Anda di halaman 1dari 13

1.1.

IDENTITAS PASIEN

1.2.

Nama

: Tn. AC

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 69 tahun

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Buruh bangunan

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan pada tanggal : 25 Februari 2016 Pukul 11.00 WIB


KELUHAN UTAMA:
Sesak napas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan dirasakan sejak 2 minggu SMRS yang dirasakan secara hilang timbul
dan memberat pada 3 hari SMRS. Awalnya pasien merasa lemas pada saat bekerja,
kemudian pada malam harinya pasien menderita flu. Pasien menderita flu selama
kurang lebih 1 munggu, yang diikuti dengan keluhan batuk berdahak. Dahak awalnya
berupa cairan berwarna putih bening, namun lama-kelamaan dahak berubah menjadi
kental dan berwarna kuning. 1 minggu kemudian batuk yang dialami pasien semakin
parah, hingga akhirnya pasien mengalami sesak napas. Pasien juga mengeluh mual,
pusing, dan nafsu makan menurun. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Selama sakit
pasien hanya mengkonsumsi obat batuk yang dibeli pasien diwarung, namun keluhan
tidak membaik dan akhirnya pasien berobat ke RSUD Dr. Soedirman kebumen.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat keluhan serupa disangkal.
Riwayat Asma Bronkhiale disangkal.
Riwayat alergi makanan/obat disangkal.
Riwayat penyakit hipertensi dan jantung disangkal.
ANAMNESIS SISTEM
-

Kepala

: pusing (+)

Kardiovaskular

: nyeri dada(-), berdebar(-)

Respirasi

: batuk(+), pilek(+), sesak(+)

Gastrointestinal

: nafsu makan turun(+), mual(+), muntah(-), BAB(+) t.a.k

Urogenital

: BAK(+) t.a.k

Muskuloskeletal

: lemas(+), kaku(-), kaki bengkak (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Riwayat keluhan serupa, riwayat hipertensi, riwayat diabetes melitus, riwayat
keganasan disangkal.
RIWAYAT PRIBADI
-

Pasien merupakan seorang berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah


kebawah.

Pasien bekerja sebagai buruh bangunan yang setiap hari tepajan debu bangunan,
saat bekerja pasien jarang menutup mulut dan hidung pasien menggunakan
masker.

Pasien merupakan seorang perokok aktif sejak pasien berumur 20 tahun.

RESUME ANAMNESIS
2 minggu SMRS batuk dan sesak, mual, pusing, nafsu makan menurun. Pasien
merupakan seorang buruh bangunan dan perokok aktif.
1.3.

PEMERIKSAAN TANDA VITAL (VITAL SIGN)

Dilakukan pada tanggal

: 25 Februari 2016 pukul 11.15 WIB

Tekanan darah

: 140/90 mmHg

Suhu tubuh

: 36,4C

Frekuensi denyut nadi

: 84 x/menit, reguler, kuat

Frekuensi nafas

: 22x/menit

1.4.

PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK :

A. KEADAAN UMUM
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: compos mentis, E4V5M6

Tinggi badan

: 150 cm

Berat badan

: 45 kg

Status gizi

: IMT = 20,0, kesan normal

B. PEMERIKSAAN KEPALA :
Normochepal
Mata konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
Telinga hidung mulut dbn
C. PEMERIKSAAN LEHER
Bentuk kesan normal, pembesaran kgb(-), pembesaran tiroid (-), bruit (-), JVP normal
D. PEMERIKSAAN THORAKS
Thoraks

Cor

Inspeksi
Palpasi

: dinding dada kanan-kiri simetris, ictus cordis tidak terlihat


: ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicularis sinistra, thrill

(-)

Perkusi

: Batas jantung Atas : ICS 3 linea parasternalis sin


Kanan : SIC 5 linea parasternalis dextra
Kiri

Auskultasi

: SIC 5 LMCS

: bunyi jantung I-II reguler, bising (-), murmur (-)

Pulmo

: gerakan nafas kanan-kiri simetris, retraksi (-)


: fremitus kanan-kiri simetris
: sonor di seluruh lapang paru
: SDV (+/+), ronki (+/+), wheezing (-/-)

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

E. PEMERIKSAAN ABDOMEN :
Inspeksi

: cembung, supel

Auskultasi

: BU (+) dbn

Perkusi

: Timpani seluruh lapang perut

Palpasi

: NT(-)

F. PEMERIKSAAN EKSTREMITAS
Ekstremitas atas: edem (-/-), CRT < 2 detik
Ekstremitas bawah: edem (-/-), CRT < 2 detik

1.5.

RESUME PEMERIKSAAN FISIK :

Normotensi, afebris, nadi normal regular kuat, takipneu, mata konjungtiva anemis (-),
leher kesan normal, paru sdv (+/+),Rbh (+/+), jantung kesan normal, abdomen kesan
normal, ekstremitas kesan normal
1.6 . PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG TELAH DILAKUKAN
a. Darah lengkap, meliputi:
Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCH
MCHC
MCV
Diff Count

Hasil
14,9 g/dl
8,3 x 103/l
43 %
5,1 x 106/l
289 x103/l
29 pg
35 g/dl
84 fL

Nilai rujukan
11,7-15,5
3,6-11
35-47
3,80-5,20
150-400
26-34
32-36
80-100

Eosinofil

9,70 %

1-4

Basofil

0,50 %

0-1

Netrofil

51,00 %

50-70

28,30 %

22-40

10,50 %

4-8

85 mg/dL
44 mg/dL
0.55 mg/dL
33 U/L
21

70-120
10-50
0.4 0.9
0-35
0-35

Limfosit
Monosit
Gula darah sewaktu
Ureum
Cretinin
SGOT
SGPT

b. Rontgen

thorax

PA

(6

Januari 2016), di dapatkan


hasil:

Kesan :
-

TB ddx: Pneumonia

Besar cor normal

1.7 DAFTAR MASALAH PASIEN (BERDASARKAN DATA ANAMNESIS DAN


PEMERIKSAAN FISIK)
A. Masalah aktif :
Batuk, sesak nafas, mual, pusing, nafsu makan menurun
B. Masalah pasif :
Pasien bekerja di lingkungan dengan pajanan debu dan seorang perokok aktif.
1.8 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
-

Bronkhitis

PPOK

1.9 TINDAKAN TERAPI :


-

O2 3 lpm

Infus RL 16 tpm

Aminophilin drip ampul

Inj Ranitidin 2x1

Inj cefotaxim 2x1

Nebulizer (ventolin & flexotid) / 6 jam

Salbutamol 2 mg 3x1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus
lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut
disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemenelemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus
kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok
aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya. Bronkitis adalah inflamasi pada
saluran nafas yang luas (trakea dan bronkhi) yang kebanyakan selalu berhubungan
dengan infeksi respiratori atas.
2.2 . ETIOLOGI
Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan
faktor host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan meliputi polusi
udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi bakteri
(Staphylococcus,

Pertusis,

Tuberculosis,

mikroplasma),

infeksi

virus

(RSV,

Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi udara
meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis. Sedangkan
faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat penyakit paru
yang sudah ada.

Bronkitis Akut biasanya disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, respiratory


sincytial virus (RSV), virus influenza, virus pada influenza, dan coxsakie virus.
Bronkitis kronis biasanya disebabkan karena adanya asma atau infeksi kronik saluran
nafas dan sebagainya. Faktor-faktor predisposisi dari bronkitis adalah alergi, perubahan
cuaca, populasi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik.
2.3. FAKTOR RESIKO
a. Orang
Hasil penelitian mengenai penyakit bronkitis di India, data yang diperoleh untuk
usia penderita ( 60 tahun) sekitar 7,5%, untuk yang berusia ( 30-40 tahun) sekitar
5,7% dan untuk yang berusia ( 15-20 tahun) sekitar 3,6%. Selain itu penderita
bronkitis ini juga cenderung kasusnya lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan pada
perempuan, hal ini dipicu dengan keaktivitasan merokok yang lebih cenderung banyak
dilakukan oleh kaum laki-laki.
b. Tempat dan Waktu
Penduduk di kota sebagian besar sudah terpajan dengan berbagai zat-zat polutan
di udara, seperti asap pabrik, asap kendaraan bermotor, asap pembakaran dan asap
rokok, hal ini dapat memberikan dampak terhadap terjadinya bronkhitis. Bronkitis lebih
sering terjadi di musim dingin pada daerah yang beriklim tropis ataupun musim hujan
pada daerah yang memiliki dua musim yaitu daerah tropis.
c. Merokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok
adalah penyebab utama timbulnya bronkitis. Terdapat hubungan yang erat antara
merokok dan penurunan VEP (volume eksipirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok
berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamusepitel
saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkitis akut. Penelitian di Brazil pada
tahun 2010 mendapatkan hasil peneltian dengan kebiasaan merokok (OR = 6,92, 95%
CI 4,22-11,36 unruk perokok dari 20 atau lebih rokok per hari).
d. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan

bronkitis adalah zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N2O,
hidrokarbon, aldehid, dan ozon.
e. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali
pada penderita defisiensi alfa-1-antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana
kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim
proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk
jaringan paru.

f. Faktor sosial ekonomi


Kematian pada bronkitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi
rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
2.2.

PATOFISIOLOGI
Kelainan utama pada bronkus adalah hipertensi kelenjar mukus dan

menyebabkan penyempitan pada saluran bronkus, yang mengakibatkan diameter


bronkus menebal lebih dari 30-40% dari tebalnya didinding bronkus normal, dan akan
terjadi sekresi mukus yang berlebihan dan kental. Sekresi mukus menutupi silia, karena
lapisan dahak menutupi silia, sehingga silia tidak mampu lagi mendorong dahak keatas,
satu-satunya cara mengeluarkan dahak dari bronki adalah dengan batuk. Selain itu akan
terjadi peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltasi sel-sel radang dan edema pada
mukosa sel bronkus. Bronkitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas
bagian atas oleh virus dan infeksi bakteri sekunder oleh S. Pneumonia atau hemophilus
influenza. Adanya bahan-bahan pencemar udara juga memperburuk keadaan penyakit
begitu juga dengan menghisap rokok. Anak menampilkan batuk-batuk yang sering,
kering tidak produktif dan mulai berkembang berangsur-angsur mulai hari 3 4 setelah
terjadinya rinitis.
Penderita diganggu oleh suara-suara meniup selama bernafas (ronki) rasa sakit
pada dada dan kadang-kadang terdapat nafas pendek. Batuk-batuk proksimal dan
penyumbatan oleh sekreasi kadang-kadang berkaitan dengan terjadinya muntahmuntah. Dalam beberapa hari, batuk tersebut akan produktif dan dahak akan
dikeluarkan penderita dari jernih dan bernanah. Dalam 5 10 hari lendir lebih encer dan

berangsur-angsur menghilang. Temuan-temuan fisik berbeda-beda sesuai dengan usia


penderita serta tingkat penyakit. Pada mulanya anak tidak demam atau demam dengan
suhu rendah serta terdapat tanda-tanda nasofaringtis. Infeksi konjungtiva dan rinitis.
Kemudian auskultasi akan mengungkapkan adanya suara pernafasan bernada tinggi,
menyerupai bunyi-bunyi pernafasan pada penyakit asma. Pada anak-anak dengan
malnutrisi atau keadaan kesehatan yang buruk, maka otitis, sinusitis dan penumonia
merupakan temuan yang sering dijumpai.

2.4.

MANIFESTAS KLINIS
Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah:

a)

Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi

setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi dari
pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau hijau-kekuningan. Pada
bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang didiagnosis bronkitis
kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling sedikit tiga bulan selama dua
tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin saja seorang penderita mengalami
bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan batu mungkin saja hilang namun akan
muncul kembali.
b)

Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan

penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas dengan
aktivitas dan mulai batuk.
c)

Gejala kelelaha, sakit tenggorokan ,nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit

kepala dapat menyertai gejala utama.


d)
2.5.

Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau bakteri.


JENIS-JENIS BRONKHITIS

a. Bronkitis akut
Bronkhitis akut adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang
melibatkan jalan napas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan berlangsung
singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan,

namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat,
dan batuk berkepanjangan.
b. Bronkitis kronik
Bronkitis kronik merupakan penyakit saluran napas yang sering didapat di
masyarakat. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan oleh karena sifatnya yang kronik,
persisten dan progresif. Infeksi saluran napas merupakan masalah klinis yang sering
dijumpai pada penderita bronkitis kronik yang dapat memperberat penyakitnya.
Eksaserbasi infeksi akut akan bronkitis kronik yang dapat memperberat penyakitnya
dan akan mempercepat kerusakan yang telah terjadi, disamping itu kuman yang
menyebabkan eksaserbasi juga berpengaruh terhadap morbiditas penyakit ini. Penyakit
ini berlangsung lebih lama dibandingkan bronkitis akut, yaitu berlangsung selama 1
tahun dengan frekuensi batu produktif 3 bulan selam 2 tahun berturut-turut.
2.6.

DIAGNOSIS
Diagnosis dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien

mempunyai gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa
adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asma akut dan eksaserbasi
akut. Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan
adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis.
Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi dapat terdengar
ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir
banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan
pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai
menderita bronkitis, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:
1. Denyut jantung > 100 kali per menit
2. Frekuensi napas > 24 kali per menit
3. Suhu badan > 38O C
4. Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat fokal konsolidasi dan peningkatan suara
napas.
a. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum baik, tidak tampak sakit berat dan kemungkinan ada
nasofaringitis. Keadaan paru, ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau
pindah setelah batuk, wheezing dan krepitasi).
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri,
sputumnya akan seperti nanah. Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan dengan tes
C-reactive protein, kultur pernapasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum
aglutinin untuk membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri
atau virus. Jumlah leukositnya berada > 17.500 dan pemeriksaan lainnya dilakukan
dengan cara tes fungsi paru-paru dan gas darah arteri
2.7.
a.

PENATALAKSANAAN
Penisilin
Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada

protein pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada
bakteri, penghambat sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari
peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel, yang menghasilkan
kerusakan sehingga akibatnya bakteri mati. Antibiotik golongan penisilin yang biasa
digunakan adalah amoksisilin.
a. Quinolon
Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh yang
dramatis dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang
menjadi asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal
mempunyai peran dalam terapi gram-negatif infeksi saluran kencing. Generasi
berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin,
sparfloksasin, lemofloksasin, fleroksasin dengan spektrum aktifitas yang lebih luas
untuk terapi infeksi community-acquired maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi
ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai preparat parenteral yang
memungkinkan penggunaanya secara luas baik tunggal maupun kombinasi dengan agen
lain.
b. Beta-2 agonis (Simpatomimetika)
Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang mempunyai aksi serupa
dengan aktifitas simpatis. Sistem saraf simpatis memegang peranan penting dalam

menentukan ukuran diameter bronkus. Ujung saraf simpatis yang menghasilkan


norephinepherin, epinefrin dan isoproterenol disebut adrenergik. Adrenergik memiliki
dua reseptor yaitu alfa dan beta. Reseptor beta terdiri beta 1 dan beta 2. Beta 1
adrenergik terdapat pada jantung, beta 2 adrenergik terdapat pada kelenjar dan otot
halus bronkus. Adrenergik menstimulasi reseptor beta 2 sehingga terjadi bronkodilatasi.
c.

Metilxantin
Teofilin merupakan golongan metil santin yang banyak digunakan, disamping

kafein dan dyphylline. Kafein dan dyphylline kurang paten dibandingkan dengan
teofilin.

Obat

golongan

ini

menghambat

produksi

fosfodiesterase.

Dengan

penghambatan ini penguraian cAMP menjadi AMP tidak terjadi sehingga kadat cAMP
seluler meningkat. Peningkatan ini menyebabkan bronkodilatasi. Obat-obat metilsantin
antara lain aminofilin dan teofilin.
d. Mukolitik
Bronkitis

dapat

menyebabkan

produksi

mukus

berlebih.

Kondisi

ini

menyebabkan peningkatan penebalan mukus. Perubahan dan banyaknya mukus sukar


dikeluarkan secara alamiah, sehingga diperlukan obat yang dapat memudahkan
pengeluaran mukus. Mukus mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan
cairan/eksudat infeksi. Mukolitik bekerja dengan cara memecah glikoprotein menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil sehingga menjadi encer. Mukus yang encer akan
mendesak dikeluarkan pada saat batuk, contoh mukolitik adalah asetilsistein.
e. Ekspektoran
Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan mukus dalam bronkus sehingga
mudah dikeluarkan, salah satu contoh ekspektoran adalah guaifenesin. Guaifenesin
bekerja dengan cara mengurangi viskositas dan adhesivitas sputum sehingga
meningkatkan efektivitas mukociliar dalam mengeluarkan sputum dari saluran
pernapasan.
2.8.

KOMPLIKASI BRONKITIS

Komplikasi dari bronkitis tidak terlalu besar, yaitu antara lain:


a) Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
b) Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othitis Media, Sinusitis dan Pneumonia.

c) Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.


d) Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau Bronkietaksis.
2.9. PENCEGAHAN
a. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit, untuk
mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah
dengan cara:
a. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau bisa hingga
sampe leher .
c. Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan, minuman dingin (es),
dll.
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan anak
dengan air hangat .
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah sakit
agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dan
mengurangi ketidakmampuan.

Anda mungkin juga menyukai