k3 Pendidikan Orang Dewasa
k3 Pendidikan Orang Dewasa
BLOK I
KETERAMPILAN BELAJAR
DAN BERKOMUNIKASI
SEMESTER I FK UMP
TAHUN AKADEMI 2010/2011
MATERI KULIAH K 3
CARA BELAJAR MANUSIA DEWASA
DOSEN
DR.H.SYAHRUL MUHAMMAD, MARS
tinggi.
Faktor Faktor Yang Mempengharui
Belajar Orang Dewasa
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar mahasiswa sebagai orang
dewasa, yaitu faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengarahan
diri sendiri, psikologis, fisik, daya ingat, dan motivasi. Mari kita bahas faktor-faktor
tersebut satu persatu.
Faktor Kebebasan
Ciri kedewasaan adalah kebebasan atau ketidak terikatan dengan orang lain.
Dalam proses belajar, seorang dewasa cenderung berkeinginan untuk menentukan apa
yang ingin dipelajarinya serta membandingkan dan menghubungkan pengetahuan
baru dengan pengalaman-pengalaman belajar yang telah dimiliki sebelumnya.
Dengan demikian proses belajar orang dewasa lebih bersifat demokratis. Selain itu,
mahasiswa sebagai orang dewasa juga dapat menilai kebenaran informasi yang
mereka terima dari dosen. Dengan demikian pendekatan mereka terhadap apa yang
dipelajarinya adalah praktek dan mengarah pada pemecahan masalah. Yang penting
bagi mereka adalah bagaimana mengaplikasikan sesuatu dan bagaimana memecahkan
masalah, bukan sekedar pengetahuan dan teori-teori. Dengan demikian mereka
memerlukan contoh dan noncontoh aplikasi pengetahuan dan teori dalam kehidupan
sehari-hari. Proses belajar mahasiswa perlu disesuaikan dengan faktor kebebasan
yang dimiliki orang dewasa, misalnya dengan membebaskan mahasiswa untuk
memilih tugas yang ingin dikerjakan, meminta mahasiswa untuk menulis opinion
papersebagai pemecahan masalah atas suatu kasus.
Faktor Tanggung Jawab
Faktor tanggung jawab membedakan sifat anak-anak dari sifat dewasa. Orang
dewasa bertanggung jawab terhadap tindakannya dan dapat berdiri sendiri. Dalam hal
kedewasaan, mahasiswa dan dosennya sebenarnya sama dan sejajar. Perbedaannya
bahwa dosen memiliki pengetahuan/ keterampilan tertentu yang belum dimiliki
mahasiswa.
Karena kesejajaran tersebut mahasiswa cenderung ingin diperlakukan sebagai
seseorang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Mereka senang dianggap
sebagai sahabat yang mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan
dosen sebagai tempat bertanya jika mereka mengalami masalah dalam melakukan
kegiatannya. Dengan demikian, belajar bagi mahasiswa adalah proses saling bertukar
pendapat, bukan menunggu perintah/petunjuk. Kegiatan diskusi, tanya jawab, tugas
mandiri (penelitian kecil, review literatur), dan ketentuan waktu yang jelas
(deadlines) merupakan cara yang dapat membantu membina rasa tanggung jawab
mahasiswa terhadap proses belajar.
Faktor Pengambilan Keputusan Sendiri
yang baik, 5) penempatan fasilitas dan media pengajaran yang tepat. Kondisi fisik
fasilitas (ruangan dan peralatan) juga harus dibarengi dengan kondisi fisik mahasiswa
dan dosen yang baik jumlah mahasiswa jangan terlalu banyak. Jumlah yang ideal
adalah antara 15-20 orang, karena memungkinkan untuk dialog dan diskusi antara
dosen dengan semua mahasiswa. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan praktis,
jumlah kelas yang tidak terlalu besar memungkinkan setiap mahasiswa mendapat
kesempatan untuk menjalankan praktek.
Daya ingat orang dewasa juga mempengaruhi proses belajarnya terutama
dalam hal menangkap/menerima pelajaran baru, mengingat pengalaman dan
pengetahuan yang sudah pernah di dapat menghadirkan kembali yang lama dan
menghubungkan dengan yang baru. Daya ingat seseorang menurun jika usianya
semakin lanjut. Oleh sebab itu, dosen yang baik tidak akan mengharuskan mahasiswa
untuk menghafal bahan pelajaran yang bertumpuk-tumpuk. Yang diperlukan oleh
mahasiswa adalah pengertian dan pemahaman terhadap materi yang dipelajarinya,
bukan cuma sekedar menghafal saja.
Faktor Motivasi
Perlu diperhatikan bahwa motivasi orang dewasa untuk mengikuti pendidikan
berbeda-beda. Menurut Houle (1961), motivasi peserta pelatihan orang dewasa dapat
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
Pertama; adalah mereka yang berorientasi pada tujuan (goal oriented), yaitu
mereka yang mementingkan penerapan dan pemanfaatan pelajaran sebagai sarana
untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya promosi atau naik pangkat, dan lain-lain.
Kedua, adalah mereka yang berorientasi pada kegiatan (social orienten), yaitu
mereka yang mementingkan interaksi antar sesama peserta dan proses belajar sebagai
tujuan belajar.
Ketiga; adalah mereka yang berorientasi pada mempelajari ilmu itu sendiri
(learning oriented belajar.
Dengan mengetahui motivasi belajar mahasiswa, dosen dapat mengarahkan
proses belajarmengajar dengan, tepat untuk membantu mahasiswa mencapai tujuan
belajarnya.
Selanjutnya, dengan mengenal dan memahami faktor-faktor tersebut, dosen
perlu meyakinkan bahwa program yang akan disajikan dalam proses belajar sudah
memenuhi asumsi dasar sebagai berikut:
1. Mahasiswa sebagai orang dewasa mampu mengarahkan diri sendiri dalam belajar
(selfdirecting)
2. Mahasiswa sebagai orang dewasa mempunyai pengalaman hidup yang sangat
kaya yang merupakan sumber belajar yang berharga
3. Mahasiswa sebagai orang dewasa cenderung lebih berminat pada proses belajar
mengajar yang berhubungan dengan penyelesaian masalah dan tugas-tugas yang
dihadapinya.
Berdasarkan asumsi-asumsi yang sangat humanistik tersebut, dosen perlumerancang dan melaksanakan proses belajar mengajar yang mempunyai ciri sebagai
berikut:
1. Dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berinisiatif dan kreatif
dalam berperan serta dan mengendalikan proses belajar
2. Bersifat demokratif
3. Menghargai dan menempatkan mahasiswa sebagai manusia dewasa yang mandiri
dan bertanggung jawab.
Aspek yang penting dalam hal ini adalah bahwa mahasiswa sebagai orang
dewasa bukan cuma "passive recepient", atau penerima yang pasif, namun lebih
sebagai "active actor" atau individu yang berperan aktif dalarn proses belajar
mengajar.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Memulai Diskusi
Diskusi yang baik dimulai dari pertanyaan-pertanyaan yang memancing dan
dapat melibatkan semua mahasiswa.
Menyediakan Informasi (Acuan)
Diskusi yang baik tidak mungkin dimulai tanpa informasi yang cukup. Dosen
hendaknya mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan seperti, beberapa
banyak dan bilama informasi tersebut diperlukan agar diskusi tidak menjadi
macet.
Meningkatkan Partisipasi
Usahakan agar kesempatan berpendapat tidak didominasi oleh satu atau dua
orang saja. Parstisipasi dapat ditingkatkan, misalnya dengan cara dosen memberi
giliran yang sama kepada semua mahasiswa untuk menjadi ketua kelompok.
Menentukan Kriteria dan Rambu-Rambu
Kriteria dan Rambu-Rambu yang jelas akan mengarahkan proses intruksional.
Aktivitas seperti diskusi menjadi jelas tujuan, kriteria dan hasil yang diharapkan.
Menengahi Perbedaan
Perbedaan persepsi atau pendapat dapat menumbuhkan diskusi yang baik, namun
perbedaan yang berlarut-larut dapat menyebabkan diskusi tidak mencapai
tujuannya. Peran dosen sangat penting untuk menengahi perbedaan tersebut
secara objektif.
Mengkoordinasi dan Menganalisis Informasi
Koordinasi, analisis dan hubungannya yang jelas antara informasi-informasi yang
diberikan oleh mahasiswa adalah kunci untuk mempertahannkan kelangsungan
diskusi yang baik. Dosen perlu menuntun mahasiswa untuk dapat
mengkoordinasi dan menganalisis informasi yang diperoleh selama diskusi.
Memberi ringkasan / rangkuman
Peserta dikusi belum tentu mengerti akan apa yang diperoleh dari diskusi yang
dilakukan. Dosen diharapkan mengulang dan menjelaskan kembali hasil tersebut
dengan ringkas dan tepat.
10
e.
11
Setelah teman dan dosen, orang dewasa juga menggunakan berbagai jenis
buku, media cetak lainnya, dan media non-cetak: Yang termasuk dalam media cetak
adalah buku, modul, booklet, leaflet, chart, foto, surat kabar, majalah, dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk dalam media non cetak adalah radio, kaset, OHP, slide,
film, video, televisi.
Dengan memperhatikan semua karakteristik orang dewasa, gaya belajarnya,
dan kebutuhannya, maka dosen dapat memilih sumber belajar yang perlu disediakan
dan digunakan dalam pelaksanaan perkuliahan. Yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan sumber belajar adalah bahwa kombinasi beberapa sumber belajar yang
digunakan dengan tepat akan lebih baik daripada penggunaan satu sumber belajar
saja.
Belajar pada mahasiswa (orang dewasa) tidak semata-mata tergantung pada
dosen, tetapi juga pada kemampuannya belajar mandiri. Oleh sebab itu dalam bab
yang akan datang akan dibahas secara khusus tentang konsep belajar mandiri dan cara
mengembangkannya pada diri mahasiswa.
Rangkuman
Pendidikan orang dewasa adalah pendidikan yang menitik beratkan pada cara
bertanya sepanjang hayat dan mempelajari keterampilan untuk mengarahkan diri
sendiri. Dalam menjalankan proses belajarnya, orang dewasa menyukai kondiri
belajar yang bebas, tidak menyukai hafalan dan lebih mengutamakan pemecahan
masalah dan hal-hal praktis.
Orang dewasa mengikuti pendidikan karena motivasi yang berbeda-beda,
yaitu untuk mencapai tujuan tertentu (goal oriented), untuk memenuhi kebutuhan
sosial dan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dirinya (learning oriented).
Faktor-faktor yang mempengharui pendidikan orang dewasa adalah faktor-faktor
kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengaharan diri sendiri,
psikologis dan fisik. Dalam pendidikan orang dewasa dosen berfungsi sebagai
organisator yang mengorganisasikan pengalaman-pengalaman dari kehidupan
mahasiswa sebenarnya menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan baru yang
memberi arti baru bagi mahasiswa.
Pelaksanaan proses belajar mengajar bagi orang dewasa berlangsung fleksibel.
Umpan balik menjadi sangat penting dalam meningkatkan interkasi proses belajar
mengajar. Sumber belajar yang banyak digunakan oleh orang dewasa adalah temanteman sendiri. Dalam proses belajar, pemanfaatan beberapa sumber belajar yang
dikombinasikan dan digunakan dengan tepat akan lebih baik daripada penggunaan
satu sumber belajar saja.
12
LATIHAN
1.
2.
3.
13
Daftar Pustaka
Andrews, T.E., Houston, W.R., Bryant, B.L., Adult Learners: A Research Study.
Washington D.C., Association of Teacher Educators, 1981.
Brookfield, S. Adult Learners, Adult Education and the Community. New York,
Teacher College Press. 1984.
Houle, C., The Inquiring Mind. Madison, University of Madison Press, 1961.
Lovel, R.B. Adult Learning. New York, John Wiley & Sons, 1980.
Merriam, S.B. P. Adult Development: Implications for Adult Education. Columbus,
Ohio, ERIC Clearing House on Adult, Career, and Vocational Education.,
1984.
Penland, P.R., Self-Directed Adult Learning: Implications for the Practitioner.
Anaheim, California, AEA Commission of Professors Meeting on SelfDirected Adult Learning, 1981.
Tamat, T., Dari Pedagogik ke Andragogik: Pedoman bagi Pengelola Pendidikan dan
Latihan. Jakarta, Pustaka Dian, 1985.