Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MASYARAKAT MADANI DALAM


PERSPEKTIF ISLAM DI INDONESIA

Oleh :

Siti Sarah
Kevin Rahmat AS
Herly Hadimas

C1B015036
C1B015051
C1B015056

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2016

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah

melimpahkan

rahmat

dan

karunia-Nya,

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan makalah ini yang berjudul Masyarakat Madani dalam Perspektif


Islam dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tak lupa penulis sanjungkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak
di yaumul kiamah.
Penulis menyadari didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada kepada orang tua yang memotivasi kami
sehingga makalah ini terselesaikan. kepada teman-teman dan semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, maka penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih banyak kekuarangan dan
kesalahan, baik dalam penulisan maupun penyajian materi. Untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan guna
penyempurnaan dalam penyusunan dan penulisan tugas kelompok ini dan tugastugas selanjutnya.

Bengkulu, 1 May 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG.....................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH................................................................................1
1.3. TUJUAN PENULIS........................................................................................1
BAB II ISI...............................................................................................................2
2.1. KONSEP MASYARAKAT.............................................................................2
2.2. MASYARAKAT MADANI............................................................................3
2.3. MASYARAKAT MADANI DALAM PERSPEKTIF ISLAM.......................3
2.4. KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI...........................................6
2.5. PENERAPAN MASYARAKAT MADANI DI INDONESIA........................7
BAB III PENUTUP................................................................................................9
KESIMPULAN......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Akhir-akhir ini sering muncul ungkapan dari sebahagian pejabat
pemerintah,

politisi,

cendekiawan,

dan tokoh-tokoh masyarakat

tentang

masyarakat madani (sebagai terjemahan dari kata civil society). Tampaknya,


semua potensi bangsa Indonesia dipersiapkan dan diberdayakan untuk menuju
masyarakat madani yang merupakan cita cita dari bangsa ini. Masyarakat madani
diprediski sebagai masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi budaya,
adat istiadat, dan agama. Demikian pula, bangsa Indonesia pada era reformasi ini
diarahkan untuk menuju masyarakat madani, untuk itu kehidupan manusia
Indonesia akan mengalami perubahan yang fundamental yang tentu akan berbeda
dengan kehidupan masayakat pada era orde baru. Kenapa, karena dalam
masyarakat

madani

yang

dicita-citakan, dikatakan akan memungkinkan

"terwujudnya kemandirian masyarakat, terwujudnya nilai-nilai tertentu dalam


kehidupan

masyarakat,

terutama

keadilan,

persamaan,

kebebasan

dan

kemajemukan pluraliseme", serta taqwa, jujur, dan taat hukum.


1.2. Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
e.

Apa itu masyarakat?


Apa itu masyarakat madani?
Bagaimana masyarakat madani dalam perspektif islam?
Karakteristik masyarakat madani?
Bagaimanakah penerapan masyarakat madani di Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun yang menjadi tujuan dalam makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.

Mengidentifikasi konsep masyarakat


Mengidentifikasi sejarah masyarakat madani
Mengidentifikasi ciri-ciri dari masyarakat madani
Menjelaskan makna dari masyarakat madani dalam perspektif Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Masyarakat


Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem
semi tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah antara
individu - individu yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat juga bisa di
sebut komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Menurut
Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, manusia dapat dikatakan sebagai sebuah
masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama.
Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama
mereka berdasarkan kemaslahatan. Beberapa ahli sosiologi dunia juga
memberikan sumbangan pemikiran beupa pengertian masyarakat, diantaranya
yaitu :
Selo Sumardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.
Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan
antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi. Emile
Durkheim, masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadipribadi
yang merupakan anggotanya.
Paul B. Horton dan C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia
yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama,
tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta
melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan
manusia tersebut.
Menurut Soerjono Soekanto, sebuah masyarakat harus memenuhi unsur
unsur di bawah ini :
Berangotakan minimal dua orang.
Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan
manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan

aturan hubungan antar anggota masyarakat.


Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan
serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

2.2. Masyarakat Madani


Istilah masyarakat Madani sebenarnya telah lama hadir di bumi, walaupun
dalam wacana akademi di Indonesia belakangan mulai tersosialisasi. "Dalam
bahasa Inggris lebih dikenal dengan sebutan Civil Society". Sebab,"masyarakat
Madani", sebagai terjemahan kata civil society atau al-muftama' al-madani. Istilah
civil society pertama kali dikemukakan oleh Cicero dalam filsafat politiknya
dengan istilah societies civilis, namun istilah ini mengalami perkembangan
pengertian. Kalau Cicero memahaminya identik dengan negara, maka kini
dipahami sebagai kemandirian aktivitas warga masyarakat madani sebagai "area
tempat berbagai gerakan sosial". Secara ideal masyarakat madani ini tidak hanya
sekedar terwujudnya kemandirian masyarakat berhadapan dengan Negara,
melainkan juga terwujudnya nilai-nilai tertentu dalam kehidupan masyarakat,
terutama keadilan, persamaan, kebebasan dan kemajemukan (pluralisme).
Makna utama dari masyarakat madani adalah masyarakat yang menjadikan
nilai-nilai peradaban sebagai ciri utama. Karena itu dalam sejarah pemikiran
filsafat, sejak filsafat Yunani sampai masa filsafat Islam juga dikenal dengan
istilah madinah atau polis, yang berarti kota, yaitu kota yang maju dan
berperadaban.
2.3. Masyarakat Madani dalam perspektif Islam
Islam sebagai suatu agama yang menawarkan aturan-aturan yang
komprehensif yang mengurus hampir segala aspek kehidupan manusia, (Latif,
2007: 60) juga mengatur bagaimana konsep masyarakat yang ideal. Konsep
masyarakat dalam Islam terangkum dalam konsep ummah sebagaimana termuat
dalam berbagai ayat dalam Alquran yang memberikan beberapa peran dan posisi
umat Islam dengan kategori khairu ummah (masyarakat terbaik), ummatan
wasathan (masyarakat seimbang) dan ummah muqtasidah (masyarakat moderat).
Ali Syariati salah satu pemikir Islam yang seirus mengulas makna ummah
mengatakan bahwa masyarakat adalah kumpulan manusia yang para anggotanya
memiliki tujuan yang sama, satu sama lain saling bahu-mambahu, bergerak
menuju cita-cita bersama, berdasarkan kepemimpinan bersama. (Karni, 1999: 48)

Selain bersumber kepada Alquran, Nabi saw sebagai pembawa risalah


agama Islam telah menunjukkan keberhasilan terbesar yakni meletakkan fondasi
masyarakat untuk mendirikan masyarakat taat hukum di dalam kota mulia (almadinah al-fadhilah). Menurut Nurkholis Madjid yang mengutip pendapat Robert
yang merupakan seorang yang berpengaruh dalam sosiologi modern mengatakan:
Tidak ada pertanyaan melainkan bahwa di bawah Muhammad, masyarakat
Arab membuat langkah maju yang cukup berarti dalam kompleksitas sosial dan
kapasitas politik. Struktur yang dibentuk di bawah Muhammad kemudian
dikembangkan oleh khalifah-khalifah yaitu mempersiapkan prinsip-prinsip
organisasi untuk sebuah penyatuan dunia di bawah satu pemerintahan. Hasilnya
pada waktu dan tempat itu adalah cukup modern. Modern dalam dalam tingkat
komitmen, penyatuan dan partisipasi tinggi yang diharapkan dari anggota biasa
masyarakat. Modern dalam keterbukaan kedudukan kepemimpinan untuk mampu
memutuskan pada tataran dasar universalistik dan simbolisasi sebagai upaya
mengukuhkan puncak pimpinan yang tidak diwariskan. (Madjid dkk, 2007: 5354)
Selain pendapat Nurkholis Madjid, seorang intelektual muslim Dawam
Raharjo juga mengatakan bahwa dalam perspektif Islam, masyarakat madani lebih
mengacu kepada penciptaan peradaban. Kata al-din yang umumnya diterjemahkan
dalam agama, ada kaitannya dengan kata al-tamaddun atau peradaban. (Arifin,
2003: 68). Konsep ummah dalam agama Islam mengacu kepada masyarakat
Madinah di mana dalam masyarakat tersebut untuk menciptakan kohesi sosial,
memperkuat titik temu kultural, sosial, politik, dan ekonomi di antara berbagai
kelompok

sosial

beragam.

Mekanismenya,

ummah

dalam

Madinah

mengembangkan dan menekankan penerapan prinsip-prinsip interaksi sosial yang


kondusif bagi penciptaan tatanan demokratis dalam konfigurasi pluralistik seperti
toleransi, keadilan, dialog (syuro), perdamaian, supremasi hukum, persamaan,
partisipasi politik, kebebasan beragama, kontrol sosial dan sejenisnya. (Karni,
1999: 96)

Bagi Islam konsep masyarakat adalah suatu yang utuh, tak terpecah. Islam
memandang bahwa individu merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari
jamaah. Jamaah tak bisa dipisahkan dari keberadaan Daulah (negara). Bagai
tangan yang merupakan bagian dari tubuh. Masyarakat madani adalah masyarakat
yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam
penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Kata madani sepintas orang mendengar asosiasinya dengan kata Madinah,
memangdemikian karena kata Madinah berasal dari dan terjalin erat secara
etimologi dan terminology dengan Madinah yang kemudian menjadi ibukota
pertama pemerintahan muslim. Maka kalangan pemikir muslim mengartikan
civil society dengan cara memberi atribut keislaman madani (atribut dari kata almadani). Oleh karena itu, civil society dipandang sebagai masyarkat madani yang
pada masyarakat ideal di kota Madinah yang dibangun oleh Nabi Muhammad
SAW.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat Madani dengan
firman-Nya dalam Q.S. Saba :15 yaitu:
Artinya: Sungguh, bagi kaum Saba ada tanda (kebesaran Tuhan) di
tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan disebelah
kiri

(kepada

mereka

dikatakan),Makanlah

olehmu

dari

rezeki

yang

(Dianugrahkan) Tuhan-mu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah


negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhan-mu) adalah Tuhan Yang Maha
Pengampun.
Menurut Komarudin Hidayat bagi kalangan intelektual Muslim kedua
istilah (masyarakat agama dan masyarakat madani) memiliki akar normative dan
kesejarahan yang sama, yaitu sebuah masyarakat yang dilandasi norma-norma
keagamaan sebagaimana yang diwujudkan Muhammad SAW di Madinah, yang
berarti kota peradaban, yang semula kota itu bernama Yathrib ke Madinah
dipahami oleh umat Islam sebagai manifesto konseptual mengenai upaya
Rasulullah Muhammad untuk mewujudkan sebuah masyarakat Madani, yang
diperhadapkan dengan masyarakat Badawi dan Nomad.

2.4. Karakteristik Masyarakat Madani


Banyak para ahli menentukan karakteristik masyarakat madani berdasar
pada latarbelakang dan pemahamannya masing-masing. Pada bahasan ini akan
disajikan karakteristik masyarakat Madani menurut H.A.R Tilaar (1999:158)
yaitu:
1. Kesukarelaan
Artinya suatu masyarakat madani bukanlah merupakan suatu masyarakat
paksaan atau karena indokrinasi. Keanggotaan masyarakat madani adalah
keanggotaan dari pribadi yang bebas, yang secara sukarela membentuk
suatu kehidupan bersama dan oleh sebab itu mempunyai komitmen
bersama yang sangat besar untuk mewujudkan cita-cita bersama. Dengan
sendirinya tanggung jawab pribadi sangat kuat karena diikat oleh
keinginan bersama untuk mewujudkan keinginan tersebut.
2. Keswasembadaan
Seperti kita lihat keanggotaan yang suka rela untuk hidup bersama
tentunya tidak akan menggantungkan kehidupannya kepada orang lain.
Dia tidak tergantung kepada Negara, juga tidak tergantung kepada
lembaga-lembaga atau organisasi. Setiap anggota mempunyai harga diri
yang tinggi, yang percaya akan kemampuan sendiri untuk berdiri sendiri
bahkan untuk dapat membantu yang berkekurangan. Keanggotaan yang
penuh percaya diri tersebut adalah anggota yang bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri dan terhadap masyarakatnya.
3. Kemandirian tinggi terhadap Negara
Berkaitan dengan ciri yang kedua tadi, para anggota masyarakat madani
adalah manusiamanusia yang percaya diri sehingga tidak tergantung
kepada perintah orang lain termasuk Negara. Bagi mereka, Negara adalah
kesepakatan bersama sehingga tanggung jawab yang lahir dari
kesepakatan tersebut adalah juga tuntutan dan tanggung jawab dari
masing-masing anggota. Inilah Negara yang berkedaulatan rakyat.
4. Keterkaitan pada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama. Hal ini
berarti suatu masyarakat madani adalah suatu masyarakat yang
berdasarkan hukum dan bukan Negara kekuasaan.
Istilah Civil Sociaty bias disepadankan dengan istilah masyarakat madani
acuannya adalah masyarakat demokratis di Madinah pada masa Nabi Muhammad

SAW yang diatur dalam piagam Madina. Menurut Sukidi yang dikutip oleh H.A.R
Tilaar (1999:160) terdapat sepuluh prinsip dasar yang tercantum dalam piagam
Madinah, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Prinsip kebebasan beragama


Prinsip persaudaraan seagama
Prinsip persatuan politik dalam meraih cita-cita bersama
Prinsip saling membantu yaitu setiap orang mempunyai kedudukan yang

sama sebagai anggota masyarakat


5. Prinsip persamaan hak dan kewajiban warga Negara terhadap Negara.
6. Prinsip persamaan di depan hukum bagi setiap warga Negara.
7. Prinsip penegakan hukum demi tegaknya keadilan dan kebenaran tanpa
pandang bulu
8. Prinsip pemberlakuan hukum adat yang tetap berpedoman pada keadilan
dan kebenaran
9. Prinsip perdamaian dan kedamaian. Hal ini berarti pelaksanaan prinsipprinsip masyarakat madaniah tersebut tidak boleh mengorbankan keadilan
dan kebenaran.
10. Prinsip pengakuan hak atas setiap orang atau individu. Prinsip ini adalah
pengakuan terhadap penghormatan atas hak asasi setiap manusia.
2.5. Penerapan Masyarakat Madani di Indonesia
Untuk kondisi Indonesia sekarang, kata Madani dapat diperhadapkan
dengan istilah masyarakat Modern. Dapat dikatakan bahwa, masyarakat madani
adalah suatu komunitas masyarakat yang memiliki kemandirian aktivitas warga
masyarakatnya yang berkembang sesuai dengan potensi budaya, adat istiadat,
dan agama, dengan mewujudkan dan memberlakukan nilai-nilai keadilan, prinsip
kesetaraan, penegakan hukum, jaminan kesejahteraan, kebebasan, kemajemukan,
dan perlindungan terhadap kaum minoritas. Dengan demikian , masyarakat
madani merupakan suatu masyarakat ideal yang dicita-citakan dan akan
diwujudkan di bumi Indonesia, yang masyarakatnya sangat plural.
Dalam kerangka proses pembangunan masyararkat madani Indonesia,
terdapat beberapa ciri yang khas yang bias kita perhatikan, yaitu:
1. Kenyataan adanya keragaman budaya Indonesia yang merupakan dasar
pengembangan identitas bangsa Indonesia dan kebudayaan nasional.
2. Pentingnya salin pengertian antara sesama anggota masyarakat. Seperti
yang telah dikemukakan oleh filosof Isaiah Berlin, yang diperlukan di
7

dalam masyakat bukan sekedar mencari kesamaan dan kesepakatan yang


tidak mudah untuk dicapai, justru yang penting di dalam masyarakat yang
bhineka adalah adanya saling pengertian. Konflik nilai-nilai justru
merupakan dinamika dari suatu kehidupan bersama di dalam masyarakat
madani. Konflik nilai-nilai tidak selalu berarti hancurnya suatu kehidupan
bersama. Dalam masyarakat demokratis, konflik nilai akan memperkaya
pandangan dari setiap anggota.
3. Toleransi yang tinggi. Dengan demikian masyarakat madani Indonesia
bukanlah masyarkat yang terbentuk atau dibentuk melalui proses
indokrinasi tetapi pengetahuan akan kebhinekaan dan penghayatan
terhadap adanya kebhinekaan tersebut sebagai unsur penting dalam
pembangunan kebudayaan nasional.
4. Akhirnya untuk melaksanakan nilai-nilai yang khas tersebut diperlukan
suatu wadah kehidupan bersama yang diwarnai oleh adanya kepastian
hukum. Tanpa kepastian hukum sifat-sifat toleransi dan saling pengertian
antara sesama anggota masyarakat pasti tidak dapat diwujudkan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi
tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah antara
individu - individu yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat juga
bisa di sebut komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain).
2. Makna utama dari masyarakat madani adalah masyarakat yang menjadikan
nilai-nilai peradaban sebagai ciri utama.
3. Bagi Islam konsep masyarakat adalah suatu yang utuh, tak terpecah. Islam
memandang bahwa individu merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari
jamaah. Jamaah tak bisa dipisahkan dari keberadaan Daulah (negara). Bagai
tangan yang merupakan bagian dari tubuh. Masyarakat madani adalah
masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang
maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
4. Menurut Sukidi yang dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:160) terdapat sepuluh
prinsip dasar yang tercantum dalam piagam Madinah, yaitu: Prinsip kebebasan
beragama, Prinsip persaudaraan seagama, Prinsip persatuan politik dalam
meraih cita-cita bersama, Prinsip saling membantu yaitu setiap orang
mempunyai kedudukan yang sama sebagai anggota masyarakat, Prinsip
persamaan hak dan kewajiban warga Negara terhadap Negara, Prinsip
persamaan di depan hukum bagi setiap warga Negara, Prinsip penegakan
hukum demi tegaknya keadilan dan kebenaran tanpa pandang bulu, Prinsip
pemberlakuan hukum adat yang tetap berpedoman pada keadilan dan
kebenaran, Prinsip perdamaian dan kedamaian dan Prinsip pengakuan hak atas
setiap orang atau individu.

DAFTAR PUSTAKA
Adi Surya Culla. Masyrakat Madani : pemikiran, teori, dan relevansinya
dengan cita-cita reformasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1999.
Arifin, Syamsul. Islam Indonesia (Sinergi Membangun Civil Islam
Dalam

Bingkai

Keadaban

Demokrasi).

Cet.

1.

Malang:

Universitas

Muhammadiyah Malang, Agustus 2003.


Karni, Asrori S. Civil Society dan Ummah (Sintesa Diskursif Rumah
Demokrasi). Cet. 1. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, Maret 1999.
Latif, Yudi. Dialektika Islam (Tafsir Sosiologis Atas Sekulerisasi dan
Islamisasi di Indonesia). Cet. 1. Yogyakarta: Jalasutra, Juli 2007.
Madjid, Nurkholis dkk. Islam dan Humanisme (Aktualisasi Humanisme
Islam di Tengah Krisis Humanisme Universal). Cet. 1. Yogyakarta: IAIN
Semarang dan Pustaka Pelajar, Januari 2007.
Sauri, Sofyan. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi. Bandung:
CV. Maulana Media Grafika, 2008.
http://www.fortunecity.com/millennium/oldemill/498/civils/MDRahardjo.html
http://psikparamadina.blogspot.com/2006/06/masyarakat-madani-dalamperspektif.html

10

Anda mungkin juga menyukai