Anda di halaman 1dari 4

anemia pada remaja

2.1 Anemia
2.2.1 Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah eritrosit ( sel darah merah) atau kadar
Hb dalam darah kurang dari normal. Penyebabnya dapat bermacam-macam, seperti
perdaharan hebat, kurangnya kadar zat besi dalam tubuh, kekurangan asam folat,
kekurangan vitamin B12, cacingan leukemia ( kanker darah putih), penyakit kronis,
dan sebagainya (Adriani, 2012)
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah
daripada normal. Pada pria kadar hemoglobin normal adalah 14-18 gr% dan eritrosit
4,5-5,5 jt/
. Sedangkan pada wanita , hemoglobin normal adalah 12-16 gr%,
dengan eritrosit 3,5-4,5 jt/

. Fungsi hemoglobin dalam darah adalah mengikat

oksigen di paru-paru dan melepaskannya di seluruh jaringan tubuh yang


membutuhkan, kemudian mengikat CO2 dari jaringan tubuh dan melepaskannya di
paru-paru. Disamping kekurangan zat besi, nilai hemoglobin yang rendah dapat
disebabkan oleh kekurangan protein atau vitamin B6 (
). Yang harus diingat
adalah nilai hemoglobin kurang peka terhadap tahap awal kekurangan zat besi,
akan tetapi berguna untuk mengetahui berat ringannya anemia.
Pada orang sehat, butir-butir darah merah mengandung hemoglobin, yaitu sel darah
merah bertugas untuk membawa oksigen serta zat gizi lain seperti vitamin dan
mineral ke otak dank e jaringan tubuh lain. Amenia terjadi bila jumlah sel darah
merah secara keseluruhan atau jumlah Hb dalam darah merah berkurang. Dengan
berkurangnya Hb atau ataupun darah merah, tentunya kemampuan sel darah untuk
membawa oksigen keseluruh tubuh berkurang. Akibatnya tubuh juga kurang
mendapat pasokan, yang menyebabkan tubuh lemas dan cepat lelah.

2.2.2 Etiologi
Pada umumnya anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri
dibandingkan dengan pria. Yang sangat disayangkan adalah kebanyakan penderita
tidak tahu atau tidak menyadarinya. Bahkan ketika tahupun masih menganggap
anemia sebagai masalah sepele. Remaja putri mudah terserang anemia karena:
a.
Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak
mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit., dibandingkan
dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.
b.
Remaja putri biasanya ingin tampil langsing sehingga membatasi asupan
makanan.

c.
Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang di eksresi, khususnya
melalui feses.
d.
Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi 1,3
mg/ hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak daripada pria.
Jenis anemia yang paling sering timbul adalah kekurangan zat besi, yang terjadi bila
kita kehilangan banyak darah dari tubuh (baik karena perdarahan luka ataupun
menstrusi), atupun makanan yang kita konsumsi kurang mengandung zat besi.
Infeksi cacing tambang, malaria ataupun disentri juga bisa menyebabkan
kekurangan darah yang parah. Ada beberapa tahap sampai tubuh kita kekurangan
zat besi. Mula-mula, simpanan zat besi dalam tubuh menurun. Dengan menurunnya
zat besi, produksi hemoglobin dan sel darah merah berkurang (Adriani, 2012).
Selain zat besi masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul pada anak-anak
dan remaja Apalstic anemia terjadi bila sel yang memproduksi butir darah merah
tidak dapat menjelaskan tugasnya. Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi,
kemoterapi atau obat tertentu. Adapun jenis berikutnya adalah haemolityc anemia,
yang terjadi karena sel darah merah hancur secara dini, lebih cepat dari
kemampuan tubuh untuk memperbaruinya. Penyebab anemia jenis ini bermacammacam, bisa bawaan sepert talasemia atau sickle cell anemia. Pada kasus lain
misalnya reaksi atau infeksi atau obat-obatan tertentu, sel darah merah dirusak
sendiri oleh antibody di dalam tubuh.
Penyebab anemia gizi besi adalah kurangnya asupan zat besi, berkurangnya
sediaan zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan zat besi, kehilangan
darah yang kronis, penyakit malaria, cacing tambang, infeksi-infeksi lain, serta
pengetahuan yang kurang tentang anemia zat besi.

2.2.3 Tanda dan gejala


Penderita dengan anemia dapat terganggu kegiatan sehari-hari. Adapun
gejala yang sering muncul yang sering timbul antar lain pusing, lemah, letih, lelah,
dan lesu (Guntoro Utamadi, PKBI). Guntoro juga menambahkan, kadang kala
anemia tidak menimbulkan gejala yang jelas seperti mudah lelah bila berolahraga,
sulit konsentrasi, dan mudah lupa. Pada umumnya seseorang mulai curiga akan
adanya anemia bila keadaan sudah makin parah, sehingga gejalanya kelihatan lebih
jelas, seperti kulit pucat, jantung berdebar-debar, pusing, mudah kehabisan napas
ketika naik tangga, atau olahraga ( karena jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa oksigen ke seluruh tubuh).
Anemia pada remaja dapat berdampak pada penurunannya produktivitas
kerja ataupun kemampuan akademis sekolah, karena tidak adanya gairah belajar
dan konsentrasi. Anemia juga dapat mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan
berat badan menjadi tidak sempurna. Selain itu, daya tahan tubuh akan menurun
sehingga mudah terserang penyakit. Anemia juga dapat menyebabkan menurunnya
produksi energy dan akumulasi laktat dalamm otot (Moore, 1997).

2.2.4 Dampak anemia


Anemia pada remaja dapat berdampak pada menurunnya produktivitas kerja
ataupun kemampuan akademis disekolah, karena tidak adanya gairah belajar dan
konsentrasi. Anemia juga dapat mengganggu pertumbuhan dimana tinggi dan berat
badan menjadi tidak sempurna. Selain itu, daya tahan tubuh akan menurun
sehingga mudah terserang penyakit. Anemia juga dapat menyebabkan menurunnya
produksi energy dan akumulasi laktat dalam otot (Adriani, 2012)
Mencegah anemia bagi remaja putri menjadi sangat penting, karena
nantinya wanita yang menderita anemia dan hamil akan menghadapi banyak risiko,
yaitu:
a.
b.

Abortus
Melahirkan bayi dengan berat lahir rendah

c.
Mengalami penyulit lahirnya bayi karena rahim tidak mampu berkontraksi
dengan baik ataupun karena tidak mampu meneran.
d.

Perdarahan setelah persalinan yang sering berakibat kematian.

Anemia (kurang darah:Hb <12 gr%) sangat terkait erat dengan masalah
kesehatan reproduksi (terutama pada perempuan). Jika perempuan mengalami
anemia, maka akan menjadi sangat berbahaya pada waktu dia hamil dan
melahirkan. Perempuan yang menderita anemia berpotensi melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg). Disamping itu, anemia dapat
menyebabkan kemaatian baik ibu maupun bayi pada proses persalinan.

2.2.5 Komplikasi
Komplikasi dari anemiapun beraneka ragam, misalnya;gagal jantung
kongesif (karena otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan
diri dengan beban kerja jantung meningkat), parestasia, konfusi kanker, penyakit
ginjal, gondok, gangguan pembentukan heme (pigmen pembentuk warna merah
pada darah yang mengandung zat besi), penyakit infeksi kuman, thalasemia
(kurang cepatnya pembuatan satu rantai/unsure pembentuk hemoglobin), kelainan
jantung, rematoid, kecelakaan hebat, meningitis, gangguan system imun, dan
sebagainya (Reksodiputro,2004). Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala
saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defesiensi zat besi
seperti anoreksia, nausea, konstipasi atau diare, dan stomatitis/sariawan di lidah
dan di mulut ( Price, 1995).

2.2.6 Upaya pencegahan

a.
Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan hewani
(daging, ikan, ayam, hati dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna
hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe). Perlu kta perhatikan bahwa zat besi yang
terdapat pada daging lebih mudah diserap daripada yang terdapat pada sayuran
atau makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
b.
Banyak makan makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya; jambu, jeruk tomat, dan nanas.
c.

Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid.

d.
Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasi ke dokter
untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.
Menurut DeMaeyer (1995), pencegahan adanya anemia defesiensi zat besi dapat
dilakukaan dengan empat pendekatan dasar yaitu sebagai berikut :
a.
Memperkaya makanan pokok dengan zat besi, seperti: hati, sayuran,
berwarna hijau, dan kacang-kacangan. Zat besi dapat membantu pembentukan
hemoglobin (sel darah merah) yang baru.
b.
Pemberian suplemen tablet zat besi. Pada saat ini pemerintah mempunyai
Program Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri, untuk
mencegah dan menanggulangi masalah anemia gizi besi melalui suplementasi zat
besi.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran makanan
siap saji (fast food) dapat mempengaruhi pola makann remaja (Khomsan,2003).
Makanan siap saji umumnya rendah zat besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan
asam folat. Makanan siap saji mengandung lemak jenuh, kolesterol, daan natrium
yang tingg

Anda mungkin juga menyukai