terhadap
pertumbuhan
perusahaan-perusahaan
sehingga
profitabilitas
Pada umumnya penerimaan pajak tidak cukup untuk membiayai seluruh kegiatan
pembangunan yang dirancang untuk mengejar pertumbuhan yang ditargetkan Oleh karena
itu, pemerintah mengupayakan pembiayaan pembangunan tersebut dari utang. Pinjaman
dalam negeri digunakan untuk membiayai kegiatan dalam rangka pemberdayaan industri
dalam negeri dan pembangunan infrastruktur untuk pelayanan umum serta kegiatan
investasi yang menghasilkan penerimaan.
Dengan jumlah utang yang semakin besar banyak ekonom yang memeringatkan
pemerintah akan adanya risiko jebakan utang (debt trap) dimana utang sudah terlalu
membebani anggaran Negara untuk membayar angsuran pokok utang dan bunga. Risiko
lainnya terkait dengan tereksposure-nya pemerintah Indonesia kedalam risiko perekonomian
global. IMF dan World Bank (2001) mengidentifikasi beberapa risiko yang dihadapi suatu
Negara terkait dengan jumlah utang yang besar yaitu :
Market Risk
Merupakan risiko yang berkaitan dengan fluktuasi suku bunga, nilai tukar mata uang,
harga komoditas, dan inflasi.
Funding Risk
Merupakan risiko ketika pemerintah memerlukan dana untuk pembiayaan anggaran
ataupunroll-over utang pada tingkat yang dapat diterima. Risiko ini terkait dengan
kemampuan pemerintah untuk melakukan pinjaman baru yang dibutuhkan. Semakin besar
jumlah utang (sebagai % dari PDB) yang dimiiliki suatu Negara semakin besar risiko
(kesulitan) pemerintah
dalam
risiko roll-overyaitu risiko bahwa utang akan diroll-over dengan biaya yang sangat tinggi atau
bahkan
risiko
utang
tidak
dapat
diroll-over sama
sekali.
Ketidakmampuan
untuk
memperpanjang jatuh tempo utang tersebut dapat menimbulkan krisis utang dan
menimbulkan kerugian ekonomi yang riil.
Liquidity Risk
Risiko likuiditas menunjuk ke suatu keadaan dimana volume aset lancar (kas)
menurun dengan cepat karena timbulnya kewajiban pembayaran yang tidak diantisipasi
sebelumnya atau kesulitan dalam memperoleh kas melalui pinjaman jangka pendek.
Pembayaran angsuran pokok utang dan bunga yang setiap tahun meningkat membawa
risiko terhadap likuiditas APBN. Apabila jebakan utang tidak segera diselesaikan maka akan
mengarah keliquidity trap.
Credit Risk
Berkenaan dengan kinerja yang rendah dari peminjam atas kesepakatan keuangan
yang telah dituangkan dalam kontrak. Risiko tersebut relevan khususnya dalam pengelolaan
aset lancar. Risiko kredit juga terkait dengan penerimaan atas penawaran surat berharga
(surat utang) yang diterbitkan pemerintah ataupun kontrak-kontrak derivatif yang ditutup
oleh pemerintah. Risiko kredit yang tinggi akan menjadikan pemerintah dikenakan premi
yang tinggi pada saat menjual surat utang atau menutup kontrak derivative, sehingga
menjadikan biaya peminjaman (cost of borrowing) lebih tinggi di atas rata-rata tarif premi
pasar.
Operational risk.
Meliputi berbagai jenis risiko seperti kemungkinan kesalahan berbagai tahapan
pelaksanaan dan pencatatan transaksi, ketidakcukupan atau kegagalan pengendalian intern
atau kegagalan sistem, risiko reputasi, risiko hukum, risiko keamanan dan risiko bencana
alam yang mempengaruhi aktivitas pemerintah. Contoh nyata dari risiko operasional adalah
adanya pembangunan fisik yang salah sasaran dan dilaksanakan dengan tidak efisien. Juga
risiko dana pembangunan dari utang yang dikorupsi.
Dampak Hutang Luar Negeri Indonesia
a) Pertama, dampak langsung dari utang yaitu cicilan bunga yang makin mencekik.
Kedua, dampak yang paling hakiki dari utang tersebut yaitu hilangnya kemandirian
akibat keterbelengguan atas keleluasaan arah pembangunan negeri, oleh si pemberi
pinjaman. Dapat dilihat pula dengan adanya indikator-indikator baku yang ditetapkan
oleh Negera-negara donor, seperti arah pembangunan yang ditentukan. Baik motifnya
politis maupun motif ekonomi itu sendiri.
b) Pada akhirnya arah pembangunan kita memang penuh kompromi dan disetir, membuat
Indonesia makin terjepit dan terbelenggu dalam kebijakan-kebijakan yang dibuat negara
Donor. Hal ini sangat beralasan karena mereka sendiri harus menjaga, mengawasi dan
memastikan bahwa pengembalian dari pinjaman tersebut plus keuntungan atas
pinjaman, mampu dikembalikan. Alih-alih untuk memfokuskan pada kesejahteraan
rakyat,
pada
akhirnya
adalah
konsep
tersebut
asal
jalan
pada
periode
pengeluaran
rutin
dan
pengeluaran
pembangunan
yang
cukup
besar. Dengan adanya utang luar negeri membantu pembangunan negara Indonesia,
3
dengan menggunakan tambahan dana dari negara lain. Laju pertumbuhan ekonomi
dapat dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
b) Dampak Negatif
Dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai macam persoalan
ekonomi negara Indonesia, salah satunya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah
jatuh(Inflasi). Utang luar negeri dapat memberatkan posisi APBN RI, karena utang luar
negeri tersebut harus dibayarkan beserta dengan bunganya. Negara akan dicap sebagai
negara miskin dan tukang utang, karena tidak mampu untuk mengatasi perekonomian
negara sendiri, (hingga membutuhkan campur tangan dari pihak lain).
Selain itu, hutang luar negeri bisa memberikan manfaat sebagai berikut:
a) Membantu dan mempermudah negara untuk melakukan kegiatan ekonomi.
b) Sebagai penurunan biaya bunga APBN
c) Sebagai sumber investasi swasta
d) Sebagai pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan kedalaman pasar modal
e) Berguna untuk menunjang pembangunan nasional yang dimiliki oleh suatu negara
Menurut aliran neoklasik, utang luar negeri merupakan suatu hal yang positif. Hal ini
dikarenakan utang luar negeri dapat menambah cadangan devisa dan mengisi kekurangan
modal pembangunan ekonomi suatu negara. Dampak positif ini akan diperoleh selama
utang luar negeri dikelola dengan baik dan benar.
Setiap negara memiliki perencanaan pembangunan yang berbeda-beda, tetapi
memiliki kapasitas fiskal yang terbatas. Untuk membiayai pembangunan, pemerintah
memiliki apa yang dikenal sebagai government spending. Jika selisih pengeluaran
pemerintah dengan tingkat penerimaan pajak bernilai defisit, maka alternatifnya adalah
dengan memanfaatkan pendanaan yang berasal dari luar negeri.
Faktor Penyebab Hutang Luar Negeri Indonesia
Setidaknya ada dua alasan mengapa pemerintah di negara-negara berkembang
tetap membutuhkan utang luar negeri. Pertama, utang luar negeri dibutuhkan sebagai
tambahan modal bagi pembangunan prasarana fisik. Infrastruktur merupakan investasi yang
mahal dalam pembangunan. Kedua, utang luar negeri dapat digunakan sebagai
penyeimbang neraca pembayaran.
Ada beberapa penyebab meningkat atau menurunnya utang Luar negeri Indonesia
secara umum yaitu:
a) Defisit Transaksi Berjalan (TB)
TB merupakan perbandingan antara jumlah pembayaran yang diterima dari luar negeri
dan jumlah pembayaran ke luar negeri. Dengan kata lain, menunjukkan operasi total
perdagangan luar negeri, neraca perdagangan, dan keseimbangan antara ekspor dan
impor, pembayaran transfer.
b) Meningkatnya kebutuhan investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan
biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa
4
yang akan datang. Hampir setiap tahun Indonesia menghadapi kekurangan dana investasi.
Menurut pada tahun 2011, jumlah dana tabungan: 12,84 triliun sementara kebutuhan
investasi Rp 2.458,6 triliun. Hal ini mendorong meningkatnya pinjaman LN. Di samping
kelangkaan dana, meningkatnya utang LN juga didorong oleh perbedaan tingkat suku
bunga.
c) Meningkatnya Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor .
Laju inflasi mempengaruhi tingkat suku bunga, karena ekspektasi inflasi merupakan
komponen suku bunga nominal. trand inflasi meningkat menyebabkan Bank Indonesia
memangkas suku bunga. Dengan rendahnya suku bunga maka minat orang untuk
berinvestasi rendah, maka pemerintah untuk memenuhi belanja negaranya melalui pinjaman
luar negeri.
d) Struktur perekonomian tidak efisien
Karena tidak efisien dalam penggunaan modal, maka memerlukan invetasi besar. Hal
ini akan mendorong utang luar negeri.
Solusi Terhadap Hutang Luar Negeri Indonesia
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi hutang luar negeri:
a) Meningkatkan daya beli masyarakat, yakni melalui pemberdayaan ekonomi pedesaan
dan pemberian modal usaha kecil seluasnya.
b) Meningkatkan pajak secara progresif terhadap barang mewah dan impor.
c) Konsep pembangunan yang berkesinambungan, berlanjut dan mengarah pada satu titik
maksimalisasi kekuatan ekonomi nasional, melepaskan secara bertahap ketergantungan
utang luar negeri.
d) Menggalakan kebanggaan akan produksi dalam negeri, meningkatkan kemauan dan
kemampuan ekspor produk unggulan dan membina jiwa kewirausahaan masyarakat.
Negeri Indonesia ini sebenarnya kaya akan Sumber daya alam unggulan sehingga bila
kita manfaatkan secara maksimal maka akan memberikan devisa negara,
e) Mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dan menempatkan kesejateraan
yang berkeadilan dan merata
C. Modal Asing
Sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan untuk mempercepat
investasi dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti
oleh perbankan struktur produksi dan perdagangan. Modal asing dapat berperan penting
dalam mobilisasi dana maupun transformasi struktural. Kebutuhan akan modal asing
menjadi menurun segera setelah perubahan struktur benar-benar terjadi.
Asumsi dasar yang melatar belakangi hubungan positif antara modal asing dan
pertumbuhan ekonomi :
Setiap 1$ modal asing akan mengakibatkan kenaikan 1$ impor dan investasi. Dengan
asumsi ini dan ICOR yang stabil dimungkinkan untuk menghitung dampak modal asing
terhadap pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya menghitung berapa modal asing yang
diperlukan untuk mencapai target pertumbuhan tertentu. Incremental Capital Ouput
Ratio (ICOR) atau rasio kenaikan ouput akibat kenaikan kapital adalah indikator ekonomi
makro yang sering digunakan untuk menilai kinerja investasi di suatu Negara. Kegunaan
lainnya
adalah
untuk
menghitung
besarnya
investasi
yang
dibutuhkan
agar
Foreign exchange gap, mata uang asing (devisa) yang tersedia tidak cukup
untuk membiayai impor.
negeri. Dari kedua sumber pembiayaan ini, sumber dana dalam negeri seyogyanya
merupakan sumber pokok pembiayaan. Terutama dilihat dari konteks pertumbuhan ekonomi
jangka panjang, dimana suatu negara haruslah mendasarkan pembiayaan investasi dari
sumber dalam negeri. Dari berbagai sumber pembiayaan dalam negeri, tabungan domestic
merupakan salah satu faktor penting bagi pembiayaan. Tabungan dalam negeri dapat
bersumber dari tabungan masyarakat/swasta, maupun tabungan pemerintah. Dalam
konteks tabungan domestik, idealnya kedua komponen tersebut harus dapat ditingkatkan
secara sinergis dan bersamaan. Jenis tabungan untuk pembiayan pembangunan dalam
negeri yaitu:
1. Tabungan masyarakat adalah bagian dari pendapatan yang diterima masyarakat
yang dengan sukarela tidak digunakan untuk konsumsi.
2. Tabungan pemerintah adalah keseluruhan pendapatan yang diterima pemerintah
dikurangi dengan total pengeluaran rutin.
3. Tabungan paksa adalah langkah yang dilakukan pemerintah untuk melakukan
pinjaman ke masyarakat, badan-badan keuangan di luar bank komersial (LKBB),
bank komersial, bank sentral dan mencetak uang baru dalam rangka menanggulangi
defisit anggaran.
4. Hasil dari perdagangan luar negeri, yaitu yang diperoleh dari kelebihan nilai ekspor
dikurangi nilai impor.
F. Investasi
Sebagaimana yang telah di ketahui investasi sangat berpengaruh besar terhadap
pembangunan ekonomi, Semakin banyak investasi dalam negeri semakin besar pula
kesempatan Negara kita untuk membangun ekonomi dalam negeri.
Daftar Pustaka :
http://chanchanfia.blogspot.com/2013/07/sumber-pembiayaan-pembangunandi_8.html. Diunduh pada 4 Desember 2014.