator =

Ra
Ta

X 100% ................ (4.1)

Keterangan :
Ra = Realisasi Anggaran tahun ini.
Ta = Target Anggaran tahun ini.
2) Kinerja dari Perspektif Pengguna Jasa.
Kinerja dari perspektif pengguna jasa ini diukur dari indikator variabel : a)
keramahan, b) ketepatan waktu pelayanan, c) sarana dan fasilitas, d) prosedur
pelayanan, e) kondisi kebersihan dan lingkungan, f) lokasi yang strategis,
Menurut Niven (2002) pengukuran kinerja masingmasing variabel dalam
pendekatan balanced scorecard

dapat dilakukan dengan dasar adanya

pernyataan positif (ya) dan negatif (tidak). Dalam penelitian ini jawaban yang
terdiri dari 4 kategori yakni a) Sangat Setuju, b) Setuju, c) Kurang Setuju dan
d) Tidak Setuju akan digolongkan menjadi 2 pernyataan dari 4 kategori
tersebut meliputi untuk kategori pernyataan positif (ya) meliputi jawaban
sangat setuju dan setuju, sedangkan untuk pernyataan negatif (tidak) yaitu
jawaban kurang setuju dan tidak setuju. Untuk standar kinerja yang
dipergunakan perbandingan dalam menentukan tingkatan dan pemberian skor
sebagai berikut :
a) jika 60 100 persen jawaban responden adalah ya (positif) = kinerja baik
b) jika 0 59 persen jawaban responden adalah ya (positif) = kinerja buruk.

50

3) Kinerja dari perpektif proses internal


Kinerja dari perspektif proses internal akan diukur dari variabel variabel :
(a) pelaksanaan administrasi sesuai SOP, (b) ketersediaan sarana dan
prasarana, (c) perencanaan sistematis, d) penyelesaian pekerjaan tepat waktu,
e) suasana kerja yang aman dan nyaman, yang kemudian akan diukur dari
pernyataan positif dan negatif. Teknik analisis data selanjutnya dilakukan
dengan menerapkan teknik dan prosedur kinerja seperti yang diterapkan
untuk menilai kinerja aspek pengguna jasa.
4) Kinerja dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Kinerja dari perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan akan diukur dari

variabel variabel : a) perasaan bangga dan nyaman, b) tanggung jawab, c)


iklim kepercayaan dan kerjasama, d) peluang yang sama untuk diklat, e)
diklat yang sesuai dengan bidang tugas, f) gaji yang sesuai dengan bidang
tugas, g) insentif yang sesuai dengan bidang tugas yang akan diukur dari
pernyataan positif

dan negatif. Teknik analisis data selanjutnya dilakukan

dengan menerapkan teknik dan prosedur kinerja seperti yang diterapkan


untuk menilai kinerja aspek pengguna jasa .
Penilaian kinerja dengan model Balanced Scorecard di atas memberikan
evaluasi kinerja secara parsial. Untuk mendapatkan penilaian kinerja yang
komprehensif

dan

mencerminkan

kinerja

secara

keseluruhan

dilakukan

perhitungan dengan Indeks Komposit yang merupakan indek gabungan dari


keempat persepektif kinerja yang diteliti, Indeks komposit
formula sebagai berikut :

dihitung dengan

51

IK = k. PK + p.PP + i. PI + b.PB.. (4.2)


Keterangan :
IK
PK
PP
PI
PB
k;p;i;b

= Indeks komposit
= Nilai kinerja dari perspektif keuangan
= Nilai kinerja dari perspektif pengguna jasa
= Nilai kinerja dari perspektif proses internal
= Nilai kinerja dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
= Bobot kinerja masing masing perspektif

Tabel 4.3
Nilai Total Kinerja Perspektif Keuangan, Perspektif Pengguna Jasa ,
Perspektif Proses Internal, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Nilai
Perspektif
1

Nilai Interval
Kinerja
(%)
25,00 43,75

Nilai Kinerja
(Hurup)

Keterangan

Tidak Baik

43,76 62,50

Kurang Baik

62,51 81,25

Baik

81,26 100,00

Sangat Baik

Sumber

: Kep. Menpan No:Kep/25/M.Pan/2/2004 Tahun 2004

Bobot indikator kinerja diperoleh berdasarkan in depth interview dengan


responden

kunci

yaitu

Kepala

Badan

Pemberdayaan

Masyarakat

dan

Pemerintahan Desa Kota Denpasar. Nilai rata-rata dari in-depth interview di


tetapkan sebagai bobot kinerja masing masing perspektif kinerja. Keseluruhan
bobot kinerja dari keempat perspektif adalah 100 persen. Nilai Indeks atau nilai
kinerja selanjutnya dipetakan pada kualifikasi kinerja dengan mengikuti Pedoman
Keputusan Menpan Nomor Kep/25/M.Pan/2/2004 tahun 2004 yang disajikan pada
Tabel 4.3. Penerapan pola ini akan memberikan kesimpulan kinerja yang dapat
berupa kualifikasi atau tingkat keberhasilan. Dengan kualifikasi akan dapat dilihat
kinerja sebagai sangat baik, baik, kurang baik, dan tidak baik.

52

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kota Denpasar, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kota Denpasar yang dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota
Denpasar Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah Kota Denpasar.
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar
merupakan salah satu lembaga teknis yang ada di Pemerintah Kota Denpasar,
yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan di dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya dibantu oleh seorang Sekretaris yang membawahi 3 (tiga) orang
Kepala Sub Bagian (Ka.Sub Bag.) dan 5 (lima) orang Kepala Bidang yang masing
masing Kepala Bidang dibantu oleh 2 (dua) orang Kepala Sub Bidang (Ka. Sub
Bid).
Di dalam menangani program pemberian bantuan kelurahan pengelolanya
berada di bawah koordinasi Bidang Pemerintahan Desa dan Kelurahan yang
terdiri dari sub bidang peningkatan kapasitas pemerintahan desa dan kelurahan
dan sub bidang kelembagaan desa dan kelurahan.
1). Sub Bidang peningkatan kapasitas pemerintahan desa dan kelurahan
mempunyai tugas :
a. Menyusun rencana kegiatan Sub Bidang Pemerintahan Desa/Kelurahan
berdasarkan kebijakan di bidang pemberdayaan masyarakat;

53

b. Memberi petunjuk kepada Kepala Sub Bidang bawahannya agar


pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang
berlaku;
c. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan
teknis serta bahan - bahan lainnya yang berhubungan dengan Sub Bidang
Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa dan Kelurahan;
d. Menghimpun bahan perumusan pedoman pembinaan dan fasilitasi
peningkatan kapasitas pemerintahan desa dan kelurahan;
e. Menyusun laporan hasil kegiatan Sub Bidang sebagai bahan penyusunan
laporan hasil kegiatan Bidang Pemerintahan Desa dan Kelurahan;
f. Melaksanakan pembinaan dan fasilitasi peningkatan kemampuan aparatur
dan perangkat desa dan kelurahan;
g. Menyusun pedoman standarisasi pelatihan peningkatan kemampuan
aparatur dan perangkat desa dan kelurahan;
h. Melaksanakan fasilitasi dan pembinaan Administrasi Desa / Kelurahan;
i. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan peningkatan
kapasitas aparatur pemerintahan desa dan kelurahan;
j. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan
Sub Bidang Peningkatan Kapasitas Pemerintahan Desa dan Kelurahan dan
menyiapkan bahan-bahan dalam rangka pemecahan masalah;
k. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkahlangkah atau tindakan yang perlu diambil di bidang tugasnya;

54

l. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas/kegiatan kepada Kepala Bidang


Pemerintahan Desa dan Kelurahan;
m. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan;
2). Sub Bidang Kelembagaan Pemerintahan Desa dan Kelurahan mempunyai
tugas :
a. Menyusun rencana kegiatan Sub Bidang Kelembagaan Pemerintahan Desa
dan

Kelurahan

berdasarkan

kebijakan

di

bidang

pemberdayaan

masyarakat;
b. Memberi petunjuk kepada bawahannya agar pelaksanaan tugas berjalan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku;
c. Menilai hasil kerja Kepala Sub Bidang bawahannya dengan jalan
memonitor dan mengevaluasinya untuk pembinaan karier;
d. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan
teknis serta bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan Sub Bidang
Kelembagaan Pemerintahan Desa dan Kelurahan;
e. Menghimpun bahan perumusan pedoman pembinaan dan fasilitasi
kelembagaan pemerintahan desa dan kelurahan;
f. Menyusun pedoman pembinaan dan fasilitasi kelembagaan pemerintahan
desa, kelurahan dan Lembaga kemasyarakatan;
g. Melaksanakan pembinaan dan fasilitasi kelembagaan pemerintahan desa
dan kelurahan;

55

h. Menyusun pedoman standarisasi pembentukan dan pengembangan


lembaga desa;
i. Melaksanakan fasilitasi dan pembinaan Alokasi Dana Desa (ADD),
Anggaran pendapatan dan belanja Desa (APBDes) dan Anggaran
Kelurahan;
j. Menyusun pedoman standarisasi pemekaran desa, Dusun dan Lingkungan;
k. Menyusun pola kerjasama antarDesa dan Lembaga Desa/Kelurahan ;
l. Melaksanakan pembinaan dan fasilitasi perpustakaan desa/kelurahan;
m. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan kelembagaan
pemerintahan desa dan kelurahan;
n. Menginventarisasi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan
Sub Bidang Kelembagaan Pemerintahan Desa dan Kelurahan dan
menyiapkan bahan-bahan dalam rangka pemecahan masalah;
o. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Bidang Pemerintahan
Desa dan Kelurahan tentang langkah-langkah atau tindakan yang perlu
diambil di bidang tugasnya;
p. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas/kegiatan kepada Kepala Bidang
pemerintahan desa dan kelurahan;
q. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan;
Penelitian dilakukan pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kota Denpasar, pada Tabel 5.1 ditentukan jumlah responden

56

sebanyak 57 orang dengan distribusi responden yang diteliti seperti terlihat pada
Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Distribusi Responden Dalam Penelitian Analisis Kinerja Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar dalam
Pengelolaan Bantuan Kelurahan
No
1.
2.
3.

Uraian
Responden Pengguna Jasa
Responden Pegawai
Responden Kunci

Jumlah (orang)

Prosentase (%)

16
6
1

69,57
26,09
4,34

Jumlah
23
Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

100

Pada Tabel 5.1 dapat dilihat jumlah responden pengguna jasa adalah 16
orang, jumlah responden pegawai 6 orang dan jumlah responden kunci sebanyak 1
orang.

5.2 Deskripsi Hasil Penelitian.


5.2.1 Umur Responden Pengguna Jasa, Responden Pegawai dan Responden
Kunci
Berdasarkan hasil penelitian dari 23 orang responden pengguna jasa,
responden pegawai dan responden kunci kisaran umur responden dapat dilihat
pada Tabel 5.2. Responden dengan kisaran umur 40 49 tahun adalah yang paling
banyak yaitu sebanyak 10 orang atau 43,48 persen, disusul responden umur 30-39
tahun sebanyak 8 orang atau 34,78 persen, kemudian disusul responden dengan
kisaran umur 50 58 tahun yaitu sebanyak 5 orang atau 21,74 persen dan
responden dengan kisaran umur 20-29 tahun sebanyak 0 orang atau 0 persen. Hal

57

ini menunjukan bahwa pegawai Badan Pemberdayaan Masyarakat dan


Pemerintahan Desa Kota Denpasar paling banyak berada pada 30 49 karena
pada usia ini seorang pegawai masih sangat produktif dan sudah memiliki
pengalaman kerja yang cukup lama dapat mendukung kinerja SKPD, sehingga
diharapkan akan mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan baik guna
meningkatkan pembangunan di Kota Denpasar.
Tabel 5.2
Kelompok Umur Responden Pengguna Jasa, Responden Pegawai dan
Responden Kunci
No
1.
2.
3.
4.

Kelompok Umur (Th)


20 29
30 39
40 49
50 58

Jumlah (orang)
0
8
10
5

Jumlah
23
Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

Prosentase (%)
0
34,78
43,48
21,74
100

5.2.2 Jenis Kelamin Responden Pengguna Jasa, Responden Pegawai dan


Responden Kunci
Jenis kelamin responden pengguna jasa, responden pegawai dan responden
kunci dapat dilihat pada Tabel 5.3
Tabel 5.3
Jenis Kelamin Responden Pengguna Jasa, Responden Pegawai dan
Responden Kunci
No

Jenis Kelamin

Jumlah (orang)

Prosentase (%)

1.
2.

Laki laki
Perempuan

11
12

47,83
52,17

Jumlah
23
Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

100,00

58

Responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 11 orang atau 47,83 persen,
sedangkan responden jenis kelamin perempuan sebanyak 12 atau 52,17 persen. Ini
menunjukan bahwa peran serta perempuan di dalam meningkatkan pembangunan
untuk sekarang ini sangat tinggi terbukti dengan lebih banyaknya pegawai
perempuan dibandingkan pegawai laki-laki.

5.2.3 Pendidikan

Responden

Pengguna

Jasa,

Responden

Pegawai

dan

Responden Kunci
Tingkat pendidikan responden pengguna jasa, responden pegawai dan
responden kunci dapat di lihat pada Tabel 5.4
Tabel 5.4
Tingkat Pendidikan Responden Pengguna Jasa, Responden Pegawai dan
Responden Kunci
No

Tingkat Pendidikan

Jumlah (orang)

Prosentase (%)

SMA / Sederajat

26,09

Diploma D3

13,04

Sarjana Strata 1 (S1)

11

47,83

Sarjana Strata 2 (S2)

13,04

23

100

Jumlah

Sumber : Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)


Tingkat pendidikan responden pengguna jasa, responden pegawai dan
responden kunci yang paling banyak adalah sarjana strata 1 (S1) yaitu sebanyak
11 orang atau 47,83 persen, disusul oleh responden dengan tingkat pendidikan
SMA/Sederajat yaitu sebanyak 6 orang atau 26,09 persen dan kemudian kemudian
disusul responden dengan tingkat pendidikan sarjana strata 2 (S2) sebanyak 3
orang atau 13,04 persen. Sedangkan responden yang paling sedikit adalah tingkat

59

diploma 3 (D3) sebanyak 3 orang atau 13,04 persen. Hal ini menunjukan bahwa
tingkat pendidikan sarjana strata 1 (S1) yang mendominasi pendidikan pegawai
pada BPMPD Kota Denpasar. Ini menunjukan bahwa kualitas pendidikan pegawai
di pemerintahan sudah menunjukan peningkatkan dari segi mutu pendidikan,
sehingga mampu di dalam menjalankan tugas-tugas yag diberikan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.

5.2.4 Uji Validasi dan Reliabilitas Instrumen


Agar instrumen penelitian yang berupa kuesioner dapat memperoleh data
sesuai dengan yang diharapkan, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen
tersebut, pengujian dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas.
1) Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui penafsiran responden terhadap
setiap butir pernyataan yang terdapat dalam instrumen penelitian, apakah
penafsiran setiap responden sama atau berbeda sama sekali. Apabila penafsiran
responden tersebut sama, maka instrumen penelitian tersebut dapat dikatakan
Valid. Namun apabila tidak sama, maka instrumen tersebut dapat dikatakan tidak
valid, sehingga perlu diganti. Menurut Sugiyono (2006), bila koefisien korelasi
sama dengan 0,3 atau lebih, maka butir instrumen dinyatakan valid. Hal tersebut
menandakan bahwa penafsiran para responden terhadap butir-butir pernyataan
dari setiap instrumen dalam penelitiantersebut adalah sama.
Berdasarkan hasil uji pada Lampiran 3, dapat disajikan rekapitulasi hasil
uji validitas instrumen penelitian data pengguna jasa/petugas pengelola Bantuan

60

kelurahan pada masing-masing kelurahan, seperti terlihat pada Tabel 5.5. Untuk
uji validasi dilakukan dengan menggunakan program SPSS, setelah dilakukan
pengujian dapat dilihat pada Tabel 5.5. Hasil tersebut di atas dapat diketahui
bahwa semua hasil uji validasi instrumen data responden pengguna jasa
berdasarkan Lampiran 3 menunjukan hasil yang valid ini ditentukan oleh
koefisien korelasinya berada di atas 0,3 atau lebih (Sugiyono, 2006).
Tabel 5.5
Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Instrumen Data Responden Pengguna Jasa
Variabel
Keramahan Petugas

Koefesien Korelasi
0.765

Keterangan
Valid

Ketepatan Waktu pelayanan

0.686

Valid

Sarana dan fasilitas

0.760

Valid

Prosedur pelayanan

0.623

Valid

Kondisi kebersihan dan lingkungan

0.742

Valid

Lokasi yang strategis


Sumber :Lampiran 3

0.658

Valid

Berdasarkan hasil uji pada Lampiran 5 dan Lampiran 6 dapat disajikan


rekapitulasi hasil uji validitas instrumen penelitian data pegawai Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar seperti pada
Tabel 5.6
Tabel 5.6 menunjukan bahwa, berdasarkan hasil analisa uji validasi semua
variabel instrumen data responden pegawai Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kota Denpasar memiliki nilai koefisien korelasi di atas 0,3
sehingga semua instrumen Pegawai Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Kota Denpasar adalah valid.

61

Tabel 5.6
Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Instrumen Data Responden Pegawai BPMPD
Kota Denpasar
Variabel
a. Proses Internal

Koefesien Korelasi

Keterangan

Pelaksanaan Adm. Sesuai SOP

0.949

Valid

Ketersediaan Sarana dan Prasarana

0.894

Valid

Perencanaan Strategis

0.949

Valid

Ketepatan Waktu

0.894

Valid

0.949

Valid

0.909

Valid

Tanggung Jawab

0.898

Valid

Iklim Kepercayaan dan kerja sama

0.909

Valid

Peluang sama untuk Diklat

0.909

Valid

Pelatihan sesuai bidang tugas

0.909

Valid

Gaji sesuai dengan Bidang tugas

0.898

Valid

Insentif sesuai dengan bidang tugas

0.898

Valid

Lingk. Kerja yang aman


nyaman
b. Pembelajran dan Pertumbuhan
Perasaan bangga

dan

Sumber :Lampiran 3
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji penafsiran responden mengenai
butir-butir pernyataan yang terdapat dalam instrumen penelitian yang ditujukan
dengan konsistensi akan jawaban yang diberikan. Suatu instrumen dikatakan
reliabel jika memiliki koefisien Alpha Cronbach minimal 0,600 (Ghozali, 2002).
Tingkat reliabilitas sebesar 0,600 mengidikasikan reliabelnya sebuah konstruk
dari indikator-indikator yang terdapat dalam instrumen penelitian.

62

Berdasarkan hasil uji pada Lampiran 4, Lampiran 6 dan Lampiran 8 dapat


disajikan rekapitulasi hasil uji reliabilitas instrumen penelitian data responden
pengguna jasa, proses internal dan pembelajaran dan pertumbuhan pada Tabel 5.7
Tabel 5.7
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Data Responden
Pengguna Jasa
Variabel

Cronbachs Alpha
Pengguna jasa
0,788
Proses Internal
0,958
Pembelajaran dan Pertumbuhan
0,960
Sumber :Lampiran 4, Lampiran 6 dan Lampiran 8

Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel

Tabel 5.7 menunjukan nilai Cronbachs Alpha lebih besar dari 0,600
sehingga instrumen penelitian untuk data responden pengguna jasa, proses
internal dan pembelajaran dan pertumbuhan telah reliabel.

5.3 Hasil Analisis Diukur dari Empat Perspektif


5.3.1 Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota
Denpasar di ukur dari perspektif keuangan, Pengguna jasa, perspektif
proses internal, dan perspektif pembelajaran serta pertumbuhan.
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan
terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, termasuk informasi
atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa,
kualitas barang dan jasa, perbandingan hasil kegiatan dan target anggaran, serta
efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan, Robertson, 2002 dalam Mahmudi
Manajemen Kinerja Sektor Publik (2007:8).

63

1) Kinerja BPMPD Kota Denpasar Dalam Pengelolaan Bantuan Kelurahan


ditinjau dari Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan digunakan untuk mengukur dan melihat kontribusi
dari jumlah dana yang dianggarkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Perspektif keuangan dalam organisasi sektor publik diukur dari kemampuan
organisasi dalam menyerap dan merealisasikan anggaran. Besarnya kegiatan.
Alokasi anggaran dan realisasinya dapat dilihat pada Tabel 5.8
Tabel 5.8
Kegiatan, Alokasi Anggaran dan Realisasi Anggaran BPMPD Kota
Denpasar dalam Pengelolaan Bantuan Kelurahan
N
o
1

Bulan bhakti gotong royong

Target
Anggaran
(Rp)
42.225.000

Pengembangan Desa Mandiri

86.706.000

50.206.000

57,90

Pembinaan Penilaian Tugas


Kepala Desa dan Pembinaan
BPD
Monitoring dan evaluasi LPM

394.180.000

304.036.500

77,13

26.850.000

12.850.000

47,86

Bimbingan Teknis BPD dan


LPM
Bimbingan teknis pengelolaan
keuangan desa bagi bendahara
desa dan sekretaris desa
Bimbingan Teknis bagi Kaur
Desa dan Kasi Kelurahan
Jumlah

515.735.000

344.660.000

66,83

270.695.900

250.943.800

92,70

294.349.000

281.283.200

95,56

4
5
6
7

Kegiatan

Realisasi
Anggaran
(Rp)
35.625.000

Capaian
Indikator
(%)
84,37

1.630.740.900 1.279.604.500

78,47

Sumber : Laporan Realisasi Keuangan BPMPD Kota Denpasar, Tahun 2013


Tabel 5.8 dapat menginformasikan total pagu anggaran sebesar Rp.
1.630.740.900 dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 1.279.604.500 atau 78,47

64

persen, dikategorikan baik karena berada pada nilai interval kinerja 62,51-81,25
(Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara, 2004).
Realisasi anggaran yang lebih rendah dari target anggaran memiliki
implikasi bahwa terjadi efisiensi anggaran dimana jumlah pengeluaran yang
sungguh-sungguh terjadi lebih kecil dari target anggaran. Hal ini disebabkan
karena dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa sudah mengikuti
ketentuan yang berlaku yaitu Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang pengadaan
barang dan jasa pemerintah yaitu pengadaan barang dan jasa sampai dengan dua
ratus juta rupiah menggunakan Surat Perintah Kerja (SPK) atau pun nota pesanan
telah terjadi negosiasi harga di bawah pagu anggaran yang ditetapkan pada
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Untuk kegiatan Pengembangan Desa Mandiri dan kegiatan Monitoring dan
evaluasi LPM kurang dari 78,47 persen disebabkan ada beberapa anggaran yang
tidak dilaksanakan karena kegiatan tersebut dilakukan bersamaan dengan kegiatan
yang lain sehingga anggarannya tidak di realisasikan antara lain pengadaan
barang/jasa seperti makanan dan minuman, perjalanan dinas, sewa gedung, dan
belanja penghargaan/hadiah. Secara keseluruhan kinerja Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar khususnya bidang
pemerintahan desa dan kelurahan dari perspektif keuangan sudah di kategorikan
berkinerja baik, dilihat dari rata-rata realisasi anggaran yang dikelola berkisar
antara 62,51-81,25 (Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara, 2004).
2). Kinerja BPMPD Kota Denpasar dalam Mengelola Bantuan Kelurahan ditinjau
dari Perspektif Pengguna Jasa

65

Pernyataan responden pengguna jasa berdasarkan Lampiran 11 secara


terinci disajikan pada Tabel 5.9 sebagai berikut :
Tabel 5.9
Pernyataan Responden Untuk Perspektif Pengguna Jasa
No

Variabel

Jawaban Responden (orang)


SS
S
KS
TS
1 Keramahan Petugas
4
5
7
0
2 Ketepatan Waktu pelayanan
2
5
9
0
3 Sarana dan fasilitas
3
11
1
1
4 Prosedur pelayanan
2
11
3
0
5 Kondisi kebersihan lingkungan
4
12
0
0
6 Lokasi yang strategis
5
10
1
0
20
54
21
1
Jumlah
Sumber : Lampiran 11, hasil penelitian 2014 (data di olah)
Tabel 5.9 dapat dijelaskan bahwa jawaban responden untuk perspektif
pengguna jasa menjawab setuju secara keseluruhan adalah sebanyak 54,
menjawab sangat setuju 20 dan menjawab kurang setuju 21 sedangan untuk
jawaban tidak setuju 1. Menurut Niven (2002) pengukuran kinerja masingmasing
variabel dalam pendekatan balanced scorecard dapat dilakukan dengan dasar
adanya pernyataan positif (ya) dan negatif (tidak). Dalam penelitian ini jawaban
yang terdiri dari 4 kategori yakni a) Sangat Setuju, b) Setuju, c) Kurang Setuju
dan d) Tidak Setuju akan digolongkan menjadi 2 pernyataan dari 4 kategori
tersebut meliputi untuk kategori pernyataan positif (ya) meliputi jawaban sangat
setuju dan setuju, sedangkan untuk pernyataan negatif (tidak) yaitu jawaban
kurang setuju dan tidak setuju. Untuk standar kinerja yang dipergunakan dalam
menentukan tingkatan dan diberi skor sebagai berikut :
c) jika 60 100 persen jawaban responden adalah ya (positif) = kinerja baik
d) jika 0 59 persen jawaban responden adalah ya (positif) = kinerja buruk.

66

Tabel 5.10
Pernyataan Positif dan Negatif Responden Untuk Perspektif Pengguna Jasa
No

Variabel

Jumlah Jawaban Pernyataan Responden


Ya
Tidak
Positif
Negatif
(orang) (orang)
(%)
(%)
1 Keramahan Petugas
9
7
56.25
43.75
2 Ketepatan Waktu pelayanan
7
9
43.75
56.25
3 Sarana dan fasilitas
14
2
87.50
12.50
4 Prosedur pelayanan
13
3
81.25
18.75
5 Kondisi kebersihan lingkungan 16
0
100.00
0.00
6 Lokasi yang strategis
15
1
93.75
6.25
74
22
22.92
Jumlah
77.08
Sumber : Lampiran 11, hasil penelitian 2014 (data di olah)
Berdasarkan Tabel 5.10 dapat dijelaskan bahwa dari perspektif pengguna
jasa kepuasan pengguna jasa dapat dilihat dari proporsi pernyataan positif dan
negatif responden atas variabel kepuasan pengguna jasa secara keseluruhan
dimana 77,08 persen responden memberikan pernyataan positif dan 22,92 persen
responden memberikan pernyataan negatif. Niven (2002) menyatakan bahwa jika
proporsi pernyataan positif lebih tinggi dari 60 persen, maka kinerja dari
perspektif ini digolongkan pada kualifikasi baik dan jika 0-59 persen responden
memberikan pernyataan positif digolongkan pada kualifikasi kinerja buruk.
Namun ada dua pertanyaan yang berada di bawah 60 persen yaitu pertanyaan
pertama sebesar 56,25 persen dan pertannyaan kedua sebesar 43,75 persen
sehinggga dikategorikan buruk. Sesuai dengan standar Niven ini maka kinerja
BPMPD dalam pengelolaan bantuan kelurahan di tinjau dari perspektif pengguna
jasa secarra keseluruhan berada pada kategori baik yaitu sebesar 77,08 persen.
3) Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota
Denpasar Dalam Pengelolaan Bantuan Kelurahan di Tinjau dari Perspektif
Proses Internal

67

Pernyataan responden ditinjau dari perspektif proses internal berdasarkan


Lampiran 8 secara rinci disajikan pada Tabel 5.11 sebagai berikut :
Tabel 5.11
Pernyataan Responden Untuk Perspektif Proses Internal
No
1
2
3
4
5

Variabel
Pelaksanaan Adm. Sesuai SOP
Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Perencanaan Strategis
Ketepatan Waktu
Lingk. Kerja yang aman dan nyaman

Jawaban Responden (orang)


SS
S
KS
TS
4
2
0
0
1
5
0
0
3
3
0
0
4
2
0
0
4
2
0
0

16
14
Jumlah
Sumber :Lampiran 12, hasil penelitian 2014 (data di olah)

Berdasarkan Tabel 5.11 dapat dijelaskan, bahwa responden pegawai


Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar ditinjau
dari perspektif proses internal dari lima variabel yang ditanyakan tidak ada yang
memilih jawaban tidak setuju dan jawaban secara keseluruhan dapat disampaikan
sebagai berikut jawaban sangat setuju adalah paling banyak yaitu 16 jawaban
kemudian setuju 14 jawaban, kurang setuju 0 jawaban dan untuk jawaban tidak
setuju 0 atau tidak ada yang menjawab. Dan ini menunjukan bahwa kinerja Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar dari perspektif
proses internal menunjukan hasil yang positif. Jika dilihat dari pernyataan positif
dan negatif, Niven (2002) dapat ditunjukan pada Tabel 5.12
Tabel 5.12 dapat dijelaskan bahwa pernyataan positif sebesar 100 persen
dan pernyataan negatif sebesar 0 persen. Dengan hasil data ini menyatakan bahwa
perspektif proses internal dikatakan memberikan kontribusi positif terhadap

68

proses

pengelolaan

bantuan

kelurahan

yang

dilaksanakan

oleh

Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar.


Tabel 5.12
Pernyataan Positif dan Negatif Responden Untuk Perspektif Proses Internal
No

Variabel

1 Pelaksanaan Adm. Sesuai SOP


2 Ketersediaan
Sarana
dan
Prasarana
3 Perencanaan Strategi
4 Ketepatan Waktu
5 Lingk. Kerja yang aman dan
nyaman

Jumlah Jawaban
Ya
Tidak
(orang) (orang)

Pernyataan Responden
Positif
Negatif
(%)
(%)

6
6

0
0

100,00
100,00

0,00
0,00

6
6
6

0
0
0

100,00
100,00
100,00

0,00
0,00
0,00

100

0,00

30
0
Jumlah
Sumber :Lampiran 12, hasil penelitian 2014 (data di olah)

4) Kinerja BPMPD Kota Dalam Pengelolaan Bantuan Kelurahan ditinjau dari


Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Pernyataan responden ditinjau dari perpsektif pembelajaran dan pertumbuhan
berdasarkan Lampiran 12 secara rinci disajikan pada Tabel 5.13.
Berdasarkan data Tabel 5.13 dapat dijelaskan bahwa responden pegawai
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar ditinjau
dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memberikan jawaban secara
keseluruhan sangat setuju paling banyak yaitu sebanyak 172 dan berikutnya
jawaban setuju sebanyak 100. Dilihat dari hasil kuisioner tersebut maka kinerja
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar
menunjukan hasil yang positif. Jika dilihat dari pernyataan positif dan negatif,
Niven (2002) dapat ditunjukan pada Tabel 5.14.

69

Tabel 5.13
Pernyataan Responden Untuk Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
No

Variabel

1
2
3
4
5
6
7

Perasaan bangga
Tanggung Jawab
Iklim Kepercayaan dan kerja sama
Peluang sama untuk Diklat
Pelatihan sesuai bidang tugas
Gaji sesuai dengan Bidang tugas
Insentif sesuai dengan bidang tugas
Jumlah

Jawaban Responden (orang)


SS
S
KS
TS
5
1
0
0
5
1
0
0
4
2
0
0
5
1
0
0
5
1
0
0
4
2
0
0
5
1
0
0
33

Sumber : Lampiran 12, hasil penelitian 2014 (data di olah)


Tabel 5.14
Pernyataan Positif dan Negatif Responden Untuk Perspektif Pembelajaran
dan Pertumbuhan
No
1
2
3
4
5
6
7

Variabel

Jumlah Jawaban
Ya
Tidak
(orang) (orang)
Perasaan bangga
6
0
Tanggung Jawab
6
0
Iklim Kepercayaan dan kerja
6
0
sama
Peluang sama untuk Diklat
6
0
Pelatihan sesuai bidang tugas
6
0
Gaji sesuai dengan Bidang
6
0
tugas
Insentif sesuai dengan bidang
6
0
tugas
42
0
Jumlah

Pernyataan Responden
Positif
Negatif
(%)
(%)
100
0
100
0
100
0
100
100
100

0
0
0

100

100

Sumber : Lampiran 12, hasil penelitian 2014 (data di olah)


Tabel 5.14 secara keseluruhan pernyataan positif sebesar 100 persen dan
dan pernyataan negatif sebesar 0 persen, dengan demikian perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan dikatakan memberikan kontribusi positif terhadap
proses

pengelolaan

bantuan

kelurahan

yang

dilaksanakan

oleh

Badan

70

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar di dalam


pengelolaan bantuan kelurahan.

5.3.2 Kinerja BPMPD Kota Denpasar dalam pengelolaan bantuan kelurahan


diukur dari keseluruhan perspektif
1) Indeks Komposit
Perhitungan indeks komposit dilakukan untuk mendapatkan nilai kinerja
tunggal yang mencerminkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Sesuai
formula perhitungan indeks komposit maka perlu dilakukan pembobotan atas
masing-masing perspektif kinerja. Untuk menghindari subyektifitas penentuan
bobot kinerja dilakukan dengan in-depth interview dengan responden kunci yaitu
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar.
Nilai rata-rata dari hasil in-depth interview ditetapkan sebagai bobot kinerja
masing-masing perspektif kinerja. Hasil in-depth interview dan perhitungan bobot
indikator kinerja dijelaskan pada Tabel 5.15 sebagai berikut :
Tabel 5.15
Hasil in-depth interview dan perhitungan Nilai Bobot Kinerja
No

1.

Responden

Kepala Badan
Pemberdayaan
Masyarakat dan
Pemerintahan Desa
Jumlah

Perspektif
Keuangan Pengguna Proses Pertmbh &
jasa
Internal Pembljrn
%
%
%
%
30
25
25
20

30%

25%

25%

Sumber :Lampiran 13, hasil penelitian 2014 (data di olah)

20%

Jumlah
%
100

100%

71

Untuk perhitungan indeks kinerja komposit sebagai nilai gabungan dari


keempat perspektif kinerja maka proporsi atau rata-rata pernnyataan positif dari
masinng-masing perspektif dijadikan nilai capaian kinerja dari masing-masing
perspektif. Digunakannya proporsi pernyataan positif sebagai nilai capaian kinerja
perspektif, berdasarkan pertimbangan bahwa nilai capaian kinerja perspektif tidak
boleh melebihi 100 persen. Sesuai dengan data sebelumnya maka nilai capaian
kinerja perspektif keuangan, perspektif pengguna jasa, perspektif proses internal
serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran adalah sebesar 78,47 persen,
77,08 persen, 100 persen dan 100 persen.
Tabel 5.16
Perhitungan Indeks Komposit
No

Kegiatan

Bobot
Nilai
Indeks
Kinerja
Capaian
Komposit
(%)
Kinerja (%)
(%)
1 Keuangan
30,00
78,47
23,54
2 Pengguna jasa
25,00
77,08
19,27
3 Proses Internal
25,00
100,00
25,00
4 Pertumbuhan dan Pembelajaran
20,00
100,00
20,00
Jumlah
100,00
87,81
Sumber : Hasil Penelitian, Tahun 2014 (data diolah)
Tabel 5.16 menunjukan hasil perhitungan bahwa indeks komposit kinerja
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar dalam
pengelola bantuan kelurahan adalah 87,81 persen yang terdiri dari kinerja
perspektif keuangan 23,54 persen, dengan bobot kinerja 30 persen; kinerja
perspektif pengguna jasa 19,27 persen dengan bobot kinerja 25 persen; kinerja
perspektif proses internal 25,00 persen

dengan bobot kinerja 25 persen dan

kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran 20 persen dengan bobot 20


persen. Indeks Komposit sebesar 87,81 persen dikategorikan pada kinerja sangat

72

baik karena berada pada interval kinerja 81,26 100,00 persen (Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara, 2004).

5.4 Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini, mengacu pada kerangka konsep
penelitian yaitu 1) Perspektif Keuangan, 2) Perspektif Pengguna Jasa, 3)
Perspektif Proses Internal, 4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.

5.4.1 Perspektif Keuangan


Perspektif keuangan digunakan untuk mengukur dan menilai kontribusi
dari jumlah dana yang digunakan terhadap pencapaian tujuan. Ukuran kinerja
keuangan memberikan petunjuk apakah strategi organisasi, implementasi dan
pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Perspektif keuangan dalam penelitian ini diukur dari kemampuan
organisasi dalam menyerap dan merealisasikan anggaran. Realisasi anggaran
untuk kegiatan Bulan bhakti gotong royong Tahun 2013 sebesar 84,37 persen dari
dana yang dianggarkan, realisasi anggaran untuk kegiatan Pengembangan Desa
Mandiri Tahun 2013 sebesar 57,90 persen, realisasi anggaran untuk kegiatan
Pembinaan Penilaian Tugas Kepala Desa dan Pembinaan BPD Tahun 2013
sebesar 77,13 persen, realisasi anggaram untuk kegiatan Monitoring dan evaluasi
LPM sebesar 47,86 persen, realisasi anggaram untuk kegiatan Bimbingan Teknis
BPD dan LPM sebesar 66,83 persen, realisasi anggaram untuk kegiatan
Bimbingan teknis pengelolaan keuangan desa bagi bendahara desa dan sekretaris

73

desa sebesar 92,70 persen dan realisasi anggaram untuk kegiatan Bimbingan
Teknis bagi Kaur Desa dan Kasi Kelurahan sebesar 95,56 persen.
Berdasarkan Peraturan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara,
2005 capaian kinerja sebesar 78,47 tergolong kualifikasi baik. Realisasi anggaran
yang lebih rendah dari target anggaran memiliki implikasi bahwa terjadi efesiensi
anggaran dimana jumlah pengeluaran yang sungguh-sungguh terjadi lebih kecil
dari target anggaran. Hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaan kegiatan
pengadaan barang dan jasa di atas lima puluh juta rupiah sampai dengan dua ratus
juta menggunakan Surat Perintah Kerja (SPK) terjadi negosiasi harga dibawah
pagu anggaran yang ditetapkan pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), disamping juga ada beberapa anggaran
yang tidak direalisasikan karena tidak dipergunakan seperti makanan dan
minuman, perjalanan dinas, sewa gedung, dan belanja penghargaan/hadiah, sisa
anggaran yang tidak di realisasikan secara otomatis kembali ke kas daerah karena
tidak dimohonakan oleh Pengguna Anggaran Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar dan akan menjadi sisa laporan penggunaan
anggaran (SILPA) tahun berikutnya.
Pengukuran kinerja dari perspektif keuangan yang juga pernah dilakukan
oleh Sri Utari (2006) tentang Analisis Kinerja Institusi Pengujian Kendaraan
Bermotor Kota Denpasar, dengan menggunakan model pengukuran Balance
Scorecard dengan hasil penelitian secara parsial berada pada kualifikasi sangat
baik dengan capaian sebesar 89,93 persen. Dibandingkan dengan capaian kinerja

74

dari perspektif keuangan yang peneliti lakukan hasilnya masih dibawah capaian
kinerja Institusi Pengujian Kendaraan Bermotor Kota Denpasar.

5.4.2 Perspektif Pengguna Jasa


Kinerja perspektif pengguna jasa dalam organisasi sektor publik
merupakan ukuran penting dalam penilaian kinerja organisasi. Menciptakan
kepuasan pelayanan yang dibutuhkan publik atau pengguna jasa merupakan tugas
penting dari organisasi publik, sehingga kinerja atas perspektif ini perlu dievaluasi
atau diketahui.
Pemahaman atas kinerja perspektif pengguna jasa, memungkinkan bagi
organisasi melakukan identifikasi terhadap kepuasan pengguna jasa, kelengkapan
dan ketepatan pelayanan. Untuk mengukur kinerja BPMPD dalam pengelolaan
Bantuan Kelurahan dari perspektif pengguna jasa, beberapa variabel perlu diamati
sesuai pernyataan responden pengguna jasa.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan, bahwa kepuasan pengguna
jasa dapat dilihat dari pernyataan positif dan negatif responden pengguna jasa.
Responden pengguna jasa memberikan pernyataan positif sebesar 77,08 persen
dan memberikan pernyataan negatif sebesar 22,92 persen. Responden pengguna
jasa yang memberikan pernyataan negatif terutama terhadap ketepatan waktu
pelayanan sebesar 56,25 persen, disusul pernyataan negatif tentang keramahan
petugas sebesar 31,25 persen, diakibatkan karena kurangnya komunikasi yang
dilakukan oleh pengelola bantuan kelurahan kepada pengguna jasa di dalam
pengalokasian pengguna bantuan kelurahan. Dari perspektif pengguna jasa kinerja

75

BPMPD dalam pengelolaan bantuan kelurahan rata-rata sebesar 77,08 persen


dikategorikan baik karena berada pada standar kinerja dengan interval 62,51
81,25 persen (Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, 2004).
Pengukuran kepuasan pengguna jasa dengan mengembangkan kuesioner
yang pernah digunakan oleh Astiningsih (2010) dalam tentang Kinerja Puskesmas
Kabupaten Bangli dengan menggunakan metode Balance Scorecard (BSC).
Dengan hasil penelitian secara komprehensif atas empat perspektif berada pada
kualifikasi kinerja baik. Untuk perspektif pengguna jasa adalah baik dengan nilai
capaian sebesar 80,50 persen. Berada pada standar kinerja dengan interval 62,51
81,25 persen (Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, 2004).

5.4.3 Perspektif Proses Internal


Melalui perspektif proses internal organisasi dapat mengidentifikasikan
berbagai proses penting yang harus dikuasai dan diterapkan organisasi dengan
baik. Pemahaman atas perspektif ini ditujukan untuk menyusun perencanaan
sumber daya internal untuk memenuhi tuntutan pelayanan yang dibutuhkan oleh
pengguna jasa. Kepuasan pengguna jasa akan dapat dirancang dalam suatu proses
yang optimal. Peningkatan kualitas pelayanan hanya akan tercapai jika terjadi
perbaikan pada proses internal organisasi.
Pemahaman atas kinerja proses internal memungkinkan bagi organisasi
untuk melakukan identifikasi terhadap cara pengelolaan sumber daya internal
secara optimal. Identifikasi dan analisis terhadap persepsi pengguna jasa atas
proses internal organisasi dapat dijadikan pedoman untuk menyelaraskan berbagai

76

ukuran kinerja proses internal untuk menciptakan pelayanan yang memenuhi


tuntutan kepuasan pengguna jasa.
Perspektif proses internal ini menggambarkan kemampuan BPMPD Kota
Denpasar dalam pengelolaan Bantuan Kelurahan untuk peningkatan kualitas
pelayanan yaitu dilihat dari beberapa variabel yaitu pelaksanaan administrasi
sesuai dengan SOP, Ketersediaan sarana dan prasarana, melaksanakan
perencanaan yang sistematis terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mendukung pelaksanaan dan evaluasi pada akhir kegiatan, bekerja sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan serta suasana kerja yang aman dan nyaman.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa, ditinjau dari
perspektif proses internal dapat dilihat dari proporsi pernyataan positif dan negatif
responden pegawai atas pelaksanaan administrasi yang sesuai SOP, sarana dan
prasarana dengan kondisi baik serta bekerja dengan perencanaan yang sistematis
disamping ketepatan waktu pelaksanaan yang didukung dengan suasana kerja
yang aman dan nyaman. Responden pegawai BPMPD tidak ada yang memberikan
pernyataan negatif dan hal ini disebabkan karena pegawai BPMPD sudah merasa
puas dan nyaman terhadap pelaksanaan administrasi selama ini yang sudah sesuai
dengan SOP dengan didukung oleh lingkungan yang aman dan nyaman serta
sarana dan prasarana yang sudah memadai.
Dari perspektif proses internal, kinerja BPMPD Kota Denpasar dalam
pengelolaan Bantuan Kelurahan rata-rata sebesar 100 persen di kategorikan sangat
baik karena berada pada standar kinerja dengan interval 81,26-100 persen
(Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, 2004).

77

Pengukuran kinerja pegawai dilihat dari perspektif proses internal pernah


dilakukan oleh Sri Utari (2006) tentang Analisis Kinerja Institusi Pengujian
Kendaraan Bermotor Kota Denpasar, dengan menggunakan model pengukuran
Balance Scorecard dengan hasil penelitian secara parsial berada pada kualifikasi
buruk terutama disebabkan oleh rendahnya kinerja variabel keadilan dan
persamaan dalam pelayanan.

5.4.4 Perspekti Pembelajaran dan Pertumbuhan.


Tinjauan

kinerja

dari

perspektif

pertumbuhan

dan

pembelajaran

difokuskan pada kionerja organisasidalam penyediaan infrastruktur sehingga


cukup memadai dalam mencapai tujuan dari ketiga perspektif lainnya. Balance
scorecard menekankan pentingnya menanamkan investasi bagi masa datang yaitu
investasi tehadap sumber daya manusia yang merupakan pendorong terwujudnya
kinerja yang baik. Kinerja dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran adalah
suatu kemapuan sumber daya manusia dalam meningkatkan kualitas pelayanan,
dalam kaitan dengan ini yang dilihat adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas serta kemampuan pegawai. Hasil analisis masing-masing
variabel selanjutnya dijadikan acuan untuk mendapatkan gambaran yang
komprehensif mengenai kondisi kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
secara menyeluh.
Motivasi kerja merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan
pekerjaan tertentu. Etos kerja merupakan kadar komitmen dan semangat
melakukan suatu pekerjaan yang didasari oleh pandangan atas makna pekerjaan

78

dimaksud. Pemenuhan terhadap kebutuhan motovasi tidak terelakan bagi semua


pegawai sebab apabila motivasi terpenuhi dengan baik akan muncul kepuasan
kerja yang berdampak pada ketenangan kerja. Motovasi dapat berupa keuangan
dan non keuangan yang berdampak pada kepuasan kerja (Payaman Simajuntak,
2011).
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 7 variabel untuk
mengukur kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pernyataan
responden semuanya positif. Dari Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan,
kinerja BPMPD dalam mengelola bantuan kelurahan dapat diketahui sebesar 100
persen, dikategorikan sangat baik karena berada pada nilai interval kinerja 81,26100 persen (Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, 2004).
Pengukuran kinerja pegawai

dilihat dari perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran juga pernah dilakukan oleh Astiningsih (2010) tentang Kinerja


Puskesmas Kabupaten Bangli juga menggunakan model pengkuran Balance
Scorecard yang diukur dari empat pespektif. Untuk perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran berada pada kualifikasi baik dengan nilai capaian sebesar 70,81
persen namun masih ada catatan yaitu penghargaan uang dan non uang serta
sarana dan prasarana perlu diperhatikan.

5.4.5 Indeks Komposit


Perhitungan indeks komposit dilakukan untuk mendapatkan satu persepsi
yang utuh tentang kinerja BPMPD Kota Denpasar dalam mengelola bantuan
kelurahan. Indeks komposit (IK) merupakan indeks gabungan dari empat

79

perspektif yang dianalisis dengan bobot pada masing-masing perspektif yaitu


perspektif keuangan, perspektif pengguna jasa, perspektif proses internal dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, total bobot adalah 100 persen.
Sesuai dengan data sebelumnya maka nilai capaian kinerja perspektif
keuangan adalah 78,47 persen, perspektif pengguna jasa sebesar 77,08 persen,
perspektif proses internal sebesar 100 persen dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan sebesar 100 persen. Setelah dikalikan dengan bobot dari masingmasing perspektif yang diperoleh dari hasil in-depth interview dengan responden
kunci maka didapat indeks komposit dari masing-masing perspektif yaitu
perspektif keuangan sebesar 23,54 persen, perspektif pengguna jasa 19,27 persen,
perspektif proses internal 25 persen dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
20 persen.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa kinerja BPMPD Kota
Denpasar dalam pengelolaan bantuan kelurahan secara keseluruhan di hitung dari
empat perspektif mendapatkan Indeks Komposit (IK) sebesar 87,81. persen. Jika
diukur dengan skala Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, 2004 maka
kinerja BPMPD Kota Denpasar dalam pengelolaan bantuan kelurahan tergolong
sangat baik karena berada pada interval 81,26-100 persen. Sedangkan secara
parsial atas keempat perspektif kinerja menunjukan bahwa kinerja dari perspektif
keuangan berada pada kualikasi baik Untuk perspektif pengguna jasa pada
kualifikasi baik sehingga perlu ditingkatkan, sedangkan kinerja dari perspektif
proses internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berada pada
kualifikasi sangat baik.

80

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Dari hasil analisis data dan pembahasan pengukuran kinerja Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar dalam
pengelolaan bantuan kelurahan dengan pendekatan Balance Scorecard serta
kinerja secara menyeluruh dengan perhitungan Indek Komposit dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut :
1). a. berdasarkan analisis perspektif keuangan secara keseluruhan menunjukan
kinerja dengan kategori baik dengan nilai kinerja 78,47 persen.
b. hasil analisis perspektif pengguna jasa secara keseluruhan menunjukan
kinerja dengan kaeagori baik dengan nilai kinerja 77,08 persen.
c. hasil analisis perspektif proses internal secara keseluruhan menunjukan
kinerja dengan katagori sangat baik dengan nilai kinerja 100 persen.
d. hasil analisis perpsektif pembelajaran dan pertumbuhan secara keseluruhan
menunjukan kinerja dengan katagori sangat baik dengan nilai kinerja 100
persen.
2) Kinerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota
Denpasar dalam pengelolaan bantuan kelurahan secara menyeluruh ditinjau
dari empat perspektif yang meliputi perspektif keuangan, pengguna jasa, proses
internal, pembelajaran dan pertumbuhan berada pada kualifikasi kinerja sangat
baik dengan nilai 87,81 persen hal ini berarti BPMPD Kota Denpasar hanya

81

mampu menyelesaikan tugas tugas sebesar 87,81 persen dari 100 persen
kualifikasi kinerja yang diharapkan bisa terlealisasikan.
6.2 Saran
Berdsarakan simpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran
yang kiranya dapat dipertimbangkan sebagai berikut :
1) Ditinjau dari perspektif keuangan, karena kinerja dari perspektif ini berada
pada kualifikasi baik yaitu sebesar 78,47 maka perlu ditingkatkan agar
menjadi lebih baik lagi, dengan memaksimalkan proses dari perencanaan,
pelaksanaan dan realisasi anggaran agar tidak terjadi sisa anggaran yang
teralu besar di kembalikan ke kas daerah.
2) Ditinjau dari perspektif pengguna jasa disarankan kepada BPMPD Kota
Denpasar agar meningkatkan pelayanan terkait dengan keramahan petugas
serta ketepatan waktu pencairan anggaran bantuan kelurahan disamping
juga selalu melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan kelurahan di
dalam merealisasikan penggunaan anggaran bantuan kelurahan.
3) Ditinjau dari perspektif proses internal disarankan kepada BPMPD Kota
Denpasar agar selalu meningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
kerja disamping itu pula melakukan perencanaan strategi yang lebih
matang.
4) Ditinjau dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan disarankan agar
lebih meningkatan kepercayaan terhadap seluruh pegawai di dalam
melaksanakan tugas dan meningkatkan kerja sama yang baik antar
pegawai, disarankan pula agar seluruh pegawai diberikan kesempatan

82

mengikuti Pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya


masing-masing.
5) Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah
di dalam pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia, serta
mempersiapan perencanaan anggaran untuk meningkatkan pendidikan dan
kemampuan pegawai.
6) Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambahkan indikatorindikator kinerja lain di setiap perspektif, sehingga dapat menggambarkan
hubungan sebab ak ibat yang lebih komprehensif.

xvi

DAFTAR PUSTAKA
Andreas Lako, 2004, Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi : Isu, Teori dan
Solusi, Yogyakarta, Penerbit Amara Books.
Anwar Prabu Mangkunegara, 2005, Evaluasi Kinerja SDM, Bandung, Penerbit
PT. Refika Aditama.
Anderson, Jamie, Creativity is not Enough ICT Enabled Strategic Innovatio
European Journal of Innovation Management No. 9, issue 2 pp 129-148.,
2006.
Budiarti, isniar, Balanced Scorecard sebagai alat ukur Kinerja dan Pengendali
Sistem Manajemen strategis, Majalah Ilmiah Unikom, Vo.6. hal 51-59.
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar
Keputusan Walikota Denpasar informasi Pemberian Bantuan Kelurahan di
Kota Denpasar.
-------- 2009 Keputusan Walikota Denpasar tentang Plafond Bantuan Kelurahan
-------- 2010 Keputusan Walikota Denpasar tentang Plafond Bantuan Kelurahan
-------- 2011 Keputusan Walikota Denpasar tentang Plafond Bantuan Kelurahan
-------- 2012 Keputusan Walikota Denpasar tentang Plafond Bantuan Kelurahan
-------- 2013 Keputusan Walikota Denpasar tentang Plafond Bantuan Kelurahan
Gold, C Total Quality Management in Information Technology Services-IS
Measures a Balancing Act Research Note Emst & Young Center For
Imformation Technology and Strategic, Boston, 1992
Gambergen, W The Balanced Scorecard an IT Govermance Information
System Control Journal. Volume 2, 2000.
Handoko,.H., 1995, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi 2,
BPFE,Yogyakarta.
Hanuman, Kiswara, 2000, Analisis Balance Socorecard Sebagai Alat Pengukur
Kinerja Perusahaan.
Husaini Usman. (2006). Pengantar Statistika. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Ishak, Irni Suzila, Deigning a Strategic Information System Planning Methodologi
For Malaysian Institutes of Higher Learning (ISP-IPTA), IIS Volo VI, No.
1-2, 2005.
Kaplan, R. And D. Norton, The Balanced Scorecard Translating Vision Into
Asction, Harvard Business School Press, Boston, 1996.
Kementrian
Pendayagunaan
Aparatur
Negara,
2005,
Nomor:
Kep/25/M.Pan/2/2004, tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, Jakarta.

xvi

xvii

Kumalasari, Y. S. 2010. Evaluasi Terhadap Kinerja Unit Usaha Syariah Pada Bank
Konvensional Dengan Perspektif Balance Scorecard.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2000, Pedoman Penyusunan


Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Lubis, Arfan I. dan Sutopo. 2003. Implementasi Konsep Balance Scorecard bagi
Small and Medium Business di Indonesia: Suatu Tinjauan Teoritis. Jurnal
EKOBIS, Vol. 4, No. 1, h. 15 28.
Mahmudi, 2010, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi kedua Yogyakarta,
Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Malayu S.P Hasibuan, 2005, Manajemen : Dasar Pengertian dan Masalah, Jakarta,
PT. Bumi Aksara
Mulyadi, 1999, Strategic Majement System dengan Pendekatan Balanced
Scorecard, Manajemen dan Usahawan, No.02 tahun XXVIII Pebruari, 3946.
Niven P. 2002, Balanced Scorecard Step by Step : Maximizing Performance and
Maintaning Result, John Wiley and Sons, Inc., New York.
Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Pandey, I. M., 2005. Balanced Scorecard: Myth and Reality. Vikalpa: The Journal
for Decision Makers, 30 (1), 51-66.
Peraturan Walikota Denpasar Nomor 6 Tahun 2012 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Bantuan Kelurahan.
Pratiwi, Kuswinarno, Faidal, Jurnal Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja
Karyawan, 2013.
Stlzle, W.; Heusler, K.; Karrer, M. 2001. Die Integration der Balanced Scorecard
in das
Supply Chain Management-Konzept (BSCM). logistik management, 3. (2/3), 7385.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survey, edisi
Revisi LP3ES, Jakarta.
Singgih, Damayanti, Oktavia, Pengukuran dan Analisa Kinerja dengan Metode
Balance Scorecard pada Perusahaan X, Jurnal Teknik Indunstri Vo. 3
Desember 2001.
Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek Edisi Revisi
V. Jakarta : Rineka Cipta.

xvii

xviii

Scherer, A.; Alt, M.J.; 2002, Balanced Scorecard in Verwaltung und Non-ProfitOrganisationen, Wiesbaden 2002.
Salterio, S.; Webb, A., 2003. The balanced scorecard. CA Magazine, 136 (6), 3941.
Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Smith, M., 2005. The Balance scorecard. Financial Management. February 2005,
27-28.
Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi, CV. Alfabeta, Bandung.
Thom, N.;Ritz, A. 2000. Public Management: Innovative Konzepte zur Fhrung
im ffentlichen Sektor, Wiesbaden 2000.
Undang undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan retribusi
Daerah.
Undang undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah.
Undang undang Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
Weber, J.; Bacher, A.; Groll, M. 2002. Konzeption einer Balanced Scorecard fr
das Controlling von unternehmensbergreifenden Supply Chains. krp, 46
(3), 133-141.
Yuwono, S. 2002. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard :Menuju
Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama.
Yin, R. K. 1991. Case Study Research: Design and Methods, Newbury Park/Calif.
u.a. 1991.
Zudia, M. 2010. Analisis Penilaian Kinerja Organisasi Dengan Menggunakan
Konsep Balance Scorecard Pada PT Bank Jateng Semarang. Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

xviii

Lampiran 1. Karakteristik Responden Pengguna Jasa/Sekretaris Kelurahan pada masingmasing kelurahan se Kota Denpasar

Frequencies-Pengguna
Frequency Table

Pendidikan

Valid

SMA
Diploma (D4)
S1
S2
Total

Frequency
4
2
8
2
16

Percent
25.0
12.5
50.0
12.5
100.0

Valid Percent
25.0
12.5
50.0
12.5
100.0

Cumulative
Percent
25.0
37.5
87.5
100.0

Umur

Valid

40
41
42
43
46
47
48
49
50
53
54
Total

Frequency
1
1
2
2
1
2
1
2
2
1
1
16

Percent
6.3
6.3
12.5
12.5
6.3
12.5
6.3
12.5
12.5
6.3
6.3
100.0

Valid Percent
6.3
6.3
12.5
12.5
6.3
12.5
6.3
12.5
12.5
6.3
6.3
100.0

Cumulative
Percent
6.3
12.5
25.0
37.5
43.8
56.3
62.5
75.0
87.5
93.8
100.0

Jenis Kelamin

Valid

Laki-laki
Perempuan
Total

Frequency
9
7
16

Percent
56.3
43.8
100.0

Valid Percent
56.3
43.8
100.0

Cumulative
Percent
56.3
100.0

P1

Valid

Kurang setuju
Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
7
5
4
16

Percent
43.8
31.3
25.0
100.0

Valid Percent
43.8
31.3
25.0
100.0

Cumulative
Percent
43.8
75.0
100.0

P2

Valid

Kurang setuju
Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
9
5
2
16

Percent
56.3
31.3
12.5
100.0

Valid Percent
56.3
31.3
12.5
100.0

Cumulative
Percent
56.3
87.5
100.0

P3

Valid

Tidak setuju
Kurang setuju
Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
1
1
11
3
16

Percent
6.3
6.3
68.8
18.8
100.0

Valid Percent
6.3
6.3
68.8
18.8
100.0

Cumulative
Percent
6.3
12.5
81.3
100.0

P4

Valid

Kurang setuju
Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
3
11
2
16

Percent
18.8
68.8
12.5
100.0

Valid Percent
18.8
68.8
12.5
100.0

Cumulative
Percent
18.8
87.5
100.0

P5

Valid

Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
12
4
16

Percent
75.0
25.0
100.0

Valid Percent
75.0
25.0
100.0

Cumulative
Percent
75.0
100.0

P6

Valid

Kurang setuju
Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
1
10
5
16

Percent
6.3
62.5
31.3
100.0

Valid Percent
6.3
62.5
31.3
100.0

Cumulative
Percent
6.3
68.8
100.0

Total_P

Valid

12
15
16
17
18
19
20
23
Total

Frequency
1
1
3
2
4
2
1
2
16

Percent
6.3
6.3
18.8
12.5
25.0
12.5
6.3
12.5
100.0

Valid Percent
6.3
6.3
18.8
12.5
25.0
12.5
6.3
12.5
100.0

Frequencies

Statistics
Umur
N
Mean
Std. Error of Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
Sum

Valid
Missing

16
0
46.50
1.072
47.00
42a
4.290
18.400
14
40
54
744

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Cumulative
Percent
6.3
12.5
31.3
43.8
68.8
81.3
87.5
100.0

Lampiran 2. Karakteristik Responden Pegawai BPMPD Kota Denpasar Tahun 2014


Frequencies-Internal dan Proses
Frequency Table
Pendidikan

Valid

SMA
Diploma (D4)
S1
S2
Total

Frequency
15
1
18
6
40

Percent
37.5
2.5
45.0
15.0
100.0

Valid Percent
37.5
2.5
45.0
15.0
100.0

Cumulative
Percent
37.5
40.0
85.0
100.0

Umur

Valid

24
25
27
29
30
31
32
33
34
35
39
40
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
54
55
56
Total

Frequency
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
3
4
1
4
1
1
3
3
1
3
1
1
40

Percent
2.5
2.5
2.5
2.5
5.0
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
7.5
10.0
2.5
10.0
2.5
2.5
7.5
7.5
2.5
7.5
2.5
2.5
100.0

Valid Percent
2.5
2.5
2.5
2.5
5.0
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
7.5
10.0
2.5
10.0
2.5
2.5
7.5
7.5
2.5
7.5
2.5
2.5
100.0

Cumulative
Percent
2.5
5.0
7.5
10.0
15.0
17.5
20.0
22.5
25.0
27.5
30.0
32.5
35.0
42.5
52.5
55.0
65.0
67.5
70.0
77.5
85.0
87.5
95.0
97.5
100.0

Jenis Kelamin

Valid

Laki-laki
Perempuan
Total

Frequency
15
25
40

Percent
37.5
62.5
100.0

Valid Percent
37.5
62.5
100.0

Cumulative
Percent
37.5
100.0

P1.1

Valid

Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
8
32
40

Percent
20.0
80.0
100.0

Valid Percent
20.0
80.0
100.0

Cumulative
Percent
20.0
100.0

P1.2

Valid

Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
17
23
40

Percent
42.5
57.5
100.0

Valid Percent
42.5
57.5
100.0

Cumulative
Percent
42.5
100.0

P1.3

Valid

Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
22
18
40

Percent
55.0
45.0
100.0

Valid Percent
55.0
45.0
100.0

Cumulative
Percent
55.0
100.0

P1.4

Valid

Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
9
31
40

Percent
22.5
77.5
100.0

Valid Percent
22.5
77.5
100.0

Cumulative
Percent
22.5
100.0

P1.5

Valid

Kurang setuju
Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
1
7
32
40

Percent
2.5
17.5
80.0
100.0

Valid Percent
2.5
17.5
80.0
100.0

Cumulative
Percent
2.5
20.0
100.0

Total_P1

Valid

15
17
18
19
20
Total

Frequency
7
2
6
12
13
40

Percent
17.5
5.0
15.0
30.0
32.5
100.0

Valid Percent
17.5
5.0
15.0
30.0
32.5
100.0

Cumulative
Percent
17.5
22.5
37.5
67.5
100.0

P2.1

Valid

Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
1
9
30
40

Percent
2.5
22.5
75.0
100.0

Valid Percent
2.5
22.5
75.0
100.0

Cumulative
Percent
2.5
25.0
100.0

P2.2

Valid

Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
9
31
40

Percent
22.5
77.5
100.0

Valid Percent
22.5
77.5
100.0

Cumulative
Percent
22.5
100.0

P2.3

Valid

Kurang setuju
Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
2
15
23
40

Percent
5.0
37.5
57.5
100.0

Valid Percent
5.0
37.5
57.5
100.0

Cumulative
Percent
5.0
42.5
100.0

P2.4

Valid

Kurang setuju
Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
1
20
19
40

Percent
2.5
50.0
47.5
100.0

Valid Percent
2.5
50.0
47.5
100.0

Cumulative
Percent
2.5
52.5
100.0

P2.5

Valid

Kurang setuju
Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
1
17
22
40

Percent
2.5
42.5
55.0
100.0

Valid Percent
2.5
42.5
55.0
100.0

Cumulative
Percent
2.5
45.0
100.0

P2.6

Valid

Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
16
24
40

Percent
40.0
60.0
100.0

Valid Percent
40.0
60.0
100.0

Cumulative
Percent
40.0
100.0

P2.7

Valid

Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
Total

Frequency
3
14
23
40

Percent
7.5
35.0
57.5
100.0

Valid Percent
7.5
35.0
57.5
100.0

Cumulative
Percent
7.5
42.5
100.0

Total_P2

Valid

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Total

Frequencies

Frequency
1
1
8
1
1
1
3
7
9
8
40

Percent
2.5
2.5
20.0
2.5
2.5
2.5
7.5
17.5
22.5
20.0
100.0

Valid Percent
2.5
2.5
20.0
2.5
2.5
2.5
7.5
17.5
22.5
20.0
100.0

Cumulative
Percent
2.5
5.0
25.0
27.5
30.0
32.5
40.0
57.5
80.0
100.0

Statistics
Umur
N
Mean
Std. Error of Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Range
Minimum
Maximum
Sum

Valid
Missing

40
0
43.08
1.445
45.00
45a
9.141
83.558
32
24
56
1723

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Data Pengguna Jasa/Sekretaris


Kelurahan pada masing-masing kelurahan se Kota Denpasar Tahun 2014

Correlations Pengguna jasa


Correlations
P1

P2

P3

P4

P5

P6

Total_P

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

P1

16
.625**
.010
16
.438
.090
16
.113
.676
16
.670**
.005
16
.242
.366
16
.765**
.001
16

P2
.625**
.010
16
1
16
.251
.348
16
.250
.351
16
.359
.173
16
.278
.298
16
.686**
.003
16

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

P3
.438
.090
16
.251
.348
16
1
16
.636**
.008
16
.408
.116
16
.474
.063
16
.760**
.001
16

P4
.113
.676
16
.250
.351
16
.636**
.008
16
1
16
.325
.220
16
.453
.078
16
.623**
.010
16

P5
.670**
.005
16
.359
.173
16
.408
.116
16
.325
.220
16
1
16
.516*
.041
16
.742**
.001
16

P6
.242
.366
16
.278
.298
16
.474
.063
16
.453
.078
16
.516*
.041
16
1
16
.658**
.006
16

Total_P
.765**
.001
16
.686**
.003
16
.760**
.001
16
.623**
.010
16
.742**
.001
16
.658**
.006
16
1
16

Lampiran 4. Uji Reliabilitas Instrumen Data Pengguna Jasa/Sekretaris Kelurahan pada


masing-masing kelurahan se Kota Denpasar Tahun 2014

Reliability- Proses
Case Processing Summary
Cases

Valid
Excludeda
Total

40
0
40

%
100.0
.0
100.0

a. Listwise deletion based on all


variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.812

N of Items
7

Item Statistics
Mean
3.70
3.78
3.53
3.45
3.53
3.60
3.43

P2.1
P2.2
P2.3
P2.4
P2.5
P2.6
P2.7

Std. Deviation
.608
.423
.599
.552
.554
.496
.844

40
40
40
40
40
40
40

Item-Total Statistics

P2.1
P2.2
P2.3
P2.4
P2.5
P2.6
P2.7

Scale Mean if
Item Deleted
21.30
21.23
21.48
21.55
21.48
21.40
21.58

Scale
Variance if
Item Deleted
5.908
6.538
5.846
6.254
6.410
6.810
5.481

Corrected
Item-Total
Correlation
.635
.665
.674
.577
.512
.424
.496

Scale Statistics
Mean
25.00

Variance
8.154

Std. Deviation
2.855

N of Items
7

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.772
.778
.765
.783
.794
.807
.814

Correlations-Proses
Correlations
P2.1

P2.2

P2.3

P2.4

P2.5

P2.6

P2.7

Total_P2

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

P2.1

40
.529**
.000
40
.656**
.000
40
.413**
.008
40
.251
.118
40
.272
.089
40
.505**
.001
40
.754**
.000
40

P2.2
.529**
.000
40
1
40
.479**
.002
40
.445**
.004
40
.517**
.001
40
.660**
.000
40
.275
.086
40
.743**
.000
40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

P2.3
.656**
.000
40
.479**
.002
40
1
40
.430**
.006
40
.385*
.014
40
.380*
.016
40
.461**
.003
40
.780**
.000
40

P2.4
.413**
.008
40
.445**
.004
40
.430**
.006
40
1
40
.632**
.000
40
.206
.203
40
.349*
.027
40
.699**
.000
40

P2.5
.251
.118
40
.517**
.001
40
.385*
.014
40
.632**
.000
40
1
40
.224
.165
40
.278
.082
40
.648**
.000
40

P2.6
.272
.089
40
.660**
.000
40
.380*
.016
40
.206
.203
40
.224
.165
40
1
40
.233
.148
40
.561**
.000
40

P2.7
Total_P2
.505**
.754**
.001
.000
40
40
.275
.743**
.086
.000
40
40
.461**
.780**
.003
.000
40
40
.349*
.699**
.027
.000
40
40
.278
.648**
.082
.000
40
40
.233
.561**
.148
.000
40
40
1
.702**
.000
40
40
.702**
1
.000
40
40

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Pegawai BPMPD Kota Denpasar Tahun 2014
Correlations-Proses Internal
Correlations
P1.1

P1.2

P1.3

P1.4

P1.5

Total_P1

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

P1.1

6
.707
.116
6
1.000**
.000
6
.707
.116
6
1.000**
.000
6
.949**
.004
6

P1.2
.707
.116
6
1
6
.707
.116
6
1.000**
.000
6
.707
.116
6
.894*
.016
6

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

P1.3
1.000**
.000
6
.707
.116
6
1
6
.707
.116
6
1.000**
.000
6
.949**
.004
6

P1.4
.707
.116
6
1.000**
.000
6
.707
.116
6
1
6
.707
.116
6
.894*
.016
6

P1.5
Total_P1
1.000**
.949**
.000
.004
6
6
.707
.894*
.116
.016
6
6
1.000**
.949**
.000
.004
6
6
.707
.894*
.116
.016
6
6
1
.949**
.004
6
6
.949**
1
.004
6
6

Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Pegawai BPMPD Kota Denpasar Tahun 2014

Reliability-Proses Internal
Case Processing Summary
Cases

Valid
Excludeda
Total

6
0
6

%
100.0
.0
100.0

a. Listwise deletion based on all


variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.958

N of Items
5

Item Statistics
Mean
3.67
3.50
3.67
3.50
3.67

P1.1
P1.2
P1.3
P1.4
P1.5

Std. Deviation
.516
.548
.516
.548
.516

6
6
6
6
6

Item-Total Statistics

P1.1
P1.2
P1.3
P1.4
P1.5

Scale Mean if
Item Deleted
14.33
14.50
14.33
14.50
14.33

Scale
Variance if
Item Deleted
3.867
3.900
3.867
3.900
3.867

Corrected
Item-Total
Correlation
.919
.832
.919
.832
.919

Scale Statistics
Mean
18.00

Variance
6.000

Std. Deviation
2.449

N of Items
5

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.943
.957
.943
.957
.943

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Pegawai BPMPD Kota Denpasar Tahun 2014
Correlations-Pembelajaran dan Pertumbuhan
Correlations
P2.1

P2.2

P2.3

P2.4

P2.5

P2.6

P2.7

Total_P2

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

P2.1

6
.632
.178
6
1.000**
.000
6
1.000**
.000
6
1.000**
.000
6
.632
.178
6
.632
.178
6
.909*
.012
6

P2.2
.632
.178
6
1
6
.632
.178
6
.632
.178
6
.632
.178
6
1.000**
.000
6
1.000**
.000
6
.898*
.015
6

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

P2.3
1.000**
.000
6
.632
.178
6
1
6
1.000**
.000
6
1.000**
.000
6
.632
.178
6
.632
.178
6
.909*
.012
6

P2.4
1.000**
.000
6
.632
.178
6
1.000**
.000
6
1
6
1.000**
.000
6
.632
.178
6
.632
.178
6
.909*
.012
6

P2.5
1.000**
.000
6
.632
.178
6
1.000**
.000
6
1.000**
.000
6
1
6
.632
.178
6
.632
.178
6
.909*
.012
6

P2.6
.632
.178
6
1.000**
.000
6
.632
.178
6
.632
.178
6
.632
.178
6
1
6
1.000**
.000
6
.898*
.015
6

P2.7
Total_P2
.632
.909*
.178
.012
6
6
1.000**
.898*
.000
.015
6
6
.632
.909*
.178
.012
6
6
.632
.909*
.178
.012
6
6
.632
.909*
.178
.012
6
6
1.000**
.898*
.000
.015
6
6
1
.898*
.015
6
6
.898*
1
.015
6
6

Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Pegawai BPMPD Kota Denpasar Tahun 2014
Reliability-Pembelajaran dan Pertumbuhan
Case Processing Summary
Cases

Valid
Excludeda
Total

6
0
6

%
100.0
.0
100.0

a. Listwise deletion based on all


variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
.960

N of Items
7
Item Statistics

Mean
3.83
3.67
3.83
3.83
3.83
3.67
3.67

P2.1
P2.2
P2.3
P2.4
P2.5
P2.6
P2.7

Std. Deviation
.408
.516
.408
.408
.408
.516
.516

6
6
6
6
6
6
6

Item-Total Statistics

P2.1
P2.2
P2.3
P2.4
P2.5
P2.6
P2.7

Scale Mean if
Item Deleted
22.50
22.67
22.50
22.50
22.50
22.67
22.67

Scale
Variance if
Item Deleted
6.300
5.867
6.300
6.300
6.300
5.867
5.867

Corrected
Item-Total
Correlation
.878
.853
.878
.878
.878
.853
.853

Scale Statistics
Mean
26.33

Variance
8.267

Std. Deviation
2.875

N of Items
7

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.952
.955
.952
.952
.952
.955
.955

Lampiran 9. Kinerja Pengguna Jasa, Tahun 2014


Rekapitulasi Pernyataan Positif dan Negatif Pengguna Jasa

Kategori
P1
P2
P3
P4
P5
P6
Jumlah

Positif
(orang)
9
7
14
13
16
15
74

Negatif
(orang)
7
9
2
3
0
1
22

Positif
(%)
56.25
43.75
87.50
81.25
100.00
93.75
77.08

Negatif
(%)
43.75
56.25
12.50
18.75
0.00
6.25
22.92

Kinerja
Buruk
Buruk
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

Lampiran 10.

Kinerja Proses Internal dan Kinerja Proses


Pertumbuhan dan Pembelajaran, Tahun 2014

Rekapitulasi Pernyataan Positif dan Negatif Proses Internal


Kategori
P1
P2
P3
P4
P5
Jumlah

Positif
(orang)
6
6
6
6
6
30

Negatif
(orang)
0
0
0
0
0
1

Positif
(%)
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

Negatif
(%)
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

Kinerja
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

Rekapitulasi Pernyataan Positif dan Negatif Pembelajaran dan


Pertumbuhan
Kategori
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
Jumlah

Positif
(orang)
6
6
6
6
6
6
6
42

Negatif
(orang)
0
0
0
0
0
0
0
0

Positif
(%)
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

Negatif
(%)
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0

Kinerja
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

Lampiran 11
Rekapitulasi Jawaban Kuisioner Perspektif Pengguna Jasa
No.

Nama

Pendidikan

Umur

Jenis Kelamin

P1

P2

P3

P4

P5

P6

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

1
3
3
3
4
3
2
1
3
2
3
3
4
1
1
3

54
47
46
42
40
48
43
47
41
50
43
42
49
49
53
50

2
2
1
2
2
1
2
1
1
2
2
1
1
1
1
1

4
3
4
4
3
3
2
4
2
2
2
2
3
2
2
3

3
3
4
2
3
2
2
4
2
2
2
2
2
3
2
3

3
3
3
4
3
3
1
4
3
2
3
4
3
3
3
3

2
3
4
3
3
3
2
3
3
2
3
4
3
3
3
3

3
3
4
4
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3

3
3
4
3
3
4
2
4
3
4
3
4
3
3
3
3

Keterangan :
Tingkat Pendidikan :
SMA
Diploma 4 (D4)
Sarjana Strata 1 (S1)
Sarjana Strata 2 (S2)

=
=
=
=

1
2
3
4

Jenis Kelamin :
Laki - Laki
Perempuan

=
=

1
2

Jawaban Pertanyaan :
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

=
=
=
=

4
3
2
1

Lampiran 12
Rekapitulasi Jawaban Kuisioner Pegawai Diukur Dari Perspektif Proses Internal dan Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
No.

Nama

Pendidikan

Umur

Jenis Kelamin

P1.1

P1.2

P1.3

P1.4

P1.5

P2.1

P2.2

P2.3

P2.4

P2.5

P2.6

P2.7

1
2
3
4
5
6

1
3
1
2
3
3

54
50
47
30
30
45

2
2
1
2
2
1

4
4
4
3
3
4

3
3
3
3
3
4

4
4
3
3
3
4

4
4
4
3
3
4

4
4
4
3
3
4

3
4
4
4
4
4

3
4
4
4
4
4

3
3
4
4
4
4

3
4
4
4
4
4

3
4
4
4
4
4

3
4
3
4
4
4

3
4
4
4
4
4

Keterangan :
Tingkat Pendidikan :
SMA
Diploma 4 (D4)
Sarjana Strata 1 (S1)
Sarjana Strata 2 (S2)

=
=
=
=

1
2
3
4

Jenis Kelamin :
Laki - Laki
Perempuan

=
=

1
2

Jawaban Pertanyaan :
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju

=
=
=
=

4
3
2
1

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2014

DAFTAR PERTANYAAN (KUISIONER)


ANALISIS KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN
PEMERINTAHAN DESA KOTA DENPASAR DALAM
PENGELOLAAN BANTUAN KELURAHAN

IDENTITAS / KARAKTERISTIK RESPONDEN


Nama

Golongan

Umur

Pendidikan

PETUNJUK PENGISIAN :
Bapak / Ibu / Saudara dimohon untuk menjawab pertanyaan / pernyataan
ini dengan memilih salah satu jawaban dengan memberikan tanda silang (X) pada
kolom jawaban yang paling cocok dengan perasaan yang sebenarnya anda
rasakan. Untuk Bapak / ibu / Saudara perlu memperhatikan penjelasan sebagai
berikut :
SS

= Sangat Setuju.

= Setuju.

KS

= Kurang Setuju.

TS

= Tidak Setuju.

1. PERSPEKTIF PENGGUNA JASA / PETUGAS PENGELOLA BANTUAN


KELURAHAN PADA MASING MASING KELURAHAN.
NO. PERTANYAAN
1.

SS

Saya merasa puas dengan pelayanan petugas


pengelola

Bantuan

Kelurahan

Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan


Desa yang melayani saya dengan ramah.
2.

Saya merasa puas dengan ketepatan waktu


pencairan dana Bantuan Kelurahan Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa.

3.

Sarana dan fasilitas bantuan kelurahan yang


disediakan

oleh

Badan

Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintahan

Desa Kota

Denpasar sudah lengkap.


4.

Saya

merasa

puas

dengan

prosedur

administrasi pertanggung jawaban bantuan


kelurahan yang ditetapkan sederhana.
5.

Saya

merasa

puas

dengan

lingkungan

BPMPD yang bersih dan nyaman.


6.

Saya puas dengan lokasi BPMPD yang


strategis dan mudah dijangkau

KS

TS

2. PERSPEKTIF PROSES INTERNAL ( BAGI PEGAWAI BPMPD ).


NO. PERTANYAAN
1.

Saya selalu melaksanakan pekerjaan sesuai


dengan SOP yang telah ditetapkan,

2.

Saya puas bekerja karena gedung, peralatan


dan perlengkapan kantor dalam kondisi baik

3.

Saya bekerja dengan perencanaan kegiatan


pemberian bantuan kelurahan yang sistematis.

4.

Saya merasa puas karena bisa bekerja sesuai


dengan waktu yang telah ditentukan

5.

Saya bangga dengan suasana kerja yang aman


dan nyaman

SS

KS

TS

3.

PERSPEKTIF

PEMBELAJARAN

DAN

PERTUMBUHAN

(BAGI

PEGAWAI BPMPD).
NO. PERTANYAAN
1.

SS

Saya merasa bangga , nyaman dan senang


menjadi pegawai BPMPD Kota Denpasar.

2.

Saya bekerja dengan penuh rasa tanggung


jawab.

3.

Saya percaya dengan teman

teman

dilingkungan kerja dan mampu bekerjasama.


4.

Saya memiliki peluang yang sama dengan


pegawai lain untuk mengikuti pendidikan
dan pelatihan.

5.

Pelatihan yang saya ikuti sesuai dengan


bidang tugas saya.

6.

Gaji yang saya terima sesuai dengan jenis


pekerjaan,tugas dan tanggung jawab saya.

7.

Tunjangan/insentif yang saya terima sesuai


dengan jenis pekerjaan, tugas dan tanggung
jawab saya.

KS

TS

DAFTAR PERTANYAAN (KUISIONER)


ANALISIS KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN
PEMERINTAHAN DESA KOTA DENPASAR DALAM
PENGELOLAAN BANTUAN KELURAHAN

IDENTITAS / KARAKTERISTIK RESPONDEN


Nama

: I Made Mertajaya, S.Sos., MM

Pendidikan

: S.2

Umur

: 52 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki - laki

PETUNJUK PENGISIAN :
Yth. Bapak / Ibu dimohon untuk menjawab pertanyaan / pernyataan di
bawah ini.

KUISIONER KUNCI

I.

Perspektif Keuangan
Pertanyaan :
1. Permasalahan apa saja yang dihadapi di bidang anggaran ?
Jawaban :
1. - Kurangnya anggaran yang diberikan ke masing-masing kelurahan untuk
menunjang pelaksanaan program kerja kelurahan
- Lambatnya proses pencairan bantuan kelurahan.

2. Bagaimana penyelesaian permasalahan yang dihadapi ?


Jawaban :
2 - Peningkatan pemberian bantuan kelurahan disesuaikan dengan pendapatan
daerah atau APBD Kota Denpasar
- Selalu dilakukan kooordinasi dengan instansi terkait agar proses pencairan
bantuan kelurahan dilakukan tepat waktu.

II

Perspektif Pelanggan.
Pertanyaaan :
1. Apa saja yang dilakukan BPMPD dalam meningkatkan kepuasan
pengguna jasa terhadap pengelolaan bantuan kelurahan di masing masing
Kelurahan ?
Jawaban :
1. -

Memberikan pelayanan yang baik.

Memberikan pelayanan yang tepat sasaran dan tepat waktu.

Memperhatikan keluhan pengguna jasa

Meningkatkan kualitas pelayanan

III

Perspektif Proses Internal


Pertanyaan :
1. Dalam melaksanakan kegiatan internal apa saja yang dilakukan dalam
ketersediaan sarana dan prasarana ?
Jawaban :
1. -

Melaksanakan inventarisasi sarana dan prasarana aparatur


Memperbannyak pengadaan sarana dan prasarana yang menunjang
kinerja pegawai.

IV.

Pertanyaan Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Pertanyaan ::
1. Dalam memotivasi pegawai dan meningkatan kualitas SDM serta prestasi
kerja apa saja yang dilakukan pihak BPMPD ?
Jawaban :
1 Memberikan pelatihan terkait dengan proses pencairan anggaran yang
sesuai dengan SOP.
2 Menyusulkan di dalam Rencana Kerja Anggaran untuk memberikan
insentif terhadap pengelola bantuan kelurahan.

V.

Pembobotan Kinerja Keempat Perspektif dengan Total Bobot 100%


No

Perspektif

Bobot

1.

Perspektif Keuangan

30

2.

Perspektif Pelanggan

30

3.

Perspektif Proses Internal

20

4.

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

20

Total

100

Anda mungkin juga menyukai