PENDAHULUAN
A. Pengertian
Wirausaha sering dipadankan dengan kata entrepreneur atau ada juga
yang menyebutnya dengan wiraswasta. Kedua padanan kata tersebut
kelihatannya berbeda, tetapi tidak terlalu signifikan. Secara bahsa etimologis
wira berarti perwira, utama, teladan, berani. Swa berarti sendiri, sedangkan
sta berarti berdiri. Jadi wiraswasta atau wirausaha berarti keberanian berdiri
diatas kaki sendiri. Dengan demikian pengertian wiraswasta atau wirausaha
sebagai padanan entrepreneur adalah orang yang berani membuka lapangan
pekerjaan dengan kekuatan sendiri, yang pada gilirannya tidak saja
menguntungkan dirinya sendiri tetapi juga menguntungkan masyarakat karena
dapat menyerap tenaga kerja yang memerlukan pekerjaan.
B. Latar Belakang
Sejak zaman Rasulullah SAW umat Islam telah menggeluti setiap jenis
usaha dan berhasil. Banyak di antara para sahabat yang menjadi pengusaha
besar dan mengembangkan jaringan bisnisnya bahkan hingga melewati batas
teritorial Makkah ataupun Madinah. Dengan berlandaskan ekonomi syariah
dan nilai-nilai ke-Islaman, mereka membangun kehidupan bisnisnya tak
terkecuali dalam hal transaksi dan hubungan perdagangan. Dalam hal
manajemen perusahaan pun mereka berpedoman pada nilai-nilai ke Islaman.
Demikian juga dalam seluruh pengambilan keputusan bisnisnya. Dalam alQuran dan Sunnah tidak banyak dibicarakan tentang persoalan ekonomi yang
berkaitan dengan sistem dan mekanisme umat manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Al-Quran dan Sunnah lebih banyak memaparkan
ketentuan-ketentuan umum dan menyatakan bahwa sumber daya yang
diturunkan Allah kepada manusia merupakan rahmat yang paling besar dan
setiap manusia berhak untuk melakukan kompetensi yang sehat dalam
menggali dan mengelola sumber daya alam tersebut. Namun demikian, dalam
menggali, mengelola, mendistribusikan dan memanfaatkan sumberdaya alam
Terjemahnya:
"Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan..
Seseorang harus ingat bahwa, dalam Islam baik politik, ekonomi bahkan
juga elemen-elemen lainnya tidak bisa dipisahkan dari agama, semuanya harus
tunduk pada keseluruhan otoritas hukum Islam. Tetapi ini tidak berarti bahwa
diberlakukannya pemisahan masing-masing itu tidak memungkinkan. Dalam
perencanaan ekonomi harus melihat kehidupan sebagai suatu keseluruhan
organis dan mencoba mendapatkan yang terbaik di akhirat nanti.
Dengan demikian tujuan al-Quran adalah untuk menggabungkan yang
material dengan yang spiritual. Hal ini sesuai dengan QS. al-Qashash: 77:
Terjemahnya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat..
Dengan landasan iman, bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup dalam
pandangan Islam dinilai sebagai suatu ibadah yang disamping memberikan
perolehan material, juga insya Allah akan mendatangkan pahala. Dalam alQuran dan Hadis terdapat banyak sekali tuntutan dan motivasi yang
mendorong seorang muslim untuk berwirausaha, di antaranya adalah QS. alJumuah: 10:
Terjemahnya:
"... Maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan
ingatlah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung..
Aktifitas berwirausaha merupakan bidang kehidupan yang kurang
berkembang secara memuaskan di kalangan masyarakat pribumi atau
masyarakat muslim Indonesia. Paling tidak ada dua alasan mengapa
kewirausahaan perlu dikembangkan di Indonesia, dengan penduduk yang
mayoritas muslim ini. Pertama, kenyataan dari sejumlah angkatan kerja yang
ada, masih sangat sedikit yang tertampung dalam lapangan kerja, sehingga
pembukaan
lapangan
kerja
baru
menjadi
suatu
keniscayaan
dalam
BAB II
ISI
memeroleh harta kekayaan itu. Salah satunya melalui bekerja, sedangkan salah
satu dari ragam bekerja adalah berwirausaha. Bekerja dan berusaha, termasuk
berwirausaha boleh dikatakan merupakan bagian tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia karena keberadaannya sebagai khalifah-fil-ardh.
Dalam pandangan Islam, bekerja merupakan suatu tugas mulia yang akan
membawa diri seseorang pada posisi terhormat, bernilai, baik di mata Allah
SWT maupun di mata kaumnya. Oleh sebab itulah, Islam menegaskan bahwa
bekerja merupakan sebuah kewajiban yang setingkat dengan ibadah. Orang
yang bekerja akan mendapat pahala sebagaimana orang beribadah. Sedangkan
dalam pandangan Allah SWT, seorang pekerja keras (di jalan yang diridhai
Allah tentunya) lebih baik dari orang yang hanya melakukan ibadah (berdo'a
saja misalnya), tanpa mau bekerja dan berusaha, sehingga hidupnya melarat
penuh kemiskinan.
Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya yang memiliki tanggungan
untuk bekerja. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan
manusia memiliki harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha
mencari nafkah, Allah SWT melapangkan bumi serta menyediakan berbagai
fasilitas yang dapat dimanfaatkan manusia untuk mencari rezeki. Sebagai
agama yang menekankan dengan kuat sekali tentang pentingnya keberdayaan
umat, maka Islam memandang bahwa berusaha atau berwirausaha merupakan
bagian integral dari ajaran Islam.
Terdapat sejumlah ayat dan hadis Nabi Muhammad SAW yang
menjelaskan pentingnya aktifitas berusaha itu,diantaranya QS. al-Jumuah: 10:
Terjemahnya:
"Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Allah".
Terjemahnya:
"Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu
menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu".
Menyimak ayat di atas, maka menjadi jelas, bahwa setiap muslim
sesungguhnya dituntut untuk bekerja keras dan disarankan untuk menjelajahi
bumi Allah yang maha luas ini. Dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya,
mencari rezeki, menambah pengalaman, dan ilmu pengetahuan agar dapat
mencapai kemuliaan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak. Hadis di atas
memperlihatkan bagaimana kewirausahaan merupakan aktifitas yang inhern
dalam ajaran Islam. Sedemikian strategisnya kedudukan kewirausahaan dan
perdagangan dalam Islam.
B. Karakteristik wirausaha muslim
Karakteristik wirausaha pada umunya adalah proaktif, produktif,
pemberdaya, tangan diatas, rendah hati, kreatif dan inovatif. Namun dalam
ajaran Islam, ada beberapa sifat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha muslim. Nabi Muhammad SAW memberikan contoh kepada
kita khususnya pembisnis syariah sebelum menyusun, menetapkan, dan
melaksanakan strategi bisnisnya maka terlebih dahulu harus merusmuskan
strategi bisnis yang meliputi lima sikap utama yaitu jujur, ikhlas, profesional,
silaturahmi, niat suci dan ibadah, serta menunaikan zakat, infak, dan sadaqah.
Namun ada juga yang menyebutkan tujuh sikap antara lain :
1. Sifat takwa, tawakal, dzikir, dan syukur
2. Jujur
3. Niat suci dan ibadah
4. Bangun lebih pagi
5.Toleransi
6. Berzakat dan berinfak
7. Silaturrahmi.
2. Jujur
Dalam suatu hadis dinyatakan : Kejujuran itu akan membawa
ketenangan dan ketidakjujuran akan menimbulkan keragu-raguan (HR.
Tirmidzi). Jujur dalam segala kegiatan bisnis, menimbang, mengukur,
membagi, berjanji, membayar utang, jujur dalam berhubungan dengan orang
lain, akan membuat ketenangan lahir dan batin. Sikap jujur akan melahirkan
kepercayaan konsumen atau pelanggan. Kepercayaan akan melahirkan
kesetiaan konsumen atau pelanggan. Kalau konsumen atau pelanggan sudah
setia kepada produk yang kita jual maka keuntungan akan terus mengalir.
3. Niat suci dan ibadah
Islam menegaskan keberadaan manusia di dunia ini adalah untuk
mengabdikan diri kepada-Nya (QS. Al-Dzariyat :56). Bagi seorang muslim
melakukan bisnis adalah merupakan ibadah kepada Allah demikian pula
hasil yang diperoleh dalam bisnis akan dipergunakan kembali di jalan Allah.
Sehingga usaha itu harus dimulai dengan niat yang suci (lillahi taala), cara
yang benar, tujuan yang benar, serta pemanfaatan hasil usaha secara benar
pula. Dengan demikian maka ia akan memeperoleh garansi keberhasilan
dari Allah SWT.
4. Bangun Lebih pagi.
Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita agar mulai bekerja
sejak pagi hari, selesai solat subuh, jangan kamu tidur, bergeraklah carilah
rizki dari Rabb-Mu. Para malaikat akan turun dan membagi rizki sejak terbit
fajar sampai terbenam matahari. seperti hadist yang menyatakan bahwa :
Allah akan memberi rizki, seperti burung-burung yang keluar sangkar di
pagi hari dan pulang petang dengan perut kenyang (HR.Tirmidzi).
5. Toleransi
Toleransi, tenggang rasa, harus dianut oleh orang-orang yang bergerak
dalam bidang bisnis. Dengan demikian tampak orang bisnis itu supel,
mudah bergaul, komunikatif, praktis, tidak banyak teori, fleksibel, pandai
melihat situasi dan kondisi, toleransi terhadap langganan, dan tidak kaku.
Sikap toleran akan memudahkan seseorang dalam menjalankan bisnisnya.
BAB III
KESIMPULAN
Seorang wirausaha yang beragama menjadikan agamanya sebagai
bimbingan dan pedoman dalam bekerja sehingga dia terbebaskan dari tujuan
menghalalkan segala cara. Sifat dasar ajaran Islam sangat mendorong
umatnya untuk berwirausaha. Bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup
dalam pandangan Islam dinilai sebagai suatu ibadah dan merupakan
pengamalan dari perintah syariat Islam.
Selain memerintahkan bekerja, Islam juga menuntun setiap muslim
agar dalam berwirausaha haruslah memiliki sikap atau karaktersitik sebagai
wirausaha muslim sesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
diantaranya adalah sifat takwa, tawakal, dzikir, dan syukur, jujur, niat suci
dan ibadah, Bangun lebih pagi, toleransi, berzakat dan berinfak serta
silaturrahmi. Selain ketujuh katakteristik tersebut seorang wirausaha juga
harus memiliki sikap amanah dan etos kerja, karena Rasulullah SAW sangat
menyukai setiap muslim yang rajin bekerja keras atau mempunyai etos kerja
yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah.M.M,. 2013. Wirausaha berbasis syariah. Cet.1:Yogyakarta : Aswaja
pressindo.
Amin.M.R,. Rasulullah sang pendidik. Cet.1 : Jakarta : AMP Press
Buchari.Alma., 2004. Kewirausahaan. Cet. VII: Bandung: Alfabeta.
Fikri.M.A.T, et all., 2013. Meraih surga dengan berbisnis. Cet.1: Jakarta :
Gema Insani.
Maloko.M.T., 2012. Islam dan kewirausahaan (sebuah gagasan dalam
menumbuhkan semangat wirausaha muslim). ASSETS
Volume 2 Nomor 1.