sebuah
zat
yang
merangsang
respon imun,
terutama
dalam
oleh
beredar
di
dalam pembuluh
sitokin meliputi keluarga besar dan beragam regulator polipeptida yang dihasilkan
secara luas di seluruh tubuh oleh sel asal embryological yang beragam.
Pada dasarnya, istilah "sitokin" telah digunakan untuk merujuk kepada agen
immunomodulating (interleukin interferon, dll.). Berisi data yang bertentangan
tentang apa yang disebut sitokin dan apa yang disebut hormon. Anatomi dan
struktural perbedaan antara sitokin dan klasik hormon yang memudar seperti kita
belajar lebih banyak tentang masing-masing. Klasik protein hormon yang beredar
dalam konsentrasi nanomolar (10) yang biasanya bervariasi oleh kurang dari satu
urutan besarnya. Sebaliknya, beberapa sitokin (seperti IL-6) beredar di picomolar
(10) konsentrasi yang dapat meningkatkan hingga 1,000-fold selama trauma atau
infeksi. Distribusi luas sumber selular sitokin mungkin fitur yang membedakan
mereka dari hormon. Hampir semua tercampur sel, tapi terutama endo/epitel sel
dan makrofaga penduduk (banyak dekat antarmuka dengan lingkungan luar) adalah
produsen ampuh IL-1, IL-6, dan TNF-. Sebaliknya, hormon klasik, seperti insulin,
dikeluarkan dari diskrit kelenjar (misalnya, pankreas). 2008, Terminologi saat ini
merujuk sitokin sebagai agen immunomodulating. Namun, penelitian lebih lanjut
diperlukan di daerah ini mendefinisikan sitokin dan hormon.
Tindakan sitokin mungkin autocrine atau paracrine, tapi tidak endokrin. Alasan
mereka tidak endokrin sinyal adalah bahwa sinyal harus dirilis di wilayah umum sel
yang terinfeksi patogen, sehingga molekul lain kekebalan yang mengikuti sinyal akan
tiba di situs tersebut (di mana sinyal ini diluncurkan). Sitokin sangat penting untuk
pengembangan dan fungsi kedua bawaan dan adaptif respon imun, meskipun mereka
tidak terbatas pada sistem kekebalan tubuh. Mereka sering dikeluarkan oleh sel
imun yang telah menjumpai patogen, sehingga mengaktifkan dan merekrut lebih
lanjut sel imun untuk meningkatkan sistem menanggapi patogen. Sitokin juga
terlibat dalam beberapa proses perkembangan selama embriogenesis.
Molekul permukaan sel yang bertanggung jawab terhadap rejeksi transplan
dinamakan molekul histokompatibilitas, dan gen yang mengkodenya disebut gen
histokompatibilitas. Nama ini kemudian disebut dengan histokompatibilitas mayor
karena ternyata MHC bukan satu-satunya penentu rejeksi. Terdapat pula molekul
lain yang walaupun lebih lemah juga ikut menentukan rejeksi, yang disebut molekul
histokompatibilitas minor. Pada saat ini telah diketahui bahwa molekul MHC
merupakan titik sentral inisiasi respons imun.
MOLEKUL MHC
Gen MHC berhubungan dengan gen imunoglobulin dan gen reseptor sel T (TCR = Tcell receptors) yang tergabung dalam keluarga supergen imunoglobulin, tetapi pada
perkembangannya tidak mengalami penataan kembali gen seperti halnya gen
imunoglobulin dan TCR. Daerah MHC sangat luas, sekitar 3500 kb di lengan pendek
kromosom 6, meliputi regio yang mengkode MHC kelas I, II, III, dan protein lain,
serta gen lain yang belum dikenal, yang mempunyai peran penting pada fungsi sistem
imun
Ekspresi gen MHC bersifat kodominan, artinya gen orang tua akan tampak
ekspresinya pada anak mereka. Selain itu jelas terlihat beberapa gen yang terkait
erat dengan gen MHC dan mengkode berbagai molekul MHC yang berbeda, karena
itu gen MHC disebut sebagai gen multigenik. Pada populasi terlihat bahwa setiap gen
tersebut mempunyai banyak macam alel sehingga MHC bersifat sangat polimorfik.
Untuk memudahkan maka semua alel pada gen MHC yang berada pada satu
kromosom disebut sebagai haplotip MHC. Setiap individu mempunyai dua haplotip,
masing-masing satu dari ayah dan ibu yang akan terlihat ekspresinya pada individu
tersebut.
Kompleks histokompatibilitas utama (bahasa Inggris: major histocompatibility
complex atau MHC) adalah sekumpulan gen yang ditemukan pada semua
jenis vertebrata[1]. Gen tersebut terdiri dari 4 juta bp yang terdapat
di kromosom nomor
6
manusia
dan
lebih
dikenal
sebagai
[1]
kompleks antigen leukositmanusia (HLA). Protein MHC yang disandikan berperan
dalam mengikat dan mempresentasikanantigen peptida ke sel T.[1]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Struktur protein MHC
3 Referensi
rantai alfa atau beta. [5] Rantai polipetida yang dihasilkan akan saling berikatan dan
membentuk antigen kelas II[4]. Seperti halnya antigen kelas II, antigen kelas II
juga bersifat polimorfik (unik) karena lokus DR dapat terdiri atas lebih dari satu
macam gen penyandi rantai beta fungsional.[4]
TOLERANSI IMUN
Toleransi
atau kegagalan membentuk
antibodi
atau mengembangkan
repon imuns e l u l e r p a s c a p a j a n a n d e n g a n i m u n o g e n a t a u a n t i g e n t e r j a
di hanya terhadap antigentertentu saja dan tidak disertai ganggua
n t e r h a d a p r e s p o n a n t i g e n y a n g l a i n . T u b u h mempunyai mekanisme kuat
utuk mencegah terjadinya autoimunitas. Sel T terutama selCD4
+
memiliki peran sentral dalam mengontrol hampit semua respon imun.oleh
karenaitu toleransii sel T merupakan hal yang jauh lebih penting disbanding
toleransi terhadaps e l B . h a m p i r s e m u a s e l B s e l f - r e a c i v e t i d a k a k a n
d a p a t m e m p r o d u k s i a u t o a n t i b o d y kecuali mendapat bantuan yang benar dari
sel T.
TOLERANSI SEL T
Mekanisme toleransi dapat primer yang terjadi di organ limfoid pirmer
seperti sumsumtulang dan timus, yang disebut toleransi sentral, dan di
perifer yang disebut toleransi perifer.
A. Toleransi sentral
Sel T diproduksi di dalam sumsung tulang, namun pematangan dan
perkembangannyaterjadi dalam timus. Prekursor sel T yang berasal dari sumsum
tulang bermigrasi melaluidarah ke korteks kelenjar timus. Tolrnsi sentral
adalah induksi toleransi saat limfosit berada dalam perkembangannya di
timus. Proses seleksi terjadi untuk menyingkirkantimosit ang self reaktif.
Melalui proses yang disebut seleksi positif, sel T hidup dengan b e r i k a t a n
dengan MHC. Sel T dengan TCR yang gagal berikatan dengan selfM H C dalam timus akan mati melalui apoptosis.Ikatan sel T dengan reseptornya
dengan
afinitas
rendah
akan
tetap
hidup.
Namun
sel
Ty a n g m e n g i k a t k o m p l e k s p e p t i d a - M H C d e n g a n a f i n i t a s t i n g g i
d a l a m t u b u h , a k a n memiliki potensi untuk
mengenal selantigen yang menimbulkan autoimunitas. Olehkarena itu sel-sel tersebut
disingkirkan,
dan
proses
itu
disebut
seleksi
negatif
atau
edukasit i m u s . T i m o s i t y a n g m e n g a l a m i p r o s e s s e l e k s i n e g a t i f d i h a n c
u r k a n d a n g a g a l u n t u k berfungsi.
Inflamasi
A. Pengertian
Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera
atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau
mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu
(Dorland, 2002).
Inflamasi merupakan respon terhadap cedera. Arti khususnya, inflamasi adalah
reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang
terlarut dan sel-sel dari sirklasi darah ke jaringan interstitial pada daerah cedera
atau nekrosis. Inflamasi sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan
pertahanan, hasilnya adalah netralisasi dan pembuangan agen-agen penyerang,
penghancur jaringan nekrosis, dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan
untuk perbaikan dan pemulihan.
Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi
kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang
memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen
menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan
yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini
disebut inflamasi (Rukmono, 1973).
Inflamasi atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan
terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin,
bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel
yang berperan sebagai mediator inflamasi di dalam sistem kekebalan untuk
melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.
Inflamasi mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi:
1. memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk
meningkatkan performa makrofaga
2. menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi