Definisi
Defisit neurologi yang mempunyai sifat mendadak dan berlangsung dalam 24
jam sebagai akibat dari pecahnya pembuluh darah di otak yang di akibatkan
oleh aneurisma atau malformasi arteriovenosa yang dapat menimbulkan
iskemia atau infark pada jaringan fungsional otak (Purnawan Junadi, 1982).
B.
2.
3.
Etiologi
4.
Patofisiologi
5.
Manifestasi Klinis
6.
Komplikasi
7.
Pemeriksaan Penunjang
8.
Penatalaksanaan
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengertian
Cerebro Vasculer Accident merupakan penyakit system saraf yang paling sering
dijumpai dan merupakan peringkat ke-3 penyebab kematian di USA.
Kira-kira
200.000 kematian dan 200.000 orang dengan gejala sisa akibat stroke pada setiap
tingkat umur, tapi yang paling sering pada usia 75 85 Tahun. Pada bagian ini
terminologi CVA akan dipakai sebagai istilah umum. Bayak ahli saraf dan bedah
saraf cenderung kepada penyebab CVA : Trombosis, emboli hemmoragic. Pelayanan
medis dan pelayanan keperawatan berbeda tergantung kepada penyebab yang
spesifik. Stroke adalah terminology lain bila merujuk CVA. Stroke klinis merujuk
kepada perkembangan neurology defisit yang mendadak dan dramatis. CVA dapat
didahului oleh banyak faktor pencetus dan seringkali berhubungan dengan penyakit
kronis yang menyebabakan masalah penyakit vascular, termasuk sakit jantung,
hipertensi, DM, Obesitas, Kolesterol, merokok, stress, cara hidup.
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gr dan tersusun oleh lebih kurang 100 triliun
neuron. Otak terdiri dari 4 bagian besar yaitu : Cerebrum (otak besar), Cerebelum
(otak kecil), Brain Steam (Batang otak) dan Dien Cepalon.
Cerebrum terdiri 2 hemisfer cerebri, korpus colosum dan corteks cerebri. Himisfer
cerebri terdiri lobus frontalis, termasuk area motorik untuk gerakan volunteer, lobus
parietal berperan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik, lobus temporalis
adalah sensori untuk impuls pendengaran, oksipitalis mengandung korteks
penglihatan primer.
Cerebelum terletak di fossa cranii posterior dan ditutupi oleh durameter. Fungsi
utamanya adalah pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot,
serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan.
Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas yaitu : Medulla oblongata, pons, dan
main cefalon (otak tengah).
Epitalamus
medulla oblongata, pons, cerebellum, otak tengah dan sebagian diencefalon. Arteri
cerebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diencefalon,
sebagian oksipitaslis temporalis, koklearis dan organ-organ vestibular.
Darah vena dialirkan melalui 2 sistem : kelompok vena interna, mengumpulkan darah
ke vena galen dan sinus rektus, vena eksterna yang terletak di permukaan himesfer
otak mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan sinus basalis lateralis
seterusnya ke vena-vena jugularis dicurahkan ke jantung.
3. Patofisiologi
Otak sangat tergantung oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Bila
terjadi anoksia seperti halnya pada CVA, metabolisme di otak segera mengalami
perubahan. Kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam 3 10 menit.
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi otak akan menimbulkan
hipoksia atau anoksia. Hipoksia sampai iskemia otak, iskemia dalam waktu singkat
(kurang dari 10 15 menit) menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit
permanen.
berakibat terjadi infark otak yang disertai edem otak. Tipe defisit fokal permanen
akan tergantung kepada daerah otak yang mana terkena. Daerah otak tergantung
kepada pembuluh darah otak yang mana terkena. Yang paling sering terkena arteri
cerebral tengah, defisit fokal permanen dapat tidak diketahui jika pertama kali pasien
dijumpai iskemia otak keseluruhan yang bisa teratasi.
4. Penyebab CVA
a. Trombosis
Trombosis merupakan penyebab paling umum dari CVA, yang paling sering
adalah aterosklerosis.
hipotensi, dan tipe lain dari cedera vaskuler. CVA trombosis ini sering pada usia 60
90 tahun. Timbul pada pembuluh darah besar dengan kerusakan dinding pembuluh
darah pada tempat sumbatan.
Serangan gejala ini sering datang pada waktu tidur atau mulai bangun, diduga ada
hubungan dengan pernyataan bahwa aktivitas simpatis pada orang tua menurun dan
tidur telentang merendahkan tekanan darah yang menyebabkan iskemia otak. Tandatanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
b. Emboli Cerebral
Emboli cerebral merupakan penyebab kedua paling sering. Pasien CVA sekunder
dari emboli biasanya lebih muda, seringkali emboli bersumber dari thrombus di
jantung. Trombus miokardial yang paling sering akibat penyakit jantung rematik
yang disertai mitral stenosis dan atrial fibrilasi. Biasanya mengenai pembuluh darah
kecil, paling sering terjadi pada arteri cerebral tengah.
dikatakan.
6. Analisa Data
Kemungkinan
diagnosa
keperawatan
DIAGNOSA
yang
timbul
sebagai
berikut
KEMUNGKINAN ETIOLOGI
Obstuksi / lendir
Cemas
Gangguan neuromuskuler
Immobilitas,
tidak
cukup
nutrisi,
gangguan neuromuskuler
Inkontinen total
Disfungsi neurologis
Gangguan
neuromuskuler/persepsi/kognitif
Pengabaian unilateral
Penyakit neurologis/trauma
Nyeri
Disfungsi seksual
Gangguan neurologis
7. Perencanaan:
Hasil yang diharapkan dari pasien :
a. Saluran nafas bebas
b. Pasien mengungkapkan sedikit cemas]
c. Pola nafas pasien efektif
d. Pasien mengembangkan cara berkomunikasi
e. Pasien menderita sedikit masalah akibat perubahan komunikasi verbal
f. Pasien menderita komplikasi minimal akibat inkontinen
g. Kontinen pasien membaik
h. Pasien bebas dari cedera atau trauma
i. Pasien membuat kompensasi lapangan penglihatan, persepsi, motor dan
kehilangan penginderaan
j. Pasien dapat mempertahankan status nutrisi
k. Kulit pasien utuh
l. Pasien dapat menelan
m. Sirkulasi cerebral adekuat
8. Implementasi
a. Membantu mencapai tujuan terapi
b. Perawatan pada fase awal
Pada fase ini ditujukan pada kelangsungan hidup dan pencegahan kerusakan otak
yang lebih berat perawatan harus disertai penghayatan bahwa pasien suka disertai.
Pengkajian neurology dilaksanakan pada interval tertentu untuk menemukan
perubahan kondisi, dan komunikasi. Pemakaian antikoagulan tidak dianjurkan dalam
usaha mencegah emboli, diberi heparin bila sudah yakin penyebabnya adalah
trombosis/emboli bukan hemoragik serebral.
c. Fungsi Motorik
d. Nutrisi
Cairan hendaknya dibatasi beberapa hari setelah CVA sebagai upaya untuk
mencegah edem. Pada pasien menderita kesukaran menelan diberi cairan intra vena,
NGT. Bila kesadaran baik, makanan cairan diberi sedikit demi sedikit.
e. Aktivitas
Istirahat dan ketenangan penting walaupun CVA tidak berat
Pencegahan deformitas persendian sejak tingkat akut, mengatur posisi anggota badan
yang menderita dan latihan pergerakan, harus ada jadwal untuk mengatur posisi.
f. Eliminasi
Out put urine harus dicatat dengan cermat dan dilaporkan untuk beberapa hari
setelah terjadi CVA. Jika terjadi inkontinen urine pasien diberi tahu bahw akan
membaik beberapa hari kemudian, perlu dipasang kateter untuk mencegah retensi
urine.
Inkontinen feses sering terjadi pada pasien CVA.
diare akan timbul bila terjadi impact terjadi tanpa diketahui. Suppositoria dapat
diberikan sebagai pelunak tinja.
g. Perawatan fase rahabilitasi
Tiga tujuan keperawatan pada fase ini yaitu :
1) Pencegahan keterbatasan lebih lanjut
2) Meningkatkan kemampuan yang ada
3) Mengendalikan fungsi sedapat mungkin
h. Pengembalian fungsi
Pengembalian impuls-impuls motorik dan gerakan ekstremitas tahap demi
tahap, intervensi yang sesuai adalah :
1) Latihan pasif : merangsang sirkulasi dan dapat memperbaiki jalur
neuromuskuler
2) Latihan aktif dimulai sedini mungkin
3) Perhatian pada bagian sehat guna mempertahankan kekuatan
4) Ambulasi dini
i. Bedah
Setelah kondisi stabil pembedahan bisa dilaksanakan pada pasien yang selektif. Bila
gejala berhubungan dengan lesi aterosklerosis pada system ekstra cranial (arteri
carotis internal