Jumlah Penduduk
Pertambahan penduduk merupakan faktor yang sangat dominan terhadap
perubahan permintaan dan penawaran. Gejala ini mudah dimengerti, mengingat
tidak mungkin seorang anak manusia yang lahir di dunia ini akan dibiarkan
demikian saja tanpa perawatan, makanan, pakaian dan tempat tinggal serta
pendidikan sebagaimana layaknya manusia yang harus hidup wajar. Jadi
jelaskanlah bahwa semakin banyaknya jumlah penduduk akan mengakibatkan
meningkatkannya permintaan atas barang atau jasa.
Bertambahnya penduduk akan menimbulkan bertambahnya kebutuhan
berbagai macam barang/jasa, sehingga permintaan akan bertambah. Naiknya
permintaan berpengaruh langsung terhadap penawaran barang/jasa. Banyaknya
permintaan itu akan menaikkan harga barang/jasa yang ditawarkan, sehingga pada
suatu saat permintaan akan menurun kembali, ketika permintaan turun
produsen/penjual yang masih memiliki banyak barang/jasa akan menaikkan
penjualan dengan menurunkan harga.
Dengan riset kecil, kita akan mengetahui bahwa prospeknya tidak bagus
untuk OBEC. Penyebabnya adalah karena banyak barang substitusi yang logis
untuk pisang. Sewaktu harga pisang naik, orang akan mengurangi makan pisang
dan menggantikan pisang dengan nanas atau jeruk. Banyak orang yang tidak mau
membayar harga pisang yang tinggi kuantitas pisang yang diminta pun menurun
30 persen pada kuantitas baru yang ditanyakan setelah sedikit kenaikan harga saja,
dan OBEC gagal dalam misinya, penerimaan tidak naik, tetapi justru turun.
%Δ𝐴
Elastisitas A terhadap B =
%Δ𝐵
Kita telah mengetahui bahwa kenaikan penawaran karena panen raya atau
pun sebab lainnya, akan menekan harga. Jadi tidaklah mengherankan bila Gregory
King di abad XVII pun sudah mengemukakan kenyataan tersebut. Namun, King
juga meneliti fakta, yang tidak begitu jelas. Penelitian statistik yang dilakukannya
telah meyakinkan dirinya bahwa para petani secara keseluruhan menerima
pendapatan yang lebih rendah ketika panen sedang melimpah dibanding ketika
panen sedang buruk. Secara paradoksal, bisa dikatakan bahwa cuaca yang baik
tidaklah menguntungkan bagi petani secara keseluruhan.
Atau
𝜕𝑄
%𝜕𝑄 (𝑄) 𝑃 𝜕𝑄
Es = = 𝜕𝑃 = ∙
%𝜕𝑃 (𝑃) 𝑄 𝜕𝑃
Tipe Elastisitas.
Efek Substitusi.
Faktor pertama yang menjelaskan turunnya konsumsi karena naiknya
harga sangat jelas. Kalau harga teh naik, sedangkan harga-harga lainnya tetap,
maka secara relatif teh menjadi lebih mahal. Efek substitusi menyatakan bahwa
lebih baik mengganti barang itu dengan barang lain agar standar kehidupan bisa
tetap dipertahankan sebaik mungkin.
Karena teh sebagai minuman stimulan telah menjadi lebih mahal, maka
semakin sedikit teh yang dibeli tetapi semakin banyak orang akan membeli kopi
atau coklat. Konsumen disini melakukan hal yang sama, yang akan dilakukan oleh
seorang penguasaha dalam menghadapi kenaikan harga salah satu faktor
produksinya. Pengusaha akan mengganti metode produksi yang
memungkinkannya menggunakan input yang lebih murah sebagai substitusi input
yang sekarang telah menjadi lebih mahal. Dengan proses substitusi itu, mereka
dapat menghasilkan produk yang sama dengan biaya yang termurah. Begitu pula
dengan konsumen, mereka membeli kepuasan dengan biaya semurah-murahnya.
Kenyataan bahwa penurunan harga membuat rumah tangga lebih
beruntung menjelaskan semuanya. Apabila harga suatu produk turun, produk itu
juga menjadi lebih murah. Jadi, produk itu menjadi lebih menarik dibandingkan
dengan barang sub potensialnya. Turunnya harga produk X mungkin
menyebabkan rumah tangga menjadi pola pembeliannya menjauh dari barang
substitusi menuju X. Pergeseran ini disebabkan substitusi akibat perubahan harga.
Sebelumnya kita telah membahas bahwa biaya atau harga “riil” suatu
barang, apa yang harus dikorbankan oleh seseorang untuk mengkonsumsi barang
itu. Biaya oportunitas ini ditentukan oleh harga relatif. Untuk melihat mengapa
demikian, pernah lagi pilihan yang saya hadapi apabila tiket ke Nashville
harganya $400. Setiap perjalanan yang saya lakukan memerlukan pengorbanan
$400 nilai barang dan jasa lain. Apabila harga turun menjadi $200 biaya
oportunitas sebuah tiket turun sebesar $200. Dengan kata lain, setelah penurunan
harga, saya hanya akan mengorbankan $200 (bukan $400) nilai barang dan jasa
lain untuk mengunjungi ibu saya.
Untuk memperjelas perbedaan antara efek pendapatan dan substitusi di
benak Anda, bayangkan bagaimanakah saya terpengaruh jika 2 hal itu terjadi pada
saya sekaligus. Pertama, harga tiket perjalanan melalui udara pulang pergi Florida
dan Nashville turun dari $400 menjadi $200. Kedua, pendapatan saya berkurang
$800. Saya sekarang menghadapi harga yang relatif baru, tetapi dengan
mengasumsikan saya pulang ke rumah empat tahun lalu saya tidak merasa lebih
beruntung sekarang daripada sebelum harga tiket turun. Penurunan harga
perjalanan udara dengan tepat mengoffset penurunan pendapatan saya.
Saya masih cenderung lebih sering pulang ke rumah. Mengapa? Biaya
oportunitas pulang ke rumah sekarang lebih murah, ceteris paribus yaitu dengan
mengasumsikan tidak ada perubahan harga barang dan jasa lain. Perjalanan ke
Nashville sekarang hanya memerlukan pengorbanan $200 nilai barang dan jasa
lain, bukan $400 seperti sebelumnya. Oleh sebab itu, saya akan mensubstitusikan
barang lain dengan perjalanan untuk mengunjungi ibu saya.
Namun hal sebaliknya akan terjadi apabila harga naik, ceteris paribus.
Kenaikan harga akan membuat rumah tangga merasa lebih rugi. Jika pendapatan
dan harga lain tidak berubah, jumlah uang yang sama hanya bisa dibelanjakan
untuk membeli barang dan jasa lebih sedikit, dan rumah tangga akan terpaksa
membeli lebih sedikit. Ini adalah efek pendapatan. Di samping itu, apabila harga
suatu produk naik, produk itu menjadi relatif lebih mahal dibandingkan barang
substitusi lainnya, dan rumah tangga cenderung menggantinya dengan barang lain.
Ini adalah efek substitusi.
Apa yang kita petik dari efek pendapatan dan substitusi tentang kurva
permintaan?
Baik efek pendapatan maupun substitusi menyiratkan hubungan negatif
antara harga dan kuantitas yang diminta dengan kata lain, permintaan yang miring
ke bawah. Apabila harga suatu barang turun, ceteris paribus, kita merasa lebih
untung, dan kita cenderung membeli lebih banyak barang itu dan barang lain (efek
pendapatan). Karena harga yang lebih rendah juga berarti “lebih mahal dibanding
barang substitusi”, kita cenderung membeli lebih banyak barang itu (efek
substitusi). Apabila harga suatu barang naik, kita merasa lebih rugi, dan kita akan
membeli lebih sedikit barang itu (efek pendapatan). Harga yang lebih tinggi juga
berarti “lebih mahal dibanding barang substitusi”, dan kita cenderung membeli
lebih sedikit barang itu dan lebih banyak barang lain (efek substitusi).
Efek Pendapatan.
Di sisi lain, jika pendapatan anda terbatas, maka keterpaksaan Anda
membeli barang dengan harga yang lebih tinggi akan sama dengan menderita
penurunan pendapatan riil atau daya beli yang Anda beli. Secara lebih umum efek
pendapatan menyatakan bahwa naiknya harga menyebabkan pendapatan riil Anda
menurun sehingga pembelian hampir semua jenis barang akan ikut menurun.
Dengan pendapatan riil yang telah menurun itu, Anda akan membeli lebih sedikit
teh. Dengan demikian, efek pendapatan akan memperkuat efek substitusi dalam
menjadikan kurva DD mempunyai kemiringan ke bawah. Kekecualian hanyalah
pada barang “inferior” seperti margarin dan lain-lain.
Untuk lebih jelasnya kita perhatikan kurva berikut ini.
Y
IC2
IC1
A
C
BL3
B
BL1
0 X1 X2 X3 X
BL2
Kurva di atas menunjukkan kasus Harga turun. Turunnya harga X
membuat harga X relatif lebih murah daripada harga Y (slope BL3 lebih datar
daripada BL1) . jika konsumen diminta melakukan penyesesuaian keseimbangan
pada tingkat kepuasan yang sama (IC1) dengan pendapatan nyata tidak berubah,
maka titik keseimbangan tecapai di titik B, yaitu persinggungan antara IC1 dengan
BL2 (garis terputus-putus dan sejajar dengan BL3). BL2 merupakan garis
anggaran yang sama nilainya dengan BL1, namun kemiringannya berbeda sesuai
dengan rasio harga pada BL2. Jumlah X yang diminta menjadi 0X2 (karena harga
X sekarang relatif lebih murah). Pertambahan permintaan terhadap X sebesar
X1X2 merupakan efek substitusi.
Pertambahan jumlah X yang diminta sebesar X2X3 merupakan efek
pendapatan. Sebab jika pendapatan nominal naik (BL2 terputus-putus digeser
sejajar ke atas BL3 menyinggung IC2), jumlah X yang diminta bertambah
sebanyak X2X3 unit.
Efek Total = Efek Substitusi + Efek Pendapatan
X1X2 = X1X2 + X2X3.
Y
IC1
IC2
BL3
BL2 BL1
X
0 X3 X2 X1
Kurva di atas menunjukkan kasus harga turun. Efek total dari kenaikan
harga X adalah penurunan permintaan sebesar 0X1-0X3. Jika konsumen harus
melakukan penyesesuaian keseimbangan dengan asumsi tingkat pendapatan dan
tingkat kepuasan adalah sama seperti kondisi awal (IC1), maka keseimbangan
konsumen tercapai di titik B yang merupakan persinggungan BL2 (garis terputus-
putus) dengan IC1. Perubahan rasio harga (harga relatif) telah mengurangi jumlah
X yang diminta sebanyak X1X2. Ini merupakan efek substitusi. Sedangkan
penurunan pendapatan (yang disebabkan kenaikan harga X) telah menurunkan
haega X yang diminta sebesar X2X3. Ini merupakan efek pendapatan.
Referensi lain menyebutkan, perubahan harga memengaruhi rumah tangga
dalam dua hal. Pertama, jika kita mengasumsikan bahwa rumah tangga membatasi
pilihan produk mereka yang memperhatikan kesejahteraan mereka, maka
penurunan harga setiap produk, ceteris paribus, membuat rumah tangga itu jelas
merasa lebih diuntungkan. Dengan kata lain, jika suatu rumah tangga terus
membeli jumlah yang persis sama atas setiap barang dan jasa setelah harga turun,
rumah tangga itu akan memiliki sisa pendapatan. Pendapatan ekstra itu mungkin
dibelanjakan atas produk yang harganya turun, yang disini kita sebut barang X
atas produk lain. Perubahan konsumsi X akibat perbaikan kesejahteraan ini
disebut pendapatan dari perubahan harga.
Anggaplah bahwa saya tinggal di Florida dan empat kali dalam setahun
saya terbang ke Nashville untuk mengunjungi ibu saya. Anggaplah lagi bahwa
tahun lalu tiket pergi ke Nashville seharga $400. Jadi, saya menghabiskan total
$1.600 per tahun untuk perjalanan mengunjungi ibu saya. Namun, tahun ini
sengitnya persaingan antara perusahaan penerbangan telah mengakibatkan salah
satu perusahaan penerbangan menawarkan tiket pulang pergi ke Nashville seharga
$200. Dengan asumsi bahwa harga tetap sepanjang tahun, saya sekarang bisa
terbang pulang ke rumah persis sama banyak orang, saya menghemat $800 untuk
tiket pesawat dibanding ongkos tahun lalu. Sekarang karena saya merasa
beruntung, karena saya memiliki kesempatan tambahan. Saya bisa terbang ke
rumah lima kali tahun ini, menyisakan $600 ($800-$200) untuk dibelanjakan pada
waktu lain, atau saya bisa terbang pulang ke rumah dengan jumlah yang sama
(empat kali) membelanjakan ekstra ($800) untuk hal-hal lain.
Apabila harga sesuatu yang kita beli turun, kita merasa beruntung. Apabila
harga sesuatu yang kita beli naik, kita merasa rugi.
40
H
A
R
G
A
25
P
E
R
M 15
A
K
A
N
A
N
($)
0 5 10
Makanan Thailand per bulan
Rumah tangga
Biaya oportunitas Efek
membeli lebih
barang turun substitusi
sedikit
Rumah tangga
Biaya oportunitas Efek
membeli lebih
barang naik substitusi
sedikit.
Barang Inferior.
Barang Giffen.
Salah satu barang yang bertentangan dengan hukum permintaan, semakin
tingi harga barang giffen, jumlah yang diminta akan semakin tinggi pula.
Sebaliknya jika harga barang giffen rendah, permintaannya akan turun.
Contoh dari barang jenis ini adalah makanan pokok berkualitas rendah (
Staple food ) seperti singkong, gaplek, dan sebagainya. Permintaan akan barang giffen
ini didorong oleh kemiskinan yang membuat konsumen tidak mampu membeli
barang yang lebih berkualitas
Contoh lain barang giffen adalah Pakaian yang dijual oleh penjual pakaian
bekas, apabila harga pakaian bekas tersebut rendah/ turun permintaan akan barang
tersebut turun juga karena asumsi di masyarakat dengan harga yang rendah berarti
mutu pakaian tersebut juga rendah dan sebaliknya apabila harganya naik/ tinggi
berarti mutu dari pakaian bekas tersebut juga tinggi / baik sehingga permintaan
dari konsumen juga tinggi.
Dinamakan setelah Robert Giffen (1837-1910), baik yang permintaan
meningkat seiring dengan meningkatnya harga. Tetapi barang tersebut tidak
mungkin ada di dunia nyata.
Giffen adalah nama ekonom yang menemukan bukti bahwa ada konsumen
yang meningkatkan permintaannya meskipun harga barang tersebut naik. Intinya,
barang giffen itu termasuk barang inferior (barang yang kalau pendapatan kita
naik, permintaan akan barang tersebut akan turun. Contohnya dulu makan
singkong, karena pendapatan naik, konsumsi singkong berkurang dan lebih
memilih konsumsi beras).
Yang special, dalam barang giffen, harga barang tersebut berperan.
sekarang jarang bgt ada barang giffen krn paling ga beberapa kondisi spt barang
pengganti harus sedikit, dan persentasi pendapatan seseorang untuk konsumsi
barang giffen besar (tapi tetap ada konsumsi barang normal).
Menurut Alfred Marshall: "Meningkatnya harga roti akan menguras
pendapatan keluarga miskin, sehingga mereka terpaksa membatasi konsumsi
daging, dan karena roti tetap menjadi yg termurah yg bisa mereka konsumsi, maka
konsumsi roti akan meningkat".
Surplus Konsumen.
Seperti telah Anda lihat, pasar memaksa rumah tangga untuk
mengungkapkan preferensi mereka. Jika Anda memutuskan untuk membeli DVD
player seharga $175, mereka mengungkapkan bahwa DVD player itu setidaknya
sama nilainya dengan barang lain yang dibeli dengan $175. Biaya sesungguhnya
dari barang itu adalah nilai barang lain yang dikorbankan ketika Anda
membelinya. Biaya sesungguhnya itu adalah biaya oportunitas.
Bab ini kita memperkenalkan pengertian tentang Srplus Konsumen. Dalam
pasar kompetitif, setiap barang dijual pada satu harga pasar, dan konsumen bisa
membeli semua yang mereka inginkan dan sanggup membeli tiap barang pada
harga pasarnya banyak orang, jumlah yang rela mereka bayarkan atas suatu
barang lebih besar dan jumlah yang harus mereka bayar sepanjang kemauan
rumah tangga untuk membayar barang melebihi harga pasarnya, rumah tangga
mendapatkan suatu surplus, yang disebut dengan surplus konsumen. Seperti telah
diperlihatkan, total surplus konsumen yang mati oleh rumah tangga dalam pasar
tertentu sama dengan area di bawah kurva permintaan dan di atas harga
ekuilibrium.
Gagasan surplus konsumen membantu menerangkan paradoks lama yang
sudah sejak masa Plato. Adam Smith menulis tentang paradoks ini pada tahun
1776: Barang yang memiliki nilai kegunaan terbesar sering memiliki nilai tukar
yang kecil atau tidak sama sekali, dan sebaliknya barang yang memiliki nilai tukar
paling besar sering memiliki nilai kegunaan yang kecil atau tidak sama sekali.
Tidak ada yang lebih berguna daripada air, tetapi air tidak dapat membeli apa-apa,
tidak ada yang bisa ditukar dengan air. Sebaliknya, sebutir berlian tidak memiliki
nilai kegunaan sama sekali, tetapi banyak sekali jumlah barang lain yang sering
kali bisa ditukar dengan berlian itu. Meskipun berlian bukannya “tidak memiliki
nilai penggunaan sama sekali” dewasa ini (misalnya, berlian bisa digunakan untuk
memotong kaca), paradoks berlian atau air dari Smith ini masih instruktif,
setidaknya jika dihubungkan dengan air.
Harga air yang rendah banyak disebabkan oleh fakta bahwa air memiliki
penawaran yang berlimpah. Bahkan pada harga nol pun kita tidak mengkonsumsi
jumlah air yang terbatas. Kita mengkonsumsi air hingga titik dimana utilitas
marjinal turun ke nol. Setiap kita menikmati surplus konsumen yang besar ketika
mengkonsumsi air yang nyaris gratis. Pada harga nol, surplus konsumen adalah
seluruh wilayah dibawah kurva permintaan, seperti yang bisa kita lihat di bawah
ini:
H
A
R
G Surplus konsumen
A
A
I
R
0
Q