Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN
Berdasakan anamnesis pada keluarga pasien, pasien mengeluh adanya sesak napas
yang disertai dengan demam, batuk, BAB dengan konsistensi encer, sariawan dan
bercak putih-putih pada mulut. Gejala yang dialami pasien ini sesuai dengan gejalagejala yang terdapat pada pasien dengan infeksi HIV. Sesak napas yang dialami
pasien, bukan merupakan kejadian pertama kali. Pasien sudah pernah dirawat karena
sesak napas sejak berusia 2 minggu. Pasien ini mengalami infeksi berulang yang
mengindikasikan kemungkinan infeksi HIV. Infeksi biasanya karena bakteri seperti:
Pneumonia, meningitis, sepsis, selulitis. Pasien dikatakan buang air besar dengan
konsistensi cair sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit (22/08/2015).
Dalam 1 hari pasien dapat BAB 4 kali, konsistensi cair, terdapat ampas, lendir dan
tidak ditemukan darah. Dari definisi diare yaitu bertambahnya frekuensi defekasi
lebih dari baisanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair)
dengan / tanpa darah dan lendir. Hal ini sesuai pada kondisi pasien sehingga pasien
juga didiagnosis menderita diare akut ( < 14 hari). Diare berulang atau persisten juga
merupakan salah satu tanda yang mengindikasikan infeksi HIV.
Pasien juga mengalami sariawan, putih-putih dimulut yang diderita pasien sejak
berumur 2 minggu yang tidak pernah sembuh. Hal ini sesuai dengan salah satu tanda
yang mengindikasikan kemungkinan infeksi HIV yaitu Oral Thrush yang disebabkan
oleh Candida albicans, tanpa riwayat pemberian antibiotika, obat imunosupresan lain
dalam jangka waktu lama, meluas hingga ke belakang lidah/faring, berlangsung lebih
dari 30 hari meskipun diobati dengan antijamur.
Pada pasien ini berkembang infeksi oportunistik. Ini adalah infeksi yang jarang
mempengaruhi orang sehat tetapi dapat mematikan bagi orang-orang yang memiliki
defisiensi sistem kekebalan tubuh. Infeksi oportunistik umum yang berkaitan dengan
HIV meliputi: Pneumonia, Infeksi serius karena cytomegalovirus (CMV), sebuah

kondisi jaringan parut paru-paru yang disebut lymphocytic pneumonitis interstitial


(LIP), Sariawan atau ruam popok parah akibat Candida.
Diagnosis Infeki HIV pada pasien sudah ditegakkan saat pasien berusia 8 bulan. Pada
pasien anak-anak berusia <18 bulan bisa didiagnosis Presumtif HIV dengan melihat
gejala klinis yang dimiliki pasien dimana pasien memiliki klinis Oral thrust dan juga
pneumoni berat yang sudah memenuhi minimal 2 gejala dari kriteria diagnostic
presumtif HIV.
Saat ini pasien juga mengalami malnutrisi sedang dan anemia dengan Hb 9,6g/dL
yang cocok dengan stadium klinis III HIV menurut WHO. Hasil laboratorium pasien
menunjukan hasil penurunan Hb (9,6g/dL), penurunan MCHC (25,4 gr/dL),
penurunan MCV (77 fL) sehingga didiagnosis dengan anemia hipokromik mikrositer.
Penurunan kadar besi (32,8 g/dL) dan jenis anemia berupa hipokromik mikrositer
maka penyebab paling mungkin dari anemia saat ini adalah akibat defisiensi besi.
Namun pasien juga menderita penyakit kronik sejak usia 8 bulan, sehingga penyakit
kronik juga masih dipertimbangkan untuk menjadi penyebab anemia pada pasien.
Dari hasil pengukuran antopometeri didapatkan waterlow 72% sehingga anak
didiagnosis mengalami gizi kurang. Dari pemeriksaan antopomteri, tinggi badan anak
menurut umur berada pada -3 SD sehingga anak didiagnosis mengalami short stature.
Gizi kurang dan short stature pada anak selain akibat oleh HIV dapat didiagnosis
banding oleh karena Pediatric Malabsorption Syndromes. Penurunan daya tahan
tubuh pada anak selain akibat imunodefisiensi sekunder, dapat juga dipikirkan akibat
imunodefisiensi
Neutropenia,

primer
Pediatric

sepertiPediatric
Bruton

Autoimmune

dan

Agammaglobulinemia,

Chronic

Common

Benign
variable

immunodeficiency (CVID), dan Transient Hypogammaglobulinemia of Infancy.


Pada pasien ini belum diberikan terapi ARV dikarenakan pada pasien diagnosis yang
tegak adalah presumtif HIV berdasarkan kriteria klinisnya, namun belum didukung
dengan adanya uji antibody HIV positif. Tidak diberikannya ARV ini sesuai dengan

tatalaksana anak usia dibawah 18 tahun yang memerlukan pemantauan lebih lanjut
untuk anak yang belum terkonfirmasi terinfeksi HIV.
Pasien diberikan obat-obatan seperti ampicillin, gentamicin, fluconazole, dan
kotrimoksasole dikarenakan saat ini juga pasien memiliki infeksi sekunder berupa
pneumoni berat dan juga klinis candidiasis. Sesuai dengan penatalaksanaan infeksi
HIV terapi untuk pengobatan infeksi sekunder akibat penurunan imunitas harus
diterapi.
Pemberian O2 nasal kanul dan parasetamol diberikan untuk terapi simtomatis pada
pasien apabila pasien sesak dan demam.
Pasien juga diberikan terapi gizi karena pasien mengalami gizi kurang berupa
pemberian nutrisi dan cairan sesuai kebutuhan kalori yaitu 467,5 kkal/hari, protein
815 gr/hari, dan cairan 330 ml/hari. Terapi supportif untuk memperbaiki kurang gizi
pada pasien sesuai tatalaksana pasien HIV, karena pada pasien HIV pada umumnya
memiliki kurang gizi yang apabila tidak diterapi bisa berakibat pada terganggunya
pertumbuhan dan intelektual pasien.
Pemberian zinc dan transfuse PRC pada pasien diberikan dengan tujuan
meningkatkan Hb pasien agar keadaan anemia pasien membaik.
Berdasarkan tinjauan pustaka, anak yang terinfeksi HIV sejak perinatal memiliki
angka harapan hidup yang lebih rendah bila dibandingkan dengan anak yang
terinfeksi melalui ASI. Pada pasien ini belum dapat dipastikan apakah terinfeksi sejak
perinatal atau postnatal. Tidak adanya hasil tes yang mengatakan negatif sebelum tes
positif terakhir mengindikasikan onset infeksi yang awal. Onset awal dari infeksi HIV
memberikan prognosis buruk untuk pasien. Pemberian terapi yang lebih awal juga
memberikan angka harapan hidup yang lebih baik bagi penderita infeksi HIV. Dengan
keadaan infeksi HIV stadium III, infeksi oportunistik, dan gizi kurang dengan
harapan pemberian ART segera setelah infeksi oportunistik teratasi, probabilitas
mortalitas pada pasien menurut tinjauan pustaka mencapai 14,5% (Davies, 2013).

Harapan hidup pasien bergantung pada ketaatan pasien dalam berobat, penanganan
infeksi oportunistik, gaya hidup, dan dukungan dalam komunitas.

Anda mungkin juga menyukai