Anda di halaman 1dari 22

7

LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR
1. Pengertian
Fraktur adalahterputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000dalam buku
Sugeng 2010).
Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and
Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas
tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan
dalam buku Luckman and Sorensens Medical Surgical Nursing (Hidayah,
2009).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
dengan jenis dan luasnya (Brunner dan Suddarths, 2002).
Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang
humerus. Fraktur humerus proksimal biasa terjadi pada anak-anak dan
disebabkan karena jatuh ke belakang pada ekstremitas yang terlibat dengan
posisi siku ekstensi, trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi,
lengan bawah dalam posisi supinasi.Trauma terjadi ketika siku dalam
posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi (Nelson 2006).
2. Etiologi
Penyebab fraktur menurut Sugeng (2010) dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:
1)
Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit
diatasnya.

2)

Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari


lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan

3)

menyebabkan fraktur dapa klavikula atau pada humerus.


Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot

yang kuat.
b. Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan berikut:
1) Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
2) Infeksi seperti osteomyelitis: dapat terjadi sebagia akibat onfeksi
akut atau dapat timbul sebagi salah satu proses yang progresif,
lambat dan nyeri.
3) Rakhitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain.
4) Secara spontan: disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio.

Pathway Fraktur (Nanda, 2013& Silvya, 2011)


Trauma Muskuloskaletal

Fraktur

Perubahan status

Terputusnya kontinuitas

Luka terbuka

Reaksi

Kesehatan

fragmen tulang

Perubahan jaringan sekitar

Peradangan

laserasi kulit

Edema

Imobilisasi
Kurang informasi

merangsang pelepasan mediator

Ekstremitas tidak
Kurang
pengetahuan
Pada Orang
Tua

kimia

berfungsi

masuknya mikroorganisme
nonciceptor

Gangguan
Mobilisasi fisik
Nyeri

Medulla spinalis

Korteks serebri

dengan mudah

ReResiko
iRenfeksi

Penekanan pada
Gangguan
integritas kulit

Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer

jaringan Vaskuler

Penurunan aliran
darah

10

3. Klasifikasi Fraktur
a. Tipe fraktur (Nelson, 2006)
1) Fraktur komplit. Fraktur komplit adalah tipe yang paling lazim dan
terjadi bila kedua sisi tulang terfraktur. Fraktur ini dapat
diklasifikasikan sebagai fraktur spiral, melintang, miring, atau
pecah-pecah (remuk), tergantung pada arah gars fraktur. Fraktur
pecah-pecah tidak biasa terjadi pada anak-anak.
2) Fraktur inkomplit, fraktur hanya melibatkan seluruh potongan
menyilang tulang. Salah satu sisi patah yang lainnya biasa hanya
bengkok.
3) Fraktur tertutup, fraktur tidak meluas melewati kulit.
4) Fraktur terbuka, fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit
dimana potensial terjadi infeksi.
5) Fraktur melengkung atau torus, kompresi tulang menimbulkan
fraktur melengkung atau torus. Fraktur-fraktur ini khas terjadi pada
daerah metafisis pada anak kecil, terutama pada radius distal.
Fraktur ini bersifat stabil dan sembuh dalam waktu 2-3 minggu
dengan imobilisasi sederhana.
b. Klasifikasi patah tulang menurut garis patah tulang (Nanda, 2013)
1) Greensick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedangkan
2)
3)
4)
5)

sisi lainnya membengkok.


Transversal, fraktur yang memotong lurus pada tulang.
Oblig, fraktur yang arah patahnya miring.
Spiral, fraktur yang berputar mengelilingi tungkai tulang.
Segmental, fraktur dimana tulang terpecah menjadi beberapa

bagian.
6) Depresi, fraktur yang terjadi pada sebagian atau beberapa bagian
tulang yang tidak dapat digerakan (banyak dijumpai pada tulang
tengkorang dan tulang muka).
7) Kompresi, fraktur dimana permukaan tulang terdorong kearah
permukaan tulang lain.
8) Avulsi, fragmen tulang tertarik oleh ligament.
9) Dislokasi, fraktur dengan komplikasi keluarnya atau terlepasnya
tulang dan sendi.
10) Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit
(kiste tulang, mestataste tulang dan tumor).
11) Epifiseal, fraktur melalui epifise.

11

12) Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen


tulang lainnya.
4. Manifestasi Klinis
a. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti:
1) Rotasi pemendekan tulang
2) Penekanan tulang.
b. Bengkak, edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi
darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
c. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
d. Tenderness/keempukan.
e. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur didaerah yang berdekatan. Spasme
otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
f. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari kerusakan
syaraf /perdarahan).
g. Pergerakan abnormal.
h. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah.
i. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba
adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar
fragmen satu dengan lainnya.
(Sugeng, 2010)
5. Komplikasi
a. Syok
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat perdarahan (baik kehilangan
darah eksternal maupun yang tak kehilangan).
b. Sindroma kompartemen
Terjadi pembengkakan akibat fraktur atau tekanan dalam suatu ruang
yang dibatasi oleh kompratemen, karena adanya kerusakan dan
membukanya jaringan dan memungkinkan pembuluh darah dan saraf
memasuki dan keluar dari kompartemen. Gejala yang meuncul
pertama adalah rasa sakit bertambah parah dan berkurangnya denyut
nadi.
c. Iskemik

12

Adanya edema akan menekan jaringan sekitar termasuk vaskuler,


tekanan ini menyebabkan sirkulasi darah berkurang dan akan
menimbulkan iskemik. Iskemik yang lama akan mengakibatkan
kematian jaringan otot dan lama kelamaan akan digantikan jaringan
fibrotic sehingga terjadi kontraktur.
d. Kerusakan saraf
Kerusakan saraf dapat terjadi karena cidera atau penekanan lain dari
alat.
e. Embolisme lemak
Lemak sumsum masuk ke pembuluh darah, tanda-tandanya sianosis,
nadi turun naik.
f. Malunion
Gerakan ujung patahan akibat imobilisasi yang jelek dapat
mengakibatkan malunion. Sebab-sebab lainnya adalah jaringan lunak
yang terjepit diantara fragmen tulang. Akhirnya ujung patahan dapat
saling teradaptasi dan membentuk sendi palsu dengan sedikit gerakan
(non union). Malunion diatasi dengan menghilangkan penyebabnya,
yaitu dengan imobilisasi yang benar. Non union diatasi dengan eksisi
ujung patahan dan dilakukan fiksasi internal.
(Smeltzer, 2001)
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Sebagian besar fraktur anak-anak dapat sembuh dengan baik, dan
jarang terjadi fraktur tidak menyambung. Ada empat dasar yang harus
dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur, yaitu:
1) Rekognisi (pengenalan), menangani diagnosa pada tempat kejadian
kecelakaan dan kemudian dirumah sakit.
2) Reduksi adalah reposisi fragmen-fragmen

fraktur

semirip

meungkin dengan keadaan letak normal.


3) Retensi, menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk
mengetahui kadal alkali pospatase, kalsium, kreatinin dan fosfat.
4) Rehabilitasi, dimulai segera dan sesudah dilakukan bersamaan
dengan pengobatan fraktur untuk menghindari atropi dan
kontraktur.

13

Beberapa teknik penatalaksaan yang biasa dilakukan pada klien


dengan fraktur, yaitu:
1) Traksi
Kebanyakan fraktur dikurangi dengan traksi sederhana dan
imobilisasi sampai penyembuhan berlangsung. Akan tetapi, posisi
fragmen tulang yang berhubungan dengan fragmen tulang lain
mempengaruhi kecepatan penyembuhan dan deformitas residual.
Penyembuhan berlangsung cepat dan lengkap dengan ketepatan
ujung ke ujung. Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka
pendek, sedangkan traksi otot atau pembedahan biasanya untuk
periode jangka panjang.
2) Immobilisasi
Pada anak-anak, fragmen tulang biasanya diluruskan dan
diimobilisasi dengan traksi atau dengan manipulasi tertutup dan
dilakukan pemasangan gips sampai terbentuk kalus yang adekuat.
Kecenderungan alami anak untuk aktif biasanya cukup untuk
mengembalikan mobilisasi normal, dan terapi fisik jarang
diberikan. Pada banyak kasus, fraktur anak-anak dapat ditangani
dengan reduksi tertutup dan imobilisasi plester, yang lebih sering
dilakukan dengan rawat jalan dan evaluasi ulang dalam 7 sampai
10 hari.
(Sugeng, 2010)
b. Perawatan fraktur
Pasien dengan fraktur tertutup harus diusahakan untuk kembali kepada
aktivitas

biasa

sesegera

mungkin.

Penyembuhan

fraktur

dan

pengembalian kekuatan penuh dan mobilitas memerlukan waktu


berbulan-bulan. Pasien diajarkan mengontrol pembengkakan dan nyeri,
mereka didorong untuk aktif dalam batas immobilisasi fraktur,
pengajaran pasien meliputi perawatan diri, informasi obat-obatan,
pemantauan kemungkinan potensial masalah, dan perlunya supervisi
perawatan kesehatan.

14

Untuk perawatan nyeri parah yang kronik, klien tidak bisa bergantung
terus pada obat. Biasanya menggunakan kompres hangat atau dingin
tergantung penyebab nyeri. Jika pembengkakan menyebabkan tekanan
pada area luka, kompres es mungkin dilakukan. Spasme otot bisa
dikendorkan dengan kompres hangat dan massage. Selain itu
digunakan juga sentuhan terapeutik, jika terapi tersebut tidak efektif
untuk mengurangi nyeri. Perawat bisa menggunakan teknik distraksi
atau terapi musik serta mengajarkan pada klien teknik relaksasi seperti
nafas dalam selama periode nyeri yang parah.
(Sugeng, 2010)

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung,
mengetahui tempat dan tipe fraktur. Biasanya diambil sebelum dan
sesudah dilakukan proses operasi dan selama proses penyembuhan
secara periodik.
b. CT-SCAN
Computed Tomography (CT-SCAN) memperlihatkan fraktur, dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak dan untuk
mengetahui lokasi dan panjangnya patah tulang diderah yang sulit
dievakuasi.
c. Arteriogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler.
d. Hitung darah lengkap Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stress normal
setelah trauma.
(Wong 2008)

15

B. Asuhan Keperawatan/kemungkinan data fokus


1. Pengkajian
Pengumpulan data status kesehatan klien secara sistematis dan
berkesinambungan, meliputi:
wawancara
a. Identitas
Hubungannya dengan identitas kita dapat menginterpretasikan bahwa
fraktur biasa terjadi pada anak-anak yang disebabkan karena
traumatik di rumah, sekolah, pada kendaraan bermotor atau ketika
berkreasi dan aktivitas sehari-hari anak yang selalu bermain aktif.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa
nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya
serangan.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan klien sekarang dapat dikaji berdasarkan
anamnesa dengan klien atau keluarga tentang bagaimana awal
terjadinya proses traumadan nyeri tersebut, beserta langkahlangkah yang telah di tempuh dengan menggunakan pendekatan
PQRST menurut Muttaqien (2008)
P = Paliatif
Pada klien dengan fraktur akan merasakan nyeri semakin
bertambah

ketika

klien

bergerak

terutama

menggerakan

ekstremitas atas dan akan berkurang pada saat diistirahatkan.


Q = Quality
Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
R = Region/radiation
Nyeri dirasakan pada daerah sekitar yang terkena fraktur, tidak
terjadi penyebaran ke daerah lain.

16

S = Skala/Severity
Pada klien dengan fraktur biasanya terjadi peningkatan skala nyeri
(skala 0-10).Beratnya keluhan yang dirasakan tergantung pada
intensitas nyeri dan tipe fraktur.
T = Time
Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.

3) Riwayat kehamilan dan persalinan


a) Prenatal
Apakah ada riwayat kehamilan ibu klien terdapat kelainan yang
dapat memperberat keadaan ibu dan proses persalinan klien
serta mengetahui tempat dan jumlah frekuensi pemeriksaan
kehamilan yang dilakukan oleh ibu.
b) Natal
Proses persalinan ditolong oleh siapa, apakah berlangsung
secara normal atau memerlukan bantuan alat atau oprasi,
berapa berat badan klien dan panjang klien waktu lahir.
c) Post natal
Bagaimana keadaan klien setelah lahir, apakah

klien

mendapatkan ASI sesuai kebtuhan serta bagaimana reflek


menghisap dan menelan baik atau tidak.
4) Riwayat imunisasi
Keadaan klien dalam imunisasi yang telah diberikan baik imunisasi
dasar atau lanjutan.
Tabel 2.1 Imunisasi wajib dan anjuran
No
.
1.
2.
3.
4.
5.

Imunisasi Wajib
BCG
DPT
Hepatitis B
Polio
Campak

Jumlah

Interval

Usia

1x
3x
3x
4x
1x

4 minggu
4 minggu
4 minggu

0-2 bulan
2-11 bulan
0-11 bulan
0-11 bulan
9 bulan

17

No

Imunisasi Anjuran

.
1.
2.
3.
4.
5.

HiB
MMR
Varicella
Hepatitis A
Thypus

Usia
2-6 bulan, ulang 18 bulan
15-18 bulan, lanjutan 11-12 tahun
12-18 bulan
> 2 tahun
2-12 tahun

5) Riwayat kesehatan masa lalu


Mengindentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungannya
atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita saat ini,
yang

memungkinkan

akan

berpengaruh

terhadap

tingkat

kesehatnnya.
6) Riwayat kesehatan keluarga
Perlu diketahui untuk menentukan apakah dalam keluarga ada
penyakit keturunan atau penyakit menular yang berdampak negatif
pada status kesehatan seluruh anggota keluarga.
7) Riwayat Psiko Sosial Spiritual
- Psiko
Klien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri
dari fraktur, cemas karena ketidaktahuan tentang perubahan
kesehatan dan kondisi fisiknya sehingga klien dan keluarga
akan menanyakan tentang kondisinya, kehilangan peran baik
dalam keluarga maupun dalam masyarakat, dampak dari
hospitalisasi rawat inap dan harus beradaptasi dengan
lingkungan yang baru serta takutnya terjadi kecacatan pada
-

dirinya.
Sosial
Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam
masyarakat karena harus menjalani perawatan yang waktunya
tidak akan sebentar dan juga perasaan akan ketidakmampuan
dalam melakukan kegiatan seperti kebutuhannya sendiri seperti
biasanya, karena pada saat perawatan semua aktivitas klien

dibantu oleh orang lain atau keluarga.


Spiritual
Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai
dengan keyakinannya baik dalam jumlah ataupun dalam

18

beribadah

yang

diakibatkan

karena

rasa

nyeri

dan

ketidakmampuannya.
8) Pola aktivitas sehari-hari menurut Dongoes (2006)
a) Pola makan dan minum :
Jenis makanan dan minuman apa saja yang dikonsumsi klien,
berapa jumlah dan frekuensi makan klien, bagaimana bentuk
makanan yang dikonsumsi, apakah ada makanan pantangan dan
keluhan selama sebelum sakit dan selama sakit.
b) Pola istirahat tidur:
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak,
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur
klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya
tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur
serta penggunaan obat tidur.
c) Pola eliminasi :
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola
eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi,
konsistensi, warna serta bau feses pada pola eliminasi alvi.
Sedangkan pada pola eliminasi urine dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini
juga dikaji ada kesulitan atau tidak
d) Personal hygiene :
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua
bentuk

kegiatan

klien

termasuk

melakukan

perawatan

kebersihan diri menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu


banyak dibantu oleh orang lain.
e) Pola aktivitas :
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua
bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien
perlu banyak dibantu oleh orang lain.
c. Pemeriksaan Fisik pada fraktur menurut Muttaqin (2008)
pemfis
1) Keadaan umum:

19

a) Kesadaran : composmentis, sopor, koma, gelisah tergantung


pada keadaan klien.
b) Tanda-tanda vital:
- Tekanan darah:terjadi hipertensi terlihat respon terhadap
nyeri, terjadi hipotensi terlihat respon dari kehilangan
-

darah (syok).
Nadi:terjadi takikardi sebagai respon dari adanya nyeri,
terjadi bradikardi sebagai respon dari kehilangan darah

(syok).
- Respirasi: terjadi peningkatan sebagai respon dari nyeri.
- Suhu: terjadi peningkatan suhu.
2) Pemeriksaan fisik head to toe:
a) Kepala
Dilihat bagaimana bentuk kepala, jenis rambut, warna rambut,
distribusi rambut, kebersihan rambut, apakah ada luka,
benjolan atau bekas trauma pada kepala.Biasanya pada pasien
yang mengalami fraktur tidak ditemukan adanya kelainan pada
fungsi kepala.
b) Leher
Bagaimana bentuk dan kesimetrisan leher, apakah ada
pembesar

vena

jugularis,

luka,

benjolan

atau

bekas

trauma.Biasanya leher tidak mengalami gangguan.


c) Wajah
Dilihat bagaimana bentuk wajah, apakah ada luka bekas
trauma,

edema.Biasanya

pada

pasien

dengan

fraktur

ditemukan ekspresi wajah tampak meringis, lain-lain tidak ada


perubahan fungsi maupun bentuk.
d) Mata
Dilihat bagaimana kesimetrisan antara mata kanan dengan kiri,
pergerakan bola mata, reflek pupil terhadap cahaya, amati
sklera, konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi
perdarahan), fungsi penglihatan tidak mengalami gangguan.

20

e) Telinga
Perhatikan bentuk dan kesimetrisan antara telinga kanan
dengan kiri, apakah ada luka, nyeri tekan pada daerah telinga,
fungsi pendengaran, kebersihan telinga, apakah ada keluaran
cairan yang keluar dari lubang telinga.Biasanya pada pasien
dengan fraktur tidak temukan adanya gangguan fungsi telinga.
f) Hidung
Inspeksi bagaimana bentuk dan kesimetrisan hidung, adanya
benjolan dan tanda radang.Palpasi apakah ada nyeri tekan, tak
ada pernafasan cuping hidung, fungsi penciuman.Biasanya
pada pasien dengan fraktur tidak ditemukan adanya gangguan
pada hidung.
g) Mulut
Amati bentuk dan kesimetrisan mulut, kelembaban, kebersihan,
jumlah gigi.biasanya tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak
terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
h) Thoraks
Tak ada pergerakan otot interkostae, gerakan dada simetris.
i) Paru
-

Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung
pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan
paru.

Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fremitus raba sama.

Perkusi
Suara perkusi sonor, tak ada redup atau suara tambahan
lainnya.

Auskultasi

21

Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan


lainnya seperti stridor dan ronchi.
j) Jantung
-

Inspeksi
Apakah ada luka bekas trauma, benjolan, biasanya tidak
tampak iktus jantung.

Palpasi
Biasanya tidak ditemukan adanya nyeri tekan dan benjolan.

Auskultasi
Irama regular, suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

k) Abdomen
-

Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia, amati apakah ada
luka dan lesi.

Palpasi
Turgor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.

Perkusi
Suara thympani.

Auskultasi
Peristaltik usus normal 10-15 kali/menit.

l) Integumen
Amati warna kulit, sianosis, turgor kulit, biasanya ditemukan
adanya laserasikulit karena trauma didaerah sekitar, akral
dingin.

m) Inguinal-Genetalia-Anus
Biasanya timbul infeksi saluran kemih, mengalami konstipasi
sehingga terdapat gangguan eliminasi BAB.
n) Ekstremitas
- Ekstremitas atas

22

Amati bentuk dan kesimetrisan antara tangan kanan


dengan kiri, jumlah jari tangan. Biasanya pada pasien
dengan fraktu ditemukan hasil rontgen menunjukan adanya
fraktur,terjadi deformitas, adanya peningkatan skala nyeri
pada daerah fraktur, spasme otot, perubahan suhu tubuh
pada daerah fraktur, sianosis,nadi meningkat (respon
nyeri) immobilisasi pada daerah fraktur, ROM pada
daerah fraktur terbatas, adanya penurunan kekuatan otot

pada daerah fraktur.


Kekuatan otot 5
<5
5
5
Ekstremitas bawah
Amati bentuk dan kesimetrisan antara kaki kanan dengan
kiri, hitung jumlah jari kaki kanan dan kiri, lihat adanya

luka atau tidak, pergerakan kaki bebas, tidak ada sianosis.


d. Data penunjang
1) Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara
langsung, mengetahui tempat dan tipe fraktur. Biasanya diambil
sebelum dan sesudah dilakukan proses operasi dan selama proses
penyembuhan secara periodik.
2) Computed Tomography (CT-SCAN) memperlihatkan fraktur, dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak dan
untuk mengetahui lokasi dan panjangnya patah tulang diderah yang
sulit dievakuasi.
3) Arteriogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler.
4) Hitung darah lengkap Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi)
atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ
jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah
respon stress normal setelah trauma.
(Wong, 2008)
2. Analisa Data
Tabel 2.2 Tabel Analisa Data

23

No
1.

Data
DS:
DO:
- Ekspresi wajah
tampak meringis.
- Adanya peningkatan
skala nyeri (skala
0-10).
- Tekanan darah, nadi
dan respirasi
meningkat.
- Hasil rontgen
menunjukan

Etiologi
Trauma muskuloskaletal

Masalah
Nyeri

Fraktur humerus

Terputusnya kontinuitas fragmen tulang


Merangsang pelepasan mediator kimia
Nociceptor
Medulla spinalis

adanya fraktur.
Korteks serebri

2.

DS:

Nyeri
Fraktur humerus

DO:
- Hasil rontgen
menunjukan
adanya fraktur.
- Aktivitas dibantu

Gangguan
mobilisasi fisik

Imobilisasi pada daerah yang terkena


fraktur
Keterbatasan gerak karena fraktur

oleh keluarga.
- ROM pada
ekstremitas atas

Gangguan mobilisasi fisik

terbatas.
- Adanya penurunan
kekuatan otot pada
derah fraktur

3.

5 <5
5
5
DS :
DO :
- Klien tampak
meringis
- Adanya laserasi

Trauma tidak langsung


Perubahan jaringan sekitar

Laserasi kulit

Kerusakan
integritas kulit

24

kulit disekitar
4.

Kerusakan integritas kulit

fraktur.
DS:

Trauma

DO:

Resiko infeksi

Perubahan jaringan sekitar

- Adanya laserasi
kulit disekitar
daerah fraktur.
- Adanya perubahan
suhu tubuh pada
daerah fraktur.
- Hasil Lab

Laserasi kulit
Masuknya mikroorganisme dengan
mudah

menunjukan
Resiko infeksi

adanya
peningkatan sel
5.

darah putih.
DS:

Reaksi peradangan

DO:

Ketidakefektifan
perfusi jaringan

- Bradikardi
- Akral dingin
- Sianosis

Edema

perifer.

Penekanan pada jaringan vaskular


Penurunan aliran darah

6.

DS:

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


Trauma muskuloskeletal

DO:
- Klien tampak
cemas.
- Orang tua klien

pengetahuan
Fraktur
Perubahan status kesehatan

tampak
menanyakan

Kurang informasi

tentang kondisi
klien.

3. Diagnosa Keperawatan

Kurang

Kurang pengetahuan

25

Diagnosa yang mungkin muncul pada klien gangguan muskuloskeletal


dengan fraktur, yaitu:
a. Nyeriberhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
b. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi pada
daerah yang terkena fraktur.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya laserasi kulit.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
(Nanda, 2013)

26

4. Perencanaan Keperawatan (Nanda, NIC-NOC, 2013)

Perencanaan

No

Diagnosa Keperawatan

1.

Nyeriberhubungan

Tupan:

dengan

Setelah dilakukan tindakan

terputusnya

kontinuitas jaringan.

Tujuan

keperawatan selama 3x24


jam keluhan nyeri hilang.
Tupen:

Intervensi

NIC
1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengkaji tingkat nyeri klien
komperhesif termasuk lokasi

dapat mengetahui penentuan

karakteristik, durasi, frekuensi,

langkah selanjutnya dalam

kualitas dan faktor presipitasi.


2. Monitor vital sign

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama
1x24jam, nyeri berkurang,
Dengan kriteria (NOC)
- Mampu mengontrol nyeri

No
.

memberikan intervensi.
2. Peningkatan tanda-tanda vital
mengidentifikasi adanya nyeri

3. Observasi reaksi non verbal dari


ketidaknyamanan.

hebat.
3. Tingkat ansietas dapat
mempengaruhi reaksi terhadap

4. Ajarkan teknik non farmakologi.

(tahu penyebab nyeri,

Dengan cara menarik nafas

mampu menggunakan

dalam.

nyeri.
4. Memfokuskan kembali
perhatian, meningkatkan rasa

teknik nonfarmakologi

kontrol, dan dapat meningkatkan

untuk mengurangi nyeri,

kemampuan koping dalam

mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri
Diagnosa Keperawatan

Rasional

berkurang dengan
Tujuan
menggunakan manajemen

5. Kolaborasi dengan dokter dalam


Intervensi
pemberian terapi analgesik.

manajemen nyeri.
5. Pemberian terapi analgesik dapat
Rasional
mengurangi, menghilangkan
nyeri sehubungan dengan adanya

nyeri.
- Mampu mengenali nyeri

spasme otot.

(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri).
- Menyatakan rasa nyaman
2.

Gangguan

setelah nyeri berkurang.


mobilisasi Tupan :

fisik

berhubungan Setelah dilakukan tindakan

dengan

immobilisasi keperawatan selama 3x24

pada daerah fraktur.

NIC
1. Kaji kemampuan pasien dalam 1. Pasien mungkin dibatasi oleh
mobilisasi.

pandangan diri / persepsi diri

jam kebutuhan klien untuk

tentang keterbatasan fisik aktual,

mobilisasi terpenuhi.

memerlukan informasi /

27

28

Daftar pustaka
Minimal 5 daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai