Anda di halaman 1dari 13

1

BLOK I
KETERAMPILAN BELAJAR
DAN BERKOMUNIKASI
SEMESTER I FK UMP
TAHUN AKADEMI 2010/2011
MATERI KULIAH K 3
CARA BELAJAR MANUSIA DEWASA

DOSEN
DR.H.SYAHRUL MUHAMMAD, MARS

Pendidikan Orang Dewasa


Pendahuluan
Sesuai dengan namanya, pendidikan orang dewasa merupakan pendidikan
yang diperuntukan bagi orang dewasa (bukan anak-anak). Pendidikan orang dewasa
mempunyai pendekatan, ruang lingkup, tujuan maupun strategi yang berbeda dengan
pendidikan untuk anak-anak. Pendidikan orang dewasa menitik beratkan pada belajar
secara berkelanjutan sepanjang hayat untuk mempelajari keterampilan yang dapat
digunakan dalam mengarahkan diri sendiri. Di dalam menjalankan proses
pendidikannya, orang dewasa lebih menyukai belajar dalam kondisi bebas, tidak
begitu menyukai hafalan, lebih mengutamakan pemecahan masalah, dan hal-hal yang
praktis.
Tujuan orang dewasa mengikuti pendidikan bervariasi. Ada yang bertujuan
untuk promosi, naik pangkat, dan lain-lain. Ada yang mengikuti pendidikan untuk
memperluas interaksi sosial antara sesama peserta atau memperdalam ilmu itu
sendiri.
Tujuan tersebut sangat menentukan proses belajar orang dewasa. Selain itu,
proses belajar orang dewasa juga dipengaruhi berbagai faktor, sepecti faktor
kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan sendiri, faktor pengarahan diri
sendiri, faktor psikologis, faktor motivasi, dan faktor fisik. Peran dosen dalam
pendidikan orang dewasa berubah dikarenakan faktor-faktor tersebut.
Pada pendidikan orang dewasa dosen diperlukan untuk mengorganisasikan
pengalaman-pengalaman dari kehidupan sebenarnya menjadi suatu pengalaman dan
pengetahuan baru yang memberi arti baru bagi mahasiswa. Dengan demikian
pelaksanaan proses belajar perlu luwes berdasarkan umpan balik yang diberikan
mahasiswa.
Materi pendidikan cara orang dewasa kemudian menjadi penting dipelajari
oleh dosen perguruan tinggi dikarenakan mahasiswa/mahasiswi yang mereka ajar
masuk kategori orang dewasa. Dengan memahami karakteristik orang dewasa, cara
dan gaya belajarnya serta tujuan dan harapan mereka mengikuti pendidikan, maka
dosen diharapkan dapat mengantisipasi hal-hal yangmungkin timbul pada saat
menghadapi mahasiswa. Di samping itu, dengan memahami gaya dan cara belajar
orang dewasa, diharapkan akan diperoleh hasil pendidikanyang, optimum
sebagaimana yang ditetapkan dalam tujuan instruksional dan tujuan pendidikan.
Dengan membaca pembahasan tentang pendidikan orang dewasa, dosen
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian pendidikan orang dewasa
2. Menjelaskan tujuan pendidikan orang dewasa
3. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengharui proses belajar orang dewasa
4. Menjelaskan cara belajar pada orang dewasa
5. Menjelaskan macam sumber belajar untuk orang dewasa.

Pengertian dan Ruang Lingkup


Pendidikan Orang Dewasa
Pengertian
Seringkali berbagai macam pertanyaan timbul sehubungan dengan
"pendidikan orang dewasa", antara lain: apa itu pendidikan orang dewasa, siapa
pendidik orang dewasa, siapa peserta pendidikan orang dewasa, apa maksud
diadakannya pendidikan orang dewasa dan lain-lain. Banyak pakar telah menulis
tentang pendidikan orang dewasa dan membuat banyak rumusan-rumusan mengenai
hal itu sesuai dengan persepsi mereka masing-masing. Pada umumnya para ahli
pendidikan memandang pendidikan orang dewasa sebagai salah satu jenis bentuk
pendidikan yang pada hakikatnya berbedadengan konsep pendidikan anak-anak di
sekolah.
Pendidikan orang dewasa mulai diorganisasikan secara sistematis sekitar
tahun 1920. Pada saat itu pendidikan dirumuskan sebagai suatu proses yang
menimbulkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang
hayat. Belajar bagi orang dewasa adalah bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk
selalu bertanya dan mencari jawabannya.
Pendidikan orang dewasa berbeda dari pendidikan anak-anak (paedagogy).
Pendidikan anak-anak akan berlangsung dalam bentuk asimilasi, identifikasi dan
peniruan. Pendidikan anak-anak adalah proses pemberian dasar-dasar pengetahuan,
pembentukan sikap mental dan moral serta pendidikan kewargaan negara. Sedangkan
pendidikan orang dewasa lebih menitikberatkan pada peningkatan kehidupan mereka,
memberikan keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan problem-problem
yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat.
Kata "Androgogik" berasal dari bahasa Junani aner atau andr yang berarti
orang (bukan anak) dan agogus berarti mengarahkan diri. Dengan demikian hasil
pendidikan orang dewasa adalah lulusan (orang dewasa) sebagai sasaran pendidikan
yang dapat mengarahkan diri sendiri dan menjadi guru untuk dininya sendiri.
Pendidikan orang dewasa merupakan proses ketika seseorang, dalam waktu
tertentu, mengikuti pendidikan secara teratur berdasarkan pada kebutuhannya untuk
memecahkan masalah diri sendiri atau masyarakat karena adanya perubahanperubahah informasi, pengetahuan, atau keterampilan-keterampilan, penghayatan dan
sikap-sikap. Menurut Unesco(1976), pendidikan orang dewasa adalah proses
pendidikan yang diorganisasikan isinya, tingkatannya, dan metodenya secara formal
maupun non formal untuk memenuhi kebutuhan yang melengkapi pendidikan di
sekolah dalam rangka meningkatkan kemampuan, memperkaya pengetahuan,
mendapatkan keterampilan dan membawa perubahan sikap seseorang sebagai tenaga
pembangunan yang mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi, sosial
dan budaya.
Perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa mempunyai implikasi yang
penting pada proses belajar mengajar. Jika dilihat dari faktor usia, yang berumur di

bawah 16 tahun dikategorikan sebagai anak-anak, sementara orang dewasa adalah


mereka yang berumur antara 16 -18 tahun. Beberapa peneliti juga menggolongkan
orang dewasa kedalam beberapa kategori yang lebih rinci (lihat tabel berikut ini).
Selain dilihat dari faktor usia, pengertian orang dewasa dapat dilihat juga dari
segi psikologis dan biologis. Seseorang dikatakan telah dewasa secara psikologis
karena ia sudah dapat mengarahkan diri sendiri, tidak terikat pada orang lain, dapat
bertanggungjawab terhadap segala tindakannya, mandiri serta dapat mengambil
keputusan sendiri. Sementara jika dilihat dari segi biologis, seseorang dikatakan
dewasa apabila yang bersangkutan telah memperlihatkan tanda-tanda kelamin
sekunder. Pada pria ditandai dengan tumbuhnya "jakun", suara berubah menjadi besar
dan berat, dan tumbuhnya bulu-bulu di tubuhnya, seperti kumis, jenggot, cambang,
bulu dada, dan sebagainya. Pada wanita ditandai dengan terjadinya menstruasi,
tumbuhnya payudara, dan sebagainya.
Dari beberapa rumusan tersebut, disimpulkanbahwa pendidikan orang dewasa
meliputi bentuk pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh pria dan wanita dewasa
sesuai dengan minat dan kebutuhannya pada tingkatan kemampuan dan pengetahuan
yang berbeda-beda untuk mendukung perubahan peranan serta tanggung jawab dalam
kehidupannya. Dengan demikian, proses instruksional di universitas termasuk salah
satu bentuk pendidikan orang dewasa, dengan asumsi bahwa mahasiswa dianggap
sebagai orang dewasa.
Tujuan utama dari pendidikan mahasiswa sebagai orang dewasa adalah untuk
membantu setiap mahasiswa sebagai seorang dewasa, untuk mengembangkan diri
melalui pendidikan. Tidak ada satu sistem pendidikan orang dewasa yang dapat
memenuhi semua kebutuhan belajar dan keinginan mahasiswa. Sekali pun demikian
tidak tertutup kemungkinan usaha-usaha untuk membantu setiap mahasiswa untuk
mengembangkan potensi (kemampuan) yang mereka miliki sebaik mungkin.
Melalui pendidikan orang dewasa, dosen diharapkan mampu mendorong
perkembangan mahasiswa ke arah tiga hal, yaitu:
a. Membangkitkan semangat mahasiswa;
b. Memberikan kemampuan kepada mahasiswa agar dapat berbuat seperti diperbuat
orang lain;
c. Memberi kemampuan keyaaa mahasiswa untuk dapat menolak atau menerima
hal-hal yang berhubugan dengan perkembangan mereka.
Pencapaian ketiga aspek ini mengacu kepada pencapaian rasa percaya diri dan
kemampuan hidup mandiri sesuai dengan status seseorang dalam masyarakat. Ketiga
aspek tersebut membebaskan orang dari kebodohan agar tidak diperlakukan sebagai
robot yang pasif danyang hanya melaksanakan perintah tanpa berpikir. Sebaliknya
mahasiswa diharapkan menjadi masa usia kreatif, sensitif, sadar, dapat menjadi
anggota masyarakat yang berperan aktif dalam proses pembangunan. Ketiga aspek
tersebut merupakan bekal pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang menjadi
tujuan akhir pendidikan orang dewasa yang diselenggarakan oleh berbagai institusi.
Ketiga aspek itu adalah tujuan akhir dari suatu pendidikan di lembaga pendidikan

tinggi.
Faktor Faktor Yang Mempengharui
Belajar Orang Dewasa
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar mahasiswa sebagai orang
dewasa, yaitu faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengarahan
diri sendiri, psikologis, fisik, daya ingat, dan motivasi. Mari kita bahas faktor-faktor
tersebut satu persatu.
Faktor Kebebasan
Ciri kedewasaan adalah kebebasan atau ketidak terikatan dengan orang lain.
Dalam proses belajar, seorang dewasa cenderung berkeinginan untuk menentukan apa
yang ingin dipelajarinya serta membandingkan dan menghubungkan pengetahuan
baru dengan pengalaman-pengalaman belajar yang telah dimiliki sebelumnya.
Dengan demikian proses belajar orang dewasa lebih bersifat demokratis. Selain itu,
mahasiswa sebagai orang dewasa juga dapat menilai kebenaran informasi yang
mereka terima dari dosen. Dengan demikian pendekatan mereka terhadap apa yang
dipelajarinya adalah praktek dan mengarah pada pemecahan masalah. Yang penting
bagi mereka adalah bagaimana mengaplikasikan sesuatu dan bagaimana memecahkan
masalah, bukan sekedar pengetahuan dan teori-teori. Dengan demikian mereka
memerlukan contoh dan noncontoh aplikasi pengetahuan dan teori dalam kehidupan
sehari-hari. Proses belajar mahasiswa perlu disesuaikan dengan faktor kebebasan
yang dimiliki orang dewasa, misalnya dengan membebaskan mahasiswa untuk
memilih tugas yang ingin dikerjakan, meminta mahasiswa untuk menulis opinion
papersebagai pemecahan masalah atas suatu kasus.
Faktor Tanggung Jawab
Faktor tanggung jawab membedakan sifat anak-anak dari sifat dewasa. Orang
dewasa bertanggung jawab terhadap tindakannya dan dapat berdiri sendiri. Dalam hal
kedewasaan, mahasiswa dan dosennya sebenarnya sama dan sejajar. Perbedaannya
bahwa dosen memiliki pengetahuan/ keterampilan tertentu yang belum dimiliki
mahasiswa.
Karena kesejajaran tersebut mahasiswa cenderung ingin diperlakukan sebagai
seseorang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Mereka senang dianggap
sebagai sahabat yang mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan
dosen sebagai tempat bertanya jika mereka mengalami masalah dalam melakukan
kegiatannya. Dengan demikian, belajar bagi mahasiswa adalah proses saling bertukar
pendapat, bukan menunggu perintah/petunjuk. Kegiatan diskusi, tanya jawab, tugas
mandiri (penelitian kecil, review literatur), dan ketentuan waktu yang jelas
(deadlines) merupakan cara yang dapat membantu membina rasa tanggung jawab
mahasiswa terhadap proses belajar.
Faktor Pengambilan Keputusan Sendiri

Orang dewasa mampu mengambil keputusan sendiri berdasarkan sistem nilai


dan pengetahuan yang dimiliki, tanpa ditentukan atau dipengaruhi oleh orang lain.
Mereka dapat menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk diri
mereka.
Dikaitkan dengan proses belajar, mahasiswa tidak dapat dipaksa untuk
menerima kebenaran-kebenaran dari luar. Mahasiswa menentukan arah pelajaran
yang di dapatinya, menghubungkan dengan kebutuhan dirinya dan pengalamannya,
dan menilai baik-buruknya. Maka dalam penyajian bahan pelajaran kepada orang
dewasa hendaklah dosen lebih mengutamakan pemberian informasi yang relevan dan
netral. Peran dosen dalam hal ini sebagai fasilitator yang membantu mahasiswa dalam
mengambil keputusan dan menyeleksi informasi yang diterima, tetutama dalam halhal baru.
Faktor Pengarahan Diri Sendiri
Ciri lain dari kedewasaan adalah orang dewasa mampu mengarahkan diri
sendiri, dan mereka mempunyai pandangan sendiri (way of life). Ini berarti dalam
proses belajar, mahasiswa mampu untuk berinisiatif dan berkreasi sendiri sesuai
dengan pandangan yang dimilikinya. Namun, walaupun mereka mampu mengarahkan
diri sendiri, bukan berarti mereka tidak memerlukan orang lain. Interaksi antar
mahasiswa dalam proses belajar adalah cukup tinggi, bahkan mungkin lebih tinggi
dari interaksi dalam proses belajar anak-anak.
Dengan mengenal mahasiswa secara mendalam, dosen dapat memberi
kesempatan pada mahasiswanya untuk berinteraksi dengan mahasiswa lain. Dengan
memahami pengalanan pendidikan/ kerja mereka, usia mereka, keinginan-keinginan
mereka, dosen dapat mengarahkan proses belajar mahasiswa. Melalui cara ini dosen
kemudian dapat menyesuaikan program dan memilih metode yang tepat untuk
mereka, misalnya metode diskusi kelompok, simulasi, atau studi kasus akan dapat
mengakomodasi tingkat interaksi antar mahasiswa dan faktor pengarahan diri di
dalam kelompok.
Faktor Psikologis
Dalam proses belajar orang dewasa, faktor psikologis hendaknya
diperhatikan. Perlu ada kesan bahwa mahasiswa diterima sebagai orang dewasa yang
mempunyai kebebasan berekspresi dan berkreasi dan dihargai sebagai sahabat. Yang
penting adalah, dosen dan mahasiswa dapat menumbuhkan rasa saling membutuhkan,
bukan saling menggurui. Asas humanistik sangat penting dalam hal ini.
Faktor Fisik
Mahasiswa dewasa membutuhkan situasi belajar yang lebih bebas. Secara
fisik ia membutuhkan tempat latihan yang tidak mengikat. Untuk itu tempat dan
semua perlengkapan perlu diatur agar 1) memberikan kenyamanan, 2)
menyenangkan, 3) bersifat santai tidak kumal (bentuk tata kelas yang klasikal kurang
tepat dibanding dengan tata kelas bentuk huruf U), 4) Pengaturan udara di ruangan

yang baik, 5) penempatan fasilitas dan media pengajaran yang tepat. Kondisi fisik
fasilitas (ruangan dan peralatan) juga harus dibarengi dengan kondisi fisik mahasiswa
dan dosen yang baik jumlah mahasiswa jangan terlalu banyak. Jumlah yang ideal
adalah antara 15-20 orang, karena memungkinkan untuk dialog dan diskusi antara
dosen dengan semua mahasiswa. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan praktis,
jumlah kelas yang tidak terlalu besar memungkinkan setiap mahasiswa mendapat
kesempatan untuk menjalankan praktek.
Daya ingat orang dewasa juga mempengaruhi proses belajarnya terutama
dalam hal menangkap/menerima pelajaran baru, mengingat pengalaman dan
pengetahuan yang sudah pernah di dapat menghadirkan kembali yang lama dan
menghubungkan dengan yang baru. Daya ingat seseorang menurun jika usianya
semakin lanjut. Oleh sebab itu, dosen yang baik tidak akan mengharuskan mahasiswa
untuk menghafal bahan pelajaran yang bertumpuk-tumpuk. Yang diperlukan oleh
mahasiswa adalah pengertian dan pemahaman terhadap materi yang dipelajarinya,
bukan cuma sekedar menghafal saja.
Faktor Motivasi
Perlu diperhatikan bahwa motivasi orang dewasa untuk mengikuti pendidikan
berbeda-beda. Menurut Houle (1961), motivasi peserta pelatihan orang dewasa dapat
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
Pertama; adalah mereka yang berorientasi pada tujuan (goal oriented), yaitu
mereka yang mementingkan penerapan dan pemanfaatan pelajaran sebagai sarana
untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya promosi atau naik pangkat, dan lain-lain.
Kedua, adalah mereka yang berorientasi pada kegiatan (social orienten), yaitu
mereka yang mementingkan interaksi antar sesama peserta dan proses belajar sebagai
tujuan belajar.
Ketiga; adalah mereka yang berorientasi pada mempelajari ilmu itu sendiri
(learning oriented belajar.
Dengan mengetahui motivasi belajar mahasiswa, dosen dapat mengarahkan
proses belajarmengajar dengan, tepat untuk membantu mahasiswa mencapai tujuan
belajarnya.
Selanjutnya, dengan mengenal dan memahami faktor-faktor tersebut, dosen
perlu meyakinkan bahwa program yang akan disajikan dalam proses belajar sudah
memenuhi asumsi dasar sebagai berikut:
1. Mahasiswa sebagai orang dewasa mampu mengarahkan diri sendiri dalam belajar
(selfdirecting)
2. Mahasiswa sebagai orang dewasa mempunyai pengalaman hidup yang sangat
kaya yang merupakan sumber belajar yang berharga
3. Mahasiswa sebagai orang dewasa cenderung lebih berminat pada proses belajar
mengajar yang berhubungan dengan penyelesaian masalah dan tugas-tugas yang
dihadapinya.

Berdasarkan asumsi-asumsi yang sangat humanistik tersebut, dosen perlumerancang dan melaksanakan proses belajar mengajar yang mempunyai ciri sebagai
berikut:
1. Dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berinisiatif dan kreatif
dalam berperan serta dan mengendalikan proses belajar
2. Bersifat demokratif
3. Menghargai dan menempatkan mahasiswa sebagai manusia dewasa yang mandiri
dan bertanggung jawab.
Aspek yang penting dalam hal ini adalah bahwa mahasiswa sebagai orang
dewasa bukan cuma "passive recepient", atau penerima yang pasif, namun lebih
sebagai "active actor" atau individu yang berperan aktif dalarn proses belajar
mengajar.

Gaya Belajar Orang Dewasa


Gaya belajar sebagai kondisi belajar
Menjadi fasilitator dalam proses belajar orang dewasa tidaklah mudah, sebab
mahasiswa merupakan orang-orang yang sudah terbentuk.Mereka sudah dapat
menilai program-program yang disajikan, dan juga menilai cara penyajian program
oleh dosen. Tidak jarang mahasiswa merasa bosan dan kadang-kadang lesu, sebab
bahan yang mereka terima tidak sesuai atau kurang relevan dengan minat dan
kebutuhan mereka. Padahal menurut penilaian dosen bahan yang dipilih telah sesuai
dengan kebutuhan mahasiswa.
Apabila bahan yang disajikan mernenuhi kebutuhan peserta dan disajikan
dengan gaya yang sesuai dengan gaya belajar mereka, m3ka mahasiswa akan dengan
mudah menguasai bahan tersebut dan dapat mempraktikkannya di masyarakat.
Sebaliknya jika penyampaian bahan tidak sesuai dengan gaya belajar peserta, maka
tujuan pengajaran akan sukar tercapai. Oleh sebab itu, seorang dosen perlu
mengetahui gaya belajar mahasiswanya, antara lain bahwa mereka belajar
memerlukan kondisi bebas, mereka tidak menyukai hafalan-hafalan, mereka lebih
mengutamakan pemecahan masalah dan hal-hal yang praktis dari pada yang teoritis.
Kegiatan belajar yang berupa kuliah saja tidak menarik bagi mahasiswa, mereka lebih
senang terlibat dalam interaksi intelektual dengan teman-temannya seperti dalam
diskusi kelompok, latihan-latihan pemecahan masalah yang praktis (studi kasus),
observasi, dan penggunaan multi media dalam pengajaran.
Dalam proses belajar orang dewasa, fungsi dosen di berubah. Dosen bukan
lagi berperan sebagai yang menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan rang yang
mengorganisasikan pengalamanman dari kehidupan sebenarnya menjadi suatu
pengalaman dan pengetahuan baru yang memberi arti bagi mahasiswa. Pengalaman
baru tersebut melibatkan baik dosen maupun mahasiswa untuk hal tersebut, dosen
diharapkan terampil untuk:

a.
b.

c.

d.
e.

f.

g.

Memulai Diskusi
Diskusi yang baik dimulai dari pertanyaan-pertanyaan yang memancing dan
dapat melibatkan semua mahasiswa.
Menyediakan Informasi (Acuan)
Diskusi yang baik tidak mungkin dimulai tanpa informasi yang cukup. Dosen
hendaknya mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan seperti, beberapa
banyak dan bilama informasi tersebut diperlukan agar diskusi tidak menjadi
macet.
Meningkatkan Partisipasi
Usahakan agar kesempatan berpendapat tidak didominasi oleh satu atau dua
orang saja. Parstisipasi dapat ditingkatkan, misalnya dengan cara dosen memberi
giliran yang sama kepada semua mahasiswa untuk menjadi ketua kelompok.
Menentukan Kriteria dan Rambu-Rambu
Kriteria dan Rambu-Rambu yang jelas akan mengarahkan proses intruksional.
Aktivitas seperti diskusi menjadi jelas tujuan, kriteria dan hasil yang diharapkan.
Menengahi Perbedaan
Perbedaan persepsi atau pendapat dapat menumbuhkan diskusi yang baik, namun
perbedaan yang berlarut-larut dapat menyebabkan diskusi tidak mencapai
tujuannya. Peran dosen sangat penting untuk menengahi perbedaan tersebut
secara objektif.
Mengkoordinasi dan Menganalisis Informasi
Koordinasi, analisis dan hubungannya yang jelas antara informasi-informasi yang
diberikan oleh mahasiswa adalah kunci untuk mempertahannkan kelangsungan
diskusi yang baik. Dosen perlu menuntun mahasiswa untuk dapat
mengkoordinasi dan menganalisis informasi yang diperoleh selama diskusi.
Memberi ringkasan / rangkuman
Peserta dikusi belum tentu mengerti akan apa yang diperoleh dari diskusi yang
dilakukan. Dosen diharapkan mengulang dan menjelaskan kembali hasil tersebut
dengan ringkas dan tepat.

Proses belajar mahasiswa sebagai orang dewasa biasanya berlangsung melalui


beberapa tahap sebagai berikut :
a. Kesadaran (awarentess)
Tahap pengenalan dan penjelasan tentang konsep dan materi yang akan
dipelajari.
b. Pengetahuan / pemahaman
Tahap penjelasan dan pemahaman terhadap konsep, teori, prosedur dan prinsipprinsip yang berlaku pada materi atau keterampilan yang akan dipelajari.
c. Keterampilan
Tahap penguasaan suatu keterampilan dan uji coba keterampilan tersebut melalui
praktek dan latihan.
d. Penerapan keterampilan atau pengetahuan
Tahap penerapan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai pada masalah-

10

e.

masalah yang belum pernah diketahui


Sikap
Tahap menentukan sikap berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah
dimiliki. Perubahan sikap ini tidak mungkin dicapat dala waktu singkat, tetapi
memerlukan tahap waktu lama.
Penyelenggaraan Pendidikan Orang Dewasa

Pelaksanaan Perkuliahan Orang Dewasa


Betapapun baiknya perencanaan perkuliahan yang telah dibuat, sikap fleksibel
tetap diperlukan, karena pada saat pelaksanaan perkuliahan mungkin diperlukan
perubahan dari rencana yang sudah ada. Dengan demikian, dalam pelaksanaan
perkuliahan, dosen perlu cepat tanggap jika ada hal-halyang tidak dipertimbangkan,
sebelumnya untuk kemudian dapat segera menyesuaikan perkuliahan dengan hal-haltersebut.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh dosen dalam balik dosen melaksanakan
perkuliahan adalah umpan balik (feedback). Umpan balik ini berguna baik bagi
mahasiswa maupun dosen untuk melanjutkan proses perkuliahan.
Umpan balik dari dosen merupakan cara untuk memberi kempatan kepada
mahasiswa memperbaiki proses dirinya. Tidak adanya umpan balik dari dosen dapat
menyebabkan mahasiswa frustasi, bosan, dan kehilangan arah. Mereka tidak tahu apa
dan di mana kesalahan mereka tidak tahu apa kekurangan mereka, juga tidak
mengetahui bagaimana posisi mereka dengan sesama temannya. Oleh sebab itu,
umpan balik ini penting sekali bagi mahasiswa untuk tujuan belajarnya.
Umpan balik dari mahasiswa terhadap dosen berguna untuk menyesuaikan
proses perkuliahan berdasarkan mahasiswa. dan strategi yang sesuai dengan Dewasa
belajar mahasiswa. Jika dosen tidak mengetahui mahasiswa tentang proses
perkuliahan yang dosen tidak mengerti apa dan di mana perkuliahannya. Umpan
balik mahasiswa juga memberi kesempatan kepada dosen untuk bersikap fleksibel
terhadap kebutuhan mahasiswa dan rencana perkuliahan yang dibuatnya.
Sumber Belajar Orang Dewasa
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, orang belajar dari berbagai
macam sumber. Menurut penelitian Penland (1981), sumber belajar yang paling
dianggap penting oleh orang-orang dewasa adalah teman (dan / atau keluarga,
tetangga). Hai ini berarti bahwa mahasiswa belajar mengajar orang dewasa harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga melibatkan interaksi dengan teman yang
cukup banyak.
Yang dianggap penting setelah teman, adalah pakar atau tenaga ahli atau
dosen. Hal ini perlu diingat olah dosen, agar bisa menempatkan diri bukan sebagai
sumber tempat informasi yang serba tahu, tetapi lebih menjadi sahabat yang
menghargai mahasiswa sebagai orang dewasa.

11

Setelah teman dan dosen, orang dewasa juga menggunakan berbagai jenis
buku, media cetak lainnya, dan media non-cetak: Yang termasuk dalam media cetak
adalah buku, modul, booklet, leaflet, chart, foto, surat kabar, majalah, dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk dalam media non cetak adalah radio, kaset, OHP, slide,
film, video, televisi.
Dengan memperhatikan semua karakteristik orang dewasa, gaya belajarnya,
dan kebutuhannya, maka dosen dapat memilih sumber belajar yang perlu disediakan
dan digunakan dalam pelaksanaan perkuliahan. Yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan sumber belajar adalah bahwa kombinasi beberapa sumber belajar yang
digunakan dengan tepat akan lebih baik daripada penggunaan satu sumber belajar
saja.
Belajar pada mahasiswa (orang dewasa) tidak semata-mata tergantung pada
dosen, tetapi juga pada kemampuannya belajar mandiri. Oleh sebab itu dalam bab
yang akan datang akan dibahas secara khusus tentang konsep belajar mandiri dan cara
mengembangkannya pada diri mahasiswa.

Rangkuman
Pendidikan orang dewasa adalah pendidikan yang menitik beratkan pada cara
bertanya sepanjang hayat dan mempelajari keterampilan untuk mengarahkan diri
sendiri. Dalam menjalankan proses belajarnya, orang dewasa menyukai kondiri
belajar yang bebas, tidak menyukai hafalan dan lebih mengutamakan pemecahan
masalah dan hal-hal praktis.
Orang dewasa mengikuti pendidikan karena motivasi yang berbeda-beda,
yaitu untuk mencapai tujuan tertentu (goal oriented), untuk memenuhi kebutuhan
sosial dan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dirinya (learning oriented).
Faktor-faktor yang mempengharui pendidikan orang dewasa adalah faktor-faktor
kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengaharan diri sendiri,
psikologis dan fisik. Dalam pendidikan orang dewasa dosen berfungsi sebagai
organisator yang mengorganisasikan pengalaman-pengalaman dari kehidupan
mahasiswa sebenarnya menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan baru yang
memberi arti baru bagi mahasiswa.
Pelaksanaan proses belajar mengajar bagi orang dewasa berlangsung fleksibel.
Umpan balik menjadi sangat penting dalam meningkatkan interkasi proses belajar
mengajar. Sumber belajar yang banyak digunakan oleh orang dewasa adalah temanteman sendiri. Dalam proses belajar, pemanfaatan beberapa sumber belajar yang
dikombinasikan dan digunakan dengan tepat akan lebih baik daripada penggunaan
satu sumber belajar saja.

12

LATIHAN

1.

Menurut Anda, apa perbedaan konseptual antara pendidikan orang dewasa


dengan pendidikan anakanak di sekolah?

2.

Menurut pendapat Anda, untuk apa orang dewasa mendapatkan pendidikan?


Bagaimana pendekatan yang seharusnya digunakan dalam mendidik orang
dewasa?

3.

Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi cara belajar orang dewasa? Sebagai


dosen, bagaimana Anda dapat mengakomodasikan faktor-faktor tersebut dalam
strategi mengajar Anda di dalam kelas?

13

Daftar Pustaka

Andrews, T.E., Houston, W.R., Bryant, B.L., Adult Learners: A Research Study.
Washington D.C., Association of Teacher Educators, 1981.
Brookfield, S. Adult Learners, Adult Education and the Community. New York,
Teacher College Press. 1984.
Houle, C., The Inquiring Mind. Madison, University of Madison Press, 1961.
Lovel, R.B. Adult Learning. New York, John Wiley & Sons, 1980.
Merriam, S.B. P. Adult Development: Implications for Adult Education. Columbus,
Ohio, ERIC Clearing House on Adult, Career, and Vocational Education.,
1984.
Penland, P.R., Self-Directed Adult Learning: Implications for the Practitioner.
Anaheim, California, AEA Commission of Professors Meeting on SelfDirected Adult Learning, 1981.
Tamat, T., Dari Pedagogik ke Andragogik: Pedoman bagi Pengelola Pendidikan dan
Latihan. Jakarta, Pustaka Dian, 1985.

Anda mungkin juga menyukai