Dikerjakan Oleh:
Nama : Yogi Permana
NIM
: 1204101010046
Jurusan : Teknik Sipil
Dosen Pengasuh
NIP
LEMBAR PENILAIAN
PERENCANAAN DAN PENGUJIAN MATERIAL JALAN RAYA
Dikerjakan Oleh:
NAMA
: YOGI PERMANA
NIM
: 1204101010046
(.)
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing,
i
Perencanaan Jalan Raya I
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan, kesempatan dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Perencanaan Jalan Raya I ini, yang merupakan salah satu
mata kuliah wajib pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah
Kuala.
Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan
masukan-masukan dan bimbingan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak.
Karenanya, dalam kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati
penulis mengucapkan
terima kasih
yang sebesar-besarnya
kepada
Ibu
Dr. Renny Anggraini, ST. M.Eng. yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan saran-saran kepada penulis, sehingga tugas
rancangan ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis
sampaikan juga kepada orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan
materil serta rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan bantuan berupa
pikiran maupun waktu yang tentunya sangat berguna dalam proses rampungnya
tugas ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tugas rancangan ini
masih jauh dari kesempurnaan, karenanya dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan
laporan di masa mendatang.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga tugas Perencanaan Jalan Raya I
ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi khususnya dan rekan-rekan sesama
mahasiswa Fakultas Teknik Unsyiah umumnya.
Banda Aceh,
Januari 2015
Yogi Permana
Nim 1204101010046
Yogi Permana (1204101010046)
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR KONSULTASI
LEMBAR PENILAIAN
SOAL
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................
BAB II
iii
BAB V
BAB VI
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jalan raya merupakan salah satu prasarana transportasi yang dapat menunjang
pengembangan suatu wilayah. Semakin lancar transportasi maka semakin cepat suatu
wilayah berkembang. Meningkatnya jumlah penduduk akan diikuti dengan
meningkatnya kebutuhan sarana transportasi, sehingga perlu dilakukan perencanaan
jalan yang sesuai dengan kebutuhan penduduk saat ini. Dewasa ini manusia telah
mengenal sistem perencanaan jalan yang baik dan mudah dikerjakan serta pola
perencanaannya yang makin sempurna.
Meskipun perencanaan sudah makin sempurna, namun kita sebagai orang
teknik sipil tetap selalu dituntut untuk dapat merencanakan suatu lintasan jalan yang
paling efektif dan efisien dari alternatif-alternatif yang ada, dengan tidak
mengabaikan fungsi-fungsi dasar dari jalan. Oleh karena itu, dalam merencanakan
suatu lintasan jalan, seorang teknik sipil harus mampu menyesuaikan keadaan di
lapangan dengan teori-teori yang ada sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal.
Dalam merencanakan suatu jalan raya diinginkan pekerjaan yang relatif
mudah dengan menghindari pekerjaan galian (cut) dan timbunan (fill) yang besar.
Dilain pihak kendaraan yang beroperasi di jalan raya menginginkan jalan yang relatif
lurus, tidak ada tanjakan atau turunan. Objek keinginan itu sulit kita jumpai
mengingat keadaan permukaan bumi yang relatif tidak datar, sehingga perlu
dilakukan perencanaan geometrik jalan, yaitu perencanaan jalan yang dititik beratkan
pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu
memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas. Faktor yang menjadi
dasar perencanaan geometrik adalah sifat gerakan, ukuran kendaraan, sifat
pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, serta karakteristik arus lalu
lintas. Hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan perencana sehingga
dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi
tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |2
2. Alinyemen vertikal
Pada gambar alinyemen vertikal, akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa
kelandaian,
mendaki
atau
menurun.
Pada
perencanaan
ini,
Koordinasi yang baik antara bentuk alinyemen horizontal dan vertikal akan
memberikan keamanan dan kenyamanan pada pemakai jalan.
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |3
1.2.2
besarnya menunjukkan jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk kedua
jurusan.
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |4
golongan umum yang dibedakan menurut besarnya lereng melintang dalam arah
kurang lebih tegak lurus sumbu jalan. Seperti yang diperlihatkan pada tabel 1.1
berikut :
Tabel 1.1 Klasifikasi Medan Dan Besanya Lereng Melintang
Golongan Medan
Lereng Melintang
Datar (D)
Perbukitan (B)
10 sampai 24,9%
Pegunungan (G)
> 25%
sampai
9%
b. Tanjakan
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |5
a. Landai maksimum
Kelandaian maksimum hanya digunakan bila pertimbangan biaya sangat
memaksa dan hanya untuk jarak yang pendek. Panjang kritis landai dimaksudkan
adalah panjang yang masih dapat diterima tanpa mengakibat gangguan jalannya arus
lalu lintas (panjang ini mengakibatkan pengurangan kecepatan maksimum 25
km/jam). Bila pertimbangan biaya memaksa, maka panjang kritis dapat dilampaui
dengan syarat ada jalur khusus untuk kendaraan berat.
b. Landai minimum
Pada setiap penggantian landai dibuat lengkung vertikal yang memenuhi
keamanan, kenyamanan, dan drainase yang baik. Disini digunakan lengkung
parabola biasa.
1.2.7
Penampang melintang
Penampang melintang jalan adalah pemotongan suatu jalan tegak lurus
sumbu jalan, yang menunjukkan bentuk serta susunan bagian bagian jalan dalam
arah melintang.
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |6
Penampang melintang jalan yang digunakan harus sesuai dengan kelas jalan
dan kebutuhan lalu lintas yang dilayaninya. Penampang melintang utama dapat
dilihat pada daftar I PPGJR.
a. Lebar perkerasan
Pada umumnya lebar perkerasan ditentukan berdasarkan lebar jalur lalu lintas
normal yang besarnya adalah 3,5 meter sebagaimana tercantum dalam daftar I
PPGJR, kecuali:
-
= 3,00 meter
Jalan utama
= 3,75 meter
b. Lebar bahu
Untuk jalan kelas III lebar bahu jalan minimum adalah 1,50 2,50 m untuk
semua jenis medan.
c. Drainase
Drainase merupakan bagian yang sangat penting pada suatu jalan, seperti saluran
tepi, saluran melintang, dan sebagainya, harus direncanakan berdasarkan data
hidrologis setempat seperti intensitas hujan, lamanya frekuensi hujan, serta sifat
daerah aliran.
1.2.8
Bentuk tikungan
Bentuk tikungan pada suatu jalan raya ditentukan oleh tiga faktor:
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |7
1.3
1. Penentuan lintasan
Penentuan lintasan yang meliputi jarak lintasan, Sudut azimut, Kemiringan
jalan, Elevasi jalan pada titik kritis, Luas tampang
2. Alinyemen horizontal
Terdapat tiga jenis lengkung horizontal yang dapat digunakan pada
Alinyemen Horizontal, sebagai berikut :
a.
Full Circle, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari jari besar
dan sudut tangen yang relatif kecil.
b. Spiral Circle Spiral, digunakan pada tikungan yang mempunyai jari jari
kecil dan sudut tangen yang relatif besar.
c. Spiral Spiral digunakan pada tikungan tanpa busur lingkaran, sehingga
titik SC berimpit dengan titik CS.
3. Alinyemen vertikal
Pada perencanaan Alinyemen Vertikal,terdapat dua jenis tipe lengkung
vertikal yaitu :
a. Lengkung vertikal cembung
b. Lengkung vertikal cekung
4. Galian dan timbunan
5. Pekerjaan Tanah/kubikasi.
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |8
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1
Bagian Perencanaan
Dalam tugas perencanaan ini, perhitungan dilakukan terdiri dari beberapa
2.2
a. Jarak lintasan
d AZ
( xZ xA) 2 ( yZ yA) 2
.........(2.1)
dengan:
d A Z = jarak dari titik A ke titik Z
xA
xZ
yA
yZ
b. Sudut azimut
M = arc tan
( xZ xM )
( xM xA)
arc tan
...........(2.2)
( yZ yM )
( yM yA)
dengan:
M
xM
yM
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |9
xA
yA
xM
yM
c. Kemiringan jalan
i A-Z =
eZ eA
x100%
d A Z
.................(2.3)
dengan:
i A-Z = kemiringan jalan dari titik awal ke titik akhir
eA
eZ
= eT + i x L
.....................................................................(2.4)
dengan:
ek
eT
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |10
e. Luas tampang
Untuk menghitung luas tampang digunakan rumus-rumus luas segitiga, segi
empat, dan trapesium.
V2
.........(2.5)
127e maks f maks
Dmaks
fmax
= -0,00065 v + 0.192
.........(2.6)
.........(2.7)
a. Full circle
TC = RC tan .................................................................................... (2.8)
EC = TC tan 1/4 ... (2.9)
LC = 0,01745 R C . .(2.10)
dengan:
R
= Sudut perpotongan ( )
Ec
Lc
Tc
untuk lebih jelasnya lengkung horizontal tipe full circle dapat dilihat pada
gambar 2.1 berikut :
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |11
TC
Ec
M
TC
Rc
Lc
CT
Rc
1
2B
1
2B
Ls.90
.Rc
.......(2.11)
c = - 2 s ...........................................................................................(2.12)
Lc =
c
2Rc .......(2.13)
360 0
L = Lc + 2Ls ..................................................................................(2.14)
p =
Ls 2
Rc(1 coss) .......(2.15)
6 Rc
k = Ls
Ls 3
Rc sin s .......(2.16)
40 Rc 2
dengan:
Rc = jarijari lengkung yang direncanakan (m)
s = sudut putar
Yogi Permana (1204101010046)
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |12
Es
Ts
CS
SC
k
p'
Lc
Ls
Ls
c
TS
p'
Rc
ST
Rc
1
2B
1
2B
AxLv
... ..........(2.27)
800
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |13
Ev
g1
g2
Lv
2.2.4
Jarak pandangan
Kemungkinan untuk melihat kedepan adalah faktor dalam suatu operasi di
jalan agar tercapai keadaan yang aman dan efisien, untuk itu harus diadakan jarak
pandang yang cukup panjang sehingga pengemudi dapat memilih kecepatan dari
kendaraan dan tidak menghambat barang tak terduga diatas jalan. Demikian pula
untuk jalan dua jalur yang memungkinkan pengendara berjalan diatas jalur
berlawanan untuk menyiap kendaraan dengan aman.Jarak pandangan ini untuk
keperluan perencanaan dibedakan atas:
Jarak yang ditempuh dari saat melihat benda sampai mengijak rem
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |14
dibutuhkan dari saat melihat rintangan sampai menginjak pedal rem, disebut sebagai
waktu reakasi adalah 2,5 detik, oleh karena itu dalam perencanaan diambil waktu
reaksi (t=2,5) detik. Jarak tempuh selama waktu tersebut adalah sebesar d 1, rumus
perhitungan jarak pandang dapat dilihat sebagai berikut:
d1 = kecepatan x waktu
d1 = v x t
jika :
d1 = jarak dari saat melihat rintangan sampai menginjak pedal
v = kecepatan km/jam
t = waktu reaksi = 2,5 detik
maka :
d1 = 0,278 v t
......(2.28)
Jarak mengerem (d2) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan dari
menginjak pedal rem sampai kendaraan itu berhenti. Jarak pengereman dipengaruhi
oleh faktor ban, sistim pengereman itu sendiri, kondisi muka jalan, dan kondisi
permukaan jalan. Pada sistim pengereman kendaraan, terdapat beberapa kendaraan,
terdapat beberapa kendaraan yaitu menurunnya putaran roda dan gesekan antara ban
dan permukaan jalan akibat terkuncinya roda. Untuk perencanaan hanya
diperhitungkan akibat adanya gesekan antara ban dan muka jalan. Dari buku Silvia
sukirman hal 52, jarak mengerem dapat dirumuskan sebagai berikut:
d2=
v2
254 fm
..................................(2.29)
keterangan :
fm
= koefisien gesekan antara ban dan muka jalan dalam arah memanjang jalan
d2
= jarak mengerem, m
= 9,81 m/det 2
sebagai berikut:
Yogi Permana (1204101010046)
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |15
d = d1+ d 2
.....................................(2.30)
G
g v2
v2
254 f L
........................................(2.31)
dimana:
L = besarnya landai jalan dalam desimal
+ = untuk pendakian
- = umtuk penurunan
Pada umumnya untuk jalan 2 lajur 2 arah kendaraan dengan kecepatan tinggi
sering mendahului kendaraan lain dengan kecepatan yang lebih rendah sehingga
pengemudi tetap mempertahankan kecepatan sesuai dengan yang diinginkan.
Gerakan menyiap dilakukan dengan mengambil lajur jalan yang diperuntukan untuk
Yogi Permana (1204101010046)
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |16
kendaraan dari arah yang berlawanan. Jarak yang dibutuhkan pengemudi sehingga
dapat melakukan gerakan menyiap dengan aman dan dapat melihat kendaraan dari
arah depan dengan bebas dinamakan jarak pandang menyiap. (Silvia : 60)
merumuskan, untuk jarak pandang menyiap standar adalah sebagai berikut:
d = d1+ d 2 + d 3 + d 4
.................................(2.32)
dimana:
a t1
d 1 = 0,278 t 1 v m
.................................(2.33)
keterangan:
d 1 = Jarak yang ditempuh kendaraan yang hendak menyiap selama waktu reaksi
dan waktu membawa kendaraannya yang hendak membelok ke lajur kanan.
t 1 = Waktu reaksi, yang besarnya tergantung dari kecepatan yang dapat ditentukan
dengan korelasi t 1 = 2,12 + 0,026 V.
m = Perbedaan kecepatan antara kendaraan yang menyiap dan yang disiap
m = 15 km/jam.
V = Kecepatan rata-rata yang kendaraan yang menyiap, dalam perhitungan dapat
diaanggap sama dengan kecepatan rencana km/jam.
a
d2
= 0,278 v t 2
.................................(2.34)
dimana:
d2 = jarak yang di tempuh selama kendaraan yang menyiap berada pada jalur
kanan.
t2 = waktu dimana kendaraan yang menyiap berada pada lajur kanan yang dapat
ditentukan dengan mempergunakan korelasi t2 = 6,56 + 0,048 V
d3 = diambil 30 100 meter
d4 = 2/3 d2
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |17
d minimum =
2
d2 + d3+ d4
3
.................................(2.35)
R'
R'
R'
R'
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |18
Garis
AB = garis pandangan
Lengkung
AB = jarak pandangan
m = jarak dari penghalang ke lajur sebelah dalam (m)
2
2 R '
360
S =
R'
90
=
=
......................................(2.36)
......................................(2.37)
90 S 90 D S D S
R'
1432,39
50
90 S 28,65 S
R'
R'
......................................(2.38)
m = R' (1 - cos )
m =
1432,39
DS
1 cos
D
50
28,65 S
m = R' 1 cos
R'
...........................................(2.39)
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |19
1)
A
g2
EV
h2
h1
d1
PLV
d2
PTV
S
LV
Gambar 2.5. Jarak Pandangan pada Lengkung Vertikal Cembung (S < L).
100
A S2
2h1 2h2
.................................(2.40)
Bina
Marga, dimana :
h1 = 10 cm = 0,10 meter
h2 = 120 cm = 1,20 meter
maka :
L=
L=
100
A S2
2h1 2h2
A S2
C A S2
399
.................................(2.41)
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |20
maka :
L=
100
L=
A S2
2h1 2h2
................................(2.42)
A S2
C A S2
960
.................................(2.43)
Tabel 2.1. Nilai C untuk beberapa h1 dan h2 berdasarkan AASTHO dan Bina Marga.
AASTHO '90 Bina Marga '90
JPH
JPM
JPH
JPM
1,07
1,07
1,20
1,20
0,15
1,30
0,10
1,20
Konstanta C
404
946
399
960
JPH
JPM
1)
PLV
PTV
E
m1
g1 %
E
PPV
g2 %
A
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |21
m
S
E
L
E=
A L
800
800 m
S
A L
L
2
L =
S2 A
S2 A
dan m =
\
800 m
800 L
Jika jarak bebas dari bagian bawah bangunan atas kejalan adalah C, maka:
m= C
L =
S2 A
h h
C 1 2
800 L
2
h1 h2
2
S2 A
(800 C ) 400 (h1 h2 )
...........................................(2.44)
A S 2
3480
...........................................(2.45)
S
L
PLV
E
g1 %
E
PPV
PTV
g2 %
Gambar 2.7. Jarak Pandangan pada Lengkung Vertikal Cekung (S > L).
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |22
L 2 E
S 1
m
L 2 2 E
A L
800
E=
L = 2S -
m= C
h1 h2
2
(800 C ) 400(h1 h2 )
A
...........................................(2.46)
3480
A
......................................(2.47)
1
2
2
2
B Rc p A b p A
2
.......(2.48)
Rc
0,105V
R
64 1,25 64
2
Rc 64 1,25 ...............(2.49)
2
...........(2.50)
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |23
Bt = n.(B+C)+Z.............(2.51)
b = Bt Bn..........(2.52)
Keterangan :
Rc
Z
= kecepatan, km/jam
= radius lengkung,m
Bn
Bt
= PxL
dengan:
A
= panjang (m)
= lebar (m)
b. Luas segitiga
A
= axt
dengan:
A
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |24
c. Luas trapesium
A
= (a + b) x t
dengan:
A
d. Interpolasi
Nilai interpolasi merupakan perbandingan segitiga, Seperti diperlihatkan pada
gambar 2.8 di bwah ini :
T im b u n a n
= (L-x) : x
ax
ax + bx
= b. L b . x
= b. L
(a + b)x = b. L
x
bxL
ab
.......................................(2.53)
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |25
T
TS
d1
Lc
TC
CT
SC
CS
ST
Ts
d2
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I | 26
BAB III
PENCARIAN TRASE
3.1
Perencanaan Trase
Keadaan gunung
2.
26
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |27
Langkah awal dari pencarian trase dimulai dengan cara menarik garis
rencana yang agak sejajar dengan garis contour supaya diperoleh kelandaian yang
kecil, Menurut Bina Marga kelandaian maksimal 10%. Selanjutnya juga
diperhatikan jumlah tikungan serta jarak lintasan yang diperoleh. Setelah
diperoleh lintasan dengan berbagai kriteria diatas, perlu diperhatikan lagi volume
cut dan fill yang terjadi. Dalam hal ini disarankan agar penimbunan tidak
dilakukan pada tanjakan dan tidak lebih dari 4 meter. Pemilihan yang terakhir
didasarkan pada kelandaian, tanjakan, jumlah tikungan, jarak tempuh, dan volume
cut dan fill. Diusahakan agar pemilihan dapat seekonomis mungkin.
3.2
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa trase yang dipilih hendaknya
memenuhi syarat-syarat di atas. Berdasarkan pemilihan trase ini dapat
disimpulkan bahwa untuk memilih trase yang lebih ekonomis tidak dapat hanya
berpedoman pada panjangnya trase. Trase terpendek belum tentu merupakan yang
paling ekonomis. Berdasarkan pertimbangan tersebut, dipilih trase rencana dengan
medan yang relatif tidak memerlukan pekerjaan tanah yang besar dan jarak yang
tidak terlalu panjang. Pemilihan trase didasarkan pada trial dan error.
3.3
Perhitungan Trase
x = 788102
y = 671531
x = 788503
y = 671783
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |28
x = 788953
y = 671600
x = 789200
y = 671400
Titik P koordinat
x = 789400
y = 671155
d Y PI1 =
=
( xPI 1 xY ) 2 ( yPI 1 yY ) 2
(788503 788102) 2 (671783 671531) 2
= 473,61 m
d PI1 PI2 =
=
= 485,79 m
d PI2 PI3 =
=
= 317,82 m
d PI3 P =
=
( xP xPI 3 ) 2 ( yP yPI 3 ) 2
= 316,27 m
PI1 = arctan
= arctan
x
y
( xPI 2 xPI 1 )
( xPI 1 xY )
arctan
( yPI 2 yPI 1 )
( yPI 1 yY )
(788953 788503)
(788503 788102 )
arctan
(671600 671783)
(671783 671531)
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |29
= 54,28
= 54 16 48
PI2 = arctan
= arctan
( xPI 3 xPI 2 )
( xPI 2 xPI 1 )
arctan
( yPI 3 yPI 2 )
( yPI 2 yPI 1 )
(789200 789953 )
(788953 788503 )
arctan
(671400 671600 )
(671600 671783 )
= 16,87
= 16 52 12
PI3 = arctan
= arctan
( xP xPI 3 )
( xPI 3 xPI 2 )
arctan
( yP yPI 3 )
( yPI 3 yPI 2 )
(789400 789200 )
(789200 788953 )
arctan
(671155 671400 )
(671400 671600 )
= 11,78
= 11 46 48
h
x 100 %
I
Dimana :
h = beda tinggi permukaan jalan
I = jarak antara 2 (dua) titik
: 206
: 210
: 473,61 m
i (Y PI1) =
210 206
x100 % = 0,84 % (+) < 10 % (aman)
473,61
: 210
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |30
: 207
: 485,79 m
i (PI1 PI2) =
207 210
x100 % = 0,62% (-) < 10 % (aman)
485,79
: 207
: 202,5
: 317,82 m
i (PI2 PI3) =
202,5 207
x100 % = 1,428% (-) < 10 % (aman)
317,82
: 200,5
: 202,5
: 316,27 m
i (PI3 P) =
202,5 200,5
x100 % = 0,617 % (-) < 10 % (aman)
316,27
PI1
I=
I=
0,8
4%
-0,6
2%
PI2
I=
-1
,4
3
PI3
I=
%
2
,6
-0
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |31
Dari nilai tanjakan dan penurunan yang diperoleh, kelihatan bahwa lintasan
memenuhi syarat. Namun masih harus di cek beberapa titik kritis diantara titik
lintasan tersebut:
Menentukan titik kritis
Titik K1
Elevasi muka tanah = 207
Elevasi muka jalan
= 206,336 - 207
= 0,664 m (-) < 8 m, aman
Titik K2
Elevasi muka tanah = 208
Elevasi muka jalan
= 206,672 - 208
= 1,328 m (-) < 8 m, aman
Titik K3
Elevasi muka tanah = 209
Elevasi muka jalan
= 207,008 - 209
= 1,192 m (-) < 8 m, aman
Titik K4
Elevasi muka tanah = 210
Elevasi muka jalan
= 207,441 - 210
= 2,589 m (-) < 8 m, aman
Titik K5
Elevasi muka tanah = 211
Elevasi muka jalan
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |32
= 208,067 - 211
= 2,934 m (-) < 8 m, aman
Titik K6
Elevasi muka tanah = 211
Elevasi muka jalan
= 208,822- 211
= 2,172 m (-) < 8 m, aman
Titik K7
Elevasi muka tanah = 210
Elevasi muka jalan
= 208,685 - 210
= 1,315 m (-) < 8 m, aman
Titik K8
Elevasi muka tanah = 209
= 208,141 m
Dengan demikian ada galian sebesar
= 208,141 - 209
= 0,859m (-) < 8 m, aman
Titik K9
Elevasi muka tanah = 208
Elevasi muka jalan
= 207,567 - 208
= 0,433 m (-) < 8 m, aman
Titik K10
Elevasi muka tanah = 206
Elevasi muka jalan
= 206,136 - 206
= 0,136 m
< 4 m, aman
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |33
Titik K11
Elevasi muka tanah = 205
Elevasi muka jalan
= 205,074 - 205
= 0,074 m
< 4 m, aman
Titik K12
Elevasi muka tanah = 204
Elevasi muka jalan
= 204,069 - 204
= 0,069 m
< 4 m, aman
Titik K13
Elevasi muka tanah = 203
Elevasi muka jalan
= 203,007 - 203
= 0,007 m
< 4 m, aman
Titik K14
Elevasi muka tanah = 202
Elevasi muka jalan
= 202,236 - 202
= 0,236 m
< 4 m, aman
Titik K15
Elevasi muka tanah = 201
Elevasi muka jalan
= 201,072 - 201
= 0,072 m
< 4 m, aman
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |34
Elevasi (m)
206
Jalan
Kedalaman (m)
Galian Timbunan
Pias
Titik
Kritis
YPI1
k1
40
0.845
207.000
206.338
0.662
0.000
k2
k3
k4
k5
k6
3.95
6.4
8.4
12.3
16.8
79
128
168
246
336
0.845
0.845
0.845
0.845
0.845
208.000
209.000
210.000
211.000
211.000
206.667
207.081
207.419
208.078
208.838
1.333
1.919
2.581
2.922
2.162
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
PI1PI2
k7
10.65
213
-0.618
210.000
208.685
1.315
0.000
k8
k9
15.05
19.7
301
394
-0.618
-0.618
209.000
208.000
208.141
207.567
0.859
0.433
0.000
0.000
PI2PI3
k10
3.05
61
-1.416
206.000
206.136
0.000
0.136
PI3P
k11
k12
k13
6.8
10.35
14.1
136
207
282
-1.416
-1.416
-1.416
205.000
204.000
203.000
205.074
204.069
203.007
0.000
0.000
0.000
0.074
0.069
0.007
k14
2.1
42
-0.629
202.000
202.236
0.000
0.236
k15
11.35
227
-0.629
201.000
201.072
0.000
0.072
Kemiringan
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |35
BAB IV
PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL
4.1
Alinyemen Horizontal
: Kelas III
Kecepatan Rencana
: 60 km/jam
Lebar perkerasan
: 2 x 3,75 m
: 2 x 1,5 m
:2%
:4%
: 10 %
Kemiringan Talud
:1:2
v2
60 2
112,04m
127(0,1 0,153)
Rmin
= 127(emaks f maks )
Dmax
112 ,04
= - 0,00065 V + 0,192
= 0,153
Dari peta topografi, trase jalan yang direncanakan merupakam trase jalan
alternative I yang terdapat tiga tikungan horizontal yaitu :
1. Lengkung horizontal A : PI1 = 54,276
2. Lengkung horizontal B : PI2 = 16,868
3. Lengkung horizontal C : PI3 = 11,777
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |36
V = 60 Km/Jam
Direncanakan jari-jari Rc = 286 m
Melalui tabel 4.7 (silvia : 113) diperoleh: e = 0,064 dan Ls = 50 m
Besar Sudut Spiral
Ls 90 50 90
5,008
R 286
= 54,276, - (2 x 5,008)
= 44,263
Panjang lengkung circle
Lc
c
44,263
2Rc
2 286 220,946 m
360
360
L = Lc + 2 Ls
= 220,946 + (2 50)
= 320,946 m
Ls 2
Rc(1 coss)
6 Rc
50 2
286(1 cos 5,008)
6 286
= 0,364 m
K Ls
= 50
Ls 3
Rc sin s
40 Rc 2
50 3
286 sin 5,008
40 286 2
= 24,993 m
YOGI PERMANA (1204101010046)
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |37
Ts = ( Rc + P) tg 1/2 + k
= (286 + 0,364) tg 54,276 + 24,993
= 171,7893 m
Es = (Rc + P) sec - Rc
= (286 + 0,364) sec 54,276 286
= 35,7958 m
Kontrol :
L< 2 Ts
320,946 m < (2 x 171,7893) m
320,946 m < 343,5786 m (Benar)
TS
=17
1 ,7
89
? =54,28
Es = 35,796 m
TS
SC
CS
Lc = 220,946 m
44,263
ST
5.008
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |38
Ls = 50 M
TS
Ls = 50 M
Lc = 220,946
SC
CS
ST
E MAKS = 6.4%
2%
0%
2%
2%
2%
2%
6.4
E MAKS = 6.4%
6.4
6.4%
2%
2%
3,75 m
3,75 m
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |39
= 60 km/jam
e max = 0,1
= 16,868
Tc = 716 tan
1
16,868
2
Tc = 106,177 m
Ec = Tc tan
Ec = 106,177 m tan
1
16,868
4
Ec = 7,830 m
Lc = 0,01745 Rc
Lc = 0,01745 16,868 716
Lc = 210,777 m
Landai relatif =
(3,75)(0,02 0,029)
= 0,0037
50
/ (
,
=
=
50 (x + 2) = 183,75
X
= 1,675 %
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |40
P I2
1 0 6 ,1 8
TC
1 6 ,8 7
E c = 7 ,8 3
CT
L c = 2 1 0 ,7 7 7 m
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |41
Ls = 50 M
3
4
1
4
Ls
Ls = 50 M
Lc = 210,777 m
Ls
TC
CT
E MAKS = 2.9%
1,675%
0%
2%
2%
2%
1,675%
2%
2,9
2,9
2,9
2%
0%
2,9
2%
2%
2%
2,9%
2%
2%
3,75 m
3,75 m
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |42
= 60 km/jam
e max = 0,1
= 11,777
Tc = 955 tan
1
11,777
2
Tc = 98,521 m
Ec = Tc tan
Ec = 98,521 m tan
1
11,777
4
Ec = 5,068 m
Lc = 0,01745 Rc
Lc = 0,01745 11,777 955
Lc = 196,311 m
Landai relatif =
(3,75)(0,02 0,023)
= 0,0032
50
/ (
,
=
=
50 (x + 2) = 161,25
X
= 1,225 %
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |43
PI2
98 ,5 21
TC
Ec =5,07
11,78
CT
Lc = 196,311 m
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |44
Ls = 50 M
3
4
1
4
Ls
Ls = 50 M
Lc = 196,311 m
Ls
TC
CT
E MAKS = 2.3%
1,225%
0%
2%
2%
2%
1,225%
2%
2,9
%
2,9
%
2,9
%
2%
0%
2,9
%
2%
2%
2%
2,3%
2%
2%
3,75 m
3,75 m
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |45
4.1.4
STA TS1
STA SC1
= STA TS1 + Ls
= 301,8207 + 50
= 361,8207 m atau 0+ 361,8207 m
STA ST1
P e r e n c a n a a n K o n s t r u k s i J a l a n R a y a I |46
STA CT2
Dari semua tikungan yang sudah dihitung, dimuat dalam suatu tabel sebagai
berikut :
PI
STA
X
Y
VR
Rc
Ls
s
c
Ts
Tc
Es
Ec
Lc
L
e
Jenis
Lengkung
1
473,61 m
788503
671783
54
60 km/jam
286 m
50 m
5,008
44,263
171,789 m
35,796 m
220,946 m
320,946 m
6,4%
2
959,40 m
788953
671600
17
60 km/jam
716 m
50 m
106,177 m
7,830 m
210,777 m
2,9%
3
1277,92 m
789200
671400
12
60 km/jam
955 m
50 m
98,521 m
5,068 m
196,311 m
2,3%
SCS
FC
FC
| 47
BAB V
PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL
5.1
Titik Y ke PPV1
elevasiPPV1 elevasiY
jarak
g1 =
g1 =
211,7 206
2,21%
257,5
elevasiPPV 2 elevasiPPV1
jarak
g2 =
g2 =
208,5 211,7
0,69%
462,5
| 48
elevasiPPV 3 elevasiPPV 2
jarak
g3 =
207,4 208,5
0,37%
298
elevasiPPV 4 elevasiPPV 3
jarak
g4 =
200,2 207,4
1,79%
402
5.1.2
g5 =
elevasiP elevasiPPV
jarak
g5 =
200,5 200,2
0,17%
173,48
PLV
PPV1
g1= 2.21 %
STA
0 + 237,5
10.00
STA
0 + 257,5
10.00
PTV
g2= -0.69 %
STA
0 + 277,5
10.00
10.00
g1
= 2,21 %
g2
= -0,69 %
= | g1 - g2 | = 2,21 % (-0,69) %
= 2,90 %
| 49
A Lv 2,90 40
= 0,145 m
800
800
= PPV1 .Lv
= (0 + 257,5) 20
= 0 + 237,5 m
= STA 0 + 257,5
= 0 + 257,5 m
= PPV + .Lv
= (0 + 257,5) + 20
= 0 + 277,5m
Ax
Persamaan umum, lengkung vertikal : y =
200L
2.9 10
Sta 0 + 247,5 : x = 10 ; y =
200 40
0,036 m
2.9 20
PPV, Sta 0 +257,5
: x = 20 ; y =
Sta 0 + 267,5 : x = 10 ; y =
PTV, Sta 0 + 277,5 : x = 0
200 40
2.9 10
| 50
0,145 m
200 40
0,036 m
; y=0
5.1.3
| 51
PLV
g1= -0.69 %
STA
0 + 700
PPV2
g2= -0.37 %
STA
0 + 720
10.00
10.00
PTV
STA
0 + 740
10.00
10.00
g1
= -0,69 %
g2
= -0,37 %
A Lv 0,32 40
= 0,016 m
800
800
= PPV .Lv
= (0 + 720) 20
= 0 + 700
PPV
| 52
= STA 0 + 720
= 0 + 720
PTV
= PPV + .Lv
= (0 + 720) + 20
= 0 + 740
Ax
Persamaan umum, lengkung vertikal : y =
200L
: x=0
; y=0
0,32 10
Sta 0 + 710
: x = 10
; y=
0,32 20
PPV, Sta 0 + 720
: x = 20
; y=
: x = 10
; y=
: x=0
; y=0
200 40
0,32 10
Sta 0 + 730
0,004 m
200 40
0,016 m
200 40
0,004 m
| 53
PLV
PPV3
g1= -0.37 %
STA
0 + 998
g2= -1.79 %
STA
1 + 018
10.00
10.00
PTV
STA
1 + 038
10.00
10.00
g1
= -0,37 %
g2
= -1,79 %
=| g1 - g2 | = -0,37-(-1,79)
| 54
= 1,42 %
A Lv 1,42 40
= 0,071 m
800
800
= PPV .Lv
= (1+018) 20
= 0+998
PPV
= STA 1 + 018
= 1 + 018
PTV
= PPV + .Lv
= (1 + 018) + 20
= 1 + 038
| 55
Ax
Persamaan umum, lengkung vertikal : y =
200L
: x=0
; y=0
1, 42 10
Sta 1+008
: x = 10
;y =
0,018 m
200 40
1, 42 20
: x = 20
; y=
200 40
1, 42 10
Sta 1 + 028
PTV, Sta 1 + 038
: x = 10
; y
: x=0
; y=0
0,071 m
200 40
0,018 m
| 56
PLV
PPV4
g1= -1.79 %
STA
1 + 400
g2= 0.17 %
STA
1 + 420
10.00
10.00
PTV
STA
1 + 440
10.00
10.00
g1
= -1,79 %
g2
= +0,17 %
A Lv 1,96 40
= 0,098 m
800
800
= PPV .Lv
= (1 + 420) 20
= 1 + 400
| 57
= (1 + 420) - (40)
= 1 + 410
PPV
= STA 1 + 420
= 1 + 420
PTV
= PPV + .Lv
= (1 + 420) + 20
= 1 + 440
Ax
Persamaan umum, lengkung vertikal : y =
200L
: x=0
; y=0
1,96 10
Sta 1 + 410
: x = 10
; y=
200 40
1,96 20
: x = 20
; y=
Sta 1 + 430
PTV, Sta 1 + 440
200 40
1,96 10
: x = 10
; y=
: x=0
; y=0
0,025 m
0,098 m
200 40
0,025 m
| 58
g1
(%)
2.21
-0.69
-0.37
-1.79
g2
(%)
-0.69
-0.37
1.79
0.17
A(g1-g2)
(%)
2,90
-0.32
1.42
-1.62
V
(km/jam)
60
60
60
60
Lv
(m)
40
40
40
40
Ev
(m)
0,145
0,016
0,071
0,081
5.2
| 59
S=
S=
L
CA
40
399 2,9
S = 0,186 m
(S < L) berarti tidak memenuhi
Maka direncanakan S >L ;
=2
2 =
399 + ( . )
2
399 + (2,9 40)
=
2 2,9
=
399
399
L=
| 60
A S2
C A S2
960
S=
L
CA
S=
40
960 2,9
S = 0,120 meter
= 0,120
< L = 40 m
=2
=
960
960
+
960 + ( . )
2
960 + (2,9 40)
=
2 2,9
=
120 + 3,5
4
2
1=
+ 4
2
| 61
S1 = 469,452 m
2=
4
2
S2 = 31,952 m
120 + 3,5
120 + 3,5
2
S=
S=
L
CA
40
399 1,42
S = 0,266 meter
(S < L) berarti tidak memenuhi
Maka direncanakan S >L ;
=2
2 =
=
399
399
399 + ( . )
2
YOGI PERMANA (1204101010046)
| 62
A S2
C A S2
960
S=
L
CA
S=
40
960 1,42
S = 0,171 meter
= 0,171
< L = 40 m
=2
=
960
960
+
960 + ( . )
2
960 + (1,42 40)
=
2 1,42
=
120 + 3,5
YOGI PERMANA (1204101010046)
| 63
4
2
1=
+ 4
2
2=
4
2
S1 = 96,743 m
S2 = 25,314 m
120 + 3,5
120 + 3,5
2
| 64
STA Y
0 + 000 m
STA PLV1
0 + 237,5 m
STA PPV1
0 + 257,5 m
STA PTV1
0 + 277,5 m
STA TS1
0+301,8207 m
STA SC1
0+361,8207 m
STA PI1
0+473,61 m
STA CS1
0+595,3993 m
STA TS1
0+645,3993 m
STA PLV2
0 + 700 m
STA PPV2
0 + 720 m
STA PTV2
0 + 740 m
STA TC2
0+853,223 m
STA PI2
0+959,40 m
STA PLV3
0 + 998 m
STA PPV3
1 + 018 m
STA PTV3
1 + 038 m
STA CT2
1+065,577 m
STA TC3
1+178,699 m
STA PI3
1+277,92 m
STA CT3
1+376,441 m
STA PLV4
1 + 400 m
STA PPV4
1 + 420 m
STA PTV4
1 + 440 m
STA P
1 + 593 m
| 65
BAB VI
PERHITUNGAN GALIAN (CUT) DAN TIMBUNAN (FILL)
Dari sketsa jalan, lampiran gambar halaman 1, dapat dilihat bagian jalan yang
terletak pada bagian galian dan timbunan. Pada jalan yang terletak pada bagian
umpamanya, bagian yang tersambung dapat dicari volumenya secara menyeluruh. Seperti
bagian antara titik awal (B) dengan titik perpotongannya muka tanah dengan rencana
lintasan jalan, dicari dulu luas luas tampang melintang, volume adalah luas tampang
dikalikan jarak antara kedua penampang, apabila diantarai oleh dua luas tampang yang
tertentu maka harus dicari luas tampang melintang rata-rata dan dikalikan jarak antara
kedua penampang yang bersangkutan.
Lain halnya bila ruas yang harus dicari diantarai oleh dua tampang yang berbeda,
yang satu galian dan yang satu timbunan. Maka harus dicari titik potong muka tanah
dengan permukaan jalan, atau batas antara galian dan timbunan seperti pada gambar di
bawah ini.(gambar 5.1)
a : b = ( L- x )
( a+b) x = b.L
ax
x=
= b.L - b.x
bxL
ab
ax + bx = b.L
| 66
Dengan demikian dapat diketahui panjang bagian galian dan timbunan, sehingga
dapat dicari volumenya.
Penampang jalan yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 6.2 di bawah ini.
2
= 2 x 3.75 meter
= 2%
= 2 x 1.5 meter
= 4%
Lebar talud
= 0.5 meter
Tinggi talud
= 1 meter
Kemiringan Talud
= 1: 2
205,865
205,925
205,925
205,865
204,865
0,5
VIII
204,865
1,5
3,75
3,75
1,5
0,999
STA 0 + 000
Galian :
0.5
x
2
II
= 1.121 x
III
IV
1.121
0.5
0.280
m2
0.561
m2
0.5
0.311 m2
1.5
0.141 m2
1.121 + 0.122
x
2
0.122 + 0.066
=
x
2
0,5
20
6,0
08
20
6,0
07
VII
1,128
0,122
III
II
VI
1,135
II
1,121
1,121
0,134
0,081
206,00
20
6,0
06
0,066
IV
20
6,0
04
20
5,9
96
20
5,9
94
20
5,9
92
20
5,
99
3
( STA 0 + 000 )
VI
VII
VIII
IX
0.066 x 3.75
=
2
0.081 x 3.75
=
2
0.081 + 0.134
x
2
0.134 + 1.135
x
2
1.135 + 1.128
x
2
1.128 x 0.5
=
2
=
0.124
m2
0.152
m2
1.5
0.161 m2
0.5
0.317 m2
0.5
0.566 m2
0.282
m2
2.894
m2
| 67
206,665
206,725
206,725
VI
206,665
VII
205,665
0,5
20
7,0
69
1
20
7,0
76
9
20
7,0
58
1
20
7,0
41
5
V
1,397
1,262
1,256
III
II
0,388
0,316
206,80
IV
| 68
1,392
0,227
0,268
20
7.0
0
20
6,9
39
4
20
6,9
20
7
20
6,
92
79
( STA 0 + 040 )
20
6,9
56
7
VIII
205,665
1,5
3,75
3,75
1,5
0,999
STA 0 + 40
Galian :
I
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
0.5
x
2
1.255
1.255 +
2
1.262 +
2
0.268 +
2
0.227 +
2
0.200 +
2
0.316 +
2
0.388 +
2
1.392 +
1.262
0.268
0.227
0.200
0.316
0.388
1.392
1.397
2
1.397 x
2
0.5
0.314
m2
0.5
0.629 m2
0.5
0.383 m2
1.5
0.371 m2
3.75
0.801 m2
3.75
0.968 m2
1.5
0.528 m2
0.5
0.445 m2
0.5
0.697 m2
0.349
m2
5.484
m2
0,5
207,525
207,465
VII
VIII
0,999
206,465
0,5
20
8,0
69
1
20
8,0
78
0
20
8,0
58
1
20
8,0
41
5
207,525
VI
1,597
207,465
1,592
II
1,462
1,456
III
II
0,516
207,60
IV
| 69
0,586
0,427
0,468
20
8.0
0
20
7,9
39
4
20
7,9
19
5
20
7,9
27
9
( STA 0 + 080 )
20
7,9
56
7
206,465
1,5
3,75
3,75
1,5
STA 0 + 80
Galian :
I
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
0.5
x
2
1.456
1.456 +
2
1.462 +
2
0.468 +
2
0.427 +
2
0.400 +
2
0.516 +
2
0.586 +
2
1.592 +
2
1.597 x
2
1.462
0.468
0.427
0.400
0.516
0.586
1.592
1.597
0.5
0.364
m2
0.5
0.730 m2
0.5
0.483 m2
1.5
0.671 m2
3.75
1.551 m2
3.75
1.718 m2
1.5
0.827 m2
0.5
0.545 m2
0.5
0.797 m2
0.399
m2
8.083
m2
0,5
208,725
208,725
VI
208,665
207,665
0,5
20
9,0
69
1
20
9,0
76
9
20
9,0
58
1
20
9,0
41
5
V
VII
1,397
1,262
1,256
208,665
0,388
0,316
208,80
IV
III
II
II
| 70
1,392
0,227
0,268
20
9.0
0
20
8,9
39
4
20
8,9
20
7
20
8,
92
79
( STA 0 + 128 )
20
8,9
56
7
VIII
207,665
1,5
3,75
3,75
1,5
STA 0 + 128
Galian :
I
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
0.5
x
2
1.256
1.256 + 1.262
x
2
1.262 + 0.268
x
2
0.268 + 0.227
x
2
0.227 + 0.2
x
2
0.2 + 0.316
x
2
0.316 + 0.388
x
2
0.388 + 1.392
x
2
1.392 + 1.397
x
2
1.397 x 0.5
=
2
=
0.314
m2
0.5
0.630 m2
0.5
0.383 m2
1.5
0.371 m2
3.8
0.801 m2
3.8
0.968 m2
1.5
0.528 m2
0.5
0.445 m2
0.5
0.697 m2
0.349
m2
5.485
m2
0,999
0,5
209,625
VI
209,565
208,565
0,5
VII
1,497
209,625
1,492
1,356
1,35
II
IV
III
II
209,565
0,486
0,416
209,70
I
21
0,0
58
1
0,323
0,362
21
0,0
41
5
21
0.0
0
20
9,9
52
8
20
9,9
33
9
20
8,9
12
9
20
8,9
21
3
( STA 0 + 168 )
21
0,0
69
1
21
0,0
76
9
| 71
VIII
208,565
1,5
3,75
3,75
1,5
STA 0 + 168
Galian :
I
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
X
0.5
1.35
1.356
0.362
0.323
0.3
0.416
x
2
+
2
+
2
+
2
+
2
+
2
+
2
1.35
1.356
0.362
0.323
0.3
0.416
0.486
0.338
m2
0.5
0.677 m2
0.5
0.430 m2
1.5
0.514 m2
3.8
1.168 m2
3.8
1.343 m2
1.5
0.677 m2
0.5
0.495 m2
0.5
0.747 m2
0.486 + 1.492
x
2
1.492 + 1.497
=
x
2
1.497 x 0.5
=
=
2
0.374
m2
6.760
m2
0,999
0,5
| 72
3,75
21
1,
21 051
1,0 2
54
0
210.365
1,5
3,75
X
IX
0,68
VIII
0,675
21
0,9
54
0,394
0,278
1,5
211,365
VII
21
1,0
30
7
0,476
21
1,0
44
4
211,425
VI
III
II
210.365
0,274
IV
0,558
0,552
211,50
211,425
211,365
21
1.0
0
21
0,
21 925
0,9 8
32
2
21
0,9
32
8
( STA 0 + 246 )
0,999
0,341
1,664
1,719
0,331
STA 0 + 246
Galian :
I
II
III
VIII
IX
0.274 x
2
0.552 +
2
0.558 x
2
0.331 +
2
0.675 +
2
0.68 x
2
0.552
0.558
0.278
0.675
0.68
0.341
m2
0.076
0.5
0.078
m2
0.112
m2
0.5
0.116
m2
0.997
m2
1.5
+ 1.719 x
2
= 0.476 + 0.5 x
2
= 0.5 + 0.394 x
0.278 m2
m2
0.339 m2
0.476 =
0.766 m2
3.750 =
1.830 m2
3.750 =
1.676 m2
0.394 =
0.623 m2
2
VII
1.5
+ 1.664 x
2
=
4.896
m2
| 73
0,073
VII
211,025
209.065
0,5
VIII
IX
209.065
1,5
3,75
3,75
1,5
STA 0 + 336
Galian :
I
II
III
VII
VIII
IX
0.5
0.967
0.972
1.5
1.077
1.077
1.081
x
2
+
2
x
2
x
2
x
2
+
2
x
2
0.967
0.972
0.5
0.073
0.5
1.081
0.341
1.5
x
2
= 0.067 +
2
= 0.1
x
2
0.067
0.1
3.75
m2
0.242
0.5
0.243
m2
0.055
m2
0.269
m2
0.5
0.184
m2
2.017
m2
0.050
m2
3.750 =
0.188
m2
0.551
m2
0.485 m2
0.540 m2
0.313 m2
0,999
0,5
21
1,0
57
7
21
1,0
44
6
21
1,0
53
1
21
1,0
31
9
210,965
1,081
III
VI
1,077
0,972
0,967
I
II
211,10
0,067
211,025
21
0,9
54
210,965 IV
21
1.0
0
21
0,9
32
8
21
0,9
25
8
21
0,9
32
2
( STA 0 + 336 )
| 74
21
0,6
68
7
21
0,6
77
6
0,085
21
0,6
57
8
21
0,6
37
9
21
0.6
0
21
0,5
39
6
21
0,5
21
3
21
0,4
98
9
21
0,5
06
3
( STA 0 + 472 )
VI
210,20
209,741
VII
X
VIII
1,788
210,259
1,782
210,319
0,777
II
0,995
0,987
III
I
0,7
IV
209,681
IX
209,319
208,681
0,5
1,5
STA 0 +
3,75
3,75
1,5
0,999
472
Galian :
I
II
III
IV
VI
VII
VIII =
IX
0.5
0.987
0.995
0.085
0.085
0.400
0.700
0.777
1.782
1.788
x
2
+
2
x
2
x
2
+
2
+
2
+
2
+
2
+
2
x
2
0.987
0.995
0.5
1.5
0.400
0.700
0.777
1.782
1.788
0.5
0.247
m2
0.5
0.496 m2
0.249
m2
0.064
m2
3.75
0.909 m2
3.75
2.063 m2
1.5
1.108 m2
0.5
0.640 m2
0.5
0.893 m2
0.447
m2
7.114
m2
0,5
| 75
21
0,1
88
0
21
0,1
55
5
21
0,1
30
6
21
0,0
93
3
21
0.0
0
20
9,9
32
4
20
9,9
05
3
20
9,8
87
3
20
9,8
66
6
( STA 0 + 686 )
VIII
208,70
208,565
208,625
208,625
208,565
207,565
1,147
IX
2,584
1,56
1,468
1,302
IV
VII
2,571
II
VI
2,324
2,316
1,326
X
III
II
207,565
1,5
3,75
1,5
3,75
0,999
STA 0 + 686
Galian :
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
1.147 x
2
2.316 +
=
2
2.324 +
=
2
1.326 +
=
2
1.302 +
=
2
1.300 +
=
2
1.468 +
=
2
1.56 +
=
2
2.571 +
=
2
2.584 x
=
2
=
2.316
2.324
1.326
1.302
1.300
1.468
1.56
2.571
2.584
1.308
1.328
m2
0.5
1.160 m2
0.5
0.913 m2
1.5
1.971 m2
3.75
4.879 m2
3.75
5.190 m2
1.5
2.271 m2
0.5
1.033 m2
0.5
1.289 m2
1.690
m2
21.723
m2
1,308
| 76
II
VI
208,20
VIII
208,125
208,125
208,065
207,065
0,9
IX
207,065
1,5
3,75
1,5
3,75
0,999
STA 0 + 774
Galian :
I
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
0.9
x
2
1.827
1.827 +
2
1.825 +
2
0.833 +
2
0.802 +
2
0.800 +
2
0.968 +
2
1.06 +
2
2.071 +
2
2.084 x
2
1.825
0.833
0.802
0.800
0.968
1.06
2.071
2.084
1.055
0.822
m2
0.5
0.913 m2
0.5
0.665 m2
1.5
1.226 m2
3.75
3.004 m2
3.75
3.315 m2
1.5
1.521 m2
0.5
0.783 m2
0.5
1.039 m2
1.099
m2
14.386
m2
1,055
20
9,1
88
0
20
9,1
30
6
20
9,1
43
1
20
9,1
55
5
VII
1,06
20
9,0
93
3
0,968
2,084
208,065
20
9.0
0
20
8,9
32
3
0,833
IV
2,071
1,825
1,827
III
0,802
20
8,
88
73
20
8,8
96
3
20
8,8
98
1
20
8,8
67
0
( STA 0 + 774 )
| 77
0,79
VI
II
207,791
207,731
1,937
X
XII
XI
207,069
206,731
0,5
1,5
3,75
1,5
3,75
1,016
STA 0+ 867
Galian :
I
II
III
VII
VIII
IX
X
XI
XII
0.5
x
2
0.79 +
=
2
0.801 x
=
2
0.1
x
=
2
0.1 +
=
2
0.292 +
=
2
0.378 +
=
2
1.389 +
=
2
1.4
x
=
2
=
0.79
0.801
0.5
1.937
0.292
0.378
1.389
1.4
0.5
m2
0.198
0.5
0.200
m2
0.097
m2
0.398 m2
3.75
0.735 m2
1.50
0.503 m2
0.5
0.442 m2
0.5
0.697 m2
0.350
m2
3.619
m2
= 0.097 x 0.187
=
0.009
m2
2
= 0.187 + 0.094 x 1.500 = 0.211 m2
2
VI
= 0.094 x
2
1.81
0.085
m2
0.305
m2
0,5
20
8,1
72
3
20
8,1
16
1
20
8,1
27
2
20
8,1
38
2
IX
VIII
207,90
1,81
0,378
0,292
VII
1,4
III
20
8,0
82
9
0,094
208,009
V
1,389
0,097
20
8.0
0
0,187
208,069
IV
20
7,9
15
3
20
7,8
49
20
9
7,8
58
8
20
0,801
7,8
7
2
20
07 01
7,8
,87
81
92
4
( STA 0 + 867 )
| 78
( STA 0 + 959 )
0,5
207,431
0,107
0,197
0,16
0,354
0,448
VIII
VII
IX
0,919
207,491
0,4
0,584
VI
III
206,769
0,152
0,909
II
207,60
20
7,
20
207,709
0,316
0,306
IV
0,674
207,769
XI
206,431
1,5
3,75
3,75
1,5
STA 0+ 959
Galian :
I
II
III
IX
XI
0.152 x
2
0.306 +
2
0.316 x
2
0.448 x
2
0.909 +
2
0.919 x
2
0.306
0.316
0.16
0.909
0.919
0.5
m2
0.023
0.5
0.025
m2
0.204
m2
0.5
0.230
m2
1.094
m2
0.156 m2
0.457 m2
= 0.354 x 0.674
=
0.119
m2
2
= 0.674 + 0.584 x 1.500 = 0.944 m2
2
VI
VII
= 0.584 + 0.4 x
2
= 0.400 + 0.197 x
3.750 =
1.845 m2
3.750 =
1.119 m2
1.500 =
0.228 m2
2
VIII
= 0.197 + 0.107 x
2
4.255
m2
1,016
0,465
| 79
( STA 1 +020 )
1,077
VII
VIII
206
0,5
1,5
3,75
3,75
1,5
0,5
STA 1+ 020
Timbunan :
I
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
1.534 +
2
0.529 +
2
0.524 +
2
1.519 +
2
1.456 +
2
1.3 +
2
1.15 +
2
1.108 +
2
0.086 +
2
0.081 +
2
0.529
0.524
1.519
1.456
1.3
1.15
1.108
0.086
0.081
1.077
0.5
0.516 m2
0.5
0.263 m2
0.5
0.511 m2
1.5
2.231 m2
3.8
5.168 m2
3.8
4.594 m2
1.50
1.694 m2
0.50
0.299 m2
0.50
0.042 m2
0.50
0.290 m2
15.606
206,131
m2
IX
0,5
0,081
VI
1,08
207,131
0,086
0,5
IV
207,191
III
0,524
0,529
0,5
II
207,30
1,15
206,469
I
207,409
1,456
1,519
1,534
207,469
0,5
| 80
( STA 1 + 095 )
206,00
0,5
204,877
0,5
205,865
VI
0,785
III
IV
0,864
205,925
1,012
205,925
20
5,0
95
II
0,986
1,019
205,865
VII
VIII
205,00
1,5
204,865 0,231
3,75
3,75
1,5
STA 1+ 095
Timbunan :
I
II
III
IV
VI
VII
1.019 x 0.5
=
2
0.986 x 0.5
=
2
0.986 + 1.012
x
2
1.012 +
1
x
2
1
+ 0.864
x
2
0.864 + 0.785
x
2
0.785 x 0.39
=
2
0.255
m2
0.247
m2
1.5
1.499 m2
3.8
3.773 m2
3.8
3.495 m2
1.50
1.237 m2
0.153
m2
10.657
m2
0.23
0.142 m2
Galian :
VIII
0.726 +
2
0.5
0.142
m2
0,39
0,726
| 81
( STA 1 + 166 )
0,782
204,825
IV
204,765
VI
0,714
204,90
204,825
III
0,847
II
0,795
204,765
VII
0,2
203.765
0,701
0,354
0,399
1,5
3,75
3,75
1,5
STA 1+ 166
Timbunan :
II
III
IV
VI
VII
0.399 x
2
0.795 +
2
0.847 +
2
0.9 +
2
0.782 +
2
0.714 x
2
0.795
0.847
0.9
0.782
0.714
0.354
0.159
m2
1.5
1.232 m2
3.8
3.276 m2
3.8
3.154 m2
1.50
1.122 m2
0.126
m2
9.068
m2
Galian :
I
VIII
0.701 +
2
0.795 +
=
2
=
0.5
0.5
0.20
0.120 m2
0.30
0.194 m2
0,299
VIII
204,00
0.314
m2
203.765
0,795
| 82
( STA 1 +241 )
203,40
II
0,166
203,325
203,265
VI
IV
0,251
203,00
0,181
VII
0,833
III
203,4863
0,674
0,807
203,5463
202,546
202,265
0,654
0,434
1,5
3,75
3,75
1,59
STA 1+ 241
Timbunan :
II
III
IV
VI
0.434 x
2
0.807 +
2
0.674 +
2
0.4 +
2
0.251 +
2
0.807
0.674
0.4
0.251
0.181
0.175
m2
1.5
1.111 m2
3.8
2.014 m2
3.8
1.221 m2
1.50
0.324 m2
4.844
m2
Galian :
I
VII
0.654 +
2
1.33 +
=
2
=
0.5
0.5
0.17
0.096 m2
0.83
0.762 m2
0.858
m2
1,33
| 83
( STA 1 +277 )
202,80
0,146
IV
0,101
0,838
0,182
III
202,8863
202,725
202,665
VI
202,60
VII
0,84
202,9463
0,2
II
201,946
1,318
1,5
3,75
3,75
1,5
STA 1+ 277
Timbunan :
II
III
IV
VI
0.101 x 0.2
=
2
0.2 + 0.182
x
2
0.182 + 0.2
x
2
0.2 + 0.123
x
2
1.553 + 1.500
x
2
0.010
m2
1.5
0.287 m2
3.8
0.716 m2
3.8
0.606 m2
0.15
0.223 m2
1.841
m2
Galian :
I
VII
1.318 +
2
1.441 +
=
2
=
0.5
0.5
0.84
0.762 m2
0.84
0.815 m2
1.577
m2
0,441
| 84
( STA 1 +319 )
202,1463
202,0863
0,198
202,00
II
III
0,86
201,865
IV
201,146
200,865
1
3,75
1,5
3,75
1,553
STA 1+ 319
Timbunan :
II
III
0.141 x
2
0.198 x
=
2
=
5.25
5.25
0.370
m2
0.520
m2
0.890
m2
Galian :
I
IV
1.5
+
2
0.5
1.389 +
2
0.5
0.86
0.860 m2
1.22
1.149 m2
2.009
m2
1,389
1,216
201,925
0,141
I
| 85
( STA 1 + 504 )
200,30
VII
200,165
200,225
200,225
200,165
199.165
0,954
0,5
IX
1,822
VIII
III
1,823
VI
0,823
0,771
IV
1,824
II
1,893
1,898
1,908
0,811
0,886
201,00
199.165
0,5
1,5
3,75
3,75
1,5
0,5
STA 1 + 504
Galian :
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
0.954 x
2
1.898 +
=
2
1.893 +
=
2
0.886 +
=
2
0.811 +
=
2
0.700 +
=
2
0.771 +
=
2
0.823 +
=
2
1.824 +
=
2
1.882 x
=
2
=
1.898
1.893
0.886
0.811
0.700
0.771
0.823
1.824
1.882
0.911
0.905
m2
0.5
0.948 m2
0.5
0.695 m2
1.5
1.273 m2
3.75
2.833 m2
3.75
2.758 m2
1.5
1.196 m2
0.5
0.662 m2
0.5
0.927 m2
0.857
m2
13.053
m2
0,5
0,911
| 86
( STA 1 + 593 )
200,365
1,128
1,128
III
II
0,07
200,50
0,128
VI
VII
200,425
200,425
200,365
VIII
199.365
0,564
0,5
X
IX
1,128
0,07
IV
1,128
0,128
199.365
0,5
1,5
3,75
3,75
1,5
STA 1 + 593
Galian :
I
II
III
IV
VI
VII
VIII
IX
0.564 x
2
1.128 +
2
1.128 +
2
0.128 +
2
0.07 +
2
0.000 +
2
0.070 +
2
0.128 +
2
1.128 +
2
1.128 x
2
1.128
1.128
0.128
0.07
0.000
0.070
0.128
1.128
1.128
0.564
0.318
m2
0.5
0.564 m2
0.5
0.314 m2
1.5
0.149 m2
3.75
0.131 m2
3.75
0.131 m2
1.5
0.149 m2
0.5
0.314 m2
0.5
0.564 m2
0.318
m2
2.952
m2
0,5
0,5
0,564
| 87
Volume Galian
LuasTampangGalian
xjarak
2
Volume Timbunan
LuasTampangTimbunan
xjarak
2
Maka dengan rumus tersebut, dapat dihitung dengan menggunakan tabel berikut;
Titik
Sta
Galian
1
0 + 000
Volume
Luas Penampang(m2)
Jarak
(m)
Timbunan
2.894
0 + 040
5.484
0 + 080
8.083
0 + 128
5.485
0 + 168
6.760
0 + 246
0.997
4.896
0 + 336
2.017
0.551
0 + 472
7.114
Galian
Timbunan
40.00
167.58
40.00
271.35
48.00
325.63
40.00
244.91
78.00
302.54
190.93
90.00
135.65
245.09
136.00
620.90
37.46
214.00
3085.51
(m3)
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
0 + 686
0 + 774
0 + 867
0 + 959
1 + 020
1 + 095
1 + 166
1 + 241
1 + 277
1 + 319
1 + 504
1 + 593
21.723
14.386
3.619
1.094
-
0.142
0.314
0.858
1.841
2.009
13.053
2.952
JUMLAH
| 88
88.00
1588.81
93.00
837.25
14.18
92.00
216.81
209.76
61.00
33.38
605.75
75.00
5.31
984.85
71.00
16.16
700.24
75.00
43.94
521.70
36.00
48.59
115.58
42.00
80.85
51.80
185.00
1393.18
82.31
89.00
712.20
1593.00
10,130.525
0.305
4.255
15.606
10.657
9.068
4.844
1.577
0.890
-
3,759.661
| 89
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
y = 671531
y = 671783
y = 671600
y = 671400
y = 671155
7.2
| 90
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bukhari. R.A, dan Maimunah, 2005, Perencanaan Trase Jalan Raya, Banda
Aceh: Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Sukirman, Silvia, 1999, Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Bandung:
Penerbit Nova.