TINJAUAN TEORI
2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung
dari hari pertama haid terakhir. (Saifuddin, 2006)
Kehamilan adalah suatu keadaan untuk menjadi seorang bayi yang
belum lahir menjadi mampu hidup di luar lingkungan tubuh ibunya
yang aman, nyaman, dan terlindungi, sedangkan anda dan pasangan
anda menjadi orang tua. (Simkin, 2007)
Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira
280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).
(Wiknjosatro, 2007)
Menurut Wiknjosatro (2007), ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan
dibagi dalam 3 bagian, yaitu:
1. Kehamilan triwulan pertama (antara 0 12 minggu)
2. Kehamilan triwulan kedua (antara 12 28 minggu)
3. Kehamilan triwulan ketiga (antara 28 40 minggu)
perkemihan.
c. Mengulang perencanaan persalinan
3. Kunjungan IV: 36 minggu sampai lahir:
a. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
c. Memantapkan rencana persalinan
d. Mengenali tanda-tanda persalinan
2.1.6.5 Kebijakan teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat.
Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.
(Saifuddin, 2006)
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen
sebagai berikut:
1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta
rujukan bila diperlukan
3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakuakan rujukan jika
terjadi komplikasi .
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil selain bertujuan untuk menegtahui kesehatan
ibu dan janin saat ini, juga bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi
pada pemeriksaan berikutnya. Penentuan apakah sang ibu sedang hamil atau tidak
sangat diperlukan saat ibu pertama kali berkunjung ke petugas kesehatan. Jika
hasil pemeriksaan pada kunjungan pertama sang ibu dinyatakan hamil, maka
langkah selanjutnya perlu ditentukan berapa usia kehamilannnya. Setiap
pemeriksaan kehamilan adalah dengan melihat dan meraba petugas akan
mengetahui apakah ibu sehat, janin tumbuh dengan baik, tinggi fundus uteri
sesuai dengan umur kehamilan atau tidak, serta dimana letak janin. (Hidayati,
2009)
2.1.7.3 Tahapan pemeriksaan (Wiknjosastro, 2007).
1. Pemeriksaan pertama (anamnessa)
Tanyakan identitas dengan lengkap, kemudian tanyakan riwayat kehamilan ini.
Bila seorang wanita datang dengan haid terlambat dan diduga ada kehamilan,
maka dapat ditentukan tanggal perkiraan partus, jika Haid Pertama Haid Terakhir
(HPHT) diketahui dan siklus 28 hari. Rumus yang dipakai adalah rumus
Naegele. Perkiraan partus menurut rumus ini : hari + 7, bulan -3, dan tahun +1.
Misalnya HPHT tanggal 1-5-1990, maka perkiraan partus menurut rumus ini jatuh
pada tanggal 8-2-1991.
Cara menghitung :
Jika HPHT tidak diingat maka sebagai pegangan dapat dipakai yaitu gerakangerakan janin, umumnya pada primigravida gerakan janin dirasakan oleh ibu pada
usia 18 minggu, dan multigraviada pada kehamilan 16 minggu. Dapat pula
digunakan perasaan nausea yang biasanya hilang pada akehamilan 12-14 minggu,
hal ini bisa ditanyakan pada ibu. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang
sebelumnya perlu pula ditanyakan beserta beratnya bayi waktu dilahirkan.
Tanyakan pula pola makan ibu, aktifitas sehari-hari, imunisasi, kontrasepsi yang
pernah digunakan, riwayat penyakit yang dideritanya atau riwayat penyakit
keluarga seperti jantung, ginjal, DM, TBC, paru-paru dan sebagainya. Serta
riwayat sosial yaitu perasaan tentang kehamilan ini dan status perkwinan.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan seluruh tubuh wanita harus diperiksa dengan teliti. Keadaan
umum harus baik, tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, diperiksa dan dicatat.
Kepala (rambut, kebersihan, ketebalan, dan adakah benjolan), mata (konjungtiva,
sklera, dan pupil), telinga (kebersihan, adakah cairan, serta posisi simetris/tidak),
hidung (kebersihan dan polip), mulut (bibir, kebersihan, bau dan tonsil), gigi
b. Leopold II
Kedua tangan pemeriksa diturunkan menelusuri tepi uterus. Tentukan batas
samping uterus kiri-kanan dan bagian-bagian janin.
c. Leopold III
Tangan kanan pemeriksa memegang bagian bawah abdomen. Ini untuk
menentukan bagian terbawah janin dan memastikan apakah bagian tersebut sudah
masuk ke panggul atau belum.
d. Leopold IV
Pemeriksa menghadap kearah kaki pasien. Hal ini untuk menentukan seberapa
jauh janin sudah masuk Pintu Atas Panggul (PAP).
Tabel 2.3 Penurunan kepala janin menurut sistem perlimaan
Periksa luar Periksa dalam Keterangan
=5/5
= 4/5
= 3/5
= 2/5
= 1/5
H III IV Kepala di dasar panggul
Keterangan
1) Bila kepala belum masuk PAP, maka TFU dikurang 13
2) Bila kepala sebagian masuk PAP, maka TFU dikurang 12
3) Bila kepala sudah masuk PAP, maka TFU dikurang 11
6. Petunjuk menjaga kehamilan
Petunjuk hendaknya diberikan mengenai cara hidup, istirahat, diet dalam
kehamilan, koitus, kebersihan dan pakaian, pengawasan berat badan, perawatan
gigi, imunisai, merokok, pemberian obat, dan aktipitas yang ringan. Penting pula
memberi suaminya pengetahuan tentang keadan isterinya yang hamil, segala
sesuatu hendaknya diarahkan hingga diperoleh kepercayaan sepenuhnya dari ibu.
Kunjungan berikutnya dianjurkan tiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28
minggu, tiap 2 minggu sampai usia 36 minggu, dan tiap 1 minggu setelah
kehamilan 36 minggu.
2.2 Persalinan
2.2.1 Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir. (Saifuddin, 2006)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai danya penyulit. Persalinan dimulai
(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
(JNPK-KR, 2008).
Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dari selaput
janin dari tubuh ibu. (Sujiatini, dkk, 2011)
Menurut Ujiningtyas (2009), yang mengutip pendapat Farer (2001), persalinan
normal adalah persalinan yang memiliki karakteristik berikut ini:
1. Terjadi pada kehamilan aterm, bukan prematur ataupun postmatur.
2. Mempunyai onset (permulaan) yang spontan, bukan karena induksi.
3. Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jan sejak saat onset (permulaan), bukan
partus presipitatus ataupun partus lama.
4. Janin tunggal dengan presentasi puncak kepala dan oksiput pada bagian anterior
pelvis
5. Terlaksana tanpa bantuan artificial
6. Tidak terdapat komplikasi
7. Mencakup kelahiran plasenta yang normal
1. Fase laten : pembukaan serviks, sampai ukuran 3 cm, berlangsung dalam 7-8
jam.
2. Fase Aktif : berlangsung 6 jam, di bagi atas 3 sub fase yaitu :
a. Periode akselerasi berlangsung dua jam, pembukaan menjadi 4 cm
b. Periode dilatasi maksimal selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi
9 cm
c. Periode deselerasi berlangsung lambat, selama 2 Jam pembukaan menjadi 10
cm atau lengkap
2.2.5.2 Kala II (kala pengeluaran janin)
Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut kala pengeluaran bayi. (JNPK-KR,
2008)
Gejala dan tanda kala II persalinan (JNPK-KR, 2008) :
1. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum / pada vaginanya
3. Perineum menonjol
4. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Pada kala ini his terkoordinir, cepat dan lebh lama, kira-kira 2-3 menit sekali
kepala janin telah masuk keruangan panggul sehingga terjadi tekanan pada otot
dasar panggul yang menimbulkan rasa ingin mengedan, karena tekanan pada
rectum, ibu ingin seperti mau buang air besar, dengan tanda anus membuka. Pada
saat his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, perineum meregang,.
Dengan kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi
kepala, membuka pintu, dahi, hidung, mulut dan muka dan seluruhnya, diikuti
oleh putaran paksi luar yaitu penyesuaian kepala dengan punggung. Setelah itu
sisa air ketuban. Lamanya kala II untuk primigravida 60 menit dan multigraviada
30 menit. (Sijiyanti, dkk, 2011)
memantau kondisi ibu. Harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan
setiap 30 menit pada jam kedua. (Wiknjosastro, 2007)
Asuhan dan pemantauan kala IV (JNPK-KR, 2008) :
1. Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat
2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan secara melintang dengan
pusat sebagai patokan
3. Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan
4. Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi)
perineum
5. Evaluasi keadaan umum ibu
6. Dokumentasi semua semua asuhan selama persalinan kala IV dibagian
belakang partograf, segera setelah asuhan dan penilaian dilakukan
2.2.6 Partograf
Partograf adalah suatu alat untuk mencatat hasil observasi dan pemeriksaan fisik
ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat utama dalam mengambil
keputusan klinik khususnya pada persalinan kala I. (Sumarah,dkk,2008)
Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu
dan janin. Partograf dapat dianggap sebagai sistem peringatan awal yang akan
membantu pengambilan keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus dirujuk,
dipercepat, atau diakhiri persalinannya. (Ujiningtyas, 2009)
1. Tujuan partograf
Menurut Sumarah, dkk (2008), tujuan partograf adalah:
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan memeriksa
pembukaan serviks berdasarkan pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal, dengan demikian
dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
2. Komponen Partograf
a. Catatan janin
b. Catatan kemajuan persalinan
6) Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan pervolume cairan iv dan dalam satuan
tetesan per menit.
7) Obat-obatan lain
Catat obat yang diberikan
8) Nadi
Nadi Ibu dicatat setiap 30 menit
9) Tekanan darah
Tekanan darah Ibu dicatat setiap 4 jam
10) Suhu
Temperatur tubuh Ibu dicatat setiap 2 jam
11) Volume urine, protein, dan aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urine Ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali Ibu
berkemih)
2.3 Nifas
2.3.1 Pengertian
Masa nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. (Saifuddin, 2006)
Masa puerperium atau masa nifas adalah mulai setelah partus selesai, dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali
sperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Wiknjosatro, 2007)
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan palsenta keluar dari rahim, sampai enam minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan
2.3.2 Diagnosis
Masa nifas normal jika involusi uterus, pengeluaran lochea, pengeluaran ASI dan
perubahan sistem tubuh, termasuk keadaan psikologis normal. (Saifuddin, 2004)
a. Keadan gawat darurat pada ibu seperti perdarahan, kejang dan pana
b. Adanya penyulit/masalah ibu yang memerlukan rujukan seperti abses payudara
2.3.3 Tahapan Masa Nifas
Adapun tahapan tahapan masa nifas (post partum/puerperium) menurut
(Suherni,dkk,2009) yaitu :
1. Puerperium dini
Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Masa kepulihan menyeluruh dari organ organ genital, kira kira antara 6 8
minggu.
3. Remot puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu
selama hamil atau persalinan mempunyai komplikas.
busuk.
f. Lochiotosis: Lochia tidak lancar keluarnya.
2. Perubahan vagina dan perineum
a. Vagina
Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau
kerutan-kerutan) kembali.
b. Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering
dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi
sebagai akibat ekstraksi cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar.
Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan
spekulum.
c. Perubahan pada perineum
Terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan berikutnya. Bila ada
laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi
kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) bukanlah penjahitan dan
perawatan dengan baik. (Suherni, 2008)
2.3.4.2 Perubahan pada sistem pencernaan
Selama persalinan, motilitas lambung berkurang terutama akibat nyeri, rasa takut
dan obat narkotika. Hal ini akan kembali normal pada fase 6 minggu setelah
melahirkan. Namun, pada nifas dini, penurunan tonus otot dan motilitas saluran
cerna dapat mengakibatkan relaksasi abdomen, peningkatan distensi gas, dan
konstipasi segera setelah melahirkan.
Defekasi pertama biasanya terjadi dalam 2 atau 3 hari postpartum. Bila ada
obstipasi mungkin akan terjadi demam. Jika terjadi hal demikian dapat dilakukan
klisma atau diberi obat laksantia dan diadakan mobilisasi sedini-dininya.
(Wiknjosatro, 2007)
2.3.4.3 Perubahan sistem perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung
pada:
a. Keadaan/ status sebelum persalinan
1. Suhu badan
Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara 37,2 oC
37,5oC. Kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara.
Bila kenaikan mencapai 38oC pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus
diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
2. Denyut Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/mnt, yakni pada waktu habis
persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada
minggu pertama post partum.
Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi
gejala shock karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
3. Tekanan darah
a. Tekanan darah < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra
persalinan pada 1-3 hari pos partum.
b. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post
partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, merupakan petunjuk kemungkinan
adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas. Namun hal ini seperti itu
jarang terjadi.
4. Respirasi
a. Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa demikian, tidak
lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat
b. Bila ada respirasi cepat pospartum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan
tanda-tanda syok. (Suherni, 2008)
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai hal hal berkaitan dengan asuhan
pada bayi
3. Kunjungan ketiga, waktu 2 minggu post partum
Tujuan :
Sama kunjungan seperti hari ke 6
4. Kunjungan keempat, waktu 6 minggu post partum
a. Menanyakan penyulit penyulit yang ada
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini
Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,
tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Bila payudara
bengkak, maka penatalaksanaannya yaitu :
a. Keluarkan ASI secara manual/ASI tetap diberikan kepada bayi
b. Menyanggapayudara dengan bra yang dapat menyokong payudara dari bawah
c. Kompres dengan kantong es (jika perlu)
d. Pemberian analgetik
e. Pantau suhu tubuh
f. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pengobatan
6. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sesak dari kehamilan telah terjadi
perubahan-perubahan pada kelenjar mamma yaitu :
a. Proliferasi jaring pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah
b. Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum
c. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena
berdilatasi sehingga tampak jelas
d. Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesterone hilang. Maka
timbul pengaruh hormone laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang
air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu
berkontraksi sehingga air susu keluar produksi akan banyak sesudah 2-3 hari
pasca persalinan
7. Cuti hamil dan bersalin
Menurut undang-undang bagi wanita bekerja berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah
bersalin.
2.3.8 Kebutuhan dasar ibu nifas
Menurut Suherni (2008), kebutuhan-kebutuhan dasar yang diperlukan pada masa
nifas, yaitu:
1. Gizi
Ibu nifas dianjurkan untuk:
a. Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat
b. Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada 6 bulan
pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400 kalori.mengonsumsi
tablet zat besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari
c. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 IU. Pemberian vitamin A dalam bentuk
suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh
dan meningkatkan kelangsungan hidup anak
2. Kebersihan diri
Ibu nifas dianjurkan untuk:
a. Menjaga kebersihan seluruh tubuh
b. Menganjurkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air
c. Menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/ BAK, paling
tidak dalam waktu 3-4 jam supaya ganti pembalut
d. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
menyentuh daerah kelamin
e. Anjurkan ibu untuk sering menyentuh luka episiotomi dan laserasi
3. Istirahat dan tidur
a. Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan
b. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur
c. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
d. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk
istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam
Kurang istirahat ibu nifas dapat berakibat:
2) Urine dalam jumlah yang banyak akan diproduksi dalam waktu 12-36 jam
setelah melahirkan
3) Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu.
b. Buang air besar (BAB)
1) BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena diet cairan, obat-obatan
analgetik, dan perineum yang sangat sakit
2) Bila lebih 3 hari belum BAB bisa diberi obat laksantia
3) Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB
4) Asupan cairan yang adekuat dan diet tinggi serat sangat dianjurkan
8. Pemberian ASI/ LAKTASI
Hal-hal yang perlu diberitahukan:
a. Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan
b. Memberikan ASI eksklusif selam 6 bulan
c. Menyusui bayi sesering mungkin
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat pada usia kehamilan genap 37
minggu, sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai
apgar 7 dan tanpa cacat bawaan.
b. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit
c. Apabila telapak bayi terasa dingin, periksalah suhu aksila bayi
d. Apabila suhu tubuh bayi kurang dari 36,50c, segera hangatkan bayi tersebut
5. Kontak dini dengan ibu
Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin, kontak dini antara ibu dan bayi
penting untuk :
a. Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir
b. Ikatan batin pemberian ASI
c. Anjurkan ibu menyusui bayinya, apabila bayi telah Siap (dengan menujukkan
refleks rooting). Jangan paksakan bayu untuk menyusu.
d. Memberi vitamin K
Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberrikan vitamin K peroral
1 mg/ hari selama 3 hari, sedangkan bayi yang risiko tinggi diberikan vitamin K
parental dengan dosis 0,5-1 mg/hari.
e. Memberi obat tetes/salep mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan
penyakit mata karena klamida (PMS). Obat mata perlu diberikan pada jam
pertama setelah persalinan yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atu
Neosporin dan pangsung diteteskan apada mata bayi segera setelah bayi lahir.
f. Identifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari
satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada
setiap bayi baru lahir dan harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus
tetap ditempatkannya sampai bayi dipulangkan . (Saifuddin, 2002)
gerakan dan jumlah jari apakah sindaktili, polidaktili, atau andaktil dan refleks
menggenggam (grashping) yaitu lakukan dengan meletakan jari ditelapak tangan
bayi apkah bayi menggenggam/tidak, refleks moro lakukan dengan rangsangan
suara keras/bertepuk tangan. Perut, menilai bentuk, penonjolan sekitar tali pusat
saat menangis, perdarahan tali pusat, tiga pembuluh darah, lembek (pada saat
tidak menangis), dan warna. Kelamin laki laki, testis berada dalam skrotum,
penis berlubang dan lubang berada pada ujungnya. Kelamin perempuan, vagina
berlubang / tidak, uretra berlubang/tidak, klitoris, labia mayora dan labia minor.
Tungkai dan kaki, gerakan, simetris/tidak, jumlah jari, refleks (babinsky) bayi
akan meregangkan jarinya saat telapak kaki digores. Punggung, adakah
pembengkakan, ada cekungan/ spina bipida. Anus berlubang/tidak. Kulit, menilai
verniks (tidak perlu dibersihkan karena menjaga kehangatan tubuh bayi), warna,
pembengkakan atau bercak bercak hitam, tanda tanda lahir.
4. Konseling
Jaga kehangatan bayi, pemberian ASI, perawatan tali pusat, awasi tanda tanda
bahaya.
2.4.4 Pemantauan Bayi Baru Lahir
Menurut Saifudin ( 2006), tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk
mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan
serta tindak lanjut petugas kesehatan.
1. 2 jam pertama sesudah kelahiran
Hal-hal yang perlu dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah
kelahiran, meliputi :
a. kemampuan menghisap kuat atau lemah
b. bayi tampak aktif atau lunglai
c. bayi kemerahan atau biru
2. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayi
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya
masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, seperti :
3. Manfaat IMD
a. Manfaat IMD bagi bayi yaitu :
1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat, kulit ibu akan menyesuaikan
suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko
kematian karena hypothermia (kedinginan).
2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak
jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga
mengurangi pemakaian energi.
3) Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI
ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi
bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4) Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan
antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk
pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap
untuk mengolah asupan makanan.
5) Antibodi dalam ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi, sehingga
menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
6) Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan,
fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan
protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik
oleh usus bayi.
7) Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI
eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
c. Menigkatkan kecerdasan
d. Meningkatkan jalinan kasih saying
2. Manfaat pemberian ASI
a. Bagi bayi :
1) Mengandung antibodi untuk mencegah infeksi
2) Mudah dicerna oleh bayi
3) ASI yang pertama adalah colostrum yang merupakan imunisasi pertama untuk
bayi.
4) Mengandung vitamin yang cukup (mineral dan zat besi)
5) Menghindarkan bayi dari alergi
b. Bagi ibu :
1) Membantu ibu memulihkan dari proses persalinannya
2) Membantu membuat rahim berkontaksi dengan cepat dan memperlambat
perdarahan
3) Lebih murah dan ekonomis
4) Merupakan KB alami
5) Mencurahkan kasih sayang pada bayi dan membuat bayi merasa nyaman
2.4.5 Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Menurut Pinem (2009), tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai pada bayi baru
lahir adalah sebagai berikut:
1. Sulit menyusu
2. Letargi (tidur terus sehingga tidak menyusu)
3. Demam (suhu tubuh >38 0C atau hipotermi <36 0C)
4. Tidak BAB atau tidak berkemih setelah 3 hari lahir (kemungkinan bayi
mengalami atresia ani), tinja lembek, hijau tua, terdapat lendir atau darah pada
tinja
5. Sianosis (biru) atau pucat pada kulit atau bibir, adanya memar, warna kulit
kuning (ikterus) terutama dalam 24 jam pertama
6. Muntah terus-menerus dan perut membesar
7. Kesulitan bernafas atau nafas lebih dari 60 kali per menit
8. Mata bengkak dan bernanah atau berair
9. Mekonium cair berwarna hijau gelap dengan lendir atau darah
10. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk dan berdarah
2.5 Manajemen Kebidanan
2.5.1 Pengetian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan bardasarkan teori ilmiah temuan, keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
terfokus pada klien. (Salmah, 2006)
2.5.2 Proses Manajemen Kebidanan Manajemen kabidanan yang dilakukan dalam
asuhan kebidanan yaitu dengan tujuh langkah varney:
1. Pengumpulan Data Dasar Menurut Simatupang (2006), pada langkah pertama
dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu:
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya
c. Meninjau cacatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi Pada
langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang
lengkap.
4. Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar
terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data-data yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa secara spesifik
masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan seperti diagnosa tetapi sesungguhnya membutuhkan penanganan
yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh
bidan sesuai dengan hasil pengkajian, masalah juga sering menyertai diagnosa.
5. Mengidentifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial dan Mengantisipasi
Penanganannya Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-
siap bila doagnosa/ masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini
penting sekali melakukan asuhan yang aman.
6. Menetapkan Kebutuhan akan Tindakan Segera Langkah ke empat ini
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal
saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya
pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
7. Menyusun Rencana yang Menyeluruh Pada langkah ini direncanakan akan
asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah
ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data dasar yang
tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, oleh karena itu
pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan
pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksanakannya.
8. Pelaksanaan Langsung Asuahan dengan Efisiensi dan Aman Pada langkah ke
enam ini rencanakan asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim
kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memastikan
langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan
dalam manajemen asuahn bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen
yang efisien akan meningkatkan mutu dari asuhan klien.
9. Mengevaluasi Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benarbenar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian
rencana tersebut telah sedang sebagian belum efektif.
2.5.3 Dokumentasi SOAP Menurut Simatupang (2006) yang mengutip pernyataan
Varney pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu :
S (Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa sebagai langkah I Varney.
O (Objektif) Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien
hasil laboratorium dan test diagnostik lain dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan senagai langkah I Varney.