Lap Tut Sken 5
Lap Tut Sken 5
Blok Neuropsikiatri
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario V ini sebagai laporan atas
hasil diskusi kami yang berkaitan dengan kegiatan tutorial pada Blok XVII semester VI ini. Pada
skenario yang berjudul Bicara dengan siapa?, kami membahas masalah yang berkaitan dengan
gangguan psikosis dan gangguan neurosis, terutama dititikberatkan pada gangguan psikosis,
yaitu skizofrenia dan depresi berat dengan psikosis serta analisis mengenai skenario.
Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam menggali
semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan skenario kelima ini baik
pada Learning Objective yang kami cari ataupun pada pembahasan yang kurang memuaskan.
Karena ini semua disebabkan oleh keterbatasan kami sebagai manusia. Tetapi, kami berharap
laporan ini dapat memberi pengetahuan serta manfaat kepada para pembaca.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
1 Kelompok 4
Blok Neuropsikiatri
80
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 81
2 Kelompok 4
Blok Neuropsikiatri
SKENARIO V
Bicara dengan siapa?.
diputuskan oleh pacarnya. Selain itu ia juga sering berteriak teriak ketakutan dan setelah ditanya ia mengatakan melihat sosok aneh yang menakutkan da
3 Kelompok 4
29 tahun
Stessor Psikis
Diputuskan pacar
MAPPING CONCEPT
Penegakan diagnosa
ADA GEJALA PSIKOTIK
(psikotik fungsional)
Differential Dx :
Skizofrenia
Depresi berat dengan gejala Psikosis
Skizoafektif Tipe Depresif
sesuaikan
Kriteria Diagnosa
Pembahasan
Definisi
Etiologi
Faktor Resiko & Epidemiologi
Diagnosa
Kerja
Patofisiologi
Diagnosa
(skizofrenia)
Tatalasana
Prognosis
LEARNING OBJECTIVE
Gangguan jiwa adalah suatu sindroma klinis atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna dan secara khas berkaitan dengan gejala, penderitaan (distress), serta hendaya
(impairment) dalam fungsi psikososial (Maslim, 2003).
Klasifikasi Gangguan Jiwa
Berdasarkan tanda dan gejala gangguan jiwa dibagi atas 2 kelompok besar yaitu (Sadock &
Kaplan, 2010):
1. Neurosis
Neurosis adalah kelainan non psikotik yang kronis atau berulang yang
dikarakteristikkan terutama dengan kecemasan yang diekspresikan secara langsung atau
adanya perubahan pada mekanisme difensif, yaitu yang tampak berupa gejala obsesi,
kompulsi, fobia, atau disfungsi seksual.
Pada DSM-III, neurotic disorder didefinisikan sebagai kelainan mental, dimana
sebagian besar gejala atau kelompok gejala berupa distress secara individual dan dapat
dikenali oleh penderita sendiri sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima dan alien (egodystonic), dan biasanya kontak dengan realitas masih intact. Sikap dari penderita
biasanya tidak melanggar norma sosial secara aktif. Gangguan biasanya bersifat
berulang atau kronis tanpa terapi, dan tidak terbatas pada reaksi terhadap stressor. Tidak
ada ditemukannya faktor atau etiologi organik pada kelainan ini
Dari beberapa definisi mengenai neurosis dapat diidentifikasi beberapa pokok
pengertian mengenai neurosis, yaitu (Sadock & Kaplan, 2010):
a) neurosis merupakan gangguan jiwa pada tahap ringan
b) neurosis.terjadi pada sebagian aspek kepribadian
c) neurosis dapat dikenali dari gejala-gejala yang menyertainya, yaitu terutama berupa
kecemasan
d) penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan melakukan aktivitas
sehari-hari
Istilah neurosis tidak digunakan dalam DSM-IV
keseluruhan yang disebut neurosis, tetapi banyak klinisi yang menganggap kategori
diagnostik berikut ini sebagai neurosis : gangguan kecemasan, gangguan somatoform,
gangguan disosiatif, gangguan seksual, dan gangguan distimik.
Menurut ICD-10 dan PPDGJ III suatu kelas yang disebut gangguan neurotik, gangguan
yang berhubungan dengan stress, dan gangguan somatoform, yaitu :
a) gangguan kecemasan fobik
b) gangguan kecemasan lain (termasuk gangguan panik, gangguan kecemasan umum,
dan gangguan kecemasan dan defresif bercampur),
c) gangguan obesesif komfulsif,
d) gangguan penyesuaian
e) gangguan disosiatif (konversi)
f) gangguan somatoform dan gannguan neurotik lainnya
2. Psikosis
Pengertian psikosis secara tradisional adalah hilangnya kontak dengan realitas dan
terganggunya fungsi mental yang dimanifestasikan dengan delusi, halusinasi,
kebingungan dan terganggunya memori. Kata psikosis sering digunakan oleh psikiater
sebagai sinonim dari gangguan fungsi sosial dan personal berat, yang dikarakteristikkan
dengan pernolakan sosial dan keterbatasan untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan
sehari-hari yang biasa (Sadock & Kaplan, 2010).
Berdasarkan American Psychiatric Glossary of the American Psychiatric Association,
psikosis diartikan sebagai terganggunya kontak dengan realitas secara nyata. Dengan
terganggunya kontak dengan realitas secara nyata, akurasi persepsi dan pemikiran
seseorang tersebut cenderung menjadi tidak benar sehingga cenderung membuat respon
yang salah terhadap realitas eksternal. Psikosis tidak digunakan pada penyimpangan
minor dari realitas yang berhubungan dengan penilaian relatif. Contohnya adalah
seseorang yang depresi sehingga menurunkan produktivitasnya tidak dikatakan sebagai
psikosis (Sadock & Kaplan, 2010).
Dari beberapa definisi dapat diperoleh beberapa gambaran mengenai psikosis, yaitu:
a) psikosis merupakan gangguan jiwa yang berat yang terjadi pada semua aspek
kepribadian
b) penderita psikosis tidak dapat lagi berhubungan dengan realitas, penderita hidup
dalam dunianya sendiri
Faktor
Perilaku
Psikosis
Neurosis
Gangguan terjadi pada seluruh Gangguan
terjadi
pada
Gejala
ada
Gejala bervariasi luas, dapat Lebih
kearah
gejala
Orientasi
secara
terus
menerus
Penderita sering mengalami Penderita jarang mengalami
disorientasi waktu, tempat dan disorientasi
pemahaman
orang
Penderita
(insight)
Resiko sosial
tidak
jarang
Penyembuhan
dirumah
sakit. perawatan
dirumah
sakit.
permanen
sangat
Gangguan Skizotipal bersifat eksentrik dan mistik. Untuk gangguan waham menetap di
sini diartikan terdapat waham yang menonjol, sistematik, khas pribadi, waktu 3 bulan,
tidak ada halusinasi.
Pada klasifikasi ini juga termasuk gangguan psikotik akut dan sementara, gangguan
waham terinduksi, dan gangguan skizoafektif.
4. Gangguan Suasana Perasaan (F3)
Perubahan perasaan ke arah depresi atau ke arah
2) Perbedaan DD
a. Depresi berat dengan psikosis
b. Skizofrenia paranoid
c. Skizoafektif
3) Pemb
andin
g
7) Epide Sama-sama prevalennya laki-laki dan wanita
Sering mulai sesudah umur 30 tahun
miolo
gi
8) Kriter
ia
diagn
ostik
9) (PPD
GJ
III)
5) Gangguan Skizoafektif
(F25)
Lebih
Psikosis (F32.3)
pada
gejala
kurang jelas):
(a) - thought echo = isi pikiran dirinya
skizofrenia
definitf
adanya
dan
gangguan
hari
yang
satu
bilamana,
sebagai
Afek depresif
Berkurangnya
energi
yang
menuju
penyakit
tidak
memenuhi
kriteria
baik
skizofrenia
isi
maupun
episode
manik/sepresif.
berkurang
(c) Gangguan tentang rasa bersalah dan
tidak berguna
(d) Pandangan masa depan yang suram dan
pesimistik
(e) Gagasan
atau
perbuatan
yang
pasien
gejala
=
skizofrenia
dan
waham
kekuatan
dari
luar;
(tentang
setelah
mengalami
suatu
penegakkan diagnosis.
26) Episode
Depresif
Berat
tanpa
khusus);
delusional perception = pengalaman
berjenis
sangat
yang
khas
bagi
dirinya,
biasnya
campuran
manik
dari
(F25.0)
keduanya
berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi
atau retardasi psikomotor) yang mencolok,
maka pasien mungkin tidak mau atau tidak
Suara
halusinasi
yang
berkomentar
satu
atau
dua
episode
untuk
melaporkan
banyak
pasien, atau
episode manik atau depresif Sangat tidak mungkin pasien akan mampu
(F30-F33).
tertentu,
kemampuan
di
atau
atas
kekuatan
manusia
dan
biasa
mampu
Pedoman diagnostik:
tipe
episode
manik
skizoafektif
yang
maupun
untuk
berulang
dengan
tunggal
gangguan
dengan
11)
(e) Halusinasi yang menetap dan panca-
indera apa saja, apabila disertai baik oleh
iritabilitas
atau
untuk skizofrenia)
berkibat
inkoherensi
atau
katatonik,
seperti
keadaan
wajar,
mengakibatkan
biasanya
penarikan
yang
diri
dari
31)
32)
33)
untuk
34)
episode
35)
36)
37)
berulang
sebagian
38)
39)
40)
dimana
kelainan
seperti
prilaku
tercantum
41)
42)
43)
44)
45)
untuk skizofrenia).
Gangguan
gejala
bipolar campuran.
sendiri
(self-absorbed
attitude),
dan 20)
21)
Kriteria Khusus:
Memenuhi
kriteria
umum
diagnosis
Sebagai tambahan:
skizofrenia
(F20)
Gangguan Skizoafektif
YTT (F25.9)
skizofrenia
gejala-
Lainnya (F25.8)
22)
Gangguan Skizoafektif
12)
13)
dengan
Halusinasi
menonjol;
dan/atau
waham
harus
(a) Suara-suara
halusinasi
yang
(whistling),
(humming),
atau
mendengung
bunyi
tawa
(laughing);
(b) Halusinasi
pengecapan
pembauan
rasa,
atau
atau
bersifat
of
influence),
atau
46)
47)
48)
49)
50)
51)
52)
53)
54)
55)
56)
57)
58)
59)
60)
61)
62)
63)
SKIZOFRENIA
Pasien biasanya mengalami gangguan proses pikir. Pikiran mereka sering tidak
dapat dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis. Tanda-tandanya adalah:
-
pikiran-pikiran lain masuk ke dalam ide pasien. Perhatian pasien sering sangat
-
Waham adalah suatu kepercayaan palsu yang menetap yang tak sesuai dengan
fakta dan kepercayaan tersebut mungkin "aneh" (misalnya; mata saya adalah komputer
yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula "tidak aneh" (hanya sangat tidak mungkin,
misalnya; "FBI mengikuti saya") dan tetap diper- tahankan meskipun telah diperlihatkan
bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa
berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia.
Semakin akut skizofrenia semakin sering ditemui waham disorganisasi atau waham tidak
sistematis:
-
Waham kejar
Waham kebesaran
Waham rujukan, yaitu pasien meyakini ada "arti" di balik peristiwa- peristiwa dan
meyakini bahwa peristiwa-peristiwa atau perbuatan orang lain tersebut seolah-
pikiran mereka.
Waham penyisipan pikiran yaitu kepercayaan bahwa pikiran orang lain
86)
Pasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yaitu adanya
misinterpretasi panca indra terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya perasaan asing
terhadap diri sendiri. Derealisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap lingkungan
sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak nyata.
4. Gangguan Emosi
88)
dari satu emosi ke emosi lain dalam jangka waktu singkat. Ada tiga afek dasar yang
sering (tetapi tidak patognomonik):
-
Afek tumpul atau datar: ekspresi emosi pasien sangat sedikit bahkan ketika afek
Berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti gerakan tubuh
yang aneh, wajah dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketolol-tololan, agresif, dan
perilaku seksual yang tidak pantas. Skizofrenia dapat berlangsung be- berapa bulan atau
bertahun-tahun (lebih sering). Kebanyakan pasien mengalami kekambuhan, dalam bentuk
episode aktif, secara periodik, dalam kehidupannya, secara khas dengan jarak beberapa
bulan atau tahun. Selama masa pengobatan, pasien biasanya memperlihatkan gejala
residual (sering dengan derajat keparahan yang meningkat setelah beberapa tahun).
Walaupun demikian, ada sebagian kecil pasien yang mengalami remisi.
90)
peningkatan kegelisahan dan ketegangan, penurunan nafsu makan, depresi ringan dan
anhedonia, tidak bisa tidur, dan konsentrasi terganggu.
B. Klasifikasi Skizofrenia
91) Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia, pasien harus memenuhi kriteria
DSM-IV atau ICD-X. Berdasarkan DSM-IV:
1.
2.
3.
4.
1. Tipe Paranoid
93)
Tipe ini paling stabil dan paling sering. Awitan subtipe ini biasanya terjadi
lebih belakangan bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia lain. Gejala terlihat
sangat konsisten, sering paranoid, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan
wahamnya. Pasien sering tak kooperatif dan sulit untuk mengadakan kerjasama, dan
mungkin agresif, marah, atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali memperlihatkan
perilaku inkoheren atau disorganisasi. Waham dan halusinasi menonjol sedangkan afek
dan pembicaran hampir tidak terpengaruh. Beberapa contoh gejala paranoid yang sering
ditemui:
a. Waham kejar, rujukan, kebesaran, waham dikendalikan, dipengaruhi, dan cemburu
b. Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah, atau menghina
2. Tipe Disorganisasi
94)
Gejala-gejalanya adalah;
Pasien mempunyai paling sedikit satu dari (atau kombinasi) beberapa bentuk
a. Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak berespons terhadap lingkungan
atau orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung di sekitarnya.
b. Negativisme katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau usahausaha untuk menggerakkan pisiknya.
c. Rigiditas katatonik yaitu pasien secara pisik sangat kaku atau rijit
d. Postur katatonik yaitu pasien mempertahankan posisi yang tak biasa atau aneh
e. Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira. Mungkin dapat
mengancam jiwanya (misalnya, karena kelelahan)
4. Tipe Tak Terinci
96)
Pasien dalam keadaan remisi dari keadaan akut tetapi masih memperlihatkan
gejala-gejala residual (penarikan diri secara sosial, afek datar atau tak serasi, perilaku
eksentrik, asosiasi melonggar, atau pikiran tak logis).
6. Depresi Pasca Skizofrenia
98)
Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan timbul sesudah
suatu serangan penyakit skizofrenia. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada tetapi
tidak mendominasi gambaran klinisnya. Gejala-gejala yang menetap tersebut dapat
berupa gejala positif atau negatif (biasanya lebih sering gejala negatif). Sebagai pedoman
diagnostik adalah:
a. Pasien telah menderita skizofrenia (memenuhi kriteria umum skizofrenia) selama
12 bulan terakhir
b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada
c. Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi sedikitnya kriteria
untuk suatu episode depresif dan telah ada paling sedikit dua minggu.
7. Skizofrenia Simpleks
99)
107)
C. Perjalanan Penyakit
108)
penyakit berlangsung terus menerus, episodik dengan atau tanpa gejala residual
diantara episode, atau episode tunggal dengan remisi sempurna atau parsial. Gejalagejala cenderung tumpang tindih, dan diagnosis dapat berpindah dari satu subtipe ke
subtipe lain sesuai dengan perjalanan waktu (baik dalam satu episode atau dalam
episode berikutnya). Akhirnya, setelah bertahun-tahun, gejala klinik, pada beberapa
pasien, cenderung berubah menjadi gambaran umum seperti penarikan diri dari
hubungan sosial, afek datar, pikiran idiosinkrasi, dan adanya impermen fungsi sosial
dan personal (pada waktu yang sama, perjalanan penyakit menjadi lebih stabil,
dengan gejala-gejala akut lebih sedikit dan episode kekambuhan lebih jarang).
109)
D. Etiologi
110)
pada penderita skizofrenia. Meskipun demikian beberapa gangguan organik dapat terlihat
(telah direplika dan dibandingkan) pada subpopulasi pasien. Gangguan yang paling
banyak dijumpai yaitu pelebaran ventrikel tiga dan lateral yang stabil yang kadangkadang sudah terlihat sebelum awitan penyakit, atropi bilateral lobus temporal medial dan
lebih spesifik yaitu girus parahipokampus, hipokampus dan amigdala, disorientasi spasial
sel piramid hipokampus, dan penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral. Beberapa
penelitian melaporkan bahwa semua perubahan ini tampaknya statis dan telah dibawa
sejak lahir (tidak ada gliosis), dan pada beberapa kasus perjalanannya progresif.
Lokasinya menunjukkan gangguan perilaku yang ditemui pada skizofrenia; misalnya,
gangguan hipokampus dikaitkan dengan impermen memori dan atropi lobus frontalis
dihubungkan dengan simptom negatif skizofrenia. Penemuan lain yaitu adanya antibodi
sitomegalovirus dalam cairan serebrospinal (CSS), limposit atipikal tipe P (terstimulasi),
gangguan fungsi hemisfer kiri, gangguan transmisi dan pengurangan ukuran korpus
kalosum, pengecilan vermis serebri, penurunan aliran darah dan metabolisme glukosa di
lobus frontal (dilihat dengan PET ), kelainan EEG, EP P300 auditorik (dengan QEEG),
sulit memusatkan perhatian, dan perlambatan waktu reaksi, serta berkurangnya
kemampuan menamakan benda.
112) Pada individu yang berkembang menjadi skizofrenia terdapat peningkatan
insiden komplikasi persalinan {prematur, berat badan lahir rendah (BBRL), lahir pada
masa epidemi influenza}, lebih besar kecenderungan lahir pada akhir musim dingin atau
awal musim panas, dan terdapat gangguan neurologi minor. Kemaknaan penemuanpenemuan ini belum diketahui. Bagaimanapun, ini menunjukkan adanya dasar biologik
dan heterogenitas skizofrenia.
2. Biokimia
113)
Penelitian reseptor D1, D4, dan D5, saat ini, tidak banyak memberikan hasil.
Teori lain yaitu peningkatan serotonin di susunan saraf pusat (terutama 5-HT2A) dan
kelebihan NE di forebrain limbik (terjadi pada beberapa penderita skizofrenia). Setelah
kejadian
gangguan
nonpsikotik
meningkat
pada
keluarga
skizofrenia dan secara genetik dikaitkan dengan gangguan kepribadian ambang dan
skizotipal
(gangguan
spektrum
skizofrenia),
gangguan
obsesif-kompulsif,
dan
aneh pada keluarga-keluarga skizofrenia. Komunikasi sering samar-samar atau tidak jelas
dan sedikit tak logis. Pada tahun 1956, Betson menggambarkan suatu karakteristik "ikatan
ganda" yaitu pasien sering diminta oleh anggota keluarga untuk merespons pesan yang
bentuknya kontradiktif sehingga membingungkan. Penelitian terbaru menyatakan bahwa
pola komunikasi keluarga tersebut mungkin disebabkan oleh dampak memiliki anak
skizofrenia.
119)
E. Diagnosis Banding
120)
Skizofrenia diobati dengan antipsikotika (AP). Obat ini dibagi dalam dua
dan efek klinis. Cara lain untuk mengklasifikasikannya yaitu sesuai potensinya. Sesuai
dengan potensinya, APG-I diklasifikasikan sebagai berpotensi rendah, sedang, dan tinggi.
Pembagian ini berguna bagi klinikus karena ia dapat memberikan informasi tentang
banyak obat yang dibutuhkan untuk mendapatkan efek klinik dan perkiraan efek samping
yang akan terjadi.
(1) Kimiawi APG-I
127)
Fenotiazine
128)
Perbedaannya terletak pada rantai samping atom nitrogen cincin tengah. Fenotiazin
terdiri tiga jenis, berdasarkan subsitusi pada posisi sepuluh. Subsitusi ini memberikan
pengaruh penting terhadap karakteristik farmakologi fenotiazine.
129)
Subsitusi pada rantai alifatik, seperti khlopromazin, menyebabkan
turunnya potensi AP. Obat ini cenderung menyebabkan sedasi, hipotensi, dan efek
antikolinergik, pada dosis terapeutiknya. Khlorpromazin mempunyai atom khlorine
pada posisi dua. Apabila atom khlorine dibuang, akan dihasilkan promazine yaitu
suatu AP lemah. Mensubstitusi piperidine pada posisi sepuluh dapat menghasilkan
kelompok AP seperti tioridazine. Obat ini mempunyai potensi dan profil efek samping
yang sama dengan fenotiazine alifatik. Flufenazin dan trifluoperazine merupakan AP
dengan kelompok piperazin yang disubstitusi pada posisi sepuluh.
130)
Piperazin memiliki efek otonom dan antikolinergik lebih rendah tetapi
memiliki afinitas yang tinggi terhadap D2 sehingga efek samping ekstrapiramidalnya
(EPS) lebih tinggi. Beberapa fenotiazine piperazin diesterifikasi pada kelompok
hidroksil bebas dengan etanoat dan asam dekanoat sehingga terbentuk AP depo APG-I
jangka panjang.
131)
Tioxantine
132)
fenotiazin tetapi nitrogen pada posisi sepuluh disubstitusi dengan atom karbon.
Klorprotixine merupakan tioxantine alifatik potensi rendah dengan profil efek
samping sama dengan khlopromazin.
133)
Butirofenon
134)
135)
Dibenzoxazepine
136)
cincin pusat. Loxapine adalah satu-satunya obat dari kelompok ini yang tersedia saat
ini di Amerika Serikat. Clozapine, dibenzodizepine, berbeda dengan loxapine yaitu
adanya nitrogen sebagai pengganti atom oksigen di cincin tengah dan juga berbeda
dalam rantai samping.
137)
Dihidronidol
138)
Difenilbutil Piperidine
140)
Difenilbutil
piperidine
sama
strukturnya
dengan
butirofenon.
tioxantine mempunyai persamaan struktur dan juga mempunyai cara metabolisme yang
sama. Begitu pula butirofenon dan difenilbutil piperidine, juga mempunyai persamaan
dalam struktur dan cara metabolismenya. Konsentrasi obat-obat yang kerjanya pendek
meningkat dengan cepat selama fase absorbsi dan menurun selama fase distribusi,
metabolisme, dan eliminasi. Fase distribusi, metabolisme, dan eliminase dipengaruhi oleh
faktor yang berbeda bergantung dari struktur kimia antipsikotiknya.
i. Absorbsi
143)
peroral atau perentral. Absorbsi pemberian oral kurang dapat diprediksi jumlahnya
bila dibandingkan dengan pemberian parentral. Obat dalam bentuk cairan iabsorbsi
lebih cepat daripada tablet. Puncak konsentrasi plasma obat-obat antipsikotika dicapai
1-4 jam setelah pemberian oral dan 30-60 menit setelah pemberian intra muskulus
(IM). Obat-obat IM mencapai konsentrasi puncak lebih cepat daripada obat-obat oral.
Awitan kerjanya juga lebih cepat. Konsentrasi puncak sebagian besar antipsikotika IM
dicapai dalam waktu 30 menit dan efek klinik terlihat dalam 15-30 menit.
Konsentrasi puncak plasma pada pemberian oral dicapai dalam 1-4 jam setelah
Umur
145)
Kemampuan klirens obat pada orang tua sangat bervariasi. Pada orang
Penghambat klirens
149)
bloker;
metilfenidat,
erythromycin,
triazolobezo
diazepine,
151)
Perubahan dalam ikatan protein dapat terjadi akibat stres (fase akut
dapat meningkatkan ikatan dengan protein) dan hipoalbumin yang sering terjadi
pada malnutrisi, kegagalan hepar, dan ginjal.
152) Konsentrasi obat stabil dalam darah (steady state) biasanya dicapai
dalam waktu 3-5 kali waktu paruhnya. Apabila waktu paruhnya sekitar 24 jam,
tingkat kestabilan dalam darah obat-obat seperti khlopromazine, haloperidol, dan
APG-I lainnya dicapai dalam waktu 3-5 hari. Bioavailabilitas (jumlah obat yang
mencapai sirkulasi sistemik) meningkat secara nyata ( 10 kali) bila APG-I
diberikan perentral. Perbedaan ini dapat merefleksikan absorbsi yang tak
sempurna dalam sistem pencernaan.
ii. Distribusi
153)
dapat terjadi. Pada masing-masing pasien terdapat perbedaan yang substansial dalam
kemampuan absorbsi, distribusi, dan memetabolisme obat dan kondisi ini dapat
memengaruhi dosis obat. Obat-obat yang tidak mengalami perubahan dieksresikan
melalui ginjal.
iv. Farmakokinetik obat-obat depo
157)
pendek. Flufenazine dan haloperidol depo disediakan dalam bentuk ester dan
dilarutkan dalam minyak. Obat diberikan melalui IM dan secara perlahan-lahan akan
berdifusi dari pelarut minyak ke jaringan sekitarnya. Obat diabsorbsi secara terus
menerus selama interval injeksi. Obat depo jangka panjang akan mencapai kadar
stabil dalam darah lebih lama waktunya dan ia juga akan dieliminasi lebih lambat.
Haloperidol dan flufenazine depo mencapai kadar stabil lebih kurang tiga bulan
sehingga kadar plasma masih dapat dideteksi beberapa bulan setelah obat dihentikan.
158)
Saat ini tersedia APG- II long acting yaitu risperidone long acting. Ia
merupakan suspensi encer dengan pelarut air. Hampir tidak ada nyeri dan efek
samping di tempat penyuntikan. Ada tiga dosis yang tersedia saat ini yaitu 25 mg, 50
mg, dan 75 mg. Obat ini efektif untuk pemberian akut atau jangka panjang dan
diberikan setiap dua minggu.
159)
(3) Farmakodinamik
160)
terhadap D2. Ia bekerja efektif, bila 80% D2 di otak dapat dihambat. Bila hambatan
terhadap reseptor D2 lebih besar, extrapyramidal symptoms (EPS) dapat terjadi tanpa
adanya penambahan efektivitas APG-I sebagai antipsikotika.
164) Semua bentuk atau tipe skizofrenia dapat mengalami perbaikan dengan APGI. Tidak ada bukti bahwa subtipe skizofrenia tertentu berespons lebih baik terhadap jenis
antipsikotika tertentu. Obat APG-I yang berpotensi rendah lebih bersifat sedasi sehingga
ia lebih efektif untuk pasien yang lebih agitatif. Sedangkan obat berpotensi tinggi,
nonsedasi, lebih efektif untuk pasien yang menarik diri. Wanita lebih berespons dan
membutuhkan dosis antipsikotika lebih rendah bila dibandingkan dengan pria.
165)
(5) Efek Terhadap Organ dan Sistem Tertentu
166)
167)
meningkat dan postur abnormal disebut katalepsi. Zat ini dapat menurunkan aktivitas
motorik karena ia menginaktifkan neuron dopamin pada substansia nigra. Semua obat
APG-I dapat menimbulkan efek samping EPS. Efek samping ini dibagi menjadi efek akut
yaitu efek yang terjadi pada hari-hari atau minggu-minggu pertama pemberian obat.
Sedangkan efek kronik yaitu efek yang terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun
menggunakan obat. Di bawah ini beberapa efek samping EPS akut.
168) Parkinsonisme
169) Parkinsonisme dikaitkan dengan blokade dopamin di ganglia basal. Pasien
dapat mengalami semua gejala yang sama dengan gejala penyakit Parkinson idiopatik
seperti rigiditas, bradikinesia, tremor, muka topeng, berjalan dengan menyeret kaki,
lenggang lengan berkurang atau seperti robot. Selain itu, refleks glabella positif dapat
pula ditemukan. Gejala ini sering terjadi antara lima hari sampai dengan 30 hari pertama
pengobatan. Faktor risiko terjadinya parkinsonime yaitu besarnya dosis, tuanya umur,
riwayat parkinsonisme, dan kerusakan ganglia basal.
170) Parkinsonisme dalam bentuk ringan dapat terlihat seperti penurunan gerakan
spontan, ekspresi wajah topeng, pembicaraan tidak spontan, dan kesulitan dalam memulai
aktivitas atau disebut juga akinesia. Keadaan ini sulit untuk dibedakan dengan gejala
negatif skizofrenia. Pasien akinesia terlihat seperti depresi. Kecenderungan pasien dengan
akinetis sulit untuk menyilangkan kaki mereka dapat membantu untuk menilai akinetis.
171) Distonia Akut
172) Distonia akut yaitu spasme otot yang menetap atau sementara. Otot-otot yang
sering mengalami spasme yaitu otot badan, leher, dan kepala, serta menyebabkan gerakan
involunter. Keadaan ini merupakan efek samping yang paling menakutkan. Awitannya
biasanya tiba-tiba. Sekitar 10% distonia terjadi pada jam-jam pertama terapi obat dan
90% terjadi dalam tiga hari pertama penggunaan obat. Gejala yang paling sering muncul
yaitu opistotonus, rigiditas otot- otot belakang, retrokolis, tortikolis leher, krisis
okulogirik, spasme pada sebelah atau kedua mata sehingga mata mende1ik ke atas,
makroglosia, protrusi lidah sehingga bisa tercekik, dan distonia laring. Distonia laring dan
otot faring dapat menyebabkan kematian mendadak.
173) Akatisia
174) Akatisia merupakan EPS akut yang paling membuat penderitaan. Sekitar 41 %
pasien yang diobati dengan APG-I mengalami akatisia ringan dan 21% mengalami
akatisia sedang dan berat. Manifestasi klinis yang paling sering yaitu ketidakmampuan
pasien untuk duduk diam, sering mengubah-ubah posisi ketika sedang duduk, jalan di
tempat, kaki tidak bisa diam, dan pasien merasa gelisah secara subjektif. Pasien akatisia
selalu ingin bergerak atau berjalan. Pada kasus yang ringan, pasien merasa gelisah tetapi
tidak memperlihatkan peningkatan aktivitas motorik.
175) Akatisia dapat terlihat pada hari kedua atau ketiga penggunaan antipsikotika
tetapi yang paling sering terjadi yaitu pada hari kelima. Membedakan akatisia dengan
kegelisahan yang dikaitkan dengan gejala psikotik sangat sulit. Kegelisahan pada psikotik
biasanya disebabkan oleh iritabilitas dan ansietas. Pasien psikotik dengan akatisia
kadang-kadang terlihat lebih hostil. Klinikus sering salah menilai keadaan ini yaitu pasien
dianggap gelisah akibat gejala psikotiknya tidak berespons terhadap antipsikotik sehingga
dosis obat dinaikkan. Akibatnya gejala akatisia semakin memburuk.
176)
177)
181)
-
Nama Generik
178)
Phenothiazine
Chlorpromazine
Thioridazine
Perphenazine
Trifluoperazine
182)
-
Promactil
Melleril
Trilafon
Stelazine
179)
osis
Akut
(mg/ha
ri)
183)
184)
00
1000
185)
00
800
186)
2 64
187)
0 60
2
2
1
1
180)
Do
sis
Pemeliha
raan
(mg/hari)
188)
189)
400
190)
400
191)
24
192)
30
50
50
8
4
193)
s
-
Butyrophenone
Haloperidol
Diphenylbutylpiperidines
Pimozide
194)
205)
Long-acting
injectable preparation
206)
Fluphenazine
decanoate
207)
Haloperidole
decanoate
195)
- Haldol
- Orap
196)
197)
198)
199)
20
200)
10
201)
202)
203)
15
204)
10
208)
209)
210)
Mod
ecate Inj
211)
Hald
ol decanoate
212)
213)
214)
12,5 mg setiap 1 4
minggu
215)
25 200 setiap 2 4
minggu
5
2
216)
b. Antipsikotika Generasi Kedua
217)
Obat-obat antipsikotik yang baru dengan efikasi yang lebih baik dan efek
Clozapine
merupakan
antipsikotika
pertama
yang
efek
samping
Farmakokinetik
220)
Absorbsi
1
2
221)
puncak dicapai setelah 2 jam pemberian oral. Waktu paruh eliminasi adalah 12 jam
(antara 10 - 16 jam). Pemberian bersama-sama dengan obat yang terikat dengan protein
dapat meningkatkan konsentrasi clozapine bebas.
222) Distribusi
223) Volume distribusi clozapine lebih rendah.
224) Metabolisme dan Eliminasi
225) Metabolisme utama di liver dan GIT. Bioavailabilitas absolut (persentase
clozapin yang mencapai sirkulasi sistemik yang tak mengalami perubahan) setelah
pemberian oral berkisar antara 27% - 47%. Ada dua bentuk metabolit (setelah demetilasi
dan oksidasi) yaitu N-demethyl dan N-Oxide. Kedua metabolit ini dikeluarkan dengan
cepat. Sekitar 80% clozapine yang diberikan ditemukan dalam urine dan feses dalam
bentuk metabolitnya. Sekitar 5% ditemukan dalam urine dalam bentuk aktif.
226)
ii.
Farmakodinamik
227)
Konsentrasi
plasma
clozapine
bervariasi
pada
pasien-pasien
yang
menggunakan clozapin. Hal ini disebabkan adannya variasi dalam absorbsi. Wanita
memperlihatkan konsentrasi plasma lebih tinggi dan perokok lebih rendah (20%-30%).
Konsentrasi plasma pada lanjut usia (lansia) dua kali lebih tinggi bila dibandingkan
dengan orang muda. Terdapat kaitan antara konsentrasi plasma clozapin dengan respons
klinik. Pemantauan konsentrasi plasma dozapin mungkin berguna pada kondisi-kondisi
tertentu. Konsentrasi plasma dozapin berkisar antara 10-80 g/mL per mg obat yang
diberikan per kilogram berat badan (BB). Dosis 300-400 mg (5mg/kgBB) dikaitkan
dengan konsentrasi plasma yang berkisar antara 200400 g/mL. Respons klinik baru
didapat bila konsentrasi plasma lebih dari 350 g/mL. Bila dengan konsentrasi plasma
250 g/mL, tidak berespons setelah 6 minggu, dosis obat harus dinaikkan sampai
konsentrasi 350 g/ mL tercapai.
228)
iii.
Mekanisme Kerja
229)
230)
(2) Risperidone
231)
Farmakokinetik
233)
234)
Absorbsi
Risperidone di metabolisme di liver menjadi 9-hydroxyrisperidone, yang
adalah
70%.
Enzim
hepar
yang
memetabolismenya adalah CYP 2D6. Enzim ini tidak aktif pada sekitar 7% orang kulit
putih (genetik poliomorfisme). Oleh karena metabolitnya mempunyai aktivitas yang
hampir sama dengan komponen induknya, variasi ini tidak begitu berpengaruh.
ii.
Farmakodinamik
237)
Mekanisme Kerja
239)
HT2A) dan reseptor D2. Risperidone juga mempunyai afinitas kuat terhadap 1 dan 2
tetapi afinitas terhadap -reseptor dan muskarinik rendah. Walaupun dikatakan ia
merupakan antagonis D2 kuat, kekuatannya jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan
haloperidol. Akibatnya, efek samping ekstrapiramidalnya lebih rendah bila dibandingkan
skizofrenia baik simptom positif maupun negatif. Efek sampingnya sangat ringan.
i.
Farmakokinetik
242)
243)
244)
245)
Absorbsi
Tidak dipengaruhi oleh makanan.
Distribusi
Kadar puncak plasma dicapai setelah 5 jam pemberian. Waktu paruh 31 jam
(rata-rata 21-54 jam) dengan satu kali dosis. Obat terikat dalam protein plasma sekitar
93%. Pengaruh umur, gender, dan etnik terhadap konsentrasi olanzapine sangat rendah.
246) Metabolisme dan Eliminasi
247) Afinitas olanzapine terhadap enzirn cytochrome P450 (CYP 2D6, CYP 1A2,
CYP 3A4, Cyp 2C19) sangat rendah, sehingga pengaruh terhadap metabolisme obat lain
sangat kecil, atau konsentrasi obat-obat lain dalam darah sangat sedikit sekali
terpengaruh.
ii.
Farmakodinamik
248)
iii.
Mekanisme Kerja
249)
(4) Quetiapine
252)
Farmakokinetik
253)
jam. Waktu paruh berkisar an tara 3 - 5 jam. Konsentrasi steady-state dicapai dalam
waktu 48 jam. Quetiapine menempati reseptor D2, dengan dosis tunggal, sebanyak 42%
dan reseptor 5-HT2 sebanyak 72%. Setelah 8 - 12 jam, reseptor masih tetap diduduki,
tetapi konsentrasi dalam darah sudah turun, sehingga dianjurkan dosis dua kali per hari.
Quetiapine mempunyai banyak metabolit. Sekitar 95% metabolit quetiapine adalah (3H)
quetiapine. Ia ditemukan dalam urine dan feses. Hanya satu persen yang ditemukan dalam
bentuk quetiapine utuh.
ii.
Farmakodinamik
254)
Dosis untuk lansia harus lebih rendah, terutama dosis awal. Pasien dengan
gangguan ginjal dan hepar membutuhkan dosis 30% - 50% lebih rendah. Tidak ditemukan
adanya perbedaan gender dan etnik yang berhubungan dengan aktivitas klinik dan
konsentrasi dalam darah.
iii.
Mekanisme Kerja
255)
sedang terhadap D2 dan sigma reseptor, serta rendah terhadap reseptor D1. Afinitas
terhadap M1 dan reseptor D4 sangat rendah. Quetiapine merupakan antipsikotika
potensial dan efektif untuk
256)
gejala negatif tanpa efek ekstra piramidal. Dapat terjadi peningkatan
sementara konsentrasi prolaktin (sangat jarang).
(5) Ziprasidone
257)
Farmakokinetik
258)
259)
Absobsi
Konsentrasi puncak, setelah pemberian dosis tunggal dan beberapa dosis,
adalah sama. Kadar puncak dicapai 2 - 6 jam setelah pemberian obat. Kisaran Tmax
anatara 4 - 5 jam. Absorbsi tidak berubah dari hari ke-l s.d. 18. Bioavailabilitas obat
menjadi dua kali lipat, bila
260)
ziprasidone diberikan bersama makanan.
261) Metabolisme dan Eliminasi
262) Steady state didapat setelah 1- 3 hari dosis, Rata-rata waktu paruh ziprasidone
berkisar antara 5-10 jam. Gangguan hepar dan renal, taraf ringan-sedang, tidak
berpengaruh terhadap farmakokinetik, sehingga penyesuaian dosis tak diperlukan.
Ziprasidone dimetabolisme secara ekstensif dan kurang dari 1 % dieksresikan dalam
bentuk tak berubah melalui urine dan feses.
ii.
Mekanisme Kerja
263)
D2 adalah 11. Ziprasidone mempunyai afinitas tinggi terhadap D3, bertaraf sedang
terhadap D4, dan rendah terhadap Dl (100 kali lebih rendah dibandingkan reseptor
dopamin lain). Ia bersifat agonis terhadap 5-HT1A dan antagonis kuat terhadap 5-HT2E (5
kali lebih kuat daripada clozapin dan 19 kali daripada risperidone), juga antagonis
terhadap 5-HT1E. Ia juga memengaruhi uptake norefinefrin dan serotonin. Afinitas
terhadap reseptor l sedang, dan terhadap reseptor H1 rendah. Ziprasidone adalah satusatunya zat yang menghambat uptake inhibisi norefinefrin dan serotonin.
2. Terapi Kejang Listrik (TKL)
264)
Dapat juga bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat beberapa psikosis akut.
Beberapa pasien skizofrenia yang tidak berespons dengan obat-obatan dapat membaik
dengan TKL.
3. Metode Psikososial
265)
berorientasi tilikan, tempatnya sangat terbatas. Di sisi lain, metode terapi psikososial
berorientasi suportif sangat bermanfaat terutama pada terapi jangka panjang skizofrenia.
266) Pasien skizofrenia harus didekati secara baik dengan penuh empati. Bangunlah
hubungan yang nyaman dengan pasien. Komunikasi yang baik dengan pasien sangat
diperlukan;
a. Katakan kepada pasien Anda, agar ia santai. Berikan kesan kepada pasien Anda
bahwa Anda percaya ia dapat berespons baik terhadap Anda.
Bila pasien skizofrenia berada dalam keadan delirium, ancaman bunuh diri,
atau membunuh, dan atau tidak mempunyai dukungan dati masyarakat, hendaklah
dirawat. Bila memungkinkan berobat jalan lebih baik guna menghindari hospitalisasi
jangka lama. Efek buruk hospitalisasi kronis sangat jelas (regresi dan sangat menarik diri,
kehilangan ketrampilan, dll). Kecenderungan saat ini adalah perawatan singkat selama
episode akut dan untuk pemeliharaan di antara episode akut dilakukan dengan berobat
jalan.
268)
Ajarkan
pasien
untuk
berangsur-angsur menjadi semakin menarik diri, dan tidak berfungsi setelah bertahuntahun. Pasien dapat mempunyai waham dengan taraf ringan dan halusinasi yang tidak
begitu jelas (samar-samar). Sebagian gejala akut dan gejala yang lebih dramatik
hilang dengan berjalannya waktu, tetapi pasien secara kronik membutuhkan
perlindungan atau menghabiskan waktunya bertahun-tahun di dalam rumah sakit jiwa.
271)
Keterlibatan dengan hukum untuk pelanggaran ringan kadang-kadang
terjadi (misalnya, menggelandang, mengganggu keamanan) dan sering dikaitkan
dengan penyalahgunaan zat. Sebagian kecil pasien menjadi demensia. Secara
keseluruhan harapan hidupnya pendek, terutama akibat kecelakaan, bunuh diri, dan
ketidakmampuannya merawat diri.
272)
Sebelumnya, skizofrenia
dibedakan
antara
skizofrenia
proses
etiologi berbeda. Meskipun ada variabilitas yang besar, tipe disorganisasi secara
umum mempunyai prognosis yang buruk, tetapi tipe paranoid (dan beberapa
katatonik) mempunyai prognosis baik. Prognosis menjadi lebih buruk bila pasien
menyalahgunakan zat atau hidup dalam keluarga yang tak harmonis.
275)
276)
I.
Definisi.
277)
Gangguan Skizofreniform
setiap hal dengan skizofrenia kecuali bahwa gejalanya berlansung sekurangnya satu
bulan tetapi kurang dari enam bulan. Pasien dengan gangguan ini kembali ketingkat
fungsi dasarnya jika gangguan skizofreniform menghilang.
278)
Epidemiologi.
279) Insedensi, prevalensi, dan rasio jenis kelamin dari gangguan
II.
skizofreniform ini belum dilaporkan dalam literature. Beberapa klinisi memiliki kesan
bahwa gangguan paling sering terjadi pada remaja dan dewasa muda.
Riwayat Keluargan.
280) Beberapa penelitian menunjukan bahwa sanak saudara dari pasien
yang menderita gangguan skizofreniform ini memiliki atau berada dalam resiko tinggi
menderita gangguan psikosis tetapi untuk distribusinya berbeda dengan distribusi
yang diadptkan pada sanak saudara pasein dengan skizofrenia dan gangguan bipolar.
Secara spesifik sanak saudara pasein dengan gangguan skizofreniform lebih mungkin
memiliki gangguan mood dari pada sanak saudara pasien denga skizofrenia. Biasanya
sanak saudara pasien dengan gangguan skizofreniform lebih memiliki diagnosis
gangguan mood dari pada sanak saudara pasien dengan gangguan bipolar.
281)
III.
Etiologi.
Pencitraan Otak.
1. Terdapat deficit aksi relative di daerah prafrontalis inferior otak saat
pasien melakukan tugas spesifik untuk daerah otak tersebut.
2. Ganguan supresi aktivitas striatal terbatas pada hemisfer kiri selama
proses aktivasi.
3. Pasien dengan gangguan skizofreniform mungkin memiliki pembesaran
ventrikel serebral yang ditemukan pada pemeriksaan CT dan MRI. Tetapi
IV.
283)
285)
A.
286)
287)
B.
288)
289)290)
292)
293)
1.
295)
2.
297)
298)
3.
299)
300)
4.
301)
V.
Subtipe Prognostik
302) Ciri prognostic yang baik adalah onset yang cepat, suatu derajat
gangguan kognitif, penyesuaian pramorbid yang baik, dan tidak adanya gejala afektif
deficit. Sedangkan cirri prognostic buruk adalah menunjukkan pendataran afektif,
VI.
alogia ( ketidakmampuan bicara ) dan kontak mata yang buruk dengan pemeriksa.
Gambaran Klinis.
303) Tanda, gejala klinis, dan pemeriksaan status mental untuk pasien
dengan gangguan skizofreniform adalah mirip dengan pasien dengan skizofrenia.
Tetapi adanya gejala afektif dapat meramalkan suatu perjalanan yang baik. Selain itu
VII.
afek yang datar dapat meramalkan suatu perjalanan penyakit yang tidak baik.
Diagnosis Banding.
304)
Diagnosis banding hampir sama dengan dengan diagnosis yang terdapat pada
menonjol.
Gangguan psikotik karena kondisi medis yang umum.
Gangguan psikotik akibat penggunaan zat harus disingkirkan.
305)
HIV. Epilepsy lobus temporalis, tumor system saraf pusat, dan penyakit
serebrovaskular juga dapat disertai dengan episode psikotik yang relative berlansung
singkat.
306)
VIII.
IX.
310)
Gangguan Skizoafektif
311)
I.
Definisi.
312) Gangguan skizoafektif dimana dicirikan dengan memiliki ciri baik
skizofrenia dan gangguan afektif yang onset dan intensitasnya sama atau sama sama
kuat.
II.
313)
Epidemiologi.
314) Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari
1 persen, kemungkinan angka tersebut dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen.
Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki laki dibandingkan pada
wanita, khususnya wanita yang sudah menikah dengan usia onset untuk wanita adalah
labih lanjut dari pada usia laki laki. Laki laki dengan gangguan skizoafektif
meunjukkan prilaku antisocial dan memilki pendataran atau ketidak sesuain afek yang
nyata.
315)
III.
Etiologi.
316)
Gambaran Klinis.
318) Tanda dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua
tanda dan gejala skizofrenia, episode maniak, dan gangguan depresi. Gejala
skizofrenia dan gangguan mood dapat ditemukan bersama sama atau dalam cara
yang bergantian. Perjalanan penyakit dapat bervariasi dari satu eksaserbasi dan remisi
pasien telah memenuhi criteria diagnosis untuk episode depresi berat atau episode
mania yang bersama sama dengan ditemukannya criteria diagnostic untuk fase aktif
dari skizofrenia. Disamping itu pasien juga harus memilki waham atau halusinasi
selama sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan mood yang menonjol.
Gejala mood juga harus ditemukan untuk sebagian besar periode psikotik aktif dan
residual.
321)
322) 323)
A
suatu waktu, terdapat baik episode depresi berat, episode maniak, atau
terdepresi.
325) 326)
Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau
B
menonjol.
327) 328)
Gejala yang memenuhi criteria untuk episode mood ditemukan
C
untuk sebagian bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari
penyakit.
329) 330)
Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
D
medic umum.
331)
Sebutkan tipe.
332)333)
Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode maniak atau
campuran ( atau suatu maniak atau suatu episode campuran dan episode
depresi berat )
334)335)
Tipe depresi : jika gangguan hanya termasuk episode depresi
berat.
336)
VI.
Diagnosis Banding.
337)
Pasien
dengan
gangguan
skizoafektif
mempunyai
prognosis
pertengahn antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan
gangguan mood. Pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh
lebih buruk dari pada pasien dengan gangguan depresi, memiliki prognosis yang lebih
buruk lagi dari pada pasien dengan ganggun bipolar, dan memiliki prognosis yang
lebih baik dari pada pasien dengan skizofrenia.
340)
VIII.
Terapi.
341) Modilasi terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah.
1. Perawatan rumah sakit, medikasi, intervensi psikososial.
2. Prinsif dasar farmakoterapinya adalah protocol antidepresan dan antimaniak
diikuti jika semua diindikasikan dan antipsikotik digunakan untuk pengendalian
jangka pendek.
3. Jika protocol thymoleptic tidak efektif didalam pengendalian gejala atas dasar
berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat diindikasikan.
4. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar, harus mendapat percobaan
lithium, carbamazepine ( tegretol ), valproate ( depakene ) atau suatau kombinasi
obat jika satu obat tidak efektif.
5. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresi, harus diberikan percobaan
antidepresan dan terapi electrokonvulsif ( ECT ) sebelum meraka diputuskan
tidak responsive terhadap terapi antidepresan.
342)
343)
344)
345)
346)
347)
Skizofrenia Paranoid.
348)
349)
350)
351)
353)
a.
Kriteria Diagnostik.
Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan
352)
Halusinasi dan waham harus menonjol
354)
Suara suara halusinasi yang mengancam pasien atau member
perintah, atau halusisnasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit ( whistling ), mendengung ( humming ), atau bunyi tawa
355)
b.
357)
c.
( laugting )
356)
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada
tapi jarang menonjol.
358)
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan ( delusion of control ), dipengaruhi ( delusion of
influence ), atau passivity ( delusion of passivity ) dan keyakinan
dikejar kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.
359)
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
361)
Diagnosis Banding.
362)
363)
364)
365)
366)
367)
368)
369)
370)
371)
Depresi berat
372)
Epidemiologi
373)
prevalensi seumur hidup adalah kira-kira 15%, kemungkinan setinggi 25% pada
wanita. Insidensi gangguan depresif berat juga lebih tinggi daripada biasanya pada
pasien perawatan primer, yang mendekati 10%, dan pada pasien medis rawat inap,
yang mendekati 15%.
1. Jenis kelamin
374)
Terdapat prevalensi gangguan depresif berat yang dua kali lebih besar pada
wanita dibandingkan laki-laki. Alasan adanya perbedaan telah didalilkan sebagai
melibatkan perbedaan hormonal, efek kelahiran, perbedaan stressor psikososial bagi
wanita dan bagi laki-laki, dan model perilaku tentang keputusasaan yang dipelajari.
2. Usia
375)
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun ;
50% dari semua pasien mempunyai onset antara usia 20 dan 50 tahun. Gangguan
depresif berat juga mungkin memiliki onset selama masa anak-anak atau pada lanjut
usia, walaupun hal tersebut jarang terjadi. Beberapa data epidemiologis baru-baru ini
menyatakan bahwa insidensi gangguan depresif berat mungkin meningkat pada orangorang yang berusia <20 tahun. Jika pengamatan tersebut benar, hal tersebut mungkin
berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alcohol dan zat lain pada kelompok usia
tersebut.
3. Ras
376)
Prevalensi gangguan mood tidak berbeda dari satu ras ke ras lain.
4. Status perkawinan
377)
Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang
tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau berpisah.
5. Pertimbangan sosioekonomi dan cultural
378)
Tidak ditemukan adanya korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan
depresif berat. Depresi mungkin lebih sering di daerah pedesaan daripada di daerah
perkotaan.
379)
380)
Etiologi
381)
penyebab dapat dibagi menjadi factor biologis, factor genetic, dan factor
psikoseksual.
382)
Faktor Biologis
383)
didalam metabolit amin biogenic, norepinefrin dan serotonin paling berperan dalam
patofisiologi gangguan mood. Norepinefrin, Korelasi yang dinyatakan oleh penelitian
ilmiah dasar antara regulasi turun reseptor adrenergic-beta dan respon antidepresan
klinik kemungkinan merupakan bagian data yang menyatakan adanya peran langsung
system noradrenergic dalam depresi. Bukti lainnya melibatkan aktivasi reseptor
adrenergic-alfa2 menyebabkan penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan.
Serotonin, penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan beberapa pasien
bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin didalam cairan serebrospinal
yang rendah dan konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di ttrombosit.
Dopamin, Walaupun norepinefrin dan serotonin adalah amin biogenic yang paling
sering dihubungkan dengan patofisiologi depresi, dopamine juga telah diperkirakan
memiliki peranan dalam depresi. Obat yang menurunkan konsentrasi dopamine
disertai dengan gejala depresi sedangkan obat yang meningkatkan konsentrasi
dopamine menurunkan gejala depresi. Faktor neurokimia lain, neurotransmitter
GABA dan peptide neuroaktif (vasopressin dan opiate endogen)telah dilibatkan dalam
patofisiologi gangguan mood.
384)
Regulasi
neuroendokrin,
hipotalamus
adalah
pusat
regulasi
berulang kali, hipersomnia adalah gejala klasik yang sering ditemukan pada depresi.
Elektroensefalogram (EEG) tidur pada banyak orang yang mengalami depresi
menunjukkan kelainan. Kelainan yang sering ditemukan adalah perlambatan onset
tidur, pemendekan latensi REM, peningkatan panjang periode REM pertama, dan
tidur delta yang abnormal.
386)
stimulasi subambang
irama sirkardian. Terapi antidepresan standar efektif mengubah jam biologis internal
(zietgebers internal).
388)
Regulasi
neuroimun,
penelitian
melaporkan
adanya
kelainan
status imun : mungkin terdapat regulasi hipotalamik yang abnormal terhadap system
imun. Kemungkinan lainnya proses patofisiologi primer melibatkan system imun
menyebabkan gejala psikiatrik dari gangguan mood.
389)
pada pasien depresi berat dibandingkan gangguan bipolat I, depresi berat dengan
gangguan psikotik memiliki kecendrungan ventrikel serebral membesar. Penelitian
menemukan nucleus kaudatus dan lobus frontalis yang lebih kecil pada pasien depresi
berat.
390)
Faktor Genetika
393)
kakak, adik) dari penderita depresi memiliki kemungkinan dua sampai tiga kali
menderita gangguan depresi berat. Penelitian pada anak adopsi, dimana anak biologis
dari orang tua yang menderita depresi berat tetap memiliki resiko mengalami
gangguan moodm bahkan jika mereka dibesarkan oleh orang tua angkat yang tidak
menderita gangguan. Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan kesesuaian 50%
pada kembar monozigot dan 10-25% pada kembar dizigotik menderita depresi berat.
394)
Faktor Psikososial
395)
pertama gangguan mood dari pada episode berikutnya. Satu teori yang diajukan
menjelaskan bahwa stress yang menyertai episode pertama menyebabkan perubahan
biologis otak yang bertahan lama. Perubahan tersebut menyebabkan perubahan
keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan system pemberi signal intraneural.
Perubahan mungkin termasuk hilangannya neuron dan penurunan besar dalam kontak
sinapstik. Hasil akhirnya menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih
tinggi untuk menderita episode gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya
stressor eksternal.
396)
397)
398)
399)
Afek depresif
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah kerja seikit saja) dan menurunnya aktivitas.
400)
Gejala lainnya:
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurangkurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis.
401)
402)
403)
Pedoman diagnostik:
Sekurang-kurangny harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
Tidak boleh ada gejala yang berat di antaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang biasa dilakukannya
404)
405)
406)
Pedoman diagnostik:
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresi
ringan (F30.0)
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan social, pekerjaan, dan urusan
rumah tangga
407)
408)
409)
Pedoman diagnostik:
berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara
rinci.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
410)
411)
412)
Pedoman diagnostik:
413)
Kira-kira 50% dari pasien di dalam episode pertama gangguan depresif berat
mengalami gejala depresif yang bermakna sebelum episode pertama yang diidentifikasi.
Suatu implikasi dari pengamatan tersebut adalah bahwa identifikasi awal dan terapi gejala
awal dapat mencegah perkembangan episode depresif yang lengkap. Walaupun gejala
mungkin ditemukan, pasien dengan gangguan depresif berat biasanya tidak memiliki
gangguan kepribadian pramorbid. Episode depresif pertama terjadi sebelum usia 40 tahun
pada kira-kira 50% pasien. Onset yang lanjut adalah berhubungan dengan tidak adanya
Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6-13 bulan; sebagian besar
419)
Terapi
gangguan depresif berat: beberapa pasien tidak berespons terhadap pengobatan pertama,
semua antidepresan yang tersedia sekarang ini memerlukan waktu tiga sampai empat
minggu untuk menunjukkan efek terapeutik yang bermakna, walaupun mungkin dapat
mulai menunjukkan efeknya lebih awal, dan sampai belum lama ini, semua antidepresan
yang tersedia adalah toksik pada overdosis dan memiliki efek merugikan. Tetapi
sekarang diperkenalkan bupropion (Wellbutrin) dan serotonin-specifik reuptake
inhibitors (SSRIs) sebagai contoh, fluoxetine, paroxetine (paxil), dan setraline (zoloft)
memberikan klinisi obat yang jauh lebih aman dan dan jauh lebih baik ditoleransi
daripada obat yang sebelumnya tetapi sama efeknya.
423)
Indikasi utama untuk antidepresan adalah episode depresif berat. Gejala
pertama yang membaik adalah pola tidur dan makan yang terganggu, walaupun hal
tersebut mungkin kurang benar jika SRRIs digunakan dibandingkan digunakan obat
trisiklik. Agitasi, kecemasan, episode depresif, dan keputusasaan adalah gejala
selanjutnya yang membaik. Gejala sasaran lainnya adalah energi yang rendah,
konsentrasi yang buruk, ketidakberdayaan, dan penurunan libido.
424)
425)
Pendidikan Pasien
426)
Pendidikan pasien yang adekuat tentang penggunaan antidepresan adalah sama
pentingnya bagi keberhasilan pengobatan seperti halnya memilih obat dan dosis yang
paling sesuai. Saat memperkenalkan masalah percobaan obat kepada pasien, dokter harus
menekankan bahwa gangguan depresif berat adalah suatu kombinasi biologis dan
psikologis, dan semua manfaat dari terapi obat. Dokter juga harus menekankan bahwa
pasien tidak akan mengalami ketahian terhadap antidepresan, karena obat tersebut tidak
memberikan pemuasan yang segera. Dokter harus mengatakan pada pasien bahwa
mungkin diperlukan waktu tiga sampai empat minggu untuk dapat dirasakannya efek
antidepresan dan kedatipun pasien tidak menunjukkan perbaikan pada waktu tersebut,
medikasi lain tersedia. Dokter harus menjelaskan efek samping yang diperkirakan secara
terinci;beberapa klinisi mengatakan bahwa timbulnya efek samping menunjukkan bahwa
obat bekerja. Pada obat trisiklik dan monoamine oxidase inhibitors, dokter mungkin
mengetahui adalah berguna untuk mengatakan pada pasien bahwa tidur dan nafsu makan
akan membaik pertama kali, diikuti oleh rasa pulihnya energi, dan bahwa perasaan
depresi, sayangnya, merupakan gejala yang berubah terakhir. Dokter harus selalu
mempertimbangkan resiko bunuh diri pada pasien dengan gangguan mood. Sebagian
besar antidepresan adalah mematikan jika digunakan jumlah besar.
427)
428)
Prognosis
429)
Indikator Prognostik
432)
prognostik yang baik dan buruk di dalam perjalanan gangguan depresif berat. Episode
ringan, tidak adanya gejala psikotik, dan tinggal di rumah sakit dalam waktu yang
singkat adalah indikator prognostik baik. Indikator psikososial perjalanan penyakit
yang baik adalah riwayat persahabatan yang erat selama remaja, fungsi keluarga yang
stabil, dan fungsi sosial yang biasa kokoh selama 5 tahun sebelum penyakit. Tanda
prognostik baik tambahan adalah tidak adanya gangguan psikiatrik komorbid, tidak
adanya gangguan kepribadian, tidak lebih dari satu kali perawatan di rumah sakit
sebelumnya untuk gangguan depresif berat, dan usia onset yang lanjut. Kemungkinan
prognosis buruk meningkat oleh adanya penyerta gangguan distimik, penyalahgunaan
alkohol dan zat lain, gejala gangguan kecemasan, dan riwayat lebih dari satu episode
depresif sebelumnya. Laki-laki lebih mungkin mengalami perjalanan penyakit yang
secara kronis mengganggu dibandingkan wanita.
433)
434)
435)
436)
437)
438)
439)
440)
441)
442)
443)
444)
Analisis scenario
445)
Pada skenario ini, pasien merupakan penderita gangguan jiwa. Hal ini
dapat dilihat dari tidak ditemukannya kelainan fisik dan sebagian besar gejala
merupakan gejala gangguan jiwa, yaitu meliputi keluhan-keluhan psikologis yang
bermakna secara klnis dan mengganggu aktivitas ehari-hari pasien. Meski terdapat
gejala fisik seperti jantung berdebar-debar dan gangguan tidur, kemungkinan besar
bukan merupakan gejala primer, melainkan gejala sekunder, yaitu gejala yang
disomatisasi. Adapun untuk mengetahui kemungkinan gangguan jiwa pada pasien,
perlu dinilai gejala-gejala yang muncul pada pasien, dan menentukan terlebih dahulu
apakah kelainan pasien termasuk gangguan psikotik atau non-psikotik ( neurosis ).
446)
Gejal
451)
a
453)
jatuh tidur
454)
Sulit
tetap tidur
Lesi SSP
syndrome)
Faktor diet
Kejadian episodik
Efek zat langsung (termasuk
452)
Lingkungan
Kecemasan
Kecemasan ketegangan, otot-otot
Perubahan lingkungan
Gangguan tidur irama sirkardian
Depresi, terutama depresi primer
Perubahan lingkungan
Gangguan tidur irama sirkardian
Gangguan stress pasca traumatik
Skizofrenia
alkhohol)
Efek putus zat (termasuk
alkhohol)
Interaksi zat
Penyakit endokrin atau metabolik
Penyakit infeksi, neoplastik, atau
lain
Kondisi yang menyakitkan atau
tidak menyenangkan
Lesi atau penyakit batang otak
atau hipotalamus
Penuaan
455)
456)
sebagai berikut :
- Depresi akibat stressor psikososial, yaiut ditinggalin pacar
- Gangguan jiwa psikotik seperti skizofrenia, dimana pasien telah menunjukkan
gejala-gejala yang termasuk dalam kriteria diagnosa skizofrenia
457)
458)
dalam derajat psikotik, dimana suatu episode psikotik atau depresi berat seringkali
dimulai dengan insomnia akut. Insomnia yang terjadi sekurangnya 1 bulan dan jelas
berhubungan dengan gejala psikologis dan perilaku dari gangguan mental yang
dikenal secara klinis dapat diklasifikasikan dalam Insomnia yang Berhubungan
dengan [Gangguan Aksis I atau Aksis II] dengan kriteria diagnosa sebagai berikut:[1]
459)
460)
461)
Aksis II]
A. Keluhan yang menonjol adalah kesulitan memnulai atau mempertahankan
tidur, atau tidur yang tidak menyenangkan, selama sekurangnya satu bulan
yang disertai dengan kelelahan di siang hari atau gangguan fungsi di siang
hari
B. Gangguan tidur (atau sekuela di siang harinya) menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan ,
atau fungsi penting lain
C. Insomnia dianggap berhubungan dengan gangguan aksis I atau aksis II
lainnya (misalnya gangguan depresi berat, gangguan kecemasan umum,
gangguan penyesuaian dengan kecemasan) tetapi cukup parah untuk
memerlukan perhatian klinis sendiri
D. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan tidur lain
(misalnya : narkolepsi, gangguan tidur berhubungan dengan pernafasan, atau
suatu parasomnia)
E. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
obat yang salah digunakan,medikasi atau kondisi medis umum
462)
463) Berdasarkan kriteria di atas, kita harus menggali lagi di anamnesis
mengenai tiap poin-poin kriteria diagnosis seperti :
- dampak gangguan tidur terhadap aktivtas sehari-hari
- ciri-ciri gangguan tidur lain seperti gangguan tidur berhubungan
464)
pada aksis I atau aksis II. Berdsarkan gejala gejala pasien, pasien kemungkinan
ditinggalkan pacar yang tidak dapat dihadapi oleh pasien. Kemampuan mental
individu dalam menghadapi suatu stressor berbeda-beda. Ada mekanisme fight or
flight dalam menghadapi suatu masalah atau stressor. Pada skenario , mental atau
psikis pasien tidak kuat dapat menghadapi (fight) stressor tersebut sehingga
menyebabkan gejala-gejala depresi dan gejala-gejala apatif.
467)
Gejala Utama :
a. Afek depresi.
b. Kehilangan minat dan kegembiraan.
c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
dan menurunnya aktivitas.
468)
Gejala lainnya :
a. konsentrasi dan perhatian berkurang
b. harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. pikiran rasa bersalah dan tidak berguna
d. pandangan masa depan yang suram dan pesimistik
e. pikiran atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
f. tidur terganggu
yaitu Kehilangan minat dan kegembiraan yang ditandai dengan mengurung diri dan
malas melakukan aktifitas sehari-hari.
471)
hari merupakan gejala apatif dan depresi yang akan berdampak pada axis 5 (penilaian
fungsi secara global). Penilai dampak gejala gejala tersebut terhadap axis 5 dapat
dilihat dengan hendaya pada 4 aspek fungsi manusia secara global yaitu : fungsi
peran, fungsi sosial, fungsi perawatan diri, dan fungsi waktu luang. Penilaian ini dapat
menggunakan GAF State (Global Assessment of Function State), sebagai berikut : [3]
472)
pasien mengenari keberadaan sosok ini, apakah juga dilihat oleh orang-orang di
sekeliling pasien. Apabila ternyata sosok ini hanya dapat dilihat pasien (merupakan
khayalan pasien), ini dapat dikatakan sebagai suatu Halusinasi. Halusinasi
merupakan gangguan presepsi akan sesuatu dimana tidak terdapat obyek atau stimulus
dari kelima pancaindera. Pada skenario pasien kemungkinan mengalami Halusinasi
Visual.
474)
475)
berkenaan dengan diri sendiri atau lingkungan. Sistim sensoris yang terlibat (sebagai
contoh, auditorius, visual, olfaktorius, atau taktil) dan isi pengalaman ilusi atau
halusinasi harus digambarkan. Keadaan terjadinya tiap pengalaman halusinasi adalah
penting, karena halusinasi hipnagogik (terjadi saat orang jatuh tertidur) dan halusinasi
hipnopompik (terjadi saat orang terbangun) adalah mempunyai kepentingan yang jauh
lebih kecil dibandingkan jenis halusinasi lainnya. Halusinasi mungkin juga terjadi
dalam waktu tertentu dari stres pada pasien individual. Perasaan depersonalisasi dan
derealisasi (perasaan ekstrem terlepasnya dari diri seseorang atau lingkungan) adalah
contoh lain ganggguan persepsi. [1]
476)
Terlihat berbicara sendiri
477) Keluhan keluarga pasien mengenai pasien yang sering berbicara
sendiri masih perlu keterangan lanjut dari pasien. Yang perlu ditanyakan adalah :
Apakah pasien berbicara sendiri karena di ajak bicara oleh sosok aneh yang ia
lihat?
atau Apakah pasien bicara sendiri karena mendengar ada bisikan yang
mengajaknya
bicara,
memberi
nasehat,
atau
yang
memberi
kritik
menjatuhkan?
478)
gejala pasien yang lain seperti Halusi Auditorik. Halusinasi auditorik merupakan
gejala atau poin penting dalam menegakkan skizofrenia.
479)
480)
481)
sebagian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan :
keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik,
hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki
energi fisik.
Klasifikasi
PSIKOTIK
Definisi
483)
Klasifikasi
1. Skizofrenia
2. Psikosis paranoid
3. Psikosis mania-depresif (bipolar)
484)
485)
486)
487)
488) 489)
Fakt
Psikosis
491)
Neurosis
or
492) 513)
1
490)
Peri
laku umum
533)
Gangguan
545)
Gangguan
terjadi
pada
514)
seluruh
aspek
493)
515)
kepribadian, tidak
494)
516)
ada.
495) 517)
496)
2
497)
Gej
ala-gejala
518)
realitas.
Gejala
bervariasi
520)
dengan
499)
Ori
entasi
548)
luas
waham,
secara
524)
menerus
(insight)
terus-
536)
537)
Penderita
(waktu,
539)
507)
530)
tidak
508)
531)
bahwa
yembuhan
jarang
552)
553)
538)
529)
Pen
tempat,
dan orang)
506)
532)
atau
disorientasi
527)
tidak
mengalami
ko sosial
Penderita
sering mengalami
disorientasi
505)
549)
551)
526)
Resi
tetap
550)
504)
528)
bisa
ringan.
523)
503)
somatik
ahaman
dan
kedangkalan
emosi yang terjadi
502)
psikologis
bervariasi,
522)
Pem
Gejala
halusinasi,
500)
501) 525)
kontak
547)
519)
498) 521)
kepribadian,
546)
534)
535)
554)
Penderita
Penderita
memahami
memahami
dirinya
dirinya
sakit.
bahwa
mengalami
gangguan jiwa.
555)
540)
556)
509)
541)
557)
510)
542)
Perilaku
Perilaku
511)
penderita
dapat
512)
membahayakan
sendiri.
sendiri.
558)
543)
544)
tidak membahayakan
559)
Penderita
memerlukan
perawatan
begitu
memerlukan
perawatan di rumah
di
rumah
Tidak
sakit.
sakit.
Kesembuhan
seperti
semula
dan
Kesembuhan
permanen
sangat
seperti
keadaan
mungkin
untuk
semula
dan
permanen
sulit
dicapai.
dicapai.
560)
561)
klasifikasi gangguan jiwa yang PSIKOTIK, ini ditandai dengan ditandai dengan
ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, yaitu adanya halusinasi
visual dan kemungkinan hasulinasi auditorik.
Differential Diagnosa kelompok kami yang diurutkan dengan kemungkinan yang paling mendekati adalah sebagi berikut :
1. Skizofrenia
2. Depresi berat dengan gejala Psikosis
3. Skizoafektif Tipe Depresif
Untuk dapat menegakkan diagnosa, maka perlu dilihat kriteria diagnosa masing-masing gangguan berdasarkan PPDG III, sebagi
berikut :
Pedoman diagnostik:
Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini yang Diagnosis gangguan skizoafektif hanya
amat jelas (dan biasanya 2 gejala atau lebih bila
dibuat
keras),
dan
isi
pikiran
ulangan,
berbeda; atau
thought insertion or withdrawal = isi pikiran
yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannnya di
ambil
oleh
sesuatu
(withdrawal); dan
dari
luar
dirinya
apabila
gejala-gejala
definitf
ini,
episode
penyakit
tidak
Afek depresif
Berkurangnya
energi
yang
menuju
kriteria
baik
berguna
mengetahuinya;
(j) - delusion of control = waham tentang
dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
-
atau
ke
pikiran,
penginderaan khusus);
delusional perception
tindakan,
=
atau
pengalaman
khas
bagi
dirinya,
biasnya
menampilkan gejala skizofrenia dan (r) Pandangan masa depan yang suram dan
pesimistik
gangguan afektif tetapi dalam episode
(s) Gagasan
atau
perbuatan
yang
penyakit yang berbeda.
membahayakan diri atau bunuh diri
Bila
seorang
pasien
skizofrenik (t) Tidur terganggu
(u) Nafsu makan berkurang
menunjukkan gejala depresif setelah
Untuk episode depresif dari ketiga
mengalami suatu episode psikotik, diberi
tingkat keparahan tersebut diperlukan
kode diagnosis F20.4 (depresi pasca
skizofrenia).
Beberapa
mengalami
episode
pasien
dapat
penegakkan diagnosis.
skiozafektif
Episode
dari keduanya
mengalami
satu
dua
episode
Depresif
Berat
tanpa
Gangguan
Skizoafektif
Tipe
Depresif (F25.1)
Pedoman diagnostik:
berbicara), atau
dimana
sebagian
besar
depresif.
(l) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang Afek depresif harus menonjol disertai
oleh sedikitnya dua gejala khas, baik
menurut budaya setempat dianggap tidak wajar
didominasi
oleh
skzoafektif
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, Dalam episode yang sama, sedikitnya
secara rinci.
Episode
Depresif
Berat
dengan
harus jelas ada satu, atau lebih baik lagi Episode depresi berat yang memenuhi criteria
dunia lain)
dua,
skizofrenia).
maupun
yang
setengah
depresif.
Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan
mengancam,
atau
dan
malapetaka
pasien
yang
merasa
sisipan
(interpolation),
yang
(posturing),
atau
fleksibilitas
cerea,
(prodromal)
dalam
mutu
keseluruhan
(overall
behavior),
bermanifestasi
sebagai
Kriteria Khusus:
Sebagai tambahan:
atau
memberi
perintah,
atau
bunyi
pluit
(whistling),
dipengaruhi
(delusion
of
Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja. Pada skenario didapatkan Halusinasi
visual.
Gejala-gejala negative, seperti sikap pada skenario pasien mengurung diri dan
tidak mau melakukan aktifitas sehari-sehari.
Memenuhi kriteria poin ketiga yaitu kreteria waktu >1 bulan. Pada skenario gejala
sudah ada selama 2 bulan.
Memenuhi kriteria poin keempat yaitu gejala pasien telah menyebabkan gangguan
pada kehidupan sehari-harinya yang ditandai dengan berkurangnya minat pasien dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
562)
Indikasi perujukan
1.
2.
3.
4.
5.
Republik Indonesia No. 031/Birhub/1972 tentang Renefal adalah suatu komplek atau
rumah atau ruangan yang dipergunakan untuk menampung dan merawat orang sakit;
kamar-kamar orang sakit yang berada dalam suatu perumahan khusus, seperti Rumah
Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus. Sedangkan Rumah Sakit Jiwa termasuk ke dalam
Rumah Sakit Khusus (Kelas E), karena melayani pasien yang menderita penyakit yang
lebih dikhususkan, seperti penyakit jiwa, penyakit jantung, penyakit mata dan lainnya.
Spesifikasi Rumah Sakit Jiwa
Terdapat tiga tahap penyembuhan yaitu pengobatan melalui fisik, jiwa dan
sosialnya
Dibutuhkannya ruang untuk terapi dan rehabilitasi yang dilakukan dalam ruangan.
Tanah yang luas unuk penyediaan lahan bagi terapi kerja lapangan seperti
pertanian, perkebunan, dan terapi lainnya yang berada di luar ruangan.
Kes/SK/IV/78 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa adalah :
optimal
rehabilitasi di bidang kesehatan jiwa.
Klasifikasi Rumah Sakit Jiwa
masyarakat, meliputi:
latihan kerja yang sesuai dengan keadaan pasien (cacat dan potensi-potensinya).
berbagai terapi sosial untuk mempercepat proses kesembuhan dan resosialisasinya,
berbagai pendidikan dan latihan serta penyuluhan dan bimbingan kejuruan;
termasuk di sini pendidikan dan latihan agar dapat hidup mandiri, mengurus diri,
mobilitas dan komunikasi, serta juga untuk mendapat ketrampilan kerja tertentu
(kerajinan, pertukangan, pertanian, industri, dan lain-lain).
(c) Tahap pengawasan yang dikerjakan oleh RSJ adalah pelayanan lanjut
(aftercare service) dan kunjungan rumah (home visit) oleh petugas RSJ.
Setiap kegiatan dalam tahapan rehabilitasi merupakan proses yang berkesinambungan,
dilaksanakan oleh berbagai macam tenaga pelaksana (fungsional dan struktural) yang
bekerjasama dalam satu team-work dibawah pimpinan psikiater. Ini terdiri dari:
psikiater, dokter, psikolog, perawat, ahli okupasiterapi, pekerja sosial, instruktor latihan
kerja, tenaga administrasi. Khusus untuk tahap penyaluran, pelaksanaannya uga dengan
bantuan dan kerjasama instansi lain (Dinas Sosial dan Dinas lain). Demikian pula
kegiatan after care dapat dilaksanakan oleh RSU atau Puskesmas terdekat dengan
tempat tinggal pasien, yaitu RSU dan Puskesmas yang telah menjalankan upaya
kesehatan jiwa secara integratif dan berdasarkan rujukan.
KESIMPULAN
Gangguan jiwa dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu psikosis dan
neurosis. Kedua kelompok gangguan ini dibedakan oleh adanya hendaya dalam menilai
realitas. Pasien psikosis tidak dapat membedakan kenyataan dengan halusinasi/ delusinya,
sedangkan pada pasien neurosis kedua hal tersebut dapat dibedakan. Berikut ini merupakan
perbedaan lain dari psikosis dan neurosis :
Faktor
Psikosis
Neurosis
Gejala
psikologis
halusinasi,
dan
kadangkala
berupa
emosi
Orientasi
pemaham
an
(insight)
Resiko
sosial
Penyembu
han
dan temporer
yang
berlangsung
dan
secara
terus menerus
Penderita
sering
Penderita
jarang
mengalami disorientasi
mengalami
waktu,
disorientasi
tempat
orang
Penderita
dan
tidak
memahami
dirinya sakit
Penderita
bahwa
dapat
Penderita mengetahui
bahwa dirinya sakit
Perilaku
penderita
membahayakan dirinya
jarang
membahayakan orang
lain
lain
Penderita memerlukan
perawatan
sakit.
dirumah
Kesembuhan
atau
dan
sendiri
Tidak
tidak
dirinya
begitu
memerlukan
perawatan
sakit.
dirumah
Kesembuhan
dan
permanen
sulit
dicapai
sangat
mungkin
untuk
dicapai
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Cetakan I. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: Jakarta.
Sadock BJ, Kaplan HI. Kaplan Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara.
Othmer E, Othmer SC. The Clinical Interview Using DSM IV. Volume I :
Fundamentals. Washington : American Psychiatric Press. Inc. 1994