Anda di halaman 1dari 18

KERANGKA ACUAN

KERJA

(KAK)

PENYUSUNAN
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KEC. KAPALA MADAN KABUPATEN BURU SELATAN

TAHUN 2016

B A P P E D A B U R U S E L ATAN

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN KAPALA MADAN KABUPATEN BURU SELATAN

I.

LATAR BELAKANG

Kawasan perkotaan merupakan wadah/ruang untuk mengakomodasikan kegiatan


perkotaan yang selalu berkembang dengan kedinamisannya. Kegiatan-kegiatan
tersebut mencakup permukiman dan perumahan, jasa dan perdagangan, perkantoran
pemerintah dan swasta, industri, pendidikan dan fasilitas sosial dan umum lainnya.
Seluruh kegiatan perkotaan yang berkembang secara terus menerus ini bersifat
kompetitf dalam penggunaan ruang yang ada, sehingga seringkali terjadi konversi
guna lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya, seperti lahan pertanian dan
perkebunan menjadi permukiman dan perumahan penduduk, menjadi ruang fasilitas
sosial dan umum, menjadi kawasan industri dan seterusnya akan menjadi dan
menjadi.
Sementara itu, kebutuhan ruang untuk kegiatan perkotaan cenderung terus meningkat
sejalan dengan perkembangan penduduk dan aktivitas-nya, pesatnya perkembangan
daerah terbangun termasuk utilitas serta transportasi kota, dan sementara
ketersediaan ruang kota tersebut relatif terbatas. Gejala perkembangan dan
pertumbuhan kawasan perkotaan seperti ini banyak ditemukan di kawasan perkotaan
Indonesia.
Implikasi kondisi di atas adalah semakin banyaknya kawasan perkotaan dewasa ini
(dengan tata jenjangnya) tumbuh dengan tidak teratur dan terencana, sejalan dengan
semakin meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan sosial - ekonomi penduduk
kawasan tersebut serta adanya kendala dan limitasi fisik lahan kawasan yang dapat
dikembangkan. Oleh karena itu, dalam menghadapi persoalan tersebut, maka
pengelola kota (pemerintah, swasta dan masyarakat) dapat bertindak lebih arif dan
bijaksana dalam memandang serta merencanakan suatu kawasan perkotaan secara
komprehensif dan terpadu.
Secara ideal perkembangan kegiatan-kegiatan perkotaan yang membutuhkan ruang
tersebut perlu diarahkan pada optimasi tata ruangnya dalam interaksi antar elemenelemen pengisi ruang kawasan, sehingga dapat dicegah adanya benturan-benturan dan
overlapping dalam pembangunan maupun hasil-hasilnya yang berimplikasi pada
inefisiensi alokasi sumberdaya.

Dalam mekanisme perencanaan dan pembangunan perkotaan, aturan kebijaksanaan


pemanfaatan ruang selalu berlandaskan pada rencana struktur dan pola tata ruang di
atasnya, baik regional maupun nasional (UU No. 26 Tahun 2007; Permendagri Nomor 1
Tahun 2008; Kepmen Kimpraswil 327/KPTS/M/2002) yang mangharuskan penyusunan
rencana dilakukan secara bertahap sesuai dengan esensi dan kedalaman substansi
tertentu (misalnya RTRW Nasional, RTRW Propinsi, RTRW Kabupaten/Kota, RDTR
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, RTRK Kawasan). Dengan adanya jenjang rencana
tersebut diharapkan dapat menjembatani tahap pelaksanaan pembangunan kawasan
perkotaan dan kebijaksanaan yang diambil.
Komprehensif dan keterpaduan perencanaan melalui koordinasi, sinkronisasi dan
integrasi multisektoral, multiaktor dengan menitikberatkan pada pengelolaan aspek
keruangan bagi pencapaian keserasian dan optimasi pemanfaatan ruang sesuai dengan
fungsi yang tertuang dalam suatu dokumen perencanaan dan telah mendapatkan
legalisasi melalui Peraturan Daerah sehingga sifatnya mengikat bagi para pengelola
kawasan perkotaan.
Penataan ruang kawasan melalui penyusunan RDTR Kabupaten/Kota diharapkan
mampu mendorong pemanfaatan ruang yang optimal, lugas, dan tegas dalam
pembentukan struktur kawasan perkotaan, serta dinamika kegiatan pembangunan
perkotaan bersifat global yang berwawasan lingkungan, baik yang dilaksanakan oleh
pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat secara menyeluruh, berkeadilan,
pelestarian nilai-nilai sosial budaya dan transparansi sebagai salah satu prinsip
penting dalam konsep Good Governance (Tata Pemerintahan yang Baik) (UNDP, 2002;
UN ESCAP, 2003; TUGI, 2003) yang perlu disepakati sejak tahap awal pada suatu
proses penyusunan tata ruang. Tanpa transparansi, maka prinsip-prinsip Good
Governance lainnya akan sulit diterapkan dengan baik.
Kegiatan penyusunan rencana tata ruang dalam bentuk RDTR Kabupaten/Kota
diharapkan mampu memenuhi dinamika perkembangan wilayah perkotaan, sehingga
memerlukan pengkajian serta penelahan yang mendalam yang mengarah pada
pembangunan yang berkelanjutan (suistainable development) dan kelestarian
lingkungan, berkeadilan dan transparansi menuju terwujudnya Visi dan Misi Kota dan
kabupaten. Didasari pada prinsip menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi
dan intensitas penggunaan ruang dalam bagian-bagian wilayah kota dengan
pemanfaatan ruang secara optimal yang tercermin dalam penentuan jenjang fungsi
pelayanan kegiatan-kegiatan perkotaan.
2

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan


Ruang, pada Pasal 59 menjelaskan bahwa setiap RTRW kabupaten/kota harus
menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR-nya. Bagian
dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan kawasan perkotaan atau
kawasan strategis kabupaten/kota. Kawasan strategis kabupaten/kota dapat disusun
RDTR apabila merupakan:
a. Kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau direncanakan menjadi
kawasan perkotaan; dan
b. Memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR yang ditetapkan dalam
pedoman.
RDTR disusun apabila sesuai kebutuhan, RTRW kabupaten/kota perlu dilengkapi
dengan acuan lebih detil pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten/kota. Dalam
hal RTRW kabupaten/kota memerlukan RDTR, maka disusun RDTR yang muatan
materinya lengkap, termasuk peraturan zonasi, sebagai salah satu dasar dalam
pengendalian pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan RTBL bagi
zona-zona

yang

pada

RDTR

ditentukan

sebagai

zona

yang

penanganannya

diprioritaskan. Dalam hal RTRW kabupaten/kota tidak memerlukan RDTR, peraturan


zonasi dapat disusun untuk kawasan perkotaan baik yang sudah ada maupun yang
direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai
penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan
antarkegiatan dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis
antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.
RDTR yang akan dilanjutkan dengan peraturan zonasi yang merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan untuk suatu BWP tertentu dan berisikan zoning map dan
zoning text untuk seluruh kawasan perkotaan baik yang sudah ada maupun yang
direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
Dalam hal ini, rencana tata ruang wilayah yang telah menyusun RTRW, yang akan
ditindaklanjuti dalam bentuk RDTR Kota, sebagai penjabaran RTRW. Pada prinsipnya
RDTR merupakan pedoman dan arahan pengendalian pembangunan khususnya
terhadap kawasan fungsional kota. Rumusan rencana detail tersebut akan bersifat
operasional dalam kerangka pelaksanaan kegiatan pembangunan dan program

pengalokasian pemanfaatan ruang sesuai tuntutan perkembangan serta dinamika


sosial ekonomi masyarakat.
Guna mendukung proses pembangunan, fungsi dan peran Kota akan ditingkatkan,
dalam hal penyiapan suatu kawasan fungsional yang memiliki nilai ekonomi baik yang
berskala regional dan lokal, dalam kerangka memberikan kemudahan jangkauan
pelayanan dan aksesibilitas terhadap daerah hinterlandnya termasuk pemasaran hasilhasil produksi. Peningkatan fungsi dan peran Kota tersebut tidak terlepas dengan
dukungan prasarana jalan untuk memudahkan mobilisasi pergerakan masyarakat,
sehingga memiliki hubungan interkoneksitas dengan wilayah sekitarnya. Dengan
demikian dalam perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kota akan merupakan satu
kesatuan sistem perencanaan dalam kerangka mengembangkan Kota dimasa yang akan
datang.
Sejalan dengan potensi dan peluang pengembangan kedepan, Kecamatan Kapala
Madan tidak terlepas dari dinamika perkembangan yang merupakan konsekuensi dari
pengembangan Kabupaten Buru Selatan, sehingga keanekaragaman fungsi dan
pemanfaatan ruang/lahan yang tumbuh dianggap perlu untuk di tata dalam kerangka
pengaturan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang sejalan dengan tujuan
penataan ruang daerah dan nasional yaitu Mewujudkan ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional.
II.

MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud Kegiatan

Maksud dari pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang


(RDTR) Kecamatan Kapala Madan Kabupaten Buru Selatan adalah : Maksud
dari penyusunan RDTR adalah mewujudkan rencana detail tata ruang yang
mendukung terciptanya kawasan strategis maupun kawasan fungsional secara
aman, produktif dan berkelanjutan.
2. Tujuan Kegiatan

Tujuan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kapala


Madan sebagai berikut :

Sebagai arahan bagi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan fisik


Kecamatan Kapala Madan,

Sebagai pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, dan pemberian


perijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan.

III.

SASARAN

Sasaran dari kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Perkotaan Karubaga antara lain :
1) Tersajinya data dan informasi ruang kawasan yang akurat dan aktual
2) Teridentifikasinya potensi dan permasalahan kawasan sebagai masukan
dalam proses penentuan arah struktur dan pola ruang kawasan
3) Terwujudnya keterpaduan program pembangunan antar sub-kawasan dalam
kawasan maupun antar kawasan dalam wilayah kabupaten
4) Tersusunnya arahan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
kawasan
5) Tersusunnya pedoman bagi pemerintah daerah dalam penyusunan peraturan
zonasi, pemberian advice planning, pengaturan bangunan setempat dan
lingkunganannya (RTBL) serta pemberian perizinan yang berkaitan dengan
pemanfaatan ruang
6) Terciptanya keselarasan,

keserasian,

keseimbangan

antar

lingkungan

permukiman dalam kawasan.


7) Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsional kabupaten,
baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat/swasta.
8) Terciptanya percepatan investasi masyarakat dan swasta di dalam kawasan.
9) Terkoordinasinya
pembangunan
kawasan
antara
pemerintah
dan
masyarakat/swasta.
IV.

LOKASI KEGIATAN

Lokasi kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kapala
madan adalah di Kecamatan Kapala Madan Kabupaten Buru Selatan.

Peta Kecamatan Kapala Madan

V.

SUMBER PENDANAAN

Kegiatan ini didanai oleh APBD yang dialokasikan pada DIPA Tahun Anggaran 2016
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Buru Selatan sebesar
Rp. 576.850.000, (lima ratus jutuh puluh enam juta delapan ratus lima puluh ribu
rupiah).
VI. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Nama Pengguna Barang dan Jasa kegiatan ini adalah Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Buru Selatan Provinsi Maluku.
VII. LINGKUP KEGI ATAN

Ruang lingkup penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kapala
Madan meliputi;
1. Pendahuluan
a. Dasar Hukum Penyusunan RDTR;
b. Tinjauan Terhadap RTRW;
c. Tinjauan Kebijakan dan Strategi RTRW;
d. Tujuan Penyusunan RDTR Kecamatan Kapala Madan
2. Ketentuan Umum
a. Istilah dan Definisi;
b. Kedudukan RDTR Kecamatan Kapala Madan Terhadap RTRW Kabupaten
Buru Selatan;
c. Fungsi dan Manfaat RDTR Kecamatan Kapala Madan;
d. Kriteria dan Lingkup Wilayah Perencanaan RDTR Kecamatan Kapala
Madan;
6

e. Masa Berlaku RDTR Kecamatan Kapala Madan;


3. Tujuan Penataan BWP;
Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang akan
dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam
RTRW dan merupakan alasan disusunnya RDTR tersebut, serta apabila
diperlukan dapat dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan BWP berisi
tema

yang

akan

direncanakan

di

BWP,

yang

dirumuskan

dengan

mempertimbangkan;
a. Keseimbangan dan keserasian antar bagian dari wilayah kabupaten/kota;
b. Fungsi dan peran BWP;
c. Potensi investasi;
d. Kondisi sosial dan lingkungan BWP;
e. Peran masyarakat dalam pembangunan; dan
f. Prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.
4. Rencana Pola Ruang;
Rencana pola ruang dalam RDTR Kecamatan Kapala Madan merupakan
rencana distribusi sub zona peruntukan yang antara lain meliputi hutan
lindung, zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya,
zona perlindungan setempat, perumahan, perdagangan

dan

jasa,

perkantoran, industri, dan RTH, ke dalam blok-blok, yang terdiri dari :


a. Zona Lindung yang meliputi:
1) Zona hutan lindung;
2) Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di

bawahnya

yang meliputi zona bergambut dan zona resapan;


3) Zona perlindungan setempat yang meliputi sempadan pantai,
sempadan sungai, zona sekitar danau atau waduk, dan zona sekitar
mata air;
4) Zona RTH kota yang antara lain meliputi taman RT, taman RW, taman
kota dan pemakaman;
5) Zona suaka alam dan cagar budaya;
6) Zona rawan bencana alam yang antara lain meliputi zona rawan
tanah longsor, zona rawan gelombang pasang, dan zona rawan banjir;
dan
7) zona lindung lainnya.
b. Zona Budi Daya yang meliputi:
1) Zona perumahan, yang dapat dirinci ke dalam perumahan dengan
kepadatan sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah
(bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam rumah susun,
7

rumah kopel,

rumah deret, rumah tunggal,

sebagainya); zona perumahan juga dapat

rumah taman, dan


dirinci berdasarkan

kekhususan jenis perumahan, seperti perumahan tradisional, rumah


sederhana/sangat sederhana, rumah sosial, dan rumah singgah;
2) Zona perdagangan dan jasa, yang meliputi perdagangan jasa deret
dan perdagangan jasa tunggal (bila diperlukan dapat dirinci lebih
lanjut ke dalam lokasi PKL, pasar tradisional, pasar modern, pusat
perbelanjaan, dan sebagainya );
3) Zona perkantoran, yang meliputi perkantoran pemerintah dan
perkantoran swasta;
4) Zona sarana pelayanan umum, yang

antara lain meliputi

sarana

pelayanan umum pendidikan, sarana pelayanan umum transportasi,


sarana pelayanan umum kesehatan, sarana pelayanan umum
olahraga, sarana pelayanan umum sosial budaya, dan sarana
pelayanan umum peribadatan;
5) Zona industri, yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan
logam dasar, industri kecil, dan aneka industri;
6) Zona khusus, yang berada di kawasan perkotaan dan tidak
termasuk ke dalam zona sebagaimana dimaksud pada angka

sampai dengan angka 5 yang antara lain meliputi zona untuk


keperluan pertahanan dan keamanan, zona Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), zona Tempat Pemrosesan

Akhir (TPA), dan

zona

khusus lainnya;
7) Zona lainnya, yang tidak selalu berada di kawasan perkotaan yang
antara lain meliputi zona pertanian, zona pertambangan, dan zona
pariwisata; dan
8) Zona campuran, yaitu zona budidaya dengan beberapa peruntukan
fungsi

dan/atau

bersifat

terpadu,

seperti

perumahan

dan

perdagangan/jasa, perumahan, perdagangan/jasa dan perkantoran.


5. Rencana Jaringan Prasarana, yang terdiri dari :
a. Pengembangan rencana jaringan pergerakan.
Rencana pengembangan jaringan pergerakan merupakan seluruh jaringan
primer dan jaringan sekunder pada BWP yang meliputi jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan, dan jaringan jalan lainnya yang
belum termuat dalam RTRW kabupaten/kota.
b. Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan;

Rencana

pengembangan

jaringan

energi/kelistrikan

merupakan

penjabaran dari jaringan distribusi dan pengembangannya berdasarkan


prakiraan kebutuhan energi/kelistrikan di BWP yang termuat dalam
RTRW.
c. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi terdiri atas:
1) Rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi yang
berupa penetapan lokasi pusat automatisasi sambungan telepon;
2) Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon kabel yang
berupa penetapan lokasi stasiun telepon otomat, rumah kabel, dan
kotak pembagi;
3) Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon nirkabel yang
berupa penetapan lokasi menara telekomunikasi termasuk menara
Base Transceiver Station (BTS);
4) Rencana pengembangan sistem televisi kabel termasuk penetapan
lokasi stasiun transmisi;
5) Rencana penyediaan jaringan serat optik; dan
6) Rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi
d. Rencana Pengembangan Sistem Air Minum.
Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi terdiri atas:
1) Rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi yang
berupa penetapanlokasi pusat automatisasi sambungan telepon;
2) Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon kabel yang
berupa penetapan lokasi stasiun telepon otomat, rumah kabel, dan
kotak pembagi;
3) Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon nirkabel yang
berupa penetapan lokasi menara telekomunikasi termasuk menara
Base Transceiver Station (BTS);
4) Rencana pengembangan sistem televisi kabel termasuk penetapan
lokasi stasiun transmisi;
5) Rencana penyediaan jaringan serat optik; dan
6) Rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi
e. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Air Limbah
Rencana pengembangan jaringan air minum berupa rencana kebutuhan
dan sistem penyediaan air minum, yang terdiri atas :
1) Sistem penyediaan air minum wilayah kabupaten/kota

yang

mencakup sistem jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan;


2) Bangunan pengambil air baku;
3) Pipa transmisi air baku dan instalasi produksi;
4) Pipa unit distribusi hingga persil;
9

f.

5) Bangunan penunjang dan bangunan pelengkap; dan


6) Bak penampung.
Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
Rencana pengembangan jaringan drainase terdiri atas:
1) Sistem jaringan drainase yang berfungsi untuk mencegah genangan;
dan
2) Rencana kebutuhan sistem jaringan drainase yang meliputi rencana

jaringan primer, sekunder, tersier, dan lingkungan di BWP;


g. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
Jaringan air limbah meliputi sistem pembuangan air limbah setempat
(onsite) dan/atau terpusat (offsite). Sistem pembuangan air limbah
setempat, terdiri atas:
1) Bak septik (septic tank); dan
2) Instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT).
h. Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya
Penyediaan prasarana lainnya direncanakan

sesuai

kebutuhan

pengembangan BWP, misalnya BWP yang berada pada kawasan rawan


bencana wajib menyediakan jalur evakuasi bencana yang meliputi jalur
evakuasi dan tempat evakuasi sementara yang terintegrasi baik untuk
skala kabupaten/kota, kawasan, maupun lingkungan.
6. Penetapan Sub-BWP yang Diprioritaskan Penanganannya;
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya
dalam rangka operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan ke dalam
rencana penanganan Sub BWP yang diprioritaskan.
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya bertujuan untuk
mengembangkan,

melestarikan,

melindungi,

memperbaiki,

mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan, dan/atau melaksanakan


revitalisasi di kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas
tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya.
Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan lokasi pelaksanaan
salah satu program prioritas dari RDTR.
7. Ketentuan Pemanfaatan Ruang;
Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR merupakan upaya mewujudkan
RDTR dalam bentuk program pengembangan BWP

dalam jangka waktu

perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan


sebagaimana diatur dalam pedoman ini.
Program dalam ketentuan pemanfaatan ruang meliputi:
a. Program Pemanfaatan Ruang Prioritas;
b. Lokasi;
c. Besaran;
10

d. Sumber pendanaan;
e. Instansi Pelaksana; dan
f. Waktu dan tahapan pelaksanan.
8. Peta kawasan adalah merupakan hasil pengukuran lapangan dengan tingkat
ketelitian berdasarkan aturan norma standar pemetaan.
VIII. DASAR HUKUM

Kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kapala Madan,
Kabupaten Buru Selatan ini didasarkan pada beberapa peraturan perundangan sebagai
berikut :
A. Undang-undang:
1. Undang Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah
diubah dengan PERPU No.1 Tahun 2004 yang telah ditetapkan dengan UU
No.19/2004;
3. Undang Undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
4. Undang Undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
5.
6.
7.
8.

Perundang-undangan;
Undang Undang No.38 Tahun 2004 tentang Jalan;
Undang Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
Undang Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
Undang Undang No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil;


9. Undang Undang No.30 Tahun 2007 tentang Energi;
10. Undang Undang No.12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU
No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah;
11. Undang Undang No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
12. Undang Undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral &
Batubara;
13. Undang Undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan;
14. Undang Undang No.30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
15. Undang Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
16. Undang Undang No.41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan;
17. Undang Undang No.45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU
No.31/2004 tentang Perikanan;
18. Undang Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
B. Peraturan Pemerintah:
11

1. Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk


Penataan Ruang Wilayah;
2. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah; Pemerintahan Daerah Propinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
3. Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
4. Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 2010 tentang Perubahan Fungsi
Kawasan Hutan;
5. Peraturan Pemerintah No.11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar;
6. Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
7. Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan
Hutan.
C. Peraturan Presidan/PERPRES dan Keputusan Presiden/KEPPRES
1. Keputusan Presiden No. 57 tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan
Budidaya;
2. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung;
3. Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan
Ruang Nasional;
4. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.
D. Peraturan Menteri/PERMEN dan Keputusan Menteri/KEPMEN:
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang
Daerah;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 50 Tahun 2009 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah
IX.

INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN


1. Indikator Keluaran (Kualitatif)

Tersusunnya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kapala mada


Kabupaten Buru Selatan sesuai dengan Pedoman dan kaidah-kaidah
Perencanaan yang berlaku, yang kemudian dapat digunakan sebagai panduan
dalam pembangunan hingga pemberian ijin pembangunan.
2. Keluaran (Kuantitatif)

Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah bahwa Konsultan


memberikan :

12

Laporan Pendahuluan
Laporan Antara
Draft Laporan Akhir
Laporan Akhir
Album Peta
CD

:
:
:
:
:
:

10
10
10
15
10
10

(lima) eksemplar dalam format A4,


(sepuluh) eksemplar dalam format A4,
(sepuluh) eksemplar dalam format A4,
(lima belas) eksemplar dalam format A4,
(sepuluh) eksemplar dalam format A3
(Sepuluh) keping

Adapun isi materi laporan tersebut diatas memuat hal-hal dibawah ini:
Medote pelaksanaan kegiatan ini melalui beberapa tahapan kegiatan yang
disajikan dalam bentuk buku laporan sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berisikan tanggapan pelaksana terhadap TOR/KAK
dan rencana kerja yang akan dilaksanakan pelaksana. Laporan ini dicetak
sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar pada kertas ukuran A4 dicetak
berwarna dengan kertas hvs dan soft cover.
2. Laporan Antara (Fakta dan Analisis)
Laporan Fakta dan Analisis berisikan data-data hasil kompilasi dan
analisis, yang digunakan untuk penyusunan RDTR. Laporan ini dicetak
sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar pada kertas ukuran A4 dicetak
berwarna dengan kertas hvs dan soft cover.
3. Draft Laporan Akhir
Buku

Laporan

Akhir

Sementara,

berisikan

Rancangan

Rencana

penyusunan RDTR. Laporan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar pada kertas


ukuran A4 dicetak berwarna dengan kertas hvs dan soft cover.
4. Laporan Akhir
Laporan Akhir berisikan subtansi keseluruhan RDTR Laporan ini dicetak
sebanyak 15 (limabelas) eksemplar pada kertas ukuran A4 dicetak
berwarna dengan kertas hvs dan soft cover.
5. Album Peta
Album Peta berisikan keseluruhan peta tematik data dan Peta RDTR.
Dicetak sebanyak 10 (sepuluh) album berwarna.
6. Data Digital (CD/DVD/Flashdisc) data dan peta
Data

Digital

berisikan

data-data

penulisan/narasi

dari

Laporan

Pendahuluan, Laporan Fakta dan Analisis, Laporan Akhir Sementara,


Laporan Akhir serta peta-peta dalam Album Peta. Data Digital ini
13

dimasukkan ke dalam keping Compact Disc (CD) sebanyak 10 copy dan


dalam 1 (satu) buah Flashdisc.
X.

PERSONIL

Pada pekerjaan jasa konsultansi ini dibutuhkan tenaga ahli dengan kualifikasi,
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1.

Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (Team Leader/Ahli Madya)


Team leader harus berpendidikan minimal Master (S2) dan berpengalaman di
bidang perencanaan wilayah dan kota sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun,
memiliki Sertifikat Keahlian Kerja (SKA) serta cakap dalam memimpin sebuah
tim. Team leader berfungsi sebagai pemimpin tim perencanaan dan dapat
mengkoordinir pekerjaan secara tim secara keseluruhan.
Tugas dan tanggung jawab Team Leader:
a. Bertanggung jawab melakukan koordinasi terhadap seluruh pekerjaan
yang dilakukan oleh seluruh anggota tim mulai dari awal sampai akhir
pekerjaan.
b. Memberikan arahan terhadap anggota tim juga melakukan kajian-kajian
mengenai pendekatan dalam penyusunan RDTR Kecamatan Kapala Madan
c.

Barat Kota Kapala Madan.


Melakukan koordinasi dengan Pemberi Tugas dan Pemerintah Daerah
setempat, terutama dalam klarifikasi program-program daerah yang
akan di akomodasi dalam dokumen RDTR agar terjadi sinkronisasi dengan

program yang akan diterapkan.


d. Melakukan survai dan pendataan kondisi fisik
e. Mengidentifikasi permasalahan dan melakukan kajian keruangan yang
f.

didasarkan pada potensi dan kendala yang ada.


Mengkaji kebijakan-kebijakan yang telah ada berkaitan dengan wilayah

perencanaan
g. Melakukan analisis keruangan yang didasarkan pada hasil-hasil analisis
2.

Ahli Lingkungan (Ahli Muda)


Ahli
Lingkungan
disyaratkan

berpendidikan

minimal

S1

Teknik

Lingkungan/Sipil, memiliki pengalaman profesional di bidang Lingkungan


minimal selama 5 (lima) tahun.
Tugas dan tanggung jawab Ahli Lingkungan:
a. Bertanggungjawab kepada team leader dalam pelaksanaan pekerjaan
b. Melakukan survey dan pendataan kondisi fisik khususnya kondisi
lingkungan
14

c. Melakukan identifikasi dan observasi lokasi


d. Melakukan analisis tentang daya dukung lingkungan berdasarkan
kemampuan fisik dasar
e. Melakukan analisis dalam menetapkan program perencanaan dan
f.

pengelolaan berbasis lingkungan


Merumuskan program dan prioritas bidang lingkungan pada lokasi
perencanaan untuk jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka

panjang.
g. Melakukan tugas dan tanggung jawab lain yang berkaitan dengan direksi
3.

pekerjaan
Ahli Sipil (Ahli Muda)
Ahli prasarana kota disyaratkan berpendidikan S1 Teknik Sipil dari perguruan
tinggi negeri atau yang telah disamakan. Memiliki pengalaman profesional di
bidang prasarana sarana wilayah khususnya wilayah perkotaan minimal
selama 5 (lima) tahun.
Tugas dan tanggung jawab ahli prasarana sarana wilayah:
a. Bertanggung jawab kepada team leader dalam pelaksanaan pekerjaan
b. Melakukan survey dan pendataan kondisi fisik wilayah yang menyangkut
rencana detail tata ruang
c. Melakukan survey dan pendataan kondisi prasarana dan sarana wilayah
mencakup ketersediaan dan tingkat pelayanannya
d. Melakukan analisi dalam menetapkan program sector pengembangan
prasarana sarana wilayah didasarkan pada potensi dan kendala yang ada
e. Melakukan tugas dan tanggung jawab lain yang berhubungan dengan

direksi pekerjaan
4. Ahli Ekonomi Wilayah
Ahli Ekonomi Wilayah disyaratkan berpendidikan minimal S1 Ekonomi yang
berasal dari perguruan tinggi negeri atau yang telah disamakan. Memiliki
pengalaman profesional di bidang Ekonomi Wilayah khususnya wilayah
perkotaan minimal selama 5 (lima) tahun.
Tugas dan tanggung jawab ahli ekonomi wilayah adalah:
a. Bertanggung jawab kepada team leader dalam pelaksanaan pekerjaan
b. Mengidentifikasi
potensi
dan
permasalahan
pengembangan
c.

perekonomian di wilayah perencanaan


Melakukan survey dan pendataan kondisi

d.

termasuk kondisi ekonomi


Melakukan analisis penentuan sektor-sektor andalan yang mempunyai

perekonomian

wilayah

prospek untuk dikembangkan

15

5.

e.

Melakukan perkiraan jenis dan besaran investasi dari setiap kegiatan

f.

sektor unggulan yang akan dikembangkan


Melakukan analisis terhadap kemungkinan pengembangan sumber-

g.

sumber baru bagi peningkatan pendapatan daerah


Melakukan tugas dan tanggung jawab lain yang berhubungan dengan

direksi pekerjaan
Ahli Sosial
Tenaga ahli sosial harus berlatar belakang pendidikan Sarjana (S1)
sosiologi/antropologi dan berpengalaman di bidang perencanaan perkotaan
paling minimal 5 (lima) tahun.
Tugas dan tanggung jawab adalah:
a. Bertanggung jawab kepada team leader dalam pelaksanaan pekerjaan
b. Mengumpulkan data aspek social wilayah
c. Melakukan analisis social untuk penyusunan rencana penataan ruang
dalam penyusunan rencana detail tata ruang kawasan perencanaan
d. Menyusun rencana startegi social
e. Bersama tenaga ahli lainnya merumuskan rencana tindak (action plan)
penanganan pada lokasi studi, khususnya yang menyangkut bidangnya
f.

6.

Melakukan tugas dan tanggung jawab lain yang berhubungan dengan

direksi pekerjaan
Ahli GIS
Ahli Sistem Informasi Geografis berpendidikan minimal S1 di bidang yang
berhubungan dengan pemetaan dan GIS. Mempunyai pengalaman profesional
5 (lima) tahun dibidang pemetaan.
Tugas dan tanggung jawab adalah:
a. Bertanggung jawab kepada team leader dalam pelaksanaan pekerjaan
b. Mahir menggunakan aplikasi Microsoft Office, Internet, dan Program
Pemetaan seperti R2V, Map Info, Arc View, Arc Gis dan lainnya;
c. Bertugas melakukan digitasi gambar peta baik data, analisis maupun
rencana berdasarkan norma-norma pembuatan peta.
d. Melakukan tugas dan tanggung jawab lain yang berhubungan dengan
direksi pekerjaan

Mengenai kualifikasi kebutuhan tenaga ahli diuraikan pada table berikut :


No

Jabatan

Jumlah
(org)

Kualifikasi Minimal

Pengalaman
min. (tahun)

16

Tenaga Ahli
S2 Teknik Perencanaan Wilayah dan
Kota (SKA Perencanaan Wilayah &
Kota)
S1 Teknik Lingkungan/Sipil (SKA
Lingkungan)

Ahli Perencanaan
Wilayah & Kota (SKA)

Ahli Lingkungan

Ahli Prasarana

S1 Teknik Sipil (SKA Jalan)

S1 Ekonomi

S1 Sosiologi/Antropologi
S1 Geodesi/Geografi/Planologi/
(Sertifikat Kursus/pelatihan GIS)

Ahli Ekonomi
Perkotaan
Ahli Sosial

Ahli GIS

4
3

Staff Pendukung
1

Surveyor

Drafter

Operator
Computer/Administrasi

XI.

Minimal D3
Planologi/Sipil/Arsitek/T.Lingkungan
Minimal D3
Planologi/Sipil/Arsitektur

2
2

Minimal SMU/SMK sederajat

JADWAL KEGI ATAN

Jangka waktu yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan seluruh kegiatan


dalam Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kapala Madan
adalah 5 (lima) bulan atau 150 (seratus dua puluh) hari kalender.
XII. PENUTUP
1. Kerangka

Acuan

Kerja

ini

merupakan

pedoman

dasar

yang

dapat

dikembangkan lebih lanjut oleh Konsultan Perencana sepanjang keluaran


akhir dapat dihasilkan secara optimal dan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Format laporan diupayakan mengikuti standar pelaporan yang representatif,

baik jenis kertas, tulisan, maupun sampul minimal mengikuti standar


pelaporan yang berlaku secara umum.
Namrole, .. April 2016
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Bidang ..
.., ST, MM.
NIP.

17

Anda mungkin juga menyukai