IDENTITAS PASIEN
1.2.
Nama
: Tn. AC
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 69 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Buruh bangunan
ANAMNESIS
Kepala
: pusing (+)
Kardiovaskular
Respirasi
Gastrointestinal
Urogenital
: BAK(+) t.a.k
Muskuloskeletal
Pasien bekerja sebagai buruh bangunan yang setiap hari tepajan debu bangunan,
saat bekerja pasien jarang menutup mulut dan hidung pasien menggunakan
masker.
RESUME ANAMNESIS
2 minggu SMRS batuk dan sesak, mual, pusing, nafsu makan menurun. Pasien
merupakan seorang buruh bangunan dan perokok aktif.
1.3.
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Suhu tubuh
: 36,4C
Frekuensi nafas
: 22x/menit
1.4.
A. KEADAAN UMUM
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
Tinggi badan
: 150 cm
Berat badan
: 45 kg
Status gizi
B. PEMERIKSAAN KEPALA :
Normochepal
Mata konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
Telinga hidung mulut dbn
C. PEMERIKSAAN LEHER
Bentuk kesan normal, pembesaran kgb(-), pembesaran tiroid (-), bruit (-), JVP normal
D. PEMERIKSAAN THORAKS
Thoraks
Cor
Inspeksi
Palpasi
(-)
Perkusi
Auskultasi
: SIC 5 LMCS
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
E. PEMERIKSAAN ABDOMEN :
Inspeksi
: cembung, supel
Auskultasi
: BU (+) dbn
Perkusi
Palpasi
: NT(-)
F. PEMERIKSAAN EKSTREMITAS
Ekstremitas atas: edem (-/-), CRT < 2 detik
Ekstremitas bawah: edem (-/-), CRT < 2 detik
1.5.
Normotensi, afebris, nadi normal regular kuat, takipneu, mata konjungtiva anemis (-),
leher kesan normal, paru sdv (+/+),Rbh (+/+), jantung kesan normal, abdomen kesan
normal, ekstremitas kesan normal
1.6 . PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG TELAH DILAKUKAN
a. Darah lengkap, meliputi:
Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCH
MCHC
MCV
Diff Count
Hasil
14,9 g/dl
8,3 x 103/l
43 %
5,1 x 106/l
289 x103/l
29 pg
35 g/dl
84 fL
Nilai rujukan
11,7-15,5
3,6-11
35-47
3,80-5,20
150-400
26-34
32-36
80-100
Eosinofil
9,70 %
1-4
Basofil
0,50 %
0-1
Netrofil
51,00 %
50-70
28,30 %
22-40
10,50 %
4-8
85 mg/dL
44 mg/dL
0.55 mg/dL
33 U/L
21
70-120
10-50
0.4 0.9
0-35
0-35
Limfosit
Monosit
Gula darah sewaktu
Ureum
Cretinin
SGOT
SGPT
b. Rontgen
thorax
PA
(6
Kesan :
-
TB ddx: Pneumonia
Bronkhitis
PPOK
O2 3 lpm
Infus RL 16 tpm
Salbutamol 2 mg 3x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus
lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut
disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemenelemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus
kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok
aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya. Bronkitis adalah inflamasi pada
saluran nafas yang luas (trakea dan bronkhi) yang kebanyakan selalu berhubungan
dengan infeksi respiratori atas.
2.2 . ETIOLOGI
Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan
faktor host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan meliputi polusi
udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi bakteri
(Staphylococcus,
Pertusis,
Tuberculosis,
mikroplasma),
infeksi
virus
(RSV,
Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi udara
meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis. Sedangkan
faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat penyakit paru
yang sudah ada.
bronkitis adalah zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N2O,
hidrokarbon, aldehid, dan ozon.
e. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali
pada penderita defisiensi alfa-1-antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana
kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim
proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk
jaringan paru.
PATOFISIOLOGI
Kelainan utama pada bronkus adalah hipertensi kelenjar mukus dan
2.4.
MANIFESTAS KLINIS
Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah:
a)
Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi
setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi dari
pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau hijau-kekuningan. Pada
bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang didiagnosis bronkitis
kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling sedikit tiga bulan selama dua
tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin saja seorang penderita mengalami
bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan batu mungkin saja hilang namun akan
muncul kembali.
b)
penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas dengan
aktivitas dan mulai batuk.
c)
Gejala kelelaha, sakit tenggorokan ,nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit
a. Bronkitis akut
Bronkhitis akut adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang
melibatkan jalan napas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan berlangsung
singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan,
namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat,
dan batuk berkepanjangan.
b. Bronkitis kronik
Bronkitis kronik merupakan penyakit saluran napas yang sering didapat di
masyarakat. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan oleh karena sifatnya yang kronik,
persisten dan progresif. Infeksi saluran napas merupakan masalah klinis yang sering
dijumpai pada penderita bronkitis kronik yang dapat memperberat penyakitnya.
Eksaserbasi infeksi akut akan bronkitis kronik yang dapat memperberat penyakitnya
dan akan mempercepat kerusakan yang telah terjadi, disamping itu kuman yang
menyebabkan eksaserbasi juga berpengaruh terhadap morbiditas penyakit ini. Penyakit
ini berlangsung lebih lama dibandingkan bronkitis akut, yaitu berlangsung selama 1
tahun dengan frekuensi batu produktif 3 bulan selam 2 tahun berturut-turut.
2.6.
DIAGNOSIS
Diagnosis dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien
mempunyai gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa
adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asma akut dan eksaserbasi
akut. Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan
adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis.
Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi dapat terdengar
ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir
banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan
pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai
menderita bronkitis, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:
1. Denyut jantung > 100 kali per menit
2. Frekuensi napas > 24 kali per menit
3. Suhu badan > 38O C
4. Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat fokal konsolidasi dan peningkatan suara
napas.
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum baik, tidak tampak sakit berat dan kemungkinan ada
nasofaringitis. Keadaan paru, ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau
pindah setelah batuk, wheezing dan krepitasi).
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri,
sputumnya akan seperti nanah. Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan dengan tes
C-reactive protein, kultur pernapasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum
aglutinin untuk membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri
atau virus. Jumlah leukositnya berada > 17.500 dan pemeriksaan lainnya dilakukan
dengan cara tes fungsi paru-paru dan gas darah arteri
2.7.
a.
PENATALAKSANAAN
Penisilin
Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada
protein pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada
bakteri, penghambat sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari
peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel, yang menghasilkan
kerusakan sehingga akibatnya bakteri mati. Antibiotik golongan penisilin yang biasa
digunakan adalah amoksisilin.
a. Quinolon
Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh yang
dramatis dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang
menjadi asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal
mempunyai peran dalam terapi gram-negatif infeksi saluran kencing. Generasi
berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin,
sparfloksasin, lemofloksasin, fleroksasin dengan spektrum aktifitas yang lebih luas
untuk terapi infeksi community-acquired maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi
ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai preparat parenteral yang
memungkinkan penggunaanya secara luas baik tunggal maupun kombinasi dengan agen
lain.
b. Beta-2 agonis (Simpatomimetika)
Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang mempunyai aksi serupa
dengan aktifitas simpatis. Sistem saraf simpatis memegang peranan penting dalam
Metilxantin
Teofilin merupakan golongan metil santin yang banyak digunakan, disamping
kafein dan dyphylline. Kafein dan dyphylline kurang paten dibandingkan dengan
teofilin.
Obat
golongan
ini
menghambat
produksi
fosfodiesterase.
Dengan
penghambatan ini penguraian cAMP menjadi AMP tidak terjadi sehingga kadat cAMP
seluler meningkat. Peningkatan ini menyebabkan bronkodilatasi. Obat-obat metilsantin
antara lain aminofilin dan teofilin.
d. Mukolitik
Bronkitis
dapat
menyebabkan
produksi
mukus
berlebih.
Kondisi
ini
KOMPLIKASI BRONKITIS