Anda di halaman 1dari 3

MEDIA DAN KOMUNIKASI POLITIK INTERNASIONAL

Komunikasi politik internasional adalah komunikasi yang dilakukan


suatu negara kepada negara lain untuk menyampaikan pesan-pesan
politik yang berkaitan dengan kepentingan negaranya. Media merupakan
salah satu sarana yang sangat penting dalam melakukan komunikasi
politik internasional, mengingat bahwa komunikasi tersebut melampaui
batas-batas negara dan mencakup daerah dan jangkauan yang sangat
luas maka media massa berperan penting dalam komunikasi tersebut.
Pada era media massa saat ini, komunikasi politik internasional menjadi
lebih penting, meluas komunikatornya, serta bertambah banyak varian
implementasinya.
Pada dasarnya saluran komunikasi politik internasional ada dua
yaitu :
1. Media massa seperti pers, radio, TV dan film.
2. Fasilitas-fasilitas internasional yang lain seperti organization channel,
international Travele dan Cunteral Events.
Selama abad ke-20 ini, komunikasi politik internasional diupayakan
agar tidak hanya untuk membentuk citra negara yang bersangkutan,
namun juga dilakukan untuk merekayasa terciptanya musuh negara
melalui kerjasama media dengan pihak militer seperti yang dilakukan
pemerintah Jerman atau AS. Kegiatan ini lazim disebut sebagai
propaganda. Pemimpin NAZI, Adolf Hitler, memanfaatkan radio untuk
membakar semangat warga negara Jerman dalam Perang Dunia II,
mempengaruhi publik domestik dan internasional terkait siapa bangsa
Yahudi dan mengapa mereka wajib dibantai, membentuk citra militer
Jerman sebagai pasukan yang dahsyat, dan sebagainya. Pemerintah AS
pun menggunakan media massa sebagai sarana merekayasa fakta perang
Vietnam, menciptakan Al Qaeda untuk merepresentasikan kehadiran
ancaman terorisme global yang berbahaya bagi AS dan dunia
internasional, memobilisasi opini publik tentang Iraq, Saddam Hussein,
dan senjata pemusnah massalnya yang sejatinya tidak pernah ada.

Menjelang Perang Teluk II, media massa global gencar menyajikan


dugaan terhadap pemerintah AS mengenai keberadaan senjata pemusnah
massal milik pemerintah Iraq dan keterkaitan antara Saddam Hussein
dengan jaringan AlQaeda. Selain itu, dosa-dosa masa lalu Saddam
Hussein seperti pembantaian suku Kurdi di Iraq kembali disebarkan
melalui media massa. Pemberitaan-pemberitaan tersebut akhirnya
sukses mempengaruhi mayoritas publik global dan secara tidak langsung
mengesahkan invasi militer AS dan sekutunya (atas izin DK PBB) di
tanah Iraq.
Uniknya, jurnalis yang meliput peristiwa tersebut di Iraq harus terus
berada di bawah perlindungan tentara AS. Jurnalis tidak diperkenankan
meliput berita tanpa dikawal tentara AS dengan dalih keselamatan dalam
meliput. Hal tersebut dikenal dengan istilah embedded journalism. Kita
tidak bisa yakin sepenuhnya bahwa hasil liputan jurnalis-jurnalis tersebut
tidak melalui gatekeeping militer AS atau dipublikasi tanpa seizin
mereka. Scott Hill, seorang jurnalis, penulis, sekaligus kolumnis asal
Inggris, menyatakan bahwa emdedded journalism ini hanya akan
menyebabkan kejatuhan jurnalisme secara keseluruhan. Dalam salah satu
tulisannya (Huffington Post, 18 Juli 2011), Scott Hill menyampaikan kritik
keras terhadap fenomena embedded journalism ini. Dengan mengutip
Charles Lynch (koresponden Canadian World War II), beliau menyatakan
bahwa embedded journalism adalah tentara propaganda pemerintah yang
bertindak layaknya cheerleaders atas terjadinya sebuah perang.
Beruntung terdapat Aljazeera yang berupaya meliput berita tersebut
tanpa kawalan tentara AS, meskipun karena upaya tersebut kantor
Aljazeera di Iraq memperoleh rudal salah sasaran dari tentara AS.
Setelah Perang Teluk II berakhir dengan kondisi Iraq yang
memprihatinkan dan terbunuhnya Saddam Hussein, baru kemudian
ditemukan fakta bahwa mass destruction weapon tidak pernah dimiliki
Iraq dan Saddam Hussein justru berseberangan dengan aksi-aksi Osama
bin Laden. Bahkan kemudian beberapa analis politik menyatakan bahwa

Perang Teluk II direkayasa hanya untuk kepentingan AS terhadap minyak


bumi Iraq (geopolitik).
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi
politik internasional adalah suatu hal yang amat penting dan signifikan
dalam dunia politik era globalisasi ini. Media massa merupakan sarana
utama yang mendukungnya. Oleh karena itu, kuat atau lemahnya
pengaruh suatu pemerintahan terhadap media massa menjadi hal yang
sangat menentukan seberapa besar pengaruhnya terhadap publik, baik
publik domestik maupun internasional. Sehingga pada akhirnya juga
dapat menentukan seberapa lama penguasa suatu negara akan tetap
berada di atas tahtanya dan naik atau turunnya dukungan publik
terhadapnya.

Referensi:
Hill, Scott. 18 Juli 2011. Why Embedded Journalism Spells Bad News.
http://www.huffingtonpost.com/scott-hill/embedded-journalists-_b_900024.html
http://publicdiplomacy.org/pages/index.php?page=about-public-diplomacy
McNair, Brian. 2003. An Introduction to Political Communication. Routledge: London.

Anda mungkin juga menyukai