Anda di halaman 1dari 64

BPH :

a. hiperplasia dari sel-sel stroma


b. hiperplasia sel-sel epitel kelenjar
prostat
c. hiperplasia dari sel-sel stroma dan
sel-sel epitel kelenjar prostat

BPH dialami oleh


a.sekitar 70% pria diatas usia 60
tahun,
b.90% pada pria diatas 80 th
c. A+B

Skoring keluhan menurut International

prostate symptom score (IPSS)


Jumlah skor tertinggi adalah
a. 20
b. 27
c. 35

Menurut International prostate


symptom score (IPSS), BPH
bergejala sedang bila mempunyai
nilai skor
a. skor 10 - 20
b. skor 8 - 19
c. skor 15 - 25

Yang dinilai pada pemeriksaan Colok


dubur untuk diagnostik BPH:
a. tonus sphinkter ani
b. prostat : volume,konsitensi,
ada tidaknya nodul & nyeri
tekan.
c. ampula rekti
d. ada tidaknya masa rekti
e. semua benar
f. semua benar kecuali d


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

PSA adalah
Prostate Specific Antigen
Prostate Serum Antigen
Dihasilkan oleh kanker prostat
Dihasilkan oleh kelenjar prostat
A+C
A+D
B+C
B+D

Kadar PSA dapat meningkat pada :


a. peradangan prostat
b. akibat manipulasi prostat
c. retensi urin akut,kateterisasi
d. Kanker prostat
e. usia yang makin tua
f . Semua benar

Catatan harian miksi ( voiding


diaries)
a.
b.

Mencatat kapan dan berapa jumlah urin


yang dikemihkan dalam 24 jam
Mencatat kapan dan berapa jumlah
asupan air yang dikomsumsi serta kapan
dan berapa jumlah urin yang dikemihkan
Sangat berguna pada pasien yang keluhan
utamanya nokturia
Dapat dibedakan nokturia idiopatik,
instabilitas detrusor akibat obstruksi
infra vesika atau karena poliuria akibat
asupan air yang berlebih

Catatan harian miksi ( voiding


diaries)
Sebaiknya dilakukan selama
a. 7 hari berturut-turut
b. 5 hari berturut-turut
c. 3 hari berturut-turut
d. 1 hari berturut-turut

Uroflowmetri

Benign
prostatic
hyperplasia
R. Bebet Prasetyo
Bagian Urology
Departemen Bedah RSPAD Gatot Soebroto

Pendahuluan

BPH : hiperplasia dari sel-sel stroma dan selsel epitel kelenjar prostat.
Dialami oleh sekitar 70% pria diatas usia 60
tahun, dan
90% pada pria diatas 80
th
Prevalensi bph yang bergejala,
40-49 th hampir mencapai
15%,
50-59 th hampir 25%,
usia 60 th mencapai 43%

BPE ( benign prostate enlargment ),


BOO (Bladder outlet obstruction),
BPO (Benign prostate obstruction

LUTS ( lower urinary tract symptoms )


terdiri
gejala obstruksi atau gejala berkemih
( voiding symptoms)
gejala iritasi atau gejala penyimpanan
(storage symptoms)

Tidak semua bph mengalami gangguan


miksi,sebaliknya tidak semua gangguan miksi
disebabkan oleh bph

Prevalensi BPH bergejala

Office of Health Economic Inggris,


mengeluarkan proyeksi prevalensi BPH
bergejala beberapa tahun kedepan, th 1991
berjumlah sekitar 80.000 pada 2031
diperkirakan meningkat jadi 1,5 kali lipat

Hospital prevalence di RSCM dan RS Sumber


waras selama 3 tahun (1994-1997) 1040 kasus.

RSPAD selama tiga tahun (2001-2003) sebanyak


388 kasus, 379 TURP dan 9 Op.terbuka.

Penyebab ?

Banyak sekali faktor yang diduga berperan dalam


proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tapi pada dasarnya
bph tumbuh pada pria yang menginjak usia tua dan masih
mempunyai testis yang masih berfungsi normal menghasilkan
testosteron

Pengaruh hormon lain (estrogen, prolaktin), diet tertentu, mikro


trauma, dan faktor2 lingkungan diduga berperan dalam proliferasi
sel-sel kelenjar prostat secara tidak langsung.

Faktor-faktor tersebut mampu mempengaruhi sel-sel prostat untuk


mensintesis protein growth faktor, yang selanjutnya protein inilah
yang berperan dalam memacu terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar
prostat

Faktor-faktor yang mampu meningkatkan sintesis protein growth


faktor disebut faktor ekstrinsik, sedangkan protein growth faktor
itu sendiri disebut sebagai faktor intrinsik yang menyebabkan
hiperplasia kelenjar prostat.

Piranti diagnosis bph

Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Urinalisis, kreatinin serum
PSA
Uroflowmetri dan residual urin
Catatan harian miksi
Pencitraan prostat dan traktus urinarius
Urethrosistoskopi
Urodinamika

Anamnesis

Keluhan miksi yang dirasakan dan sudah


berapa lama mengganggu
Riwayat penyakit lain dan penyakit saluran
urogenitalia
( cedera, infeksi atau pembedahan )
Riwayat kesehatan secara umum dan riwayat
fungsi seksual
Obat-obatan yang saat ini dikomsumsi yang
dapat menimbulkan keluhan miksi
Tingkat kebugaran pasien yang mungkin
diperlukan untuk tindakan pembedahan

Keluhan miksi

Irritative Symptoms
nocturia, frequency, urgency,
dysuria

Obstructive Symptoms
hesitancy, intermittency, terminal
dribling, incomplete emptying

Skoring keluhan
International prostate symptom
score (IPSS)
skor 0 7 : bergejala ringan
skor 8 19 : bergejala sedang
skor 20 35 : bergejala berat
disertai 7 pertanyaan mengenai
kwalitas hidup

Pemeriksaan fisik

Colok dubur : tsa, volume dan


konsitensi prostat, serta ada tidaknya
nodul.
Regio suprapubik ada/tidak distensi
buli-buli
Sensitivitas colok dubur dalam deteksi
ca prostat 33%
Keadaan neurologis, status mental
pasien secara umum dan fungsi
neuromuskuler ekstremitas bawah

Urinalisis

Sedimen urin : lekosituria,


hematuria

Kultur urin

Sitologi urin

fungsi ginjal

Gagal ginjal akibat bph 0.3-30% dengan ratarata 13,6%

Komplikasi pasca bedah lebih tinggi pada gagal


ginjal (25%) dibanding yang normal (17%)

Mortalitas 6X lebih banyak pada gagal ginjal

Dilatasi sistem pelviokalises 0,8% pada


kreatinin normal, sebaliknya sebanyak 18,9%
pada peningkatan kreatinin

PSA ( Prostate Specific Antigen)

Organ specific bukan cancer specific

Dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan


penyakit bph

PSA yang tinggi berarti : (pada bph)


pertumbuhan volume prostat lebih cepat,
keluhan akibat bph/laju pancaran urin
lebih jelek
lebih mudah terjadinya retensi urin akut

PSA ( Prostate Specific Antigen)


laju pertumbuhan volume prostat tiap
tahun
0,2 0,3 ng/dl : 0,7 ml/th
1,4 3,2 ng/dl : 2,1 ml/th
3,3 9,9 ng th : 3,3 ml/th (Roehrborn et al 2000)
Kadar PSA dapat meningkat pada :
peradangan, setelah manipulasi prostat,
retensi urin akut, kateterisasi,
keganasan prostat dan usia yang makin tua

PSA ( Prostate Specific Antigen)


Rentang kadar PSA yang dianggap
normal berdasarkan usia
40 49 th : 0 2,5 ng/dl
50 59 th : 0 3.5 ng/dl
60 69 th : 0 4,5 ng/dl
70 79 th : 0 6,5 ng/dl

Catatan harian miksi ( voiding


diaries)

Mencatat kapan dan berapa jumlah asupan


air yang dikomsumsi serta kapan dan berapa
jumlah urin yang dikemihkan
Sebaiknya dilakukan selama 7 hari berturutturut
Sangat berguna pada pasien yang keluhan
utamanya nokturia
Dapat dibedakan nokturia idiopatik,
instabilitas detrusor akibat obstruksi infra
vesika atau karena poliuria akibat asupan
air yang berlebih

Uroflowmetri

Pencatatan tentang pancaran urin selama


proses miksi secara elektronik.
Volume miksi,
Pancaran maksimum ( Qmax)
Pancaran rata-rata,
waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai Qmax dan
lama pancaran
Hasil tidak spesifik,
Pancaran yang lemah ==>BOO atau
kelemahan detrusor, sebaliknya Qmax yang
normal belum tentu tidak ada BOO

Uroflowmetri

Korelasi Qmax dengan BOO


Qmax < 10 ml/det
90% BOO
10-14 ml/det
67% BOO
> 15 ml/det
30% BOO
Nilai Qmax dipengaruhi oleh
usia,
jumlah urin serta
terdapat variasi individual yang cukup
besar.

Pemeriksaan residual urin


(RU)

78% pria normal mempunyai RU < 5 ml


Semua pria normal mempunyai RU 12 ml
RU diukur dgn cara
invasif : kateterisasi setelah miksi maupun
noninvasif : USG atau blader scan
Kateterisasi lebih akurat tapi tidak nyaman,
dapat menimbulkan cedera pada uretra,
infeksi sampai bakteriemia

Pemeriksaan residual urin (RU)

Variasi individual sangat tinggi, terutama


RU>150 ml
RU <120 ml hampir sama

Peningkatan RU tidak selalu


menunjukkan beratnya ganguan pancaran
urin atau beratnya obstruksi,

adanya residu urin menunjukkan


adanya gangguan miksi.

Pencitraan traktus urinarius

IVP atas indikasi


hematuria,
Infeksi saluran kemih,
riwayat urolitiasis,atau
pernah menjalani op. saluran
urogenitalia
pada insufisiensi renal => USG

Pencitraan traktus urinarius

USG prostat : (transabdominal /transrectal)


bentuk,
volume dan
kemungkinan adanya ca prostat, (lesi
hipodens)

USG prostat dianjurkan pada :


pasien yang hendak menjalani terapi :
inhibitor 5 reduktase, termoterapi,
pemasangan stent, TUIP, prostatektomi
terbuka, atau
pada peningkatan kadar PSA

URETROSISTOSKOPI

Tidak dianjurkan sebagai


pemeriksaan rutin pada bph
Dilakukan sebelum tindakan
pembedahan atau pada kasus yang
disertai
hematuria atau
dugaan adanya ca
buli-buli

Urodinamika

Pressure flow study


Dapat membedakan apakah pancaran miksi
yang lemah disebabkan oleh obstruksi atau
kelemahan kontraksi otot detrusor
Hasil pemeriksaan :
* menentukan derajat obstruksi prostat
dan
* mampu meramalkan keberhasilan suatu
tindakan pembedahan

Indikasi Urodinamika
Usia < 50 th atau >80 th dengan RU >
300 ml,
Qmax <10 ml/det setelah menjalani
tindakan pembedahan radikal daerah
pelvis,
Gagal dengan terapi invasif atau
Curiga adanya neurogenic bladder

Pilihan terapi

Non intervensi
1. Observasi (watchful waiting)
2. Medikamentosa :
antagonis adrenergik
inhibitor 5 reduktase
fitoterapi
Intervensi
1. Pembedahan
prostatektomi terbuka
Endourologi : TURP,TUIP,TULP,Elektrovaporasi
2. Minimal invasif
TUMT, HIFU, Stent uretra, TUNA, ILC

Observasi (watchful waiting)

Tidak mendapatkan terapi apapun


Skor IPSS <7
Disarankan
*jangan banyak minum dan mengkomsumsi kopi atau
alkohol setelah makan malam,
*kurangi komsumsi makanan atau minuman yang
dapat menyebabkan iritasi pada buli-buli (kopi atau
coklat),
*batasi penggunaan obat2 flu yang mengandung
fenilpropanolamin, kurangi makanan pedas dan asin,
*jangan menahan kencing terlalu lama
Setiap 6 bulan dievaluasi skor, laju pancaran urin
dan RU

Medikamentosa

Skor IPSS >7


Tujuan terapi medikamentosa
1. Mengurangi resistensi otot
polos prostat
sebagai komponen dinamik,
2. Mengurangi volume prostat
sebagai
komponen statik

Jenis obat yang digunakan

Antagonis reseptor adrenergik yang dapat


berupa
a. preparat non selektif : fenoksibensamin
b. preparat selektif
masa kerja pendek : prasozin, aflusozin,
indoramin
masa kerja lama : tamsulozin, (harnal)
doksasozin, (cardura)
terasozin (hytrin)
alfuzosin (xatral)
Inhibitor 5 reduktase yaitu finasteride dan
dutasteride
Fitofarmaka

Tahap tahap penanganan


BPH
Mandatory
Pemeriksaan awal
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Urinalisis
Recommended
PSA
kreatinin serum
Skoring, IPSS/MI
Catatan harian miksi

Kesimpulan awal

Bergejala ringan
Bergejala sedang berat
Temuan abnormal :
DRE curiga ganas
PSA abnormal
hematuri
Nyeri
Kelainan neurologis
Teraba buli-buli
fungsi ginjal abnormal
riwayat pernah : operasi urologi, menderita
urolitiasis,
keganasan urogenitalia

Bergejala ringan

Gejala tidak mengganggu


Tidak menghendaki terapi
Watchful waiting, evaluasi 6 bulan
Bila gagal => medika mentosa
Gagal dengan medikamentosa, =>
rujuk ke urologi

Bergejala sedang sampai berat

Dianjurkan pemeriksaan tambahan


uroflowmetri
volume residual urin
USG
Bisa langsung diskusi dengan pasien tentang pemilihan
terapi
terapi non invasif
terapi invasif :
=> rujuk urologi
urodinamika atau
ureterosistoskopi
untuk menentukan obstruksi
atau bukan
Bila gagal non invasif --- rujuk urologi

Temuan abnormal

Pemeriksaan tambahan untuk


menentukan apakah BPH dengan
komplikasi atau bukan BPH
Jenis pemeriksaan :
Pencitraan (IVP, USG,Uretrografi
),
Uretrosistoskopi,
Sitologi urin

BPH dengan komplikasi

Retensi urin berulang


Hematuria
Batu buli-buli
ISK berulang
Insufisiensi ginjal
Terapi intervensi : Invasif minimal
Pembedahan

Bukan BPH

Karsinoma prostat
Karsinoma buli-buli
Striktur uretra
Buli-buli neurogenik

Terapi sesuai diagnosis

Pemeriksaan awal
* Anamnesis
* pf, dre
* Urinalisis
* Tes faal ginjal
* PSA
* Catatan harian miksi

IPSS & QoL atau MI

RINGAN ( IPSS<7 )

SEDANG HINGGA BERAT


IPSS 8-19 dan 20-35
Pemeriksaan tambahan
Uroflowmetri
Residual urin
USG

Watchful waiting

gagal

medikamentosa

Diskusi dengan pasien tentang pemilihan terapi

Pilih terapi noninvasif

gagal

Rujuk ke spesialis

The Bladder's Response to


Obstruction

Obstruction-induced changes in the bladder


are of two basic types:
(1) those changes that lead to detrusor
instability or decreased compliance,
which are clinically associated with
symptoms of frequency and urgency , and
(2) those changes associated with
decreased detrusor contractility, which
are associated with further deterioration
in the force of the urinary stream,
hesitancy, intermittency, increased
residual urine, and (in a minority of cases)
detrusor failure.

Anda mungkin juga menyukai