Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara yang terletak pada garis khatulistiwa menerima
sinar matahari dengan intensitas yang tinggi setiap hari. Kita dapat memanfaatkan
sumber energi panas dari matahari untuk memenuhi kebutuhan listrik di
Indonesia, karena panas matahari merupakan suatu sumber daya alam yang tidak
ada habisnya berbeda dengan bahan bakar minyak. Panas matahari dapat kita
konversi menjadi energi listrik dengan bantuan sel surya. Sel surya bekerja
berdasarkan efek fotoelektrik pada material semikonduktor untuk mengubah
energi cahaya menjadi energi listrik. Konversi energi ini merupakan hal penting
untuk mendapatkan energi listrik tanpa polusi dan ramah lingkungan.
Kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia banyak yang memiliki kebiasaan
nongkrong di caf hanya untuk mengobrol, mengerjakan tugas, meeting, dan
lain-lain, dan kebiasaan lainnya adalah mereka sangat membutuhkan suplai listrik
untuk mengisi baterai gadget mereka. Untuk menghemat pemakaian listrik kita
dapat menggunakan CU Charger (Canopy Umbrella Charger) yang dapat kita
letakkan di luar caf dan dapat langsung digunakan untuk charger pada gadget
kita tanpa disambungkan pada sumber listrik dan bersifat dinamis. Selain itu,
masyarakat ingin memiliki barang yang kualitasnya bagus, fasilitasnya lengkap
dengan harga murah, dan alat praktis juga menjadi incaran untuk lifestyle di tahun
ini. Berikut contoh CU Charger

Gambar 1.1. Gambar contoh CU Charger [2].

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang muncul antara lain:


1. Bagaimana memanfaatkan

energi

matahari

untuk

menghasilkan

energi listrik?
2.
3.
4.
5.

Bagaimana cara kerja dan pengoperasiannya?


Bagaimana design model dari CU Charger (Canopy Umbrella Charger)?
Bagaimana rangkaian listrik yang digunakan?
Bagaimana efisiensi sel surya yang dihasilkan?

1.3 Pembatasan Masalah


Batasan masalah yang kami pilih:
1.
Bagaimana cara kerja sel surya?
2.
Bagaimana pemilihan jenis sel surya?
3.
Bagaimana design model dari C U Charger (Canopy Umbrella Charger)?
1.4 Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan permasalahan yang ada, maka tujuan dari
teknologi ini adalah:
1. Mengetahui cara kerja sel surya dapat mengkonversi energi matahari
menjadi energi listrik
2. Dapat memilih jenis semikonduktor untuk sel surya yang sesuai dengan
kebutuhan
3. Merancang design model sel surya yang diaplikasikan pada payung agar
dapat mengisi baterai gadget
1.5 Manfaat
Manfaat yang dapat dirasakan bagi pendiri toko/caf adalah dapat
memaksimalkan pelayanan kepada pengunjung agar lebih banyak pengunjung dan
keuntungan yang lebih besar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Payung
Payung adalah salah satu alat sederhana yang dapat melindungi manusia
dari hujan dan panas matahari. Payung memiliki berbagai macam model, mulai
dari payung lipat, payung besar, dan payung untuk meja santai. Payung dapat
menjadi sumber nafkah saat musim hujan datang. Payung menjadi banyak
peminat dan tidak sedikit orang-orang memanfaatkan payung sebagai penyedia
jasa ojeg payung. Bagi beberapa orang yang tidak menyukai panas matahari
payung juga digunakan saat musim kemarau untuk melindungi kulit dari sinar
UV yang berbahaya bagi kulit.
C U Charger adalah modifikasi dari payung untuk dapat menyuplai energi
listrik pada gadget. Kita hanya fokus pada payung untuk meja santai dan bukan
pada payung yang dapat dibawa berjalan. Payung pada meja santai dipasang sel
surya dan rangkaian pengendali charger agar dapat menyuplai energi listrik
gadget saat duduk santai di luar ruangan. Payung ini dapat dimanfaatkan untuk
caf yang memiliki meja santai di luar ruangan yang jauh dari jangkauan sumber
daya listrik.
2.2 Semikonduktor
Secara sederhana zat padat dapat dikelompokkan sebagai isolator,
semikonduktor, dan konduktor. Bahan semikonduktor adalah suatu material
dengan sifat konduktivitas diantara konduktor dan isolator, contoh Silikon (Si),
dan Germanium (Ge). Saat ini umumnya Si digunakan untuk divais elektronik,
seperti diode, transistor, IC, namun GaAs memiliki potensi besar untuk digunakan
sebagai divais elektronika pada masa datang, terutama ditunjukkan untuk
beroperasi pada frekuensi tinggi.
Untuk menjelaskan konduktivitas bahan seringkali menggunakan konsep pita
energi, yaitu pita valensi dan pita konduksi. Pita valensi adalah pita energi yang
mungkin diisi oleh elektron dari zat padat hingga komplit. Setiap pita memiliki

2N elektron dengan N adalah jumlah atom. Bila masih ada elektron yang tersisa
akan mengisi pita konduksi. Pada suhu 0 K, pita konduksi terisi sebagian untuk
bahan konduktor, sedangkan untuk isolator dan semikonduktor tidak ada elektron
yang mengisi pita konduksi.
Perbedaannya terletak pada energi gap Eg yaitu selang energi antara pita
konduksi minimum dan pita valensi maksimum. Pada bahan semikonduktor Eg ~
1 eV, sedang pada isolator Eg ~ 6 eV. Secara diagramatik pita energi dari isolator,
semikonduktor, dan konduktor ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 2.1. Perbedaan tingkat energi dari material

Gambar (a) Struktur pita energi isolator (missal intan). Pita larangan yang
besar ini memisahkan pita valensi yang terisi dengan pita konduksi yang masih
kosong
Gambar (b) Struktur pita energi semikonduktor (missal grafit). Lebar pita
relatif kecil, Eg 1 eV. Pada saat suhu naik, elektron pada pita valensi mampu
berpindah ke pita konduksi. Karena adanya elektron di pita konduksi akibatnya
bahan itu menjadi sedikit konduktif, karena itu disebut semikonduktor.

Gambar (c) Struktur pita energi konduktor (missal metal). Pita konduksi
terisi sebagian, jika ada medan listrik elektron akan memperoleh tambahan energi
sehingga berpindah yang berakibat timbul arus listrik.
Teorema Pita Energi Kristal
Dalam sistem susunan berkala unsur-unsur, atom Si termasuk golongan IV,
jadi ada 4 elektron pada orbit terluarnya. Masing-masing atom Si membentuk
struktur kristal dengan atom-atom tetangganyadan elektron-elektron valensinya
membentuk ikatan kovalen, sehingga masing-masing atom seolah-olah memiliki 8
elektron terluar dengan 4 elektron berasal dari miliknya sendiri sedangkan 4
elektron lainnya berasal dari 4 atom tetangga terdekatnya. Susunan ini membentuk
kristal silicon intrinsic dengan muatan total adalah 0 coulomb, sketsa kristal Si
ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 2.2. Sketsa kristal Si [4].

Kristal intrinsik ini bervibrasi akibat energi termal yang memberikan energi
tambahan pada kristal tersebut. Energi ini tidak terdistribusi secara merata
sehingga pada beberapa titik kisi akan pecah dmeikian pula elektronnya akan
lepas dari ikatannya sehingga menjadi elektron bebas yang akan menjadi
pembawa muatan negatif. Sebaliknya titik dimana elektron tersebut meninggalkan
tempatnya menjadi bermuatan positif dan dikenal sebagai hole, yang membawa
muatan positif.
Mobilitas dan Konduktivitas
Arus listrik pada metal terjadi akibat perpindahan elektron, sedangkan pada
semikonduktor bergantung pada elektron dan hole.
Semikonduktor dapat di-dope menjadi:

a. Dominan hole: tipe p


b. Dominan elektron: tipe-n
Hal ini berarti bahwa semikonduktor tipe-n memiliki jumlah elektron bebas
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah hole dan sebaliknya untuk tipe-p
jumlah hole lebih banyak daripada elektron bebas. Karena itu elektron pada tipe-n
disebut pembawa muatan mayoritas dan hole adalah pembawa muatan minoritas,
sebaliknya pada tipe-p elektron adalah pembawa muatan minoritas dan hole
adalah pembawa muatan mayoritas.
Jika diberikan suatu medan listrik E, elektron akan mendapatkan percepatan
a=

qE
m

dan kecepatannya akan erus meningkat selama belum bertumbukan

dengan ion. Namun jika elektron menumbuk ion, elektron akan kehilangan
energinya, dan masuk ke dalam kondisi steady state dan mendapatkan kecepatan
tertentu yang disebut kecepatan drift, yang arahnya berlawanan dengan arah
medan listrik. Kecepatan rata-rata elektron dalam keadaan ini:
v = E

dimana

disebut mobilitas elektron dengan satuan meter/Volt-detik.

Semikonduktor Intrinsik
Pada suhu 0 K, kristal Si atau Ge berkelakuan sebagai isolator, sedang pada
suhu kamar T, beberapa ikatan kovalen putus akibat energi termal (Eg = 0,72 eV)
untuk Ge dan (Eg= 1.1 eV) untuk Si, akibatnya ada elektron bebas dalam kristal
dan ada hole yang ditinggalkan oleh elektron akibat terputusnya ikatan kovalen
tersebut, seperti digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.3. Sketsa hole dan elektron bebas dalam semikonduktor intrinsik [4].

Untuk semikonduktor intrinsik (murni) kosentrasi elektron bebas dan


konsentrasi hole-nya sama, atau:
n=p=ni
Dengan

ni

: konsentrasi intrinsik

Semikonduktor Ekstrinsik
Untuk memperbesar konduktivitas, bahan semikonduktor itu diberi doping,
akibatnya bahan itu akan menjadi tipe-n atau tipe-p tergantung dopingnya,
sehingga menjadi semikonduktor ekstrinsik.
Dopan dikelompokkan sebagai:
a.Donor

diberi impuritas bervalensi +5 (misalnya P,

As, Sb) menghasilkan semikonduktor tipe-n


b. Akseptor :
diberi impuritas yang

bervalensi

+3

(misalnya Bo, In, Ga, B) menghasilkan semikonduktor tipe-p

Gambar 2.4. (Kiri) Ge dikotori dengan Sb (golongan 5A) menghasilkan


semikonduktor tipe-n sedangkan (kanan) Ge dikotori dengan In (golongan 3A)
menghasilkan semikonduktor tipe-p [4].

Pada saat pemberian impuritas donor (tipe-n) akan muncul tingkat energi
yang diperbolehkan di bawah energi pita konduksi terendah yaitu sekitar 0.01
eV (untuk Ge) dan 0.05 eV (untuk Si). Sehingga pada suhu kamar hampir semua
elektron donor berada di pita konduksi,
Untuk impuritas akseptor (tipe-p) juga akan muncul tingkat energi di atas
tingkat energi pita valensi tertinggi. Karena hanya perlu energi kecil saja elektron
dari pita valensi berpindah ke tingkat energi akseptor akibatnya akan timbul hole
di pita valensi.
2.3 Sel Surya
Photovoltaic (PV) adalah efek dasar dari konversi cahaya menjadi listrik
dalam fotovoltaik, atau solar sel. Secara sederhana, efek PV adalah sebagai
berikut: cahaya memasuki sel PV dan menanamkan energi pada beberapa
elektron untuk membebaskan mereka. Terbentuk potensial penghalang dalam
sel bekerja pada elektron tersebut untuk menghasilkan tegangan (yang disebut
photovoltage), yang dapat digunakan untuk mendorong arus melalui sirkuit.
Modul surya bisa digabungkan secara paralel atau seri untuk memperbesar total

tegangan dan arus outputnya sesuai dengan daya yang dibutuhkan untuk
aplikasi tertentu. Gambar dibawah menunjukan ilustrasi dari modul surya.

Gambar 2.5. Modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya yang dirangkai seri untuk
memperbesar total daya output. [1]

Secara umum sel surya terdiri dari:


1.

Substrat atau metal backing

Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya.


Material substrat juga harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik
karena juga berfungsi sebagai kontak terminal positif sel surya, sehinga
umumnya digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau
molybdenum. Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik,
substrat juga berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya sehingga material
yang digunakan yaitu material yang konduktif tapi juga transparan seperti
indium tin oxide (ITO) dan flourine doped tin oxide (FTO).
2.

Material semikonduktor

Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya
mempunyai tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya
generasi pertama (silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel surya lapisan tipis.
Material semikonduktor inilah yang berfungsi menyerap cahaya dari sinar
matahari. Untuk kasus gambar diatas, semikonduktor yang digunakan
adalah material silikon, yang umum diaplikasikan di industri elektronik.
Sedangkan untuk sel surya lapisan tipis, material semikonduktor yang
umum digunakan dan telah masuk pasaran yaitu contohnya material
Cu(In,Ga)(S,Se)2 (CIGS), CdTe (kadmium telluride), dan amorphous silikon,

disamping material-material semikonduktor potensial lain yang dalam


sedang dalam penelitian intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O
(copper oxide).
3.
Selain

Kontak metal atau Contact grid


substrat

sebagai

kontak

positif,

diatas

sebagian

material

semikonduktor biasanya dilapiskan material metal atau material konduktif


transparan sebagai kontak negatif.
4.

Lapisan anti reflektif

Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang


terserap oleh semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh
lapisan anti-refleksi. Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material
dengan besar indeks refraktif optik antara semikonduktor dan udara yang
menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor sehingga
meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.
5.

Enkapsulasi atau cover glass.

Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya dari
hujan atau kotoran.

Gambar 2.6. Struktur dari sel surya konvensional yang menggunakan material silikon.
[1]

Prinsip kerja sel surya


Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu
junction antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari

ikatan-ikatan atom yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar.


Gambar 7a merupakan semikonduktor intrinsik Si atau Ge yang memiliki empat
ikatan kovalen. Gambar 7b salah satu dari Si atau Ge atom diganti dengan atom
yang memiliki lima elektron valensi, seperti fosfor, arsenik, atau antimon.
Sehingga terdapat satu elektron dari lima elektron valensi yang tidak memiliki
pasangan. Sedangkan pada gambar 7c salah satu atom Si atau Ge diganti
dengan atom yang memiliki tiga elektron valensi, seperti boron, aluminium,
gallium, atau indium. Akan memiliki satu elektron dari empat elektron valensi
yang tidak memiliki pasangan.

Gambar 2.7. Ikatan kovalen pada semikonduktor. [1]

Ketika sebuah elektron bergerak dari pita valensi ke pita konduksi


meninggalkan sebuah situs kosong, disebut lubang (hole), di sebaliknya penuh
pita valensi. Lubang ini (situs electron deficient) bertindak sebagai pembawa
muatan dalam arti bahwa elektron bebas dari situs terdekat dapat berpindah ke
dalam lubang. Setiap kali elektron melakukannya, menciptakan sebuah lubang
baru di situs itu ditinggalkan. Oleh karena itu, efek ini dapat dilihat sebagai
perpindahan lubang melalui materi dalam arah yang berlawanan dengan arah
gerakan elektron. Dengan adanya medan listrik eksternal, lubang bergerak
searah medan listrik dan elektron konduksi bergerak dalam arah yang
berlawanan medan (Gambar 4).

Gambar 2.8. Gerakan muatan (lubang dan elektron) dalam semikonduktor intrinsik. [1]

Akibat dari aliran elektron dan lubang ini maka terbentuk medan listrik yang
mana ketika cahaya matahari mengenai susunan p-n junction ini maka akan
mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang
selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya lubang bergerak
menuju kontak positif menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan pada
gambar dibawah.

Gambar 2.9. Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction. [1]

Performansi dan Pemilihan Material


Performansi dari sel surya umumnya direpresentasikan dalam efisiensi. Efisiensi
ini sering dijadikan acuan untuk menilai kualitas suatu sel surya dibandingkan
dengan sel surya yang lain. Efisiensi didefinisikan sebagai rasio dari output
energy sel surya terhadap input energy dari matahari. Besaran efisiensi ini juga
bergantung dari intensitas spectrum matahari dan juga temperature dari sel surya,
sehingga umumnya untuk pengukuran efisiensi dalam kondisi standar, spectrum
cahaya AM 1.5 yang di simulator menggunakan dari solar simulator dan
temperatur sel surya 25C digunakan pada saat pengukuran.

Gambar 2.10. Kurva J-V sel surya [5].

Untuk menentukan efisiensi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran hubungan


rapat arus-tegangan (J-V) yang membentuk kurva seperti pada gambar 1 diatas.
Pengukuran biasanya dilakukan dalam kondisi tersinari dan juga kondisi tidak
tersinari. Rapat arus JSC, tegangan open circuit VOC, and fill factor FF adalah tiga
parameter yang menentukan kualitas suatu sel surya. Rapat arus short-circuit
(JSC) dan tegangan open-circuit (VOC) didefinisikan sebagai arus dan tegangan
maksimum yang bisa di didapat dari sel surya. Daya sel surya mencapai
maksimum (Pmax) pada saat kondisi Jm dan Vm. Fill factor (FF) didefinisikan
sebagai rasio sebagai berikut
FF=

JmVm
J SC V OC

Efisiensi dari sel surya adalah rasio dari daya maksimum terhadap daya input
cahaya datang, Ps
=

J SC V OC FF
PS

Tabel 1 dibawah menunjukan kompilasi dari efisiensi, JSC, VOC, dan FF dari
berbagai jenis sel surya sebagai gambaran korelasi antar berbagai parameter
tersebut.
Tabel 1. Kompilasi efisiensi, JSC, VOC, dan FF dari berbagai jenis sel surya [5].

2.4 Baterai
Baterai Kering
Baterai yang paling umum digunakan disebut sel atau baterai kering. Susunan
baterai kering diperlihatkan dalam gambar .

Gambar 2.11. Struktur baterai kering

Baterai ini disebut kering karena kandungan air relative rendah, meskipun
demikian kelembaban mutlak diperlukan agar ion-ion dalam larutan dapat
berdifusi di antara electrode.

Sel kering mangan terdiri dari bungkus dalam zink (Zn) sebagai elektroda
negatif (anoda), batang karbon/grafit (C) sebagai elektroda positif (katoda) dan
pasta MnO2 dan NH4Cl yang berperan sebagai larutan elektrolit.
Dalam baterai sel kering kelebihan elektron dilepaskan oleh elektroda negatif
(katoda) dan mengalir lewat sebuah kawat ke elektroda positif (anoda). Arus yang
kita sebut listrik tercipta karena mengalirnya elektron itu. Aliran ini baru berhenti
setelah kawat terputus atau elektroda telah lemah dan tidak mempunyai elektron
lagi yang dapat dilepaskan.
Jika kedua elektroda itu dihubungkan dengan kawat, zarah kecil yg disebut
elektron akan bergerak dari arah elektroda negatif ke positif lewat kawat ini.
Aliran elektron itulah listrik.
Kerja Atom Sel Kering:
1.
2.
3.
4.

Ketika atom seng di pelat seng menjadi ion, atom itu melepaskan elektron.
Elektron yang dilepaskan berjalan lewat kawat ke elektroda positif
Elektron dan ion hidrogen berpadu menjadi gelembung gas hidrogen
Gas hidrogen dan oksigen dalam superoksid mangan berpadu menjadi air.
Baterai ACCU
Dalam baterai timbal, elektroda negatif adalah logam timbal (Pb) dan
elektroda positifnya adala timbal yang dilapisi timbal oksida (PbO 2), dan kedua
elektroda dicelupkan dalam larutan elektrolit asam sulfat (H2SO4).
Saat aki menghasilkan listrik, Anoda Pb dan katoda PbO 2 bereaksi dengan
SO42- menghasilkan PbSO4. PbSO4 yang dihasilkan dapat menutupi permukaan
lempeng anoda dan katoda. Jika telah terlapisi seluruhnya maka lempeng anoda
dan katoda tidak berfungsi. Akibatnya aki berhenti menghasilkan listrik.
Saat aki menghasilkan listrik dibutuhkan ion H+ dan ion SO 42- yang aktif
bereaksi. akibatnya jumlah ion H+ dan ion SO42- pada larutan semakin berkurang
dan larutan elektrolit menjadi encer maka arus listrik yang dihasilkan dan
potensial aki semakin melemah.

Gambar 2.12. Struktur baterai ACCU

Oleh karena reaksi elektrokimia pada aki merupakan reaksi kesetimbangan


(reversibel) maka dengan memberikan arus listrik dari luar (mencas) keadaan dua
elektroda (anoda dan katoda) yang terlapisi dapat kembali seperti semula.
Demikian pula ion akan terbentuk lagi sehingga konsentrasi larutan elektrolit naik
kembali seperti semula.
Selama proses penggunaan maupun pengecasan aki terjadi reaksi sampingan
yaitu elektrolisis air dan tentu saja ada air yang menguap dengan demikian
penting untuk menambahkan air terdistilasi ke dalam baterai timbal. Baru-baru ini
jenis baru elektroda yang terbuat dari paduan timbal dan kalsium, yang dapat
mencegah elektrolisis air telah dikembangkan. Baterai modern dengan jenis
elektroda ini adalah sistem tertutup dan disebut dengan baterai penyimpan tertutup
yang tidak memerlukan penambahan air.
2.5 CU Charger
Dr. Kenneth Tong dari University College London dan Vodafone
mengembangkan Booster Brolly untuk memberikan pengalaman terbaik bagi
yang suka berpergian dan berkemah. Payung ini memiliki panel surya fleksibel
yang dapat mengisi ponsel dalam tiga jam dan juga menyediakan konektivitas
seluler dan internet untuk berkemah di padang gurun. Kanopi payung memiliki

12 sel surya ringan yang memiliki kemampuan untuk mengubah cahaya


menjadi listrik. Setiap energi listrik yang dihasilkan, ditransfer ke pegangan
payung ini di mana telah disimpan baterai isi ulang dengan kapasitas tinggi.
Selain itu, dapat digunakan untuk mengisi ponsel atau perangkat USB secara
langsung melalui port USB.

Gambar 2.13. Desain alat CU Charger. [2]

Berbeda dengan CU Charger yang dikembangkan oleh Dr. Kenneth Tong


dan Vodafone, kami membuat prototipe pada payung untuk duduk santai dan
bukan payung yang digunakan untuk berjalan.

Gambar 2.18. Skema rangkaian pemanfaatan sel surya sebagai pengisi baterai
handphone dan laptop. [6]

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
1. Aplikasi untuk mendesain Canopy Umbrella Charger, sebagai perangkat
pendukung agar mempermudah dalam mendesain
2. Sel surya sebagai perangkat yang dapat mengkonversi energi matahari
menjadi energi listrik
3. Baterai kontrol untuk mengatur seumber listrik yang masuk ke baterai
aki, jika baterai aki sudah penuh baterai kontrol dapat menghentikan
suplai ke baterai aki
4. Baterai accu untuk menyimpan sumber listrik yang didapat dari matahari
agar dapat digunakan dalam waktu yang lama
5. Inverter sebagai pengubah tegangan DC menjadi AC dan dapat pula
menaikkan atau menurunkan tegangan
6. Stop kontak sebagai perangkat untuk penghubung sumber listrik ke
handphone atau laptop
3.2 Prosedur Percobaan

DAFTAR PUSTAKA

[1] Wilman, Septina. 2013. Sel Surya: Struktur dan Cara Kerja.
http://teknologisurya.wordpress.com/dasar-teknologi-sel-surya/prinsipkerja-sel-surya/ - diakses pada 27 Apri 2014.
[2] Anonymous.

2013.

Skema

Rangkaian

Charger

Handphone.

http://elektrorangkaian.blogspot.com/2013/09/skema-rangkaian-chargerhandphone.html diakses pada 27 April 2014


[3] Anonymous. 2012. Using your Umbrella in Charging your Mobile
Phone.

http://www.prescouter.com/2012/06/using-your-umbrella-in-

charging-your-mobile-phone/ - diakses pada 27 April 2014.


[4] Wijaya, Sastra Kusuma. 2005. Diktat Kuliah Elektronika. Jakarta:
Universitas Indonesia
[5] Wilman, Septina. 2013. Sel Surya: Performansi dan Pemilihan Material.
http://teknologisurya.wordpress.com/dasar-teknologi-sel-surya/sel-suryaperformansi/ - diakses pada 12 Mei 2014.
[6] Anonymous.

2013.

Listrik

gratis

dari

sinar

matahari.

http://sanfordlegenda.blogspot.com/2013/09/Listrik-gratis-dari-sinarmatahari.html - diakses pada 12 Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai