Anda di halaman 1dari 25

Selera Masyarakat

Selera konsumen terhadap barang dan jasa dapat memengaruhi jumlah


barang yang diminta. Jika selera konsumen terhadap barang tertentu meningkat
maka permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat pula. Misalnya, beras.
Walaupun harganya sama, permintaan beras per tahun di Provinsi Maluku lebih
rendah dibanding dengan di Sumatra Utara. Mengapa? karena orang-orang
Maluku lebih menyukai sagu (sejak kecil mereka makan sagu). Sebaliknya di
Sumatra Utara, selain lebih menyukai beras, ada kebiasaan (adat) yang
membutuhkan beras, terutama dikalangan masyarakat Batak, pada saat acara
pernikahan. Contoh lainnya, sekarang ini banyak orang yang mencari hand phone
yang dilengkapi fasilitas musik dan game, karena selera konsumen akan barang
tersebut tinggi maka permintaan akan hand phone yang dilengkapi musik dan
game akan meningkat. Contoh lainnya, saat ini celana pensil sedang tren dan
banyak permintaan akan celana ini, namun lama-kelamaan celana pensil dianggap
biasa dan ketinggalan zaman karena telah digeser oleh mode-mode baru yang
memmbuat selera masyarakat berubah.

Jumlah Penduduk
Pertambahan penduduk merupakan faktor yang sangat dominan terhadap
perubahan permintaan dan penawaran. Gejala ini mudah dimengerti, mengingat
tidak mungkin seorang anak manusia yang lahir di dunia ini akan dibiarkan
demikian saja tanpa perawatan, makanan, pakaian dan tempat tinggal serta
pendidikan sebagaimana layaknya manusia yang harus hidup wajar. Jadi
jelaskanlah bahwa semakin banyaknya jumlah penduduk akan mengakibatkan
meningkatkannya permintaan atas barang atau jasa.
Bertambahnya penduduk akan menimbulkan bertambahnya kebutuhan
berbagai macam barang/jasa, sehingga permintaan akan bertambah. Naiknya
permintaan berpengaruh langsung terhadap penawaran barang/jasa. Banyaknya
permintaan itu akan menaikkan harga barang/jasa yang ditawarkan, sehingga pada
suatu saat permintaan akan menurun kembali, ketika permintaan turun
produsen/penjual yang masih memiliki banyak barang/jasa akan menaikkan
penjualan dengan menurunkan harga.

Prediksi Harga di masa yang akan datang.


Apabila konsumen menganggap harga suatu barang terus naik, maka
jumlah barang yang diminta akan naik. Sebaliknya apabila harga suatu barang
dianggap terus turun, maka konsumen akan menunda pembelian sampai harga
mencapai titik terendah. Misalnya seperti bbm/bensin.
Elastisitas.

Makin meluasnya penggunaan matematika dalam ilmu ekonomi telah


memungkinkan para ekonom memuaskan rasa ingin tahu tentang hubungan
sebab-akibat, aksi reaksi antara satu variabel dengan variabel lain. Berapa persen
satu variabel akan berubah, bila satu variabel lain berubah sebesar satu persen?
Analisis ini disebut analisis sensitivitas atau Elastisitas. Angka elastisitas
(koefisien elastisitas) adalah bilangan yang menunjukkan berapa persen atau
variabel tak bebas akan berubah, sebagai reaksi karena satu variabel lain (variabel
bebas) berubah satu persen. Dengan kata lain, elastisitas mengukur seberapa besar
kepekaan atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga.

Dalam referensi lain menjelaskan bahwa dalam ilmu ekonomi, dengan


logika sederhana kita dapat mengetahui bagaimana perubahan dalam suatu
variabel, seperti harga barang atau tingkat bunga, cenderung memengaruhi
perilaku. Hampir pasti misalnya, jika harga bensin naik, orang akan jarang
memakai kendaraan. Juga, ketika suatu toko melakukan obral besar dan
memotong harga, jumlah penjualan akan naik. Bab ini memperlihatkan bahwa
prinsip penawaran dan permintaan memungkinkan kita meramalkan perubahan
perilaku rumah tangga dan perusahaan baik di pasar nasional maupun
internasional. Kita bisa katakan, misalnya bahwa maraknya pembangunan
perumahan di Amerika Serikat tahun 2000-2005 menggeser permintaan kayu dan
meningkatkan harga balok kayu dan kayu gelondongan di pasar dunia. Kita juga
bisa mengatakan bahwa harga kayu gelondongan yang meningkat menyebabkan
peningkatan penebangan kayu.

Sesungguhnya, yang benar-benar perlu diketahui adalah seberapa besarkan


reaksi ini? Berapa banyak penjualan yang terjadi di toko jika melakukan obral?
Peningkatan yang besar dalam jumlah penjualan akan meningkatkan penerimaan,
tapi peningkatan yang kecil sebenarnya mungkin mengurangi penerimaan karena
harga barang-barang yang dijual sudah diturunkan. Seberapa jarang orang akan
mengendarai kendaraan jika harga bensin melonjak? Berapa banyak pohon akan
ditebang sebagai respons atas maraknya perumahan?
Perhatikanlah negara-negara pengekspor minyak (OPEC), yang telah
sukses mempertahankan tingginya harga minyak dengan mengontrol penawaran.
Hingga taraf tertentu, mengurangi penawaran dan menaikkan harga akan
meningkatkan total penerimaan minyak bagi negara-negara produsen. Anda
mungkin memperkirakan strategi ini akan berlaku pada semua komoditi. Tidak.
Jika organisasi negara pengekspor pisang (OBEC) melakukan hal yang sama,
strategi tersebut tidak akan berhasil.

Mengapa? Anggaplah OBEC memutuskan untuk mengurangi produksi


sebanyak 30 persen untuk mendorong harga pisang dunia. Mula-mula, ketika
kuantitas pisang yang ditawarkan turun, kuantitas yang diminta lebih besar
daripada kuantitas yang ditawarkan, dan harga dunia akan naik. Tapi persoalan
OBEC adalah berapa tinggi harga dunia akan naik. Yakni, berapa tinggi orang
mau membayar untuk terus mengonsumsi pisang? Jika persentase peningkatan
dalam harga lebih besar daripada persentase penurunan dalam output, negara-
negara OBEC akan merugi.

Dengan riset kecil, kita akan mengetahui bahwa prospeknya tidak bagus
untuk OBEC. Penyebabnya adalah karena banyak barang substitusi yang logis
untuk pisang. Sewaktu harga pisang naik, orang akan mengurangi makan pisang
dan menggantikan pisang dengan nanas atau jeruk. Banyak orang yang tidak mau
membayar harga pisang yang tinggi kuantitas pisang yang diminta pun menurun
30 persen pada kuantitas baru yang ditanyakan setelah sedikit kenaikan harga saja,
dan OBEC gagal dalam misinya, penerimaan tidak naik, tetapi justru turun.

Kuantitas minyak yang diminta hampir tidak responsif terhadap perubahan


harga karena tidak ada barang substitusi bagi minyak yang langsung tersedia.
Ketika harga minyak mentah naik pada awal 1970-an, 130 juta kendaraan
bermotor, yang menempuh rata-rata 12 mil per galon dan mengkonsumsi lebih
dari 100 miliar galon bensin per tahun., berada di jalanan Amerika Serikat. Di
musim dingin, jutaan rumah dipanaskan dengan minyak dan industri
menggunakan peralatan yang menggunakan produk-produk minyak bumi, ketika
negara-negara produsen minyak (OPEC) mengurangi produksi, harga minyak
meningkat tajam. Kuantitas yang diminta kadang turun, tapi harga meningkat
lebih dari 400 persen.. yang membuat kasus OPEC dan OBEC berbeda adalah
besarnya respons atau tanggapan dalam kuantitas yang diminta pada perubahan
harga.

Pentingnya pengukuran aktual tidak bisa terlalu ditekankan. Tanpa


kemampuan mengukur dan meramalkan berapa besar kecenderungan orang untuk
merespon perubahan ekonomi, seluruh teori ekonomi di dunia hanya bisa sedikit
membantu pembuat kebijakan. Sebenarnya, sebagian besar riset yang dilakukan
dalam ilmu ekonomi saat ini melakukan pengumpulan dan analisis data kuantitatif
untuk mengukur perilaku. Ini adalah perubahan dramatis dalam disiplin ilmu
ekonomi yang berlangsung 30 tahun terakhir.

Ilmu ekonomi secara umum mengukur kecepatan tanggapan atau respons


(perubahan) dengan menggunakan konsep Elastisitas. Elastisitas adalah konsep
umum yang bisa digunakan untuk mengkuantifikasi tanggapan suatu variabel
ketika variabel lain berubah. Jika suatu variabel A berubah sebagai tanggapan atas
perubahan dalam variabel lain B, elastisitas A terhadap B sama dengan perubahan
persentase dalam A dibagi dengan perubahan persentase dalam B.

%Δ𝐴
Elastisitas A terhadap B =
%Δ𝐵

Kita dapat menyatakan elastisitas permintaan atau penawaran terhadap


harga, elastisitas investasi terhadap tingkat bunga., atau elastisitas pembayaran
pajak terhadap pendapatan .
Elastisitas Permintaan dan Penawaran.

Kita telah mengetahui bahwa kenaikan penawaran karena panen raya atau
pun sebab lainnya, akan menekan harga. Jadi tidaklah mengherankan bila Gregory
King di abad XVII pun sudah mengemukakan kenyataan tersebut. Namun, King
juga meneliti fakta, yang tidak begitu jelas. Penelitian statistik yang dilakukannya
telah meyakinkan dirinya bahwa para petani secara keseluruhan menerima
pendapatan yang lebih rendah ketika panen sedang melimpah dibanding ketika
panen sedang buruk. Secara paradoksal, bisa dikatakan bahwa cuaca yang baik
tidaklah menguntungkan bagi petani secara keseluruhan.

Kenyataan bahwa Q pertanian yang tinggi cenderung diasosiasikan dengan


pendapatan yang rendah. (=P X Q) adalah masalah yang harus selalu diperhatikan
oleh lembaga pemerintahan di setiap negara. Untuk memahaminya, kita harus
mengerti dan menguasai konsep ekonomi yang disebut “Elastisitas Permintaan”.
Suatu perusahaan (seperti misalnya People Express, sebuah perusahaan
penerbangan di Amerika Serikat dengan harga tiket kapal terbang yang rata-rata
50% di bawah harga tiket pesaingnya) yang berniat menurunkan harga penjualan
dengan tujuan meningkatkan penjualan dan laba, perlu sebelumnya memahami
konsep elastisitas itu. Begitu juga bila pemerintah bermaksud menaikkan tarif
jasa-jasa umum untuk memperkecil kerugian, disini konsep elastisitas permintaan
harus mendapatkan perhatian pula.

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit


barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang
memengaruhinya (ceteris paribus). Ada tiga faktor penting yang memengaruhi
permintaan terhadap suatu barang, yaitu harga barang itu sendiri, harga barang
lain, dan pendapatan. Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri
disebut Elastisitas Harga (Price Elaticity of Demand). Sedangkan elastisitas yang
dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang (Cross Elasticity),
dan bila dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan (Income
Elasticity).
Elastisitas penawaran (Es) dapat didefinisikan dengan analogi logika yang
sama dengan elastisitas permintaan. Elastisitas penawaran adalah angka yang
menunjukkan berapa persen jumlah barang yang ditawarkan berubah, bila harga
barang berubah satu persen. Elastisitas penawaran juga dapat dikaitkan dengan
faktor-faktor atau variabel-variabel lain yang dianggap memengaruhinya, seperti
tingkat bunga, tingkat upah, harga bahan baku dan harga bahan antara lainnya.
Para pakar ekonomi memperkenalkan konsep elastisitas penawaran sebagai
gambaran “persentase perubahan Q yang ditawarkan sebagai reaksi terhadap
persentase kenaikan P yang bersaing”. Jadi, elastisitas penawaran bisa diartikan
sebagai konsep yang berguna tetapi tidak sepenting elastisitas permintaan karena
elastisitas permintaan memiliki fungsi utama, yaitu memberikan gambaran
tentang apa yang terjadi dengan total penerimaan.

Persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan


𝐸𝑠 =
Persentase perubahan harga

Atau

𝜕𝑄
%𝜕𝑄 (𝑄) 𝑃 𝜕𝑄
Es = = 𝜕𝑃 = ∙
%𝜕𝑃 (𝑃) 𝑄 𝜕𝑃

Secara grafis tingkat elastisitas penawaran terlihat dari slope kurva


penawaran: makin datar, makin elastis penawaran suatu barang.

Tipe Elastisitas.

Tabel di bawah ini memberikan tanggapan hipotesis dari pihak-pihak yang


melakukan permintaan, terhadap 10% peningkatan dalam 4 pasar. Insulin jelas
diperlukan oleh seseorang penderita diabetes tergantung insulin, dan kuantitas
yang diminta cenderung tidak merespons peningkatan harga. Ketika kuantitas
yang diminta tidak tanggap sama sekali atas perubahan harga, perubahan
persentase dalam kuantitas yang diminta adalah nol.
Contoh Elastisitas Permintaan Untuk 4 Produk.

Produk %Perubahan dalam %Perubahan dalam Elastisitas


Harga Kuantitas (% QD:% P)
(% P) (% QD)
Insulin +10% 0% 00 Inelastis
sempurna.
Layanan telepon +10% -1% -0,1 Inelastis
standar
Daging sapi +10% -10% -1,0 Elastis uniter

Pisang +10% -30% -3,0 Elastis

Tabel diatas mengilustrasikan permintaan inelastis sempurna untuk insulin.


Karena kuantitas yang diminta tidak berubah sama sekali ketika harga berubah,
kurva permintaannya hanya berupa garis vertikal. Tidak seperti insulin, layanan
telepon standar umumnya dianggap suatu keperluan tapi bukan keperluan absolut.
Jika 10% peningkatan dalam tarif telepon menyebabkan 1% persen penurunan
dalam kuantitas layanan yang diminta, elastisitas permintaan adalah (-1 : 10) = -
0,1.
Ketika perubahan persentase dalam kuantitas yang diminta lebih kecil
ukuran absolutnya daripada perubahan persentase dalam harga, seperti dalam
kasus layanan telepon, maka elastisitas (dalam ukuran absolutnya) lebih kecil
daripada 1. Ketika suatu produk memiliki elastisitas antara 0 dan -1, kita katankan
bahwa permintaannya Inelastis. Permintaan layanan telepon standar inelastis pada
tingkat -0,1. Secara sederhana, permintaan inelastis dapat diartikan bahwa ada
sedikit tanggapan permintaan, tapi tidak terlalu besar terhadap harga.
Kembali ke tabel atas, kita melihat bahwa 10 persen peningkatan dalam
harga daging sapi menurunkan kuantitas daging sapi yang diminta sebesar 10
persen. Maka elastisitas permintaannya adalah (-10 : 10) = -1. Ketika perubahan
persentase kuantitas produk yang diminta sama dengan perubahan persentase
harga dalam nilai absolut, kita katakan bahwa permintaan produk itu memiliki
Elastisitas uniter. Elastisitas ini bernilai minus satu (-1). Seperti diperlihatkan oleh
tabel diatas, permintaan akan daging sapi memiliki elastisitas uniter.
Ketika perubahan persentase kuantitas yang diminta lebih besar daripada
perubahan persentase dalam harga absolut, kita katakan bahwa permintaan itu
elastis. Permintaan untuk pisang, misalnya cenderung sangat elastis karena ada
banyak barang substitusi untuk pisang misalnya buah lain. Jika dalam harga
pisang meningkat sebesar 10% terjadilah 30% penurunan kuantitas pisang yang
diminta, elastisitas harga permintaan pisang adalah (-30 : 10) = -3. Ketika nilai
absolut elastisitas melebihi 1, permintaanya elastis.
Elastisitas Tanggal

Efek Substitusi dan Efek Pendapatan


Konsep utilitas marjinal bermanfaat sekali dalam memahami hukum dasar-
dasar permintaan dengan kemiringan ke bawah. Akan tetapi dalam beberapa puluh
tahun terakhir ini, para pakar ekonomi telah mengembangkan pendekatan
alternatif lain untuk menganalisis permintaan tanpa mengaitkannya dengan
utilitas marjinal. Pendekatan alternatif tersebut menggunakan kurva kepuasan
sama dan dijelaskan di Apendiks bab ini. Di sini diberikan ikhtisar utama dari
pendekatan alternatif tersebut. Pendekatan alternatif ini juga memberikan hasil
yang diinginkan dan membuka mata kita akan faktor-faktor yang memengaruhi
besar kecilnya tingkat tingkat respon kuantitas barang yang diminta terhadap
harga.
Pendekatan alternatif itu dimulai dengan pertanyaan: Efek substitusi dan
efek pendapatan apakah yang terjadi karena adanya perubahan harga? Melalui
pertanyaan ini, kita dapat mengetahui bahwa jumlah barang yang diminta akan
turun bila harganya naik.
Menurut pandangan buku Case and Fair, meskipun gagal utilitas
merupakan cara berpikir guna menyangkut proses pilihan, ada penjelasan tentang
kurva permintaan yang di bawah yang tidak mengandalkan konsep utilitas atau
asumsi utilitas marjinalyang menurun. Penjelasan ini berpusat pada efek
pendapatan dan substitusi.
Camkan selalu bahwa konsumen menghadapi pilihan yang terbatas dan
kemungkinan respons suatu rumah tangga atas penurunan harga beberapa produk
sering digunakan., ceteris paribus. Bagaiman mungkin suatu rumah tangga yang
mengkonsumsi banyak barang akan merespons turunnya harga salah satu barang,
jika pendapatan, referensi, dan semua harga lain tidak berubah? Rumah tangga
mengahadapi batasan anggaran yag baru, dan pilihan akhir atas semua barang
yang mungkin berubah. Penurunan harga bensin, misalnya mungkin memengaruhi
berapa banyak bensin yang Anda beli tetapi juga jenis mobil yang Anda beli,
seberapa sering Anda berwisata, kemana Anda pergi dan (tidak secara langsung),
berapa banyak film yang Anda tonton bulan ini serta berapa banyak perbaikan
rumah yang harus diselesaikan.

Efek Substitusi.
Faktor pertama yang menjelaskan turunnya konsumsi karena naiknya
harga sangat jelas. Kalau harga teh naik, sedangkan harga-harga lainnya tetap,
maka secara relatif teh menjadi lebih mahal. Efek substitusi menyatakan bahwa
lebih baik mengganti barang itu dengan barang lain agar standar kehidupan bisa
tetap dipertahankan sebaik mungkin.
Karena teh sebagai minuman stimulan telah menjadi lebih mahal, maka
semakin sedikit teh yang dibeli tetapi semakin banyak orang akan membeli kopi
atau coklat. Konsumen disini melakukan hal yang sama, yang akan dilakukan oleh
seorang penguasaha dalam menghadapi kenaikan harga salah satu faktor
produksinya. Pengusaha akan mengganti metode produksi yang
memungkinkannya menggunakan input yang lebih murah sebagai substitusi input
yang sekarang telah menjadi lebih mahal. Dengan proses substitusi itu, mereka
dapat menghasilkan produk yang sama dengan biaya yang termurah. Begitu pula
dengan konsumen, mereka membeli kepuasan dengan biaya semurah-murahnya.
Kenyataan bahwa penurunan harga membuat rumah tangga lebih
beruntung menjelaskan semuanya. Apabila harga suatu produk turun, produk itu
juga menjadi lebih murah. Jadi, produk itu menjadi lebih menarik dibandingkan
dengan barang sub potensialnya. Turunnya harga produk X mungkin
menyebabkan rumah tangga menjadi pola pembeliannya menjauh dari barang
substitusi menuju X. Pergeseran ini disebabkan substitusi akibat perubahan harga.
Sebelumnya kita telah membahas bahwa biaya atau harga “riil” suatu
barang, apa yang harus dikorbankan oleh seseorang untuk mengkonsumsi barang
itu. Biaya oportunitas ini ditentukan oleh harga relatif. Untuk melihat mengapa
demikian, pernah lagi pilihan yang saya hadapi apabila tiket ke Nashville
harganya $400. Setiap perjalanan yang saya lakukan memerlukan pengorbanan
$400 nilai barang dan jasa lain. Apabila harga turun menjadi $200 biaya
oportunitas sebuah tiket turun sebesar $200. Dengan kata lain, setelah penurunan
harga, saya hanya akan mengorbankan $200 (bukan $400) nilai barang dan jasa
lain untuk mengunjungi ibu saya.
Untuk memperjelas perbedaan antara efek pendapatan dan substitusi di
benak Anda, bayangkan bagaimanakah saya terpengaruh jika 2 hal itu terjadi pada
saya sekaligus. Pertama, harga tiket perjalanan melalui udara pulang pergi Florida
dan Nashville turun dari $400 menjadi $200. Kedua, pendapatan saya berkurang
$800. Saya sekarang menghadapi harga yang relatif baru, tetapi dengan
mengasumsikan saya pulang ke rumah empat tahun lalu saya tidak merasa lebih
beruntung sekarang daripada sebelum harga tiket turun. Penurunan harga
perjalanan udara dengan tepat mengoffset penurunan pendapatan saya.
Saya masih cenderung lebih sering pulang ke rumah. Mengapa? Biaya
oportunitas pulang ke rumah sekarang lebih murah, ceteris paribus yaitu dengan
mengasumsikan tidak ada perubahan harga barang dan jasa lain. Perjalanan ke
Nashville sekarang hanya memerlukan pengorbanan $200 nilai barang dan jasa
lain, bukan $400 seperti sebelumnya. Oleh sebab itu, saya akan mensubstitusikan
barang lain dengan perjalanan untuk mengunjungi ibu saya.
Namun hal sebaliknya akan terjadi apabila harga naik, ceteris paribus.
Kenaikan harga akan membuat rumah tangga merasa lebih rugi. Jika pendapatan
dan harga lain tidak berubah, jumlah uang yang sama hanya bisa dibelanjakan
untuk membeli barang dan jasa lebih sedikit, dan rumah tangga akan terpaksa
membeli lebih sedikit. Ini adalah efek pendapatan. Di samping itu, apabila harga
suatu produk naik, produk itu menjadi relatif lebih mahal dibandingkan barang
substitusi lainnya, dan rumah tangga cenderung menggantinya dengan barang lain.
Ini adalah efek substitusi.
Apa yang kita petik dari efek pendapatan dan substitusi tentang kurva
permintaan?
Baik efek pendapatan maupun substitusi menyiratkan hubungan negatif
antara harga dan kuantitas yang diminta dengan kata lain, permintaan yang miring
ke bawah. Apabila harga suatu barang turun, ceteris paribus, kita merasa lebih
untung, dan kita cenderung membeli lebih banyak barang itu dan barang lain (efek
pendapatan). Karena harga yang lebih rendah juga berarti “lebih mahal dibanding
barang substitusi”, kita cenderung membeli lebih banyak barang itu (efek
substitusi). Apabila harga suatu barang naik, kita merasa lebih rugi, dan kita akan
membeli lebih sedikit barang itu (efek pendapatan). Harga yang lebih tinggi juga
berarti “lebih mahal dibanding barang substitusi”, dan kita cenderung membeli
lebih sedikit barang itu dan lebih banyak barang lain (efek substitusi).

Efek Pendapatan.
Di sisi lain, jika pendapatan anda terbatas, maka keterpaksaan Anda
membeli barang dengan harga yang lebih tinggi akan sama dengan menderita
penurunan pendapatan riil atau daya beli yang Anda beli. Secara lebih umum efek
pendapatan menyatakan bahwa naiknya harga menyebabkan pendapatan riil Anda
menurun sehingga pembelian hampir semua jenis barang akan ikut menurun.
Dengan pendapatan riil yang telah menurun itu, Anda akan membeli lebih sedikit
teh. Dengan demikian, efek pendapatan akan memperkuat efek substitusi dalam
menjadikan kurva DD mempunyai kemiringan ke bawah. Kekecualian hanyalah
pada barang “inferior” seperti margarin dan lain-lain.
Untuk lebih jelasnya kita perhatikan kurva berikut ini.
Y
IC2

IC1

A
C

BL3
B

BL1

0 X1 X2 X3 X
BL2
Kurva di atas menunjukkan kasus Harga turun. Turunnya harga X
membuat harga X relatif lebih murah daripada harga Y (slope BL3 lebih datar
daripada BL1) . jika konsumen diminta melakukan penyesesuaian keseimbangan
pada tingkat kepuasan yang sama (IC1) dengan pendapatan nyata tidak berubah,
maka titik keseimbangan tecapai di titik B, yaitu persinggungan antara IC1 dengan
BL2 (garis terputus-putus dan sejajar dengan BL3). BL2 merupakan garis
anggaran yang sama nilainya dengan BL1, namun kemiringannya berbeda sesuai
dengan rasio harga pada BL2. Jumlah X yang diminta menjadi 0X2 (karena harga
X sekarang relatif lebih murah). Pertambahan permintaan terhadap X sebesar
X1X2 merupakan efek substitusi.
Pertambahan jumlah X yang diminta sebesar X2X3 merupakan efek
pendapatan. Sebab jika pendapatan nominal naik (BL2 terputus-putus digeser
sejajar ke atas BL3 menyinggung IC2), jumlah X yang diminta bertambah
sebanyak X2X3 unit.
Efek Total = Efek Substitusi + Efek Pendapatan
X1X2 = X1X2 + X2X3.
Y

IC1
IC2

BL3
BL2 BL1

X
0 X3 X2 X1
Kurva di atas menunjukkan kasus harga turun. Efek total dari kenaikan
harga X adalah penurunan permintaan sebesar 0X1-0X3. Jika konsumen harus
melakukan penyesesuaian keseimbangan dengan asumsi tingkat pendapatan dan
tingkat kepuasan adalah sama seperti kondisi awal (IC1), maka keseimbangan
konsumen tercapai di titik B yang merupakan persinggungan BL2 (garis terputus-
putus) dengan IC1. Perubahan rasio harga (harga relatif) telah mengurangi jumlah
X yang diminta sebanyak X1X2. Ini merupakan efek substitusi. Sedangkan
penurunan pendapatan (yang disebabkan kenaikan harga X) telah menurunkan
haega X yang diminta sebesar X2X3. Ini merupakan efek pendapatan.
Referensi lain menyebutkan, perubahan harga memengaruhi rumah tangga
dalam dua hal. Pertama, jika kita mengasumsikan bahwa rumah tangga membatasi
pilihan produk mereka yang memperhatikan kesejahteraan mereka, maka
penurunan harga setiap produk, ceteris paribus, membuat rumah tangga itu jelas
merasa lebih diuntungkan. Dengan kata lain, jika suatu rumah tangga terus
membeli jumlah yang persis sama atas setiap barang dan jasa setelah harga turun,
rumah tangga itu akan memiliki sisa pendapatan. Pendapatan ekstra itu mungkin
dibelanjakan atas produk yang harganya turun, yang disini kita sebut barang X
atas produk lain. Perubahan konsumsi X akibat perbaikan kesejahteraan ini
disebut pendapatan dari perubahan harga.
Anggaplah bahwa saya tinggal di Florida dan empat kali dalam setahun
saya terbang ke Nashville untuk mengunjungi ibu saya. Anggaplah lagi bahwa
tahun lalu tiket pergi ke Nashville seharga $400. Jadi, saya menghabiskan total
$1.600 per tahun untuk perjalanan mengunjungi ibu saya. Namun, tahun ini
sengitnya persaingan antara perusahaan penerbangan telah mengakibatkan salah
satu perusahaan penerbangan menawarkan tiket pulang pergi ke Nashville seharga
$200. Dengan asumsi bahwa harga tetap sepanjang tahun, saya sekarang bisa
terbang pulang ke rumah persis sama banyak orang, saya menghemat $800 untuk
tiket pesawat dibanding ongkos tahun lalu. Sekarang karena saya merasa
beruntung, karena saya memiliki kesempatan tambahan. Saya bisa terbang ke
rumah lima kali tahun ini, menyisakan $600 ($800-$200) untuk dibelanjakan pada
waktu lain, atau saya bisa terbang pulang ke rumah dengan jumlah yang sama
(empat kali) membelanjakan ekstra ($800) untuk hal-hal lain.
Apabila harga sesuatu yang kita beli turun, kita merasa beruntung. Apabila
harga sesuatu yang kita beli naik, kita merasa rugi.
40

H
A
R
G
A
25
P
E
R

M 15
A
K
A
N
A
N
($)

0 5 10
Makanan Thailand per bulan

Kurva di atas menunjukkan bahwa apabila harga makanan Thailand turun,


serangkaian oportunitas yang dihadapi oleh Tom dan Ann bertambah. Mereka
mampu membuat banyak makanan Thailand, lebih banyak dugem ke klub jazz,
atau lebih banyak melakukan keduannya. Mereka jelas lebih beruntung akibat
penurunan harga. Dalam pengertian pendapatan riil mereka lebih tinggi.
Mengingat tentang definisi barang normal. Apabila pendapatan naik,
permintaan akan barang normal meningkat. Sebagian besar barang adalah barang
normal. Karena penurunan harga, Tom dan Ann sanggup membeli lebih banyak
makanan. Makanan Thailand adalah barang normal, penurunan harga makanan
Thailand seharusnya mengakibatkan peningkatan kuantitas makanan Thailand
yang diminta.
Harga barang dan jasa.

Rumah tangga merasa lebih


Efek Rumah tangga
beruntung (pendapatan riil
pendapatan membeli lebih
yang lebih tinggi)
banyak
Turun

Rumah tangga
Biaya oportunitas Efek
membeli lebih
barang turun substitusi
sedikit

Rumah tangga merasa lebih


Efek Rumah tangga
rugi (pendapatan riil yang
pendapatan membeli lebih
lebih rendah)
sedikit.
Naik

Rumah tangga
Biaya oportunitas Efek
membeli lebih
barang naik substitusi
sedikit.

Efek pendapatan dan substitusi dari perubahan harga


Barang Normal.

Dalam ilmu ekonomi, barang normal adalah semua barang yang


permintaannya akan bertambah ketika pendapatan masyarakat bertambah (yang
juga berarti bahwa barang tersebut memiliki elastisitas permintaan positif. Istilah
normal tidak merujuk pada kualitas barang tersebut.

Menurut kurva indiferensi, jumlah permintaan suatu barang bisa


bertambah, berkurang, atau tetap ketika pendapatan masyarakat bertambah.
Digambarkan dalam diagram di bawah: barang Y adalah barang normal karena
jumlah barang yang diminta meningkat dari Y1 ke Y2 seiring dengan kenaikan
pendapatan (BC1 ke BC2). Barang X adalah barang inferior karena jumlah barang
yang diminta turun dari X1 ke X2 ketika pendapatan masyarakat bertambah.

Barang Inferior.

Barang inferior adalah barang yang jumlah permintaannya akan turun


seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Salah satu contoh barang
inferior adalah sandal jepit. Ketika tingkat pendapatan masyarakat rendah, tingkat
permintaan terhadap barang tersebut akan tinggi. Namun ketika tingkat pendapat
masyarakat meningkat, permintaan atas barang tersebut akan turun karena
masyarakat meninggalkannya dan memilih untuk membeli sandal lain yang lebih
berkualitas meskipun dengan harga yang lebih mahal.
Menurut kurfa indifferen, jumlah permintaan suatu barang bisa bertambah,
berkurang, atau tetap ketika pendapatan masyarakat bertambah. Digambarkan
dalam diagram di bawah: barang Y adalah barang normal karena jumlah barang
yang diminta meningkat dari Y1 ke Y2 seiring dengan kenaikan pendapatan (BC1
ke BC2). Barang X adalah barang inferior karena jumlah barang yang diminta
turun dari X1 ke X2 ketika pendapatan masyarakat bertambah.

Barang Giffen.
Salah satu barang yang bertentangan dengan hukum permintaan, semakin
tingi harga barang giffen, jumlah yang diminta akan semakin tinggi pula.
Sebaliknya jika harga barang giffen rendah, permintaannya akan turun.
Contoh dari barang jenis ini adalah makanan pokok berkualitas rendah (
Staple food ) seperti singkong, gaplek, dan sebagainya. Permintaan akan barang giffen
ini didorong oleh kemiskinan yang membuat konsumen tidak mampu membeli
barang yang lebih berkualitas
Contoh lain barang giffen adalah Pakaian yang dijual oleh penjual pakaian
bekas, apabila harga pakaian bekas tersebut rendah/ turun permintaan akan barang
tersebut turun juga karena asumsi di masyarakat dengan harga yang rendah berarti
mutu pakaian tersebut juga rendah dan sebaliknya apabila harganya naik/ tinggi
berarti mutu dari pakaian bekas tersebut juga tinggi / baik sehingga permintaan
dari konsumen juga tinggi.
Dinamakan setelah Robert Giffen (1837-1910), baik yang permintaan
meningkat seiring dengan meningkatnya harga. Tetapi barang tersebut tidak
mungkin ada di dunia nyata.
Giffen adalah nama ekonom yang menemukan bukti bahwa ada konsumen
yang meningkatkan permintaannya meskipun harga barang tersebut naik. Intinya,
barang giffen itu termasuk barang inferior (barang yang kalau pendapatan kita
naik, permintaan akan barang tersebut akan turun. Contohnya dulu makan
singkong, karena pendapatan naik, konsumsi singkong berkurang dan lebih
memilih konsumsi beras).
Yang special, dalam barang giffen, harga barang tersebut berperan.
sekarang jarang bgt ada barang giffen krn paling ga beberapa kondisi spt barang
pengganti harus sedikit, dan persentasi pendapatan seseorang untuk konsumsi
barang giffen besar (tapi tetap ada konsumsi barang normal).
Menurut Alfred Marshall: "Meningkatnya harga roti akan menguras
pendapatan keluarga miskin, sehingga mereka terpaksa membatasi konsumsi
daging, dan karena roti tetap menjadi yg termurah yg bisa mereka konsumsi, maka
konsumsi roti akan meningkat".

Surplus Konsumen.
Seperti telah Anda lihat, pasar memaksa rumah tangga untuk
mengungkapkan preferensi mereka. Jika Anda memutuskan untuk membeli DVD
player seharga $175, mereka mengungkapkan bahwa DVD player itu setidaknya
sama nilainya dengan barang lain yang dibeli dengan $175. Biaya sesungguhnya
dari barang itu adalah nilai barang lain yang dikorbankan ketika Anda
membelinya. Biaya sesungguhnya itu adalah biaya oportunitas.
Bab ini kita memperkenalkan pengertian tentang Srplus Konsumen. Dalam
pasar kompetitif, setiap barang dijual pada satu harga pasar, dan konsumen bisa
membeli semua yang mereka inginkan dan sanggup membeli tiap barang pada
harga pasarnya banyak orang, jumlah yang rela mereka bayarkan atas suatu
barang lebih besar dan jumlah yang harus mereka bayar sepanjang kemauan
rumah tangga untuk membayar barang melebihi harga pasarnya, rumah tangga
mendapatkan suatu surplus, yang disebut dengan surplus konsumen. Seperti telah
diperlihatkan, total surplus konsumen yang mati oleh rumah tangga dalam pasar
tertentu sama dengan area di bawah kurva permintaan dan di atas harga
ekuilibrium.
Gagasan surplus konsumen membantu menerangkan paradoks lama yang
sudah sejak masa Plato. Adam Smith menulis tentang paradoks ini pada tahun
1776: Barang yang memiliki nilai kegunaan terbesar sering memiliki nilai tukar
yang kecil atau tidak sama sekali, dan sebaliknya barang yang memiliki nilai tukar
paling besar sering memiliki nilai kegunaan yang kecil atau tidak sama sekali.
Tidak ada yang lebih berguna daripada air, tetapi air tidak dapat membeli apa-apa,
tidak ada yang bisa ditukar dengan air. Sebaliknya, sebutir berlian tidak memiliki
nilai kegunaan sama sekali, tetapi banyak sekali jumlah barang lain yang sering
kali bisa ditukar dengan berlian itu. Meskipun berlian bukannya “tidak memiliki
nilai penggunaan sama sekali” dewasa ini (misalnya, berlian bisa digunakan untuk
memotong kaca), paradoks berlian atau air dari Smith ini masih instruktif,
setidaknya jika dihubungkan dengan air.
Harga air yang rendah banyak disebabkan oleh fakta bahwa air memiliki
penawaran yang berlimpah. Bahkan pada harga nol pun kita tidak mengkonsumsi
jumlah air yang terbatas. Kita mengkonsumsi air hingga titik dimana utilitas
marjinal turun ke nol. Setiap kita menikmati surplus konsumen yang besar ketika
mengkonsumsi air yang nyaris gratis. Pada harga nol, surplus konsumen adalah
seluruh wilayah dibawah kurva permintaan, seperti yang bisa kita lihat di bawah
ini:

H
A
R
G Surplus konsumen
A

A
I
R

0
Q

Kuantitas air yang diminta


Kita cenderung meremehkan air, tapi bayangkan apa yang akan terjadi pada
harganya jika air benar-benar tidak mencukupi lagi bagi siapa pun. Kondisi ini
jelas akan mengakibatkan harga yang tinggi.
Pengukuran surplus konsumen adalah unsur kunci dalam analisis biaya-
manfaat (cost-benefit analysis), teknik formal untuk menilai manfaat suatu proyek
publik terhadap biayanya. Untuk memutuskan apakah akan membangun
pembangkit listrik baru, kita perlu mengetahui nilai listrik yang akan dihasilkan
bagi konsumen. Karena nilai air bagi konsumen bukan hanya harga air dikali
kuantitas yang dikonsumsi masyarakat, nilai listrik yang dihasilkan juga bukan
hanya harga listrik dikali kuantitas yang akan diproduksi pembangkit listrik baru.
Total nilai yang harus ditimbang terhadap biaya pembangkit itu meliputi surplus
konsumen yang akan dinikmati oleh pengguna jika pembangkit itu dibangun.

Pilihan Rumah Tangga dalam Pasar Input.


Sejauh ini, kita telah berfokus pada proses pengambilan keputusan yang
berlangsung dibalik kurva permintaan output. Rumah tangga yang memiliki
pendapatan terbatas mengalokasikan pendapatan tersebut ke berbagai kombinasi
barang dan jasa yang tersedia dan terjangkau. Dalam membahas faktor-faktor
yang memengaruhi pilihan dalam pasar output, kita mengasumsikan bahwa
pendapatan itu tetap, atau tertentu. Namun, pada awalnya kita mencatat bahwa
pendapatan sesungguhnya ditentukan sebagian oleh pilihan yang diambil rumah
tangga di pasar input. Kita sekarang akan beralih ke pembahasan singkat tentang
dua keputusan yang diambil oleh rumah tangga di pasar input, keputusan
penawaran tenaga kerja dan keputusan menabung.

Keputusan Penawaran Tenaga Kerja.


Sebagian besar pendapatan di Amerika Serikat adalah pendapatan upah
dan gaji yang dibayar sebagai kompensasi atas jasa tenaga kerja. Anggota rumah
tangga menawarakan tenaga kerja untuk ditukarnya dengan upah atau gaji.
Seperti keputusan yang dibuat dalam pasar output, keputusan penawaran
tenaga kerja melibatkan serangkaian trade-off. Pada dasarnya ada 2 alternatif
selain bekerja dan mendapatkan upah: 1. Tidak bekerja, 2. Pekerjaan yang tidak
dibayar. Jika saya tidak bekerja, saya mengorbankan pendapatan demi
mendapatkan manfaat tinggal di rumah dengan membaca, menonton TV,
berenang atau tidur. Pilhan lain adalah bekerja, tetapi bukan untuk mendapatkan
upah. Dalam kasus ini, saya mengorbankan pendapatan uang untuk manfaat
menanam pangan sendiri, mengasuh anak-anak, atau mengurus rumah tangga.
Seperti halnya dengan trade-off dalam pasar output, pilihan akhir saya
tergantung pada bagaimana saya menilai alternatif yang tersedia. Jika saya bekerja,
saya mendapatkan upah yang bisa digunakan untuk membeli barang dan jasa. Jadi,
trade-offnya adalah antara nilai barang dan jasa yang dapat saya beli dengan upah
yang saya terima versus nilai item yang bisa saya hasilkan di rumah makanan
yang ditanam sendiri, anak-anak terasuh dengan baik, pakaian bersih dan
sebagainya atau nilai yang saya berikan adalah waktu luang. Jadi secara umum,
tingkah upah bisa dianggap sebagai harga atau biaya oportunitas manfaat yang
diperoleh dari pekerjaan yang tidak dibayar atau waktu luang.

Harga Waktu Luang.


Dalam analisis kita di bagian awal bab ini rumah tangga harus
mengalokasikan anggaran yang terbatas ke sejumlah barang dan jasa. Sekarang
mereka harus memilih antara barang, jasa dan waktu luang.
Ketika kita menambahkan waktu luang pada gambaran tersebut, kita
melakukannya dengan satu perbedaan yang penting. Menukar satu barang dengan
lainnya berarti membeli satu barang lebih sedikit dan membeli barang lebih
banyak, sehingga rumah tangga hanya merealokasikan uang dari satu barang ke
barang lain. Namun, “membeli” lebih banyak waktu luang berarti merealokasikan
waktu antara aktivitas kerja dan nonkerja. Untuk setiap jam waktu luang yang
saya putuskan untuk dihabiskan, saya mengkorbankan upah selama satu jam. Jadi,
tingkat upah adalah harga waktu luang.
Kondisi dalam pasar tenaga kerja menentukan kendala anggaran dan
serangkaian oportunitas akhir yang dihadapi oleh rumah tangga. Ketersediaan
lapangan kerja dan tingkat upah pekerjaan ini menentukan kombinasi akhir barang
dan jasa yang terjangkau oleh rumah tangga. Pilihan akhir dalam batasan tersebut
tergantung pada selera dan preferensi unik tiap rumah tangga. Setiap orang
berbeda dalam memberi nilai lebih atau kurang atas waktu luang, tetapi setiap
orang harus membuat asap dapurnya mengepul.

Anda mungkin juga menyukai