adalah kompetensi tertentu yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam
upaya mengefektifkan proses belajar mengajar. Maka disinilah guru harus
menjadi contoh teladan, membangkitkan motif belajar siswa serta
mendorong dan memberikan motivasi terhadap siswanya.
Penerapan Metode Pemecahan Masalah
..... (Toheri dan Nia Yuniawati)
|
95
Slameto (1995 : 9) Belajar yang penting adalah penyesuaian
pertama yaitu memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan masalah
problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal
yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperolh
Insight
. Teori ini
dikenal dengan teori
Gestalt
yang dikemukakan oleh Koffa dan Kohler dari
Jerman. Dalam teori ini lebih banyak belajar melalui pengalaman, oleh
karena itu pengajaran lebih diarahkan kepada siswa lebih banyak belajar
melalui pengalaman dalam memecahan permasalahan yang dihadapi. Oleh
karena itu pengajaran lebih diarahkan kepada siswa untuk melakukan
pemecahan masalah atau
problem solving.
Berdasarkan ungkapan di atas,
maka dipilihlah metode pemecahan masalah sebagai alternatif
pembelajaran, karena pada metode ini siswa dilibatkan secara aktif dalam
kegiatan belajar mengajar. Adapun pertanyaan penelitian adalah:
Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika di Kelas 2 Otomotif 6
SMK Muhammadiyah 2 Kabupaten Kuningan melalui metode pemecahan
masalah model Polya?, Bagaimana respon siswa Kelas 2 Otomotif 6 SMK
Muhammadiyah 2 Kabupaten Kuningan yang pembelajarannya
menggunakan pemecahan masalah model Polya ?, dan Apakah terdapat
peningkatan hasil belajar siswa Kelas 2 Otomotif 6 SMK Muhammadiyah 2
Kabupaten Kuningan yang pembelajarannya menggunakan pemecahan
masalah model Polya?.
MATERI DAN METODE
Sampel
. Subyek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas 2
Otomotif 6 SMK Muhammadiyah 2 Kabupaten Kuningan, tahun ajaran
2009/2010 yang berjumlah 35 siswa yaitu 32 orang putera dan 3 orang
puteri. Pertimbangan tersebut dipilih karena berdasarkan hasil rundingan
dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidanng kurikulum, dan guru
mata pelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas
. Penelitian ini menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan salah satu jenis penelitian
yang dapat dilakukan oleh pengajar sebagai pengelola program
pendidikan. Dan dalam pelaksanaannya dilaksanakan secara kolaboratif
antara guru mata pelajaran dan peneliti. PTK pertama kali diperkenalkan
oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun
1946. Menurut John Elliot (Aqib, Zaenal. 2007 : 87) menyatakan bahwa
PTK adalah kegiatan tentang situasi sosial dengan maksud meningkatkan
kualitas tindakan di dalamnya. PTK dilaksanakan melalui proses
pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap :
perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi.
HASIL
Hasil Analisis Tes Uraian
.
Berdasarkan analisis tes dari siklus I, siklus II
dan siklus III, maka diperoleh rata-rata skor tes yang dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 1. Rata-rata Hasil Tes
No
Hasil
Rata-rata
96
|
EduMa, Vol. 1, No. 2, Desember 2009: 95 - 100
1.
2.
3.
4.
Pra PTK
Siklus I
Siklus II
Siklus III
57,17
64
68,88
76,97
|
97
Kabupaten Kuningan.
PEMBAHASAN
Pada siklus I siswa dapat menerima pembelajaran dengan
menggunakan metode pemecahan masalah model polya. Hal ini dapat
dilihat dari hasil belajar matematika siswa dengan rata-rata hasil
keseluruhan 71,64. Setiap proses pembelajaran siswa dikelompokkan
menjadi 7 kelompok yang masing-masing beranggotakan 5 orang siswa.
Dengan adanya diskusi kelompok, siswa menjadi lebih terdorong untuk
dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan. Kerjasama dalam kelompok
masih kurang, dan sebagian besar anggota kelompok hanya mengandalkan
anggota kelompoknya yang lebih pintar. Pada pertemuan pertama, siswa
masih merasa segan untuk tampil dan mengemukakan pendapatnya di
98
|
EduMa, Vol. 1, No. 2, Desember 2009: 95 - 100
aktivitas guru. Hal ini berarti guru hanya sebagai fasilitator dan tidak
mendominasi. Sesuai dengan teori, metode pemecahan masalah
merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif, kreatif dan
mampu berfikir logis, kritis dan mampu berfikir tingkat tinggi sebagaimana
yang dikemukakan
Gagne (Ruseffendi. 2006 : 335) menyatakan
pemecahan masalah adalah tipe belajar yang tingkatannya paling tinggi
dan kompleks dibandingkan dengan tipe belajar lainnya. Selain itu metode
pemecahan masalah mempunyai tujuan untuk memperoleh kemampuan
dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas
dan tuntas. Hal ini berarti penerapan
metode pemecahan masalah model
Polya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok
bahasan fungsi kuadrat dan fungsi eksponen di kelas 2 Otomotif 6 SMK
Muhammadiyah 2 Kabupaten Kuningan.
Berdasarkan hasil observasi dapat
diketahui bahwa aktivitas siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III
mengalami peningkatan. Peningkatan terjadi pada setiap aspek yang
diamati selama pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, penerapan
metode pemecahan masalah model Polya cocok digunakan pada
pembelajaran matematika.
Pelaksanaan pembelajaran matematika pada
pokok bahasan fungsi kuadrat dan fungsi eksponen dengan menggunakan
Penerapan Metode Pemecahan Masalah
..... (Toheri dan Nia Yuniawati)
|
99
metode pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa di
kelas 2 Otomotif 6 SMK Muhammadiyah 2 Kabupaten Kuningan, karena
dalam pembelajaran pemecahan masalah siswa dilatih untuk mampu
berfikir logis dan kritis.
Respon siswa kelas 2 Otomotif 6 SMK Muhammadiyah 2 Kabupaten
Kuningan pada pokok bahasan fungsi kuadrat dan fungsi eksponen dengan
menggunakan metode pemecahan masalah memberikan respon positif, hal
ini dapat dilihat dari aktivitas siswa kelas 2 Otomotif 6 SMK Muhammadiyah
2 Kabupaten Kuningan yang pembelajarnnya menggunakan metode
pemecahan masalah meningkat, meskipun pada awalnya guru lebih
dominan jika dibandingkan dengan siswa namun akhirnya siswa bisa lebih
berperan aktif dan kreatif karena terlihat dari aktivitas siswa lebih semakin
meningkat saat pembelajaran berlangsung. Dengan demikian metode
pemecahan masalah cocok digunakan pada pembelajaran matematika.
Terdapat peningkatan pada hasil belajar siswa yang belajar dengan
menggunakan metode pemecahan masalah model Polya, hal ini dapat
dilihat pada setiap siklus, mulai dari siklus I, II dan III terdapat peningkatan
hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2008.
Penelitian Tindakan Kelas
. Bandung : Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. 2003.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
.
Jakarta : Rineka Cipta.
Karso. 1993.
Dasar Dasar Pendidikan MIPA
. Jakarta : Depdikbud.
Mulyati. 2005.
Psikologi Belajar
. Yogyakarta : Andi.
Nasution. 2006.
Kurikulum Dan Pengajaran
. Jakarta : Bumi Aksara.
Nurhayadi, Dadi. 2005.
Perbandingan Hasil Balajar Matematika Antara Yng
Pembelajarannya Menggunakan Metode Diskusi Dengan Metode
Pemecahan
Masalah
. Skripsi UNSIL : Tidak Dipublikasikan.
Nurkancana, Wayan. 1986.
Evaluasi Pendidikan
. Surabaya : Usaha
Nasional.
Purwanto, Ngalim. 2007.
Psikologi Pendidikan
. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Riduwan. 2008.
Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan
Peneliti Pemula
. Bandung : Alfabeta.
Ruseffendi, E. T. 2006.
Pengantar Kepada Membantu Guru
Mengembangkan Kompetnsinya Dalam Pengajaran matematika
Untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung : Transito.
Saeffudin, Asep. 2006.
Penggunaan Metode Latihan Sebagai Upaya
Meningkatkan Pemahaman Dan Keterampilan Siswa Dalam Mata
Pelajaran Akuntasi
. Skripsi UNPAS : Tidak Dipublikasikan.