Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Pengertian
Wirausaha sering dipadankan dengan kata entrepreneur atau ada juga
yang menyebutnya dengan wiraswasta. Kedua padanan kata tersebut
kelihatannya berbeda, tetapi tidak terlalu signifikan. Secara bahsa etimologis
wira berarti perwira, utama, teladan, berani. Swa berarti sendiri, sedangkan
sta berarti berdiri. Jadi wiraswasta atau wirausaha berarti keberanian berdiri
diatas kaki sendiri. Dengan demikian pengertian wiraswasta atau wirausaha
sebagai padanan entrepreneur adalah orang yang berani membuka lapangan
pekerjaan dengan kekuatan sendiri, yang pada gilirannya tidak saja
menguntungkan dirinya sendiri tetapi juga menguntungkan masyarakat karena
dapat menyerap tenaga kerja yang memerlukan pekerjaan.
B. Latar Belakang
Sejak zaman Rasulullah SAW umat Islam telah menggeluti setiap jenis
usaha dan berhasil. Banyak di antara para sahabat yang menjadi pengusaha
besar dan mengembangkan jaringan bisnisnya bahkan hingga melewati batas
teritorial Makkah ataupun Madinah. Dengan berlandaskan ekonomi syariah
dan nilai-nilai ke-Islaman, mereka membangun kehidupan bisnisnya tak
terkecuali dalam hal transaksi dan hubungan perdagangan. Dalam hal
manajemen perusahaan pun mereka berpedoman pada nilai-nilai ke Islaman.
Demikian juga dalam seluruh pengambilan keputusan bisnisnya. Dalam alQuran dan Sunnah tidak banyak dibicarakan tentang persoalan ekonomi yang
berkaitan dengan sistem dan mekanisme umat manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Al-Quran dan Sunnah lebih banyak memaparkan
ketentuan-ketentuan umum dan menyatakan bahwa sumber daya yang
diturunkan Allah kepada manusia merupakan rahmat yang paling besar dan
setiap manusia berhak untuk melakukan kompetensi yang sehat dalam
menggali dan mengelola sumber daya alam tersebut. Namun demikian, dalam
menggali, mengelola, mendistribusikan dan memanfaatkan sumberdaya alam

tersebut, ajaran Islam memberikan rambu-rambu yang harus dipedomani dan


dipatuhi, dengan tujuannya adalah agar hak-hak orang lain tidak teraniaya dan
kewajiban-kewajiban setiap individu dapat terpenuhi. Jadi prinsip-prinsip
hukum Islam yang luas benar-benar mengakomodasi kebutuhan masyarakat
yang terus meningkat dan ini tidak bisa dipertanyakan, karena dinyatakan
sendiri dalam QS. al-An'aam: 38

Terjemahnya:
"Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan..
Seseorang harus ingat bahwa, dalam Islam baik politik, ekonomi bahkan
juga elemen-elemen lainnya tidak bisa dipisahkan dari agama, semuanya harus
tunduk pada keseluruhan otoritas hukum Islam. Tetapi ini tidak berarti bahwa
diberlakukannya pemisahan masing-masing itu tidak memungkinkan. Dalam
perencanaan ekonomi harus melihat kehidupan sebagai suatu keseluruhan
organis dan mencoba mendapatkan yang terbaik di akhirat nanti.
Dengan demikian tujuan al-Quran adalah untuk menggabungkan yang
material dengan yang spiritual. Hal ini sesuai dengan QS. al-Qashash: 77:

Terjemahnya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat..
Dengan landasan iman, bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup dalam
pandangan Islam dinilai sebagai suatu ibadah yang disamping memberikan
perolehan material, juga insya Allah akan mendatangkan pahala. Dalam alQuran dan Hadis terdapat banyak sekali tuntutan dan motivasi yang
mendorong seorang muslim untuk berwirausaha, di antaranya adalah QS. alJumuah: 10:

Terjemahnya:
"... Maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan
ingatlah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung..
Aktifitas berwirausaha merupakan bidang kehidupan yang kurang
berkembang secara memuaskan di kalangan masyarakat pribumi atau
masyarakat muslim Indonesia. Paling tidak ada dua alasan mengapa
kewirausahaan perlu dikembangkan di Indonesia, dengan penduduk yang
mayoritas muslim ini. Pertama, kenyataan dari sejumlah angkatan kerja yang
ada, masih sangat sedikit yang tertampung dalam lapangan kerja, sehingga
pembukaan

lapangan

kerja

baru

menjadi

suatu

keniscayaan

dalam

pemberdayaan masyarakat Indonesia. Kedua, Nabi Muhammad SAW. yang


merupakan teladan bagi umat Islam, komunitas terbanyak negeri ini, adalah
seorang pedagang yang sangat ulet, professional, jujur, memegang amanah, dan
terpercaya. Bahkan kredibilitas dan integritas pribadinya sebagai pedagang
mendapat pengakuan, bukan hanya dari kaum muslimin, tetapi juga orang
Yahudi dan Nasrani, dikarenakan Nabi menjalankan usahanya dengan sangat
profesional. Hidup tidak akan banyak berarti tanpa memiliki tujuan atau alasan
yang jelas, karena tanpa tujuan yang jelas, hidup ini tidak akan kemana-mana.
Demikian juga jika kita ingin menjadi wirausaha yang sukses, kita harus
memiliki tujuan hidup atau impian-impian sehingga dapat bekerja keras untuk
mewujudkannya.

BAB II
ISI

A. Etos kerja islami


Dimensi moralitas dalam Islam sangat banyak,dalam jangkauan luas dan
komprehensif. Moralitas Islam berhubungan dengan semua aspek kehidupan
manusia. Hal ini dapat dilihat misalnya hubungan antara manusia dengan
Allah, manusia dengan sesamanya, dengan makhluk lain di alam semesta, dan
diri manusia itu sendiri. Oleh karenanya moralitas atau etika bekerja sangat
perlu dibangun kembali agar kinerja seseorang menjadi lebih baik dan dapat
memberikan kesejahteraan bagi dirinya dan sesama. Agar kita tidak terjerumus
dalam praktik-praktik yang hanya mengejar keuntungan semata. Seorang
wirausaha harus dapat menumbuhkan etos kerja secara Islami karena pekerjaan
yang ditekuninya bernilai ibadah. Hasil yang diperoleh dari pekerjaannya juga
dapat digunakan untuk kepentingan ibadah, termasuk menghidupi ekonomi
keluarga. Oleh karena itu, seorang wirausaha harus selektif dalam memilih
suatu kegiatan usaha ataupun suatu pekerjaan, dan menumbuhkan etos kerja
yang Islami menjadi suatu keharusan. Tanpa itu, seorang wirausaha hanya bisa
mendapat nilai materi yang secara kuantitas yang hanya menjanjikan kepuasan
semu. Padahal nilai spiritual yang berkualitas berupa "berkah" sangat penting
untuk kehidupan, bahkan lebih penting dari segala-segalanya. Agar kita
terhindar dari hal-hal tersebut di atas, maka kita perlu menumbuhkan etos kerja
secara Islami. Adapun etos kerja tersebut adalah:
a. Niat ikhlas karena Allah semata
Islam menetapkan betapa pentingnya keikhlasan niat dan perilaku dalam
setiap langkah kehidupan. Karena nilai pekerjaan kita bisa menjadi ibadah
atau tidak sangat bergantung pada niat untuk apa kita melaksanakan sesuatu.
Niat hanya karena Allah, akan menyadarkan kita bahwa: sesungguhnya
Allah SWT, memantau segala aktifitas yang kita kerjakan, segala yang kita
peroleh wajib disyukuri, rezeki harus digunakan dan dibelanjakan pada jalan
yang benar, dan menyadari apa saja yang kita peroleh pasti ada

pertanggungjawaban kepada Allah SWT. Kode etik tersebut mengakibatkan


kerja lebih efisien juga tingkat produktifitas lebih tinggi. Keikhlasan juga
mengurangi manipulasi atau eksploitasi orang lain untuk alasan-alasan
individu. Kesadaran-kesadaran di atas akan terus membimbing kita,
sekaligus mencegah perbuatan curang dan culas dalam mencari rezeki.
b. Kerja keras (al-jiddu fi al- 'amal)
Orang sering menghalalkan segala cara agar cepat menjadi kaya, karena
sudah tidak tahan merasakan kemiskinan. Perbuatan tersebut tidak
dibenarkan oleh agama Islam. Islam memerintahkan kita agar bekerja keras.
Maksudnya, bekerja dengan sungguh- sungguh, sepenuh hati, jujur dan
mencari rezeki yang halal dengan cara-cara yang halal pula. Karena yang
demikian itu dapat dikategorikan sebagai perbuatan ibadah (jihad). Orang
yang bekerja keras dikelompokkan sebagai mujahid di jalan Allah selama
sesuai dengan ketentuan syariat Islam dan motivasi utama dia bekerja keras
adalah karena melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
c. Memiliki cita-cita yang tinggi (al-himmah al- 'aliyah)
Manusia jangan puas hanya menjadi bawahan seumur hidup, manusia
harus berusaha menjadi pemilik usaha untuk masa-masa tertentu. Kalau
sekarang kita ke sana-kemari mencari pekerjaan, tetapi di suatu masa nanti
kita akan membuka dan memberi peluang orang lain bekerja di tempat kita.
Inilah cita-cita yang tinggi untuk ditanamkan dalam benak kita sejak awal
mulai bekerja. Semua manusia mempunyai potensi dan peluang yang sama
untuk keluar sebagai pemenang.
Berdasarkan paparan tersebut, maka seorang wirausaha harus selektif dalam
memilih suatu kegiatan usaha ataupun suatu pekerjaan, dan menumbuhkan etos
kerja yang Islami menjadi suatu keharusan. Tanpa itu, seorang wirausaha hanya
bisa mendapat nilai materi yang secara kuantitas hanya menjanjikan kepuasan
semu. Padahal nilai spiritual yang berkualitas berupa "berkah" sangat penting
untuk kehidupan, bahkan lebih penting dari segala-galanya. Sesuai dengan
fitrahnya, setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala
kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, manusia akan selalu berusaha

memeroleh harta kekayaan itu. Salah satunya melalui bekerja, sedangkan salah
satu dari ragam bekerja adalah berwirausaha. Bekerja dan berusaha, termasuk
berwirausaha boleh dikatakan merupakan bagian tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia karena keberadaannya sebagai khalifah-fil-ardh.
Dalam pandangan Islam, bekerja merupakan suatu tugas mulia yang akan
membawa diri seseorang pada posisi terhormat, bernilai, baik di mata Allah
SWT maupun di mata kaumnya. Oleh sebab itulah, Islam menegaskan bahwa
bekerja merupakan sebuah kewajiban yang setingkat dengan ibadah. Orang
yang bekerja akan mendapat pahala sebagaimana orang beribadah. Sedangkan
dalam pandangan Allah SWT, seorang pekerja keras (di jalan yang diridhai
Allah tentunya) lebih baik dari orang yang hanya melakukan ibadah (berdo'a
saja misalnya), tanpa mau bekerja dan berusaha, sehingga hidupnya melarat
penuh kemiskinan.
Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya yang memiliki tanggungan
untuk bekerja. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan
manusia memiliki harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha
mencari nafkah, Allah SWT melapangkan bumi serta menyediakan berbagai
fasilitas yang dapat dimanfaatkan manusia untuk mencari rezeki. Sebagai
agama yang menekankan dengan kuat sekali tentang pentingnya keberdayaan
umat, maka Islam memandang bahwa berusaha atau berwirausaha merupakan
bagian integral dari ajaran Islam.
Terdapat sejumlah ayat dan hadis Nabi Muhammad SAW yang
menjelaskan pentingnya aktifitas berusaha itu,diantaranya QS. al-Jumuah: 10:

Terjemahnya:
"Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan
carilah karunia Allah".

QS. Nuh: 19-20:

Terjemahnya:
"Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu
menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu".
Menyimak ayat di atas, maka menjadi jelas, bahwa setiap muslim
sesungguhnya dituntut untuk bekerja keras dan disarankan untuk menjelajahi
bumi Allah yang maha luas ini. Dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya,
mencari rezeki, menambah pengalaman, dan ilmu pengetahuan agar dapat
mencapai kemuliaan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak. Hadis di atas
memperlihatkan bagaimana kewirausahaan merupakan aktifitas yang inhern
dalam ajaran Islam. Sedemikian strategisnya kedudukan kewirausahaan dan
perdagangan dalam Islam.
B. Karakteristik wirausaha muslim
Karakteristik wirausaha pada umunya adalah proaktif, produktif,
pemberdaya, tangan diatas, rendah hati, kreatif dan inovatif. Namun dalam
ajaran Islam, ada beberapa sifat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha muslim. Nabi Muhammad SAW memberikan contoh kepada
kita khususnya pembisnis syariah sebelum menyusun, menetapkan, dan
melaksanakan strategi bisnisnya maka terlebih dahulu harus merusmuskan
strategi bisnis yang meliputi lima sikap utama yaitu jujur, ikhlas, profesional,
silaturahmi, niat suci dan ibadah, serta menunaikan zakat, infak, dan sadaqah.
Namun ada juga yang menyebutkan tujuh sikap antara lain :
1. Sifat takwa, tawakal, dzikir, dan syukur
2. Jujur
3. Niat suci dan ibadah
4. Bangun lebih pagi
5.Toleransi
6. Berzakat dan berinfak
7. Silaturrahmi.

1. Sifat Takwa, Tawakal, Dzikir dan Syukur


Sifat-sifat di atas harus benar-benar dilaksanakan dalam kehidupan (praktek
bisnis) sehari-hari. Ada jaminan dari Allah bahwa : Dalam Al-Quran
menyatakan : Barang siapa yang takwa kepada Allah, niscaya Allah akan
memberi jalan keluar baginya. Dan Allah memberi rizki dari arah atau
sumber yang tidak disangka-sangka (QS. At-Thalaq:2-3). Tawakal ialah
suatu sifat penyerahan diri kepada Allah secara aktif, tidak cepat menyerah.
Adalah sudah lumrah dalam bisnis mengalami jatuh bangun sebelum bisnis
itu berhasil. Dunia bisnis ini sangat kompleks, persaingan sangat tajam,
akan tetapi muncul pula bisnis baru yang seakan-akan tidak peduli dengan
persaingan kiri kanan tersebut. Sifat takwa dan tawakal akan tercermin
dalam hubungan manusia muslim dengan Allah seperti membaca zikir dan
bersyukur. Berzikir artinya selalu menyebut asma Allah dalam hati dengan
merendahkan diri dan rasa takut serta tidak mengeraskan suara dalam segala
keadaan, mungkin dalam perjalanan, dalam keadaan duduk, dalam
pertemuan atau rapat, dan sebagainya. Firman Allah menyatakan : Hai
orang-orang yang beriman janganlah harta benda kalian dan anak-anak
kalian melalaikan kalian untuk mengingat Allah. Barangsiapa demikian,
mereka itulah orang-orang yang merugi (QS. Al-Munafiqun : 9). Selalu
ingat kepada Allah membuat hati kita menjadi tenang, segala usaha dapat
dilakukan dengan kepada dingin dan lancar. Tidak akan ada masalah yang
membuat hati dan kepala kita menjadi panas, tidak stress. Perasaan stress
atau rasa tertekan merupakan sumber penyakit modern yang mahal obatya.
Bahkan kadang-kadang malah tidak ada obatnya. Kecuali mencari
ketenangan seperti berlibur ke luar kota, jalan-jalan di pagi hari. Istirahat di
tempat tidur, dll. Ungkapan rasa syukur ini dapat dilakukan, baik secara
diam-diam dalam hati maupun diucapkan dengan lisan atau dalam bentuk
perbuatan. Semua tindakan bersyukur ini di refleksikan dalam bentuk
mendekatkan diri kepada Allah.

2. Jujur
Dalam suatu hadis dinyatakan : Kejujuran itu akan membawa
ketenangan dan ketidakjujuran akan menimbulkan keragu-raguan (HR.
Tirmidzi). Jujur dalam segala kegiatan bisnis, menimbang, mengukur,
membagi, berjanji, membayar utang, jujur dalam berhubungan dengan orang
lain, akan membuat ketenangan lahir dan batin. Sikap jujur akan melahirkan
kepercayaan konsumen atau pelanggan. Kepercayaan akan melahirkan
kesetiaan konsumen atau pelanggan. Kalau konsumen atau pelanggan sudah
setia kepada produk yang kita jual maka keuntungan akan terus mengalir.
3. Niat suci dan ibadah
Islam menegaskan keberadaan manusia di dunia ini adalah untuk
mengabdikan diri kepada-Nya (QS. Al-Dzariyat :56). Bagi seorang muslim
melakukan bisnis adalah merupakan ibadah kepada Allah demikian pula
hasil yang diperoleh dalam bisnis akan dipergunakan kembali di jalan Allah.
Sehingga usaha itu harus dimulai dengan niat yang suci (lillahi taala), cara
yang benar, tujuan yang benar, serta pemanfaatan hasil usaha secara benar
pula. Dengan demikian maka ia akan memeperoleh garansi keberhasilan
dari Allah SWT.
4. Bangun Lebih pagi.
Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita agar mulai bekerja
sejak pagi hari, selesai solat subuh, jangan kamu tidur, bergeraklah carilah
rizki dari Rabb-Mu. Para malaikat akan turun dan membagi rizki sejak terbit
fajar sampai terbenam matahari. seperti hadist yang menyatakan bahwa :
Allah akan memberi rizki, seperti burung-burung yang keluar sangkar di
pagi hari dan pulang petang dengan perut kenyang (HR.Tirmidzi).
5. Toleransi
Toleransi, tenggang rasa, harus dianut oleh orang-orang yang bergerak
dalam bidang bisnis. Dengan demikian tampak orang bisnis itu supel,
mudah bergaul, komunikatif, praktis, tidak banyak teori, fleksibel, pandai
melihat situasi dan kondisi, toleransi terhadap langganan, dan tidak kaku.
Sikap toleran akan memudahkan seseorang dalam menjalankan bisnisnya.

Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya bersabda : Allah akan


mencurahkan rahmat kepada orang yang toleran ketika menjual, toleran
ketika membeli, dan toleran ketika menagih hutang. (HR. Bukhari)
6. Berzakat dan Berinfak
Mengeluarkan zakat dan infak harus menjadi budaya muslim yang
bergerak dalam bidang bisnis. Harta yang dikelola dalam bidang bisnis, laba
yang diperoleh, harus disisihkan sebagian untuk membantu anggota
masyarakat yang membutuhkan. Dalam ajaran Islam sudah jelas bahwa
harta yang dizakatkan dan diinfakkan tidak akan hilang, melainkan menjadi
tabungan kita yang berlipat ganda baik didunia maupun di akhirat.
Sebagaimana Allah berfirman yang artinya :
perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah
adalah bagai sebutir biji yang tumbuh menjadi tujuh tangkai, pada tiap-tiap
tangkai tumbuh seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha
mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 261)
7. Silaturahmi
Orang bisnis seringkali melakukan silaturahmi dengan partner
bisnisnya ataupun dengan langganannya. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam
bahwa kita harus selalu mempererat silaturahmi satu sama lain. Manfaat
silaturahmi ini disamping mempererat ikatan persaudaraan, juga seringkali
membuka peluang-peluang bisnis yang baru. Hadis Nabi menyatakan :
Siapa yang ingin murah rizkinya dan panjang umurnya, maka hendaklah
ia mempererat hubungan silaturahmi (HR. Bukhari).
Kegitaan produksi masa kini sudah menggunakan mesin yang serba
canggih, tidak dapat dilakukan oleh orang-orang awam, akan tetapi harus
menggunakan manajemen yang baik. Haruslah seorang wirausaha yang
akan mengurusnya, sebab segala sesuatu urusan akan hancur apabila diurus
oleh bukan ahlinya. Seperti dinyatakan dalam hadist berikut :
Apabila urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
kehancurannya (HR. Bukhari).

Bagi setiap kaum muslim, bekerja memang merupakan ibadah yang


wajib dilaksanakan selama hidupnya. Namun demikian, tidak berarti
segala jenis pekerjaan di dunia ini, boleh dilakukan oleh kaum muslim.
Ada beberapa jenis pekerjaan di dunia ini yang dilarang dikerjakan oleh
setiap orang yang mengaku muslim. Berbagai pekerjaan yang dilarang
tersebut pada pokoknya ada 2 (dua) macam yakni: Pertama, pekerjaan
yang merusak. Setiap muslim dilarang melakukan kegiatan usaha dan
pekerjaan yang sifatnya, akibatnya dan pengaruhnya hanya akan
menimbulkan kerusakan baik untuk dirinya sendiri, orang lain maupun
umum dan atau lingkungannya. Oleh sebab itu, seorang muslim dituntut
untuk selalu bersikap selektif terhadap setiap pekerjaan yang akan
dilakukannya. Suatu pekerjaan hanya boleh dilaksanakan, jika telah jelas
halalnya. Jika pekerjaan itu termasuk pekerjaan yang haram (walaupun
sangat menguntungkan) jika ia seorang muslim, maka wajib ia
menghindarinya. Sementara apabila seorang muslim menghadapi suatu
pekerjaan yang meragukan, belum jelas halal-haramnya dan atau antara
halal dan haramnya sama berat, maka ia wajib pula menghindari pekerjaan
tersebut. Kedua, pekerjaan mengemis (meminta-minta). Pekerjaan
meminta-minta, mengemis dan atau menggantungkan hidup kepada orang
lain adalah tindakan dan perbuatan yang sangat tercela. Islam sama sekali
tidak mengijinkan kaum muslim melakukan perbuatan tersebut, bahkan
Islam melarang keras umatnya melakukan pekerjaan meminta-minta,
hidup santai, menganggur dan atau bermalas-malasan.
Dari paparan di atas, maka dapat diketahui bahwa disamping anjuran
mencari rezeki, Islam sangat menekankan atau mewajibkan aspek
kehalalannya, baik dari sisi perolehan maupun pendayagunaannya
(pengelolaan dan pembelanjaan). Kewirausahaan dalam Islam merupakan
segala kegiatan atau aktifitas yang dilakukan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dalam berbagai bentuk yang tidak dibatasi jumlah
(kuantitas) kepemilikan harta (barang/jasa) termasuk profitnya, namun
dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan

halal dan haram). Seorang muslim yang profesional haruslah memiliki


sifat amanah, yakni terpercaya dan bertanggung jawab. Sikap amanah
mutlak harus dimiliki seorang wirausaha muslim, agar terhindar dari
tindakan yang merugikan orang lain. Sikap amanah bisa dimiliki jika kita
selalu menyadari bahwa apa pun aktifitas yang kita lakukan (termasuk
pada saat bekerja) selalu diketahui oleh Allah SWT. Sikap amanah juga
merupakan refleksi dari akhlak mulia sehingga merupakan sesuatu yang
semestinya menjadi pakaian orang-orang yang beriman. Sebab, dengan
sifat amanah, seseorang akan merasa tenang dan aman untuk berhubungan,
berinteraksi, dan bermuamalah dalam mengisi kehidupan.
Ada banyak faktor mengapa orang terdorong bersikap tidak amanah.
Salah satunya adalah keinginan untuk mendapatkan keuntungan finansial
(kekayaan) melalui cara-cara yang culas (suap, korupsi, kolusi, manipulasi,
dan sebagainya). Memang sangat mungkin diperoleh keuntungan finansial
yang luar biasa. Namun, bagi seorang muslim yang menyadari bahwa dia
akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah SWT tentang hartanya, dari
mana didapatkan dan untuk apa digunakan, akan terdorong untuk
menghindarkan diri dari memeroleh harta secara tidak sah. Dengan kata
lain, ia secara sadar akan berusaha keras agar kekayaan yang diperolehnya
selama ini benar-benar dari harta yang halal, bukan haram. Selain memiliki
kecakapan dan sifat amanah, seseorang dikatakan profesional jika dia
selalu bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja. Dia juga
memiliki etos kerja (himmatul amal) yang tinggi. Islam mendorong setiap
muslim untuk selalu bekerja keras serta bersungguh-sungguh mencurahkan
tenaga dan kemampuannya dalam bekerja. Motivasi utama seorang
muslim dalam bekerja adalah bahwa aktifitas kerjanya itu dalam
pandangan Islam merupakan bagian dari ibadah, ketika dilaksanakan
sesuai dengan perintah ilahiah dan sesuai dengan tujuan akhir untuk
mencari ridha Allah. Jenis motivasi ini memiliki potensi luar biasa untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas semua bentuk kerja organisasional.
Seseorang yang percaya bahwa kerja merupakan bagian dari ibadah, jelas

akan memperlihatkan tingkat dedikasi dan keterlibatan kerja sangat tinggi.


Ia akan memiliki rasa tanggung jawab dan akuntanbilitas sangat dalam di
hadapan Allah.
Rasulullah SAW sangat menyukai setiap muslim yang rajin bekerja
keras atau mempunyai etos kerja yang tinggi dan mendoakan keberkahan
untuknya. Dikabarkan bahwa Rasulullah mencium tangan sahabat Saad
bin Muadz tatkala melihat tangan Saad sangat kasar akibat bekerja keras,
seraya berkata, Inilah dua tangan yang dicintai Allah Taala. Islam telah
menggariskan bahwa hakikat amal perbuatan haruslah berorientasi bagi
pencapaian ridho Allah SWT. Dengan demikian, keberadaan manajemen
organisasi dipandang pula sebagai suatu sarana untuk memudahkan
implementasi Islam dalam kegiatan bisnis tertentu. Implementasi nilainilai Islam berwujud pada difungsikannya Islam sebagai kaidah berpikir
dan kaidah amal dalam seluruh kegiatan bisnis. Sebagai kaidah berpikir,
akidah dan syariat difungsikan sebagai asas atau landasan pola pikir dalam
berwirausaha. Adapun sebagai kaidah amal, syariat difungsikan sebagai
tolak ukur kegiatan wirausaha, yaitu membedakan bisnis yang halal atau
haram hanya semata-mata untuk menggapai keridhaan Allah SWT.

BAB III
KESIMPULAN
Seorang wirausaha yang beragama menjadikan agamanya sebagai
bimbingan dan pedoman dalam bekerja sehingga dia terbebaskan dari tujuan
menghalalkan segala cara. Sifat dasar ajaran Islam sangat mendorong
umatnya untuk berwirausaha. Bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup
dalam pandangan Islam dinilai sebagai suatu ibadah dan merupakan
pengamalan dari perintah syariat Islam.
Selain memerintahkan bekerja, Islam juga menuntun setiap muslim
agar dalam berwirausaha haruslah memiliki sikap atau karaktersitik sebagai
wirausaha muslim sesuai yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
diantaranya adalah sifat takwa, tawakal, dzikir, dan syukur, jujur, niat suci
dan ibadah, Bangun lebih pagi, toleransi, berzakat dan berinfak serta
silaturrahmi. Selain ketujuh katakteristik tersebut seorang wirausaha juga
harus memiliki sikap amanah dan etos kerja, karena Rasulullah SAW sangat
menyukai setiap muslim yang rajin bekerja keras atau mempunyai etos kerja
yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah.M.M,. 2013. Wirausaha berbasis syariah. Cet.1:Yogyakarta : Aswaja
pressindo.
Amin.M.R,. Rasulullah sang pendidik. Cet.1 : Jakarta : AMP Press
Buchari.Alma., 2004. Kewirausahaan. Cet. VII: Bandung: Alfabeta.
Fikri.M.A.T, et all., 2013. Meraih surga dengan berbisnis. Cet.1: Jakarta :
Gema Insani.
Maloko.M.T., 2012. Islam dan kewirausahaan (sebuah gagasan dalam
menumbuhkan semangat wirausaha muslim). ASSETS
Volume 2 Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai