Anda di halaman 1dari 22

ELASTISITAS DAN APLIKASINYA

Coba bayangkan diri anda adalah seorang petani gandum. Karena seluruh
penghasilan anda bersumber dari penjualan gandum yang anda produksi, maka
Anda pun terpacu untuk terus mengupayakan lahan anda agar seproduktif
mungkin. Anda akan terdorong untuk rajin memantau cuaca dan kondisi tanah,
memastikan ladang anda bebas dari hama dan penyakit, serta sedapat mungkin
mempelajari berbagai perkembangan terbaru dalam teknologi pertanian. Anda
menyadari bahwa semakin banyak gandum yang anda tanam,maka semakin
besar hasil panen yang bisa dijual. Sehingga akan semakin tinggi pendapatan
dan standar hidup yang akan anda nikmati.
Suatu ketika, sebuah universitas mengumumkan penemuan besar di
bidang budidaya gandum. Para peneliti di departemen agronomi unversitas
tersebut telah berhasil menemukan gandum hibrida baru yang dapat menaikkan
produksi gandum per hektar lahan hingga 20 persen. Apa reaksi anda ketika
mendengar berita tersebut? Apakah anda akan secepatnya menggunakan
hibrida baru tersebut? Apakah penemuan itu akan memperbesar kesejahteraan
anda dibanding sebelumnya, ataukah justru sebaliknya? Dalam bab ini kita akan
mempelajari bahwa jawaban dari pertanyaan itu bisa sangat mengejutkan.
Kejutan tersebut akan muncul begitu kita menetapkan perangkat analisis yang
paling mendasar dalam ilmu ekonomi, yakni konsep penawaran dan permintaan
terhadap pasar gandum.
Bab terdahulu sudah memperkenalkan konsep penawaran dan permintaan. Di
setiap pasar kompetitif, seperti halnya pasar gandum, perilaku penjual dapat
dicerminkan oleh kurva penawaran yang lerengnya semakin meningkat.
Sedangkan perilaku pembeli diwakili oleh kurva permintaan yang lerengnya
semakin menurun. Harga barang senantiasa menyesuaikan diri,guna
menyeimbangkan kuantitas barang yang ditawarkan dan kuantitas barang yang
diminta. Untuk mengaplikasikan analisis dasar ini demi memahami dampak
penemuan agronomi tadi terhadap kesejahteraan anda sebagai produsen
gandum, terlebih dahulu kita harus menguasai satu perangkat analisis lagi, yakni
konsep elastisitas. Elastisitas pada dasarnya adalah ukuran seberapa jauh
para pembeli dan penjual bereaksi terhadap perubahan perubahan
kondisi yang terjadi di pasar. Konsep elastisitas ini akan memungkinkan kita
menganalisis penawaran dan permintaan secara lebih tajam.

1. ELASTISITAS PERMINTAAN
Ketika kita membahas determinan determinan (faktor faktor penentu,
atau berbagai hal yang mempengaruhi) permintaan pada bab 4, kita telah
mengetahui bahwa biasanya pembeli akan meminta lebih banyak barang
ketika harganya turun, atau ketika pendapatan kita bertambah, atau
ketika harga barang penggantinya naik, atau jika harga barang
pelengkapnya turun. Pembahasan kita tentang permintaan bersifat
kualitatif, bukan kuantitatif. Artinya, kita hanya membicarakan arah naikturun perubahannya, tetapi tidak memerinci seberapa banyak kenaikan
atau penurunannya. Untuk menghitung sejauh mana permintaan bereaksi
terhadap
perubahan
perubahan
determinannya,
para
ekonom
menggunakan konsep elastisitas.
a. Elastisitas
Harga
Determinannya

dari

Permintaan

dan

Determinan-

Hukum permintaan menyatakan bahwa penurunan harga suatu


barang akan menaikkan kuantitas yang diminta. Elastisitas harga dari
permintaan mengukur sebarapa banyak kuantitas permintaan atas
suatu barang berubah mengikuti perubahan harga barang tersebut.
Permintaan suatu barang dikatakan elastis jika kuantitas yang diminta
berubah secara substansial akibat perubahan harganya. Sebaliknya
permintaan dikatakan tidak elastis atau inelastis jika kuantitas yang
diminta hanya sedikit berubah akibat adanya perubahan harga.
Apa saja yang membuat suatu permintaan bersifat elastis atau
inelastis? Karena permintaan atas barang apapun tergantung pada
preferensi konsumen, maka elastisitas harga dari permintaan
ditentukan oleh banyak kekuatan atau faktor ekonomi, sosial dan juga
psikologis yang mewarnai selera individu. Namun berdasarkan
pengamatan dan pengalaman, kita dapat menarik beberapa azas
umum yang dapat kita simpulkan sebagai hal-hal yang menentukan
elastisitas harga dari permintaan.
Ketersediaan Substitusi
Barang barang yang substitusinya banyak cenderung
memiliki permintaan yang elastis, karena konsumen mudah
meninggalkannya untuk berganti ke barang substitusi tersebut.
Sebagai contoh, mentega dan margarin mudah dipertukarkan.
Karena itu, jika harga mentega naik, sedangkan harga margarin
tetap, konsumen akan mengganti konsumsi menteganya dengan
margarin, sehingga permintaan mentega pun turun drastis.
Sebaliknya, karena telur adalah makan tanpa barang substitusi,
maka permintaan atas telur mungkin lebih inelastis dibanding
permintaan mentega.
Kebutuhan versus Kemewahan
Permintaan atas barang barang kebutuhan pokok umumnya
inelastis, sedangkan permintaan atas barang barang mewah
lazimnya elastis. Karena itu, walaupun ongkos dokter melonjak,
permintaan atas jasa dokter tidak akan merosot drastis. Mungkin,
kita hanya akan mengurangi frekuensi kunjungan ke dokter, tidak
sesering sebelumnya. Sebaliknya, jika harga perahu layar melonjak,
maka kuantitas yang diminta atas barang tersebut akan turun
secara drastis. Alasannya, kebanyakan orang menganggap bahwa
berobat ke dokter merupakan kebutuhan, sementara perahu layar
adalah kemewahan. Tentu saja, apakah suatu barang atau jasa
tergolong kebutuhan atau kemewahan tidak didasarkan pada sifat
intrinsik barang atau jasa yang bersangkutan, melainkan lebih pada
preferensi konsumen. Untuk seorang pelaut yang tidak pernah
memusingkan kesehatannya, mungkin saja perahu layar merupakan
kebutuhan dengan permintaan inelastis, sedangkan berobat ke
dokter terasa sebagai kemewahan dengan permintaan elastis.
Definisi Pasar
Elastisitas permintaan di setiap pasar juga tergantung pada
batas pasarnya. Sebagai contoh, jika pasarnya kecil, atau terbatas,
permintaannya akan cenderung lebih elastis ketimbang jika
pasarnya besar. Karena dalam pasar yang kecil, konsumen lebih
mudah menemukan barang substitusi. Pasar makanan misalnya,
memiliki permintaan yang inelastis karena makanan dalam
pengertian umum tidak memiliki substitusi. Sedangkan pasar es
krim yang pasarnya sempit, permintaannya lebih elastis karena

mudah mengganti es krim dengan hidangan pencuci mulut lainnya.


Es krim vanila, kategori yang sangat sempit, permintaannya sangat
elastis karena cita rasa lain hampir merupakan substitusi sempurna
untuk es krim vanila.
Rentang Waktu
Dalam rentang waktu yang lebih panjang, permintaan
berbagai barang cenderung elastis. Kalau harga bensin naik,
permintaan bensin hanya turun sedikit pada bulan-bulan pertama.
Namun pada waktu-waktu selanjutnya, orang akan membeli mobil
yang lebih hemat bensin, berganti ke kendaraan umum, atau
pindah rumah ke tempat yang lebih dekat dengan kantor. Dalam
beberapa tahun, kuantitas permintaan bensin akan turun drastis.

b. Menghitung Elastisitas Harga dari Permintaan


Kita telah membahas elastisitas harga dari permintaan secara
umum. Sekarang mari kita simak lebih jauh mengenai perhitungannya.
Para ekonom menghitung elastisitas harga dari permintaan sebagai
persentase perubahan kuantitas yang diminta dibagi persentase
perubahan harga. Jadi:
Elastisitas

harga

pesentase perubahan kuantitas yang diminta


persentase perubahan harga

dari

permintaan

Sebagai contoh, umpamakan saja suatu ketika terjadi kenaikan harga


segelas es krim sebesar 10 persen, sehingga menyebabkan konsumsi
es krim Anda pun turun 20 persen. Kita kalkulasikan terlebih dahulu
elastisitas harga dari permintaan es krim sebagai berikut:
Elastisitas harga dari permintaan =

20 persen
10 persen

=2

Dalam contoh ini, elastisitasnya adalah 2. Angka ini menunjukkan


bahwa perubahan kuantitas yang diminta dua kali lebih besar daripada
perubahan harganya.
Mengingat kuantitas yang diminta atas suatu barang senantiasa
memiliki hubungan negatif dengan harganya, maka persentase
perubahan kuantitas yang diminta selalu memiliki tanda yang
sebaliknya dengan persentase perubahan harga. Dalam contoh diatas,
persentase perubahan harganya adalah +10 persen (mencerminkan
peningkatan), sedangkan persentase perubahan kuantitas yang
diminta -20 persen (mencerminkan penurunan). Oleh karena itu, angka
elastisitas kadang kadang dinyatakan sebagai bilangan negatif. Namun,
dalam buku ini kita mengikuti praktek umum yang berlaku dalam
penyebutan besaran elastisitas, yakni tanda negatifnya dihilangkan
begitu saja sehingga yang ditampilkan adalah bilangan positif. (Dalam
matematika, angka seperti ini disebut sebagai angka atau nilai
absolut). Dengan konvensi ini, semakin besar elastisitas harganya,
kuantitas yang diminta semakin responsif terhadap perubahan
harganya.

c. Variasi Kurva Permintaan


Para
ekonom
mengklasifikasikan
kurva-kurva
permintaan
berdasarkan
elastisitasnya.
Permintaan
disebut
elastis
jika
elastisitasnya lebih besar dari 1, sehingga kuantitas yang diminta akan
berubah lebih banyak secara proporsional ketimbang perubahan harga.
Sebaliknya, suatu permintaan disebut inelastis jika elastisitasnya
kurang dari 1, sehingga perubahan kuantitas yang diminta secara
proporsional tidak sebesar perubahan harga. Jika elastisitasnya persis
sama dengan 1, maka perubahan kuantitas yang diminta atas suatu
barang secara proporsional akan sama persis dengan perubahan
harganya, dan permintaan dikatakan memiliki elastisitas uniter.
Karena elastisitas harga dari permintaan mengukur seberapa jauh
kuantitas yang diminta berubah mengikuti pergeseran harga, maka ia
memiliki kaitan erat dengan kemiringan kurva permintaan. Secara
umum, azas sederhana berikut ini bisa kita pegang sebagai pedoman.
Semakin mendatar bentuk kurva permintaan yang melalui
suatu titik, maka semakin besar elastisitas permintaan itu
terhadap harga. Demikian pula sebaliknya, semakin curam bentuk
kurva permintaan yang melalui suatu titik, maka elastisitas
harga dari permintaannya semakin kecil.
Gambar 5.1 memaparkan lima kasus. Dalam kasus ekstrem
elastisitas nol, permintaan inelastis sempurna, bentuk kurva
permintaan vertikal atau berupa garis lurus tegak. Dalam kasus ini,
berapa pun harga berubah, kuantitas yang diminta tetap.
Gambar 5.1 Elastisitas Harga dari Permintaan.

Harga

100

Permintaan
2. . . . Mengakibatkan penurunan kuantutas
yang diminta sebesar 67 persen

3. Jika harga kurang dari $4,


Kuantitas yang diminta tidak terbatas

Elastisitas harga dari permintaan menentukan bentuk kurva permintaannya,


baik itu terjal, landai, atau bahkan mendatar atau tegal lurus. Perhatikan
bahwa semua persentase perubahan dihitung dengan memakai metode nilai
tengah.

Jika elastisitasnya lebih besar, maka bentuk kurva permintaan akan


lebih mendatar. Semakin besar elastisitasnya, kian mendatar bentuk
kurva yang diminta. Pada kasus ekstrem kebalikannya, permintaannya
elastis sempurna. Hal ini terjadi ketika elastis harga dari permintaan
mendekati tak terhingga dan kurva permintaan menjadi horisontal,
yang mencerminkan bahwa perubahan harga sekecil apapun akan
mengakibatkan perubahan kuantitas yang diminta secara besar
besaran.
Akhirnya, jika Anda mengalami kesulitan untuk mengingat
perbedaan antara istilah elastis dan inelastis, berikut ini akan kami
berikan sebuah trik memori untuk Anda: Kurva Inelastis, seperti pada
panel (a) Gambar 5.1, berbentuk seperti huruf I. Kurva Elastis,
seperti pada panel (e) berbentuk seperti huruf E. Ini bukanlah masukan
yang cemerlang, namun mungkin dapat membantu Anda dalam ujian
berikutnya.
d. Penerimaan Total dan Elastisitas Harga dari Permintaan
Dalam mempelajari perubahan penawaran dan permintaan. Kita
perlu memahami satu variabel penting lainnya, yakni penerimaan
total. Pada dasarnya, penerimaan total adalah jumlah yang dibayarkan
pembeli dan yang diterima penjual. Di setiap pasar, penerimaan total
sama dengan P X Q,harga barang dikalikan jumlah barang yang terjual.
Kita dapat memperlihatkan penerimaan total secara grafis, seperti
tampak pada Gambar 5.2. Tinggi kotak dibawah kurva permintaan
adalah P, sedangkan lebarnya adalah Q. Luas bidang kotak tersebut , P
x Q, sama dengan penerimaan total di pasar tersebut. Di dalam
Gambar 5.2, P = $4 dan Q = 100, sehingga penerimaan totalnya $4 X
100 = $400.

Gambar 5.2 Penerimaan Total.

$4

100
Jumlah total yang dibayarkan para pembeli dan yang diterima para penjual
sebagai penerimaannya; nilainya sama dengan luas bidang kotak dibawah
kurva permintaan atau P X Q. Disini diumpamakan harga = $4, dan kuantitas
yang diminta = 100, sehingga penerimaan total adalah $400.

Perubahan apa yang akan terjadi pada penerimaan total jika ada
pergeseran disepanjang kurva permintaan? Jawabannya tergantung
pada elastisitas harga dari permintaan. Jika permintaan inelastis,
seperti diperlihatkan pada Gambar 5.3, maka kenaikan harga akan
mengakibatkan kenaikan penerimaan total. Dalam gambar itu
dicontohkan kenaikan harga dari $1 menjadi $3 menyebabkan sedikit
penurunan kuantitas yang diminta, yakni dari 100 menjadi 80,
sehingga penerimaan totalnya mengalami kenaikan dari $100 menjadi
$240. Kenaikan harga meningkatkan P X Q karena proporsi penurunan
Q lebih kecil ketimbang kenaikan P.
Gambar 5.3 Perubahan Penerimaan Total Akibat Perubahan
Harga: Kasus Penerimaan Inelastis.

dari $100 menjadi $240

Pada kurva permintaan inelastis, kenaikan harga akan mengakibatkan


penurunan kuantitas yang diminta dalam proporsi yang lebih kecil. Karena itu,
penerimaan total (perkalian harga dan kuantitas) mengalami peningkatan.
Disini dicontohkan kenaikan harga dari $1 menjadi $3 menyebabkan kuantitas
yang diminta turun dari 100 menjadi 80, dan penerimaan total pun mengalami
kenaikan dari $100 menjadi $240.

Kita dapatkan hasil sebaliknya, jika permintaan elastis: Kenaikan


harga akan mengakibatkan penurunan penerimaan total. Hal ini
diperlihatkan pada Gambar 5.4 yang mengandaikan terjadinya
kenaikan harga dari $4 menjadi $5, kuantitas yang diminta langsung
turun, dari 50 menjadi 20, sehingga penerimaaan totalnya pun
menyusut dari $200 menjadi $100. Karena permintannya elastis,
penurunan kuantitas yang diminta begitu besar sehingga melampaui
tambahan penerimaan yang bersumber dari kenaikan harga. Dengan
kata lain, kenaikan harga menurunkan P X Q karena proporsi
penurunan Q lebih besar ketimbang proporsi kenaikan P.
Gambar 5.4 Perubahan Penerimaan Total Akibat Perubahan
Harga: Kasus Permintaan Elastis

Dari $200 menjadi $100

Pada kurva permintaan elastis, kenaikan harga akan mengakibatkan


penurunan kuantitas yang diminta dalam proporsi yang lebih besar. Oleh
sebab itu, sehigga penerimaan total pendapatan (perkalian harga dan
kuantitas) mengalami penurunan. Disini dicontohkan kenaikan harga dari $4
menjadi $5 menyebabkan kuantitas yang diminta turun dari 50 menjadi 20,
dan penerimaan total pun mengalami penurunan dari $200 menjadi $100.

Meskipun contoh kasus yang digunakan disini memang ekstrem,


namun contoh-contoh itu dapat mengilustrasikan azas-azas pokok yang
dapat kita jadikan pedoman, yakni:
Jika kurva permintaan inelastis (elastisitas harga kurang dari 1),
maka kenaikan harga akan menaikkan penerimaan total, dan
sebaliknya penurunan harga juga akan menurunkan penerimaan
total.
Jika kurva permintaan elastis (elastisitas harga lebih dari 1), maka
kenaikan harga akan menurunkan penerimaan total, sedangkan
penurunan harga justru akan menaikkan penerimaan total.
Dalam kasus khusus, dimana permintaan elastis-uniter (elastisitas
harga sama dengan 1), perubahan harga tidak akan mempengaruhi
total pendapatan.
e. Elastisitas Permintaan Lainnya

Selain elastisitas harga dari permintaan,


para ekonom juga
menggunakan elastisitas lain untuk menggambarkan perilaku pembeli
di pasar.
Elastisitas Pendapatan dari Permintaan
Para ekonom menggunakan elastisitas pendapatan dari
permintaan untuk mengukur seberapa besar perubahan kuantitas
yang diminta apabila pendapatan konsumen berubah. Elastisitas
pendapatan adalah persentase perubahan kuantitas yang diminta
dibagi persentase perubahan pendapatan. Yaitu:
Elastisitas

Pendapatan

dari

Persentase Perubahan Kuantitas yang Diminta


Persentase Perubahan Pendapatan

Permintaan

Seperti yang telah kita bahas dalam bab 4, sebagian besar


barang di pasar adalah barang normal. Untuk barang-barang ini,
kenaikan pendapatan konsumen akan meningkatkan kuantitas yang
diminta. Karena kuantitas yang diminta dan pendapatan bergerak
ke arah yang sama, barang normal mempunyai elastisitas
pendapatan yang positif. Beberapa jenis barang , seperti karcis bis,
disebut sebagai barang inferior. Pendapatan yang lebih tinggi justru
menurunkan kuantitas yang diminta. Jika pendapatan orang-orang
berambah sehingga bisa membeli mobil sendiri, maka kuantitas
permintaan karcis bis pun turun. Karena jumlah yang diminta dan
pendapatan bergerak ke arah yang berlawanan, barang inferior
memiliki elastisitas pendapatan yang negatif.
Bahkan diantara sesama barang normal, besaran elastisitas
permintaan terhadap pendapatannya berbeda-beda (meskipun
sama-sama positif). Barang-barang kebutuhan pokok seperti
sandang dan pangan biasanya memiliki elastisitas permintaan
terhadap pendapatan yang lebih kevil ketimbang barang-barang
mewah, karena berapa pun gaji kita, kita akan tetap membelinya.
Sebaliknya, barang barang mewah seperti caviar atau pakaian yang
terbuat dari kulit binatang cenderung mempunyai elastisitas
pendapatan yang besar karena konsumen merasa tidak
memerlukannya, apalagi bila pendapatannya terlalu rendah. Itu
sebabnya kenaikan kuantitas yang diminta atas barang-barang
seperti itu akan nampak mencolok ketika pendapatan kita
bertambah.

Elastisitas Harga Silang dari Permintaan


Para ekonom menggunakan elastisitas harga silang dari
permintaan untuk mengukur seberapa besar perubahan kuantitas
yang diminta untuk suatu barang ketika harga barang lainnya
berubah. Ini dirumuskan sebagai persentase perubahan kuantitas
yang diminta dari barang 1 dibagi dengan persentase perubahan
harga dari barang 2. Dengan kata lain:

Elastisitas

Harga

Silang

Persentase Perubahan
Kuantitas yang diminta dari Baramg 1

Persentase Perubahan Harga dari Barang 2

dari

Permintaan

Positif atau negatifnya nilai elastisitas harga silang ini


tergantung pada apakah kedua barang tersebut substitusi atau
komplemen. Seperti yang telah kita bahas pada bab 4, barang
substitusi adalah barang-barang yang biasanya bisa saling
menggantikan, seperti hamberger dan hotdog. Naiknya harga
hotdog akan mendorong orang membuat hamberger sebagai
penggantinya. Karena harga hotdog dan kuantitas hamberger yang
diminta bergerak ke arah yang sama, maka elastisitas harga
silangnya bernilai positif. Sebaliknya, barang komplemen adalah
barang-barang yang biasanya digunakan secara bersama-sama,
seperti komputer dan perangkat lunak. Dalam hal ini, elastisitas
harga silangnya bernilai negatif, menandakan bahwa kenaikan
harga komputer akan mengurangi kuantitas perangkat lunak yang
diminta.

2. ELASTISITAS PENAWARAN
Ketika kita mempelajari determinan-determinan penawaran di bab 4,
kita telah memahami bahwa penjual suatu barang akan meningkatkan
kuantitas yang ditawarkan kalau harga barang tersebut meningkat, atau
jika harga input atau faktor produksinya turun, atau jika ada kemajuan
teknologi. Kini kita akan menyimak kembali tentang penawaran ini tidak
secara kualitatif, melainkan lebih kuantitatif, dan caranya adalah dengan
menerapkan konsep elastisitas.
a. Elasitisitas
Harga
dari
Penawaran
dan
DeterminanDeterminannya
Kita telah mengetahui, hukum penawaran menyatakan bahwa
kenaikan harga suatu barang akan menaikkan kuantitas yang
dtawarkan. Elastisitas harga dari penawaran mengukur seberapa
banyak kuantitas yang ditawarkan atas suatu barang mengikuti
perubahan harga barang tersebut. Penawaran atas suatu barang
dikatakan elastis jika perubahan harga menyebabkan perubahan yang
cukup besar pada kuantitas yang ditawarkan. Sebaliknya, penawaran
dikatakan tidak elastis atau inelastis apabila kuantitas yang ditawarkan
itu sedikit saja berubah ketika harganya berubah.
Elastistas penawaran terhadap harga ditentukan oleh fleksibelitas
penjual dalam mengubah kuantitas barang yang mereka produksi.
Sebagai contoh, penawaran sebidang tanah di tepi pantai bersifat
inelastis, karena tanah di tepi pantai tidak bisa dibuat semau penjual.
Sedangkan baramg-barang manufaktur seperti mobil, buku, atau
televisi memiliki penawaran yang elastis karena pemilik pabrik bisa
menambah jam kerja atau pegawai untuk memacu produksinya jika
harga naik.

Di sebagian besar pasar, determinan kunci elastisitas harga dari


penawaran adalah rentang waktu yang ada. Penawaran dalam jangka
panjang cenderung lebih elastis atau mudah berubah ketimbang
penawaran dalam jangka pendek. Ini mudah dipahami karena dalam
jangka pendek para produsen akan kesulitan menambah atau
mengurangi kuantitas produksinya. Dengan demikian, kuantitas yang
ditawarkam dalam jangka pendek tidaklah terlalu peka terhadap
perubahan harga. Seandainya rentang waktunya panjang, para
pengusaha akan dapat membangun pabrik baru, atau menutup pabrik.
Selain itu perusahaan baru dapat memasuki pasar atau perusahaan
lama juga mungkin ditutup. Itu berarti dalam jangka panjang, kuantitas
yang ditawarkan bersifat peka/elastis terhadap perubahan harga.
b. Menghitung Elastisitas Harga dari Penawaran
Sekarang kita telah memiliki gambaran sekilas mengenai makna
elastisitas harga dari penawaran. Sekarang, mari kita simak lebih jauh
mengenai penghitungannya. Para ekonom menghitung elastisitas
harga dari penawaran sebagai persentase perubahan kuantitas yang
ditawarkan dibagi persentase perubahan harga. Atau,
Elastisitas

Harga

dari

Persentase Perubahan Kuantitas yang Ditawarkan


Persentase Perubahan Pendapatan

Penawaran

Sebagai contoh, umpakan saja suatu ketika terjadi kenaikan harga


susu, yakni dari $1.00 menjadi $1.10 per galon, sehingga para
produsen susu pun terpacu meningkatkan penawarannya dari 10.000
menjadi 11.500 galon per bulan. Kita kalkulasikan dulu persentase
perubahan harga susu tersebut sebagai berikut:
Persentase Perubahan Harga = (1.10 1.00)/1.00 X 100 = 10%
Lalu, kita hitung persentase perubahan kuantitas yang ditawarkan
sebagai berikut:
Persentase Perubahan Kuantitas Penawaran = (11.500
10.000)/10.000 X 100 = 15%
Dengan demikian, dalam contoh kasus ini, elastisitas penawaran susu
terhadap harga adalah:
Elastisitas Penawaran terhadap Harga =

15
10

= 1,5

Dalam contoh ini, elastisitasnya sama dengan 1,5 dan itu berarti
proporsi perubahan kuantitas susu yang ditawarkan 1,5 kali lebih besar
daripada proporsi perubahan harganya.
c. Variasi Kurva Penawaran
Karena elastisitas harga dari penawaran mengukur seberapa
banyak kuantitas yang ditawarkan berubah mengikuti pergeseran
harga, maka elastisitas itu dapat diketahui dengan melihat bentuk
kurva penawarannya. Gambar 5.5 memaparkan lima kasus.
Gambar 5.5 Elastisitas Harga dari Penawaran

Harga

Penawaran

Penawaran

Penawaran

1.
Jika harga lebih dari $4,
kuantitas penawarannya
tidak terbatas

Elastisitas harga dari penawaran menentukan bentuk kurva penawarannya,


baik itu curam atau landai. Perhatikan bahwa semua persentase perubahan
dihitung dengan memakai metode nilai tengah.

Dalam kasus ekstrem elastisitas nol, artinya penawarannya inelastis


sempurna, bentuk kurvanya vertikal atau berupa garis lurus tegak.
Dalam kasus ini, berapa pun harga berubah, kuantitas penawarannya
tetap. Jika elastisitasnya lebih besara, maka bentuk kurva
penawarannya akan lebih mendatar, dan itu berarti kuantitas yang
ditawarkan lebih peka terhadap perubahan-perubahan harga. Pada
kasus ekstrem kebalikannya, yakni penawaran bersifat elastis
sempurna, kurva penawarannya berbentuk horizontal atau garis lurus
mendatar, dan elastisitasnya sendiri tidak terbatas. Bentuk seperti ini
menandakan bahwa perubahan harga sekecil apapun dapat
mengakibatkan perubahan kuantitas yang ditawarkan secara drastis.

3. TIGA APLIKASI KONSEP PENAWARAN, PERMINTAAN, DAN


ELASTISITAS

Mungkinkah berita baik di bidang pertanian justru menjadi berita buruk


bagi para petani? Mengapa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak
(OPEC), gagal mempertahankan tingginya harga minyak? Apakah
penggalakan perang terhadap obat bius memang dapat menurunkan
kajahatan yang berkaitan dengan obat bius, ataukah justru memacunya?
Sepintas, pertanyaan-pertanyaan ini nampak tidak berkaitan satu sama
lain. Namun sesungguhnya, ketiganya berhubungan dengan pasar,
sedangkan semua pasar bertumpu pada kekuatan-kekuatan penawaran
dan permintaan. Kita akan mencoba menerapkan konsep-konsep
penawaran, permintaan, dan elastisitas guna menjawab pertanyaanpertanyaan yang kesannya begitu kompleks tersebut.
a. Mungkinkah Berita Baik di Bidang Pertanian Justru Menjadi
Berita Buruk Bagi Para Petani?
Sekarang, mari kita simak pertanyaan yang sebenarnya sudah
dimunculkan di awal bab ini. Apa yang akan terjadi terhadap pasar dan
para petani gandu seandainya para agronom universitas menemukan
gandum hibrida baru yang dapat meningkatkan produktivitas lahan?
Anda tentu masih ingat pada bab 4 kita menjawab pertanyaan itu
melalui tiga tahap. Pertama, kita aka menelaah dahulu mana yang
mengalami pergeseran, kurva permintaan ataukah kurva penawaran.
Kedua, kita akan melihat arah pergeseran itu (naik atau turun). Ketiga,
kita gunakan diagram penawaran dan permintaan untuk mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi atas ekuilibrium pasar.
Dalam kasus ini, penemuan gandum hibrida baru tersebut
mempengaruhi kurva penawaran (karena dampaknya tertuju pada
produksi). Karena hibrida baru tersebut akan meningkatkan produksi
gandum per hektar lahan, maka terlepas dari yang tengah berlaku,
para petani gandum akan memberikan lebih banyak penawaran. Itu
berarti, kurva penawaran gandum akan bergeser ke kanan. Kurva
permintaannya sendiri tidak beranjak, karena keinginan konsumen
untuk membeli gandum tidak terpengaruh oleh adanya penemuan
gandum hibrida baru tersebut. Gambar 5.6 meperlihatkan contoh
perubahan seperti itu. Kalau kurva penawaran bergeser dari
menjadi

S1

S 2 , kuantitas gandum yang terjual naik dari 100 menjadi

110 unit, tetapi harga merosot tajam dari $3 menjadi $2.

Gambar 5.6 Kenaikan Penawaran di Pasar Gandum

$3

100
Berkat adanya kemajuan teknologi pertanian, penawaran gandum meningkat
dan kurvanya bergeser ke kanan dari

S1

menjadi

S 2 . Akibatnya harga

gandum pun turun. Mengingat permintaan gandum bersifat tidak elastis, maka
proporsi kenaikan kuantitas penjualan gandum dari 100 menjadi 110 unit lebih
kecil daripada proporsi penurunan harganya, yakni dari $3 menjadi $2 per
unit. Akibat akhirnya adalah total pendapatan para petani gandum pun
merosot dari $300 ($3 X 100) menjadi $220 ($2 X 110).

Lantas apakah penemuan hibrida baru itu meningkatkan


kesejahteraan para petani gandum? Untuk menjawabnya kita lohat
saja apa yang terjadi dengan penerimaan total para petani.
Penerimaan total petani adalah P X Q, yakni harga gandum hibrida
yang berlaku dikalikan dengan kuantitas gandum yang terjual.
Penemuan tersebut mempengaruhi petani lewat 2 cara yang saling
bertentangan. Penemuan tersebut memang memperbesar kuantitas
gandum yang diproduksi (Q naik), akan tetapi harga per keranjangnya
lebih murah (P turun).
Kenaikan atau penurunan penerimaan total, seperti yang baru saja
kita pelajari, ditentukan oleh elastisitas permintaan. Dalam kenyataan
sehari-hari, permintaan terhadap barang-barang kebutuhan pokok
seperti gandum biasanya inelastis karena barang-barang ini harganya
relatif murah dan sedikit memiliki barang substitusi. Seperti telah
diperlihatkan pada Gambar 5.6, kalau permintaannya inelastis, maka
kemerosotan harga pasti mengakibatkan penurunan total pendapatan.
Maka seperti dapat anda lihat pada gambar itu: Proporsi kemerosotan
harga lebih besar ketimbang proporsi kenaikan kuantitas yang terjual.
Akibatnya, total pendapatan para petani pun turun dari $300 menjadi
$220. Sampai disini dapat disimpulkan bahwa penemuan gandum
hibrida baru justru menurunkan kesejahteraan atau penerimaan total
petani yang bersumber dari penjualan gandumnya.

b. Mengapa OPEC Gagal Mempertahankan Tingginya Harga


Minyak?
Dari
berbagai
peristiwa
yang
paling
mengguncangkan
perekonomian internasional selama beberapa dasawarsa lampau,
sesungguhnya banyak yang bersumber dari pasar minyak dunia. Pada
dekade 1970-an, para anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor
minya, OPEC, memutuskkan untuk menaikkan harga minyak demi
memperbesar pendapatan mereka. Mereka mewujudkan tujuan itu
dengan mengurangi kuantitas yang ditawarkan secara bersama-sama.
Antara tahun 1973 hingga tahun 1974 harga minyak (telah disesuaikan
dengan inflasi secara keseluruhan) melonjak dari lebih 50 persen.
Selanjutnya beberapa tahun kemudian, OPEC mengulangi lagi tindakan
tersebut. Harga minyak dunia kembali naik 14 persen pada tahun
1979, diikuti kenaikan 34 persen di tahun 1980, lalu naik lagi 34 persen
di tahun 1981.
Namun, OPEC sendiri mengalami kesulitan dalam mempertahankan
tingginya harga minyak tersebut. Dari tahun 1982 hingga tahun 1985,
harga minyak dunia terus menerus turun sekitar 10 persen per tahun.
Ketidakpuasan, saling curiga dan persaingan mulai berkembang di
tubuh OPEC. Pada tahun 1986, kekompakan OPEC bisa dikatakan telah
runtuh, dan harga minyak pun anjlok hingga 45 persen. Pada tahun
1990,harga minyak dunia (sudah disesuaikan terhadap inflasi) ternyata
kembali ke tingkat yang sama di tahun 1970, dan harga minyak dunia
selama dekade 1990-an rata-rata tidak beranjak lagi.
Episode ini menunjukkan betapa penawaran dan permintaan dapat
berperilaku secara berbeda dalam jangka panjang dan jangka pendek.
Dalam jangka pendek, baik penawaran maupun permintaan relatif
inelastis. Penawaran bersifat inelastis karena kuantitas cadangan
minyak yang diketahui tersedia dan kapasitas penambangannya tidak
bisa berubah cepat. Permintaan minyak bersifat inelastis karena
permintaannya tidak langsung berubah ketika harganya berubah. Para
pemilik mobil yang boros bensin tentunya akan lebih memilih
membayar harga bensin yang lebih mahal ketimbang harus membuang
mobil dan menggantinya dengan mobil baru yang lebih hemat bensin.
Oleh sebab itu, seperti diperlihatkan pada panel (a) Gambar 5.7,
ketika kurva penawaran bergeser dari
kenaikan tajam dari

P1 menjadi

S1

ke

S 2 , harga mengalami

P2 .

Gambar 5.7 Penurunan Penawaran di Pasar Minyak Dunia


(a)Pasar Minyak dakam Jangka Pendek

P2

(b)Pasar Minyak dalam Jangka Panjang

Ketika penawaran minyak turun, tanggapan pasar tergantung pada rentang


waktunya. Dalam jangka pendek, tingkat penawaran dan permintaan relatif
inelastis, seperti diperlihatkan pada panel (a). Oleh sebab itu, ketika kurva
penawaran bergeser dari

S1

ke

S 2 , harga mengalami kenaikan tajam

karena permintaan tidak berubah. Namun, dalam jangka panjang, penawaran


dan permintaan relatif elastis, seperti diperlihatkan pada panel (b). Dalam
kasus ini, jika kurva penawaran bergeser dari

S1

ke

S 2 , maka harga

hanya akan naik sedikit saja.

Situasinya sangat berbeda dalam jangka panjang. Dalam rentang


waktu yang lama, para produsen minyak akan memiliki cukup waktu

untuk menggalakkan usaha penemuan minyak dan penambangannya.


Konsumen juga akan berkesempatan melakukan penyesuaian. Jika
harga minyak terus menerus tinggi dalam waktu lama, maka para
pemakai mobil boros bensin akan lebih memilih mengganti mobilnya
ketimbang harus terus menanggung harga mahal bensin. Karena itu,
seperti diperlihatkan oada panel (b) Gambar 5.7, jika kurva
penawaran bergeser, maka harga akan hanya naik sedikit saja. Untuk
jangka panjang, pergeseran pada kurva penawaran dari

S1

ke

S2

mengakibatkan harga hanya akan naik sedikit saja.


Analisis ini dapat menjelaskan mengapa OPEC hanya mampu
menjaga tingginya harga minyak dunia dalam jangka pendek. Ketika
negara-negara anggota OPEC sepakat menurunkan produksi minyak
mereka, pada dasarnya mereka menggeser kurva penawaran ke
sebelah kiri. Namun, karena lonjakan harga yang diakibatkannya tinggi,
maka meskipun produksi dan penjualannya berkurang, dalam jangka
pendek pendapatan para anggota OPEC itu meningkat cukup tajam.
Sebaliknya dalam jangka panjang ketika penawaran dan permintaan
lebih elastis, pengurangan penawaran, yang diperlihatkan oleh
pergeseran horisontal kurva penawaran, tidak banyak menaikkan
harga. Jadi, dapat disimpilkan bahwa terlepas dari kompak-tidaknya
OPEC, berdasarkan analisis kita, terlihat bahwa penurunan kuantitas
penawaran secara terkoordinasi yang dilakukan oleh OPEC memang
tidak akan begitu efektif dalam jangka panjang.
OPEC masih tetap eksis hingga saat ini, dan dari waktu ke waktu
berhasil mengurangi penawaran dan meningkatkan harga. Akan tetapi,
harga minyak tidak pernah lagi mencapai puncaknya seperti pada
tahun 1981. Kartel ini sekarang tampaknya menyadari bahwa kenaikan
harga akan lebih mudah dilakukan untuk jangka pendek ketimbang
untuk jangka panjang.
c. Apakah Penggalakan Perang Terhadap Obat Bius Memang
Dapat Menurunkan Kejahatan yang Berkaitan dengan Obat
Bius, ataukah Justru Memacunya?
Salah satu masalah pelik yang menghadangkan negara kita adalah
terus meningkatnya perdagangan obat-obatan terlarang atau narkotika
seperti heroin, kokain dan crack. Penggunaan obat-obatan terlarang itu
menimbulkan berbagai dampak merugikan. Salah satu yang paling
serius diantaranya adalah pemakainya menjadi kecanduan dan
terjebak dalam ketergantungan obat. Jika pemakainya tidak punya
uang lagi untuk membeli obat terlarang itu, ia akan melakukan apa
saja demi memperoleh uang, entah itu mencuri, menjual diri atau
merampok. Untuk menekan peredaran obat bius, pemerintah
membelanjakan miliaran dolar setiap tahunnya untuk mencegah aliran
masuk berbagai obat bius dari negara-negara lain. Mari kita guanakan
perangkat analisis penawaran dan permintaan untuk mengkaji
efektivitas kebijakan antinarkotika.
Umpamakan saja suatu ketika pemerintah Australia menambah
jumlah agen federal secara besar-besaran guna meningkatkan upaya
perang melawan narkotika. Apa yang akan terjadi di pasar narkotika?
Seperti biasa kita akan menjawab pertanyaan ini melalui tiga tahap.

Pertama-tama akan kita lihat mana yang akan bergeser, kurva


penawaran ataukah kurva permintaan. Kedua, harus kita ketahui ke
arah mana pergeseran itu (berupa kenaikan atau penurunan). Ketiga,
kita akan simak dampak pergeseran itu terhadap harga dan kuantitas
ekuilibrium.
Meskipun perang anti obat bius dimaksudkan untuk mengurangi
penyalahgunaan narkotika, namun dampak langsungnya terarah
kepada penjual, bukan pembeli/pemakai obat bius itu. Pada saat
pemerintah memperketat semua pintu masuk, menyita lebih banyak
narkotika, dan lebih banyak menangkapi para peneyelundupnya, maka
biaya penjualan narkotika yang harus dipikul para pedagangnya akan
melonjak sehingga kuantitas narkotika yang mereka tawarkan pun
akan turun, terlepas dari berapa pun harga yang tengah berlaku.
Sementara itu, permintaan obat bius tidak berubah. Kuantitas narkotika
yang diinginkan para pecandunya tidak mengalami perubahan, berapa
pun harganya. Oleh karena itu, sebagaimana diperlihatkan oleh panel
(a) Gambar 5.8, penggalakan perang anti narkotika menggeser kurva
penawaran ke kiri, dari

S1

menjadi

S 2 , namun tidak mengubah

posisi kurva permintaannya. Harga ekuilibrium pun meningkat dari

P1

menjadi

menjadi

Q2 .

P2,

sedangkan kuantitas ekuilibrium turun dari

Hal

ini

menunjukkan

bahwa

kebijakan

Q1

perang

antinarkotika memang dapat menurunkan tingkat penyalahgunaan


obat bius.
Gambar 5.8 Kebijakan untuk Menurunkan Pemakaian Obat
Terlarang
(a)

P2

Q2
(b)

D2

Penggalakan perang anti-narkotika menurunkan penawaran obat bius dari

S 1 menjadi

S 2 seperti diperlihatkan pada panel (a). Jika permintaan obat

bius inelastis, maka harga total yang harus dipikul para pemakai obat bius
akan meningkat, meskipun jumlah orang yang memakai obat bius berkurang.
Sebaliknya, pendidikan anti narkoba mengurangi permintaan obat bius dari

D 1 ke

D 2 seperti diperlihatkan oleh panel (b), maka harga dan kuantitas

obat bius akan berkurang sekaligus, sehingga pada akhirnya biaya total yang
dipikul para pemakai obat bius akan turun.

Tetapi bagaimana dengan berbagai tindak kejahatan yang


berhubungan dengan obat bius, yang juga ingin diturunkan? Untuk
menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat biaya total yang harus dipikul
oleh para pemakai obat bius. Karena pecandu obat bius kelihatannya
semakin nekad karena harga obat bius naik, sepertinya permintaan
obat bius adalah inelastis, seperti terlihat pada Gambar 5.8. jika
permintaan inelastis, maka kenaikan harga akan menaikkan total
pendapatan dalam pasar obat bius. Dengan kata lain, karena
kampanye anti obat bius malahan menaikkan proporsi harga obat bius
lebih besar daripada proporsi penurunan penggunaan obat bius, maka
hal tersebut menaikkan jumlah uang total yang dibayarkan oleh para
pecandu. Para pecandu yang sebelumnya telah mencuri untuk
mencukupi kebiasaan jelek, mereka akan lebih membutuhkan uang
secara cepat. Jadi, gerakan anti obat bius malah dapat meningkatkan
angka kejahatan yang terkait dengan obat bius.
Sehubungan dengan adanya dampak-dampak yang sangat
merugikan inilah maka sebagian analis menganjurkan pendekatan lain.
Mereka menganjurkan agar yang dijadikan sasaran bukan penawaran
obat bius, melainkan permintaannya. Mereka mendesak para pembuat
kebijakan untuk mengedepankan edukasi anti obat bius demi
menurunkan permintaan narkotika. Caranya bisa bermacam-macam,
mulai dari peningkatan usaha penyadaran tentang bahaya narkotika
hingga peningkatan usaha penyembuhan para pecandu dan
rehabilitasinya ke masyarakat. Jika dijalankan secara sungguhsungguh, maka kebijakan edukasi anti obat bius tersebut akan
menimbulkan dampak seperti diperlihatkan pada panel (b) Gambar
5.8. Kurva permintaan akan bergeser ke kiri dari

D1

Konsekuensinya, ekuilibrium kuantitas akan turun dari

menjadi

Q1

ke

D2 .
Q2 ,

sedangkan ekulibrium harga juga turun dari

P1 ke

P2 . Total

pendapatan para pedagang narkotika, yang merupakan perkalian


antara harga dan permintaan, dengan sendirinya juga turun. Jadi,
dibandingkan dengan kebijakan perang antinarkotika, edukasi
antinarkotika ini lebih baik karena dapat menurunkan harga sekaligus
kuantitas permintaan narkotika.
Namun, para penganjur perang anti obat bius masih bisa mendebat
bahwa kebijakan edukasi anti obat bius menimbulkan dampak yang
berlainan dalam jangka panjang dan jangka pendek, karena elastisitas
permintaan bisa berbeda, tergantung pada rentang waktunya.
Permintaan obat bius mungkin saja inelastis dalam jangka pendek
karena kenaikan harga tidak akan menurunkan konsumsi narkotika
para pecandunya. Tetapi dalam jangka panjang, permintaan obat bius
itu bisa bersifat elastis, karena mahalnya harga obat bius akan
menyurutkan minat para pemuda untuk mencoba-coba obat terlarang,
sehingga akan menurunkan jumlah para calon pecandu atau
memperkecil permintaan obat bius dan aneka tindak kejahatan yang
berhubungan dengan narkotika di masa mendatang. Jadi, perang anti
obat bius dalam jangka pendek akan memacu tindak kejahatan itu,
namun dalam jangka panjang akan menurunkannya.

4. KESIMPULAN

Ada gurauan yang mengatakan bahwa seekor burung beo pun bisa
menjadi ekonom jika ia menghafalkan dua patah kata, yakni penawaran
dan permintaan. Dua bab terakhir yang kita bahas kiranya telah dapat
meyakinkan anda bahwa guyonan itu ada benarnya. Konsep-konsep dasar
penawaran dan permintaan memungkinkan anda mempelajari berbagai
peristiwa dan kebijakan penting yang membentuk perekonomian.
Bersiaplah, sebentar lagi anda akan menjadi seorang ekonom (atau, paling
tidak, menjadi beo yang sangat terdidik).

PENGANTAR EKONOMI MIKRO


BAB 5

ELASTISITAS DAN APLIKASINYA

SITI SARAH
C1B015036
SEMESTER I/KELAS B

Anda mungkin juga menyukai