Anda di halaman 1dari 20

A.

STANDAR PELAPORAN
Standar auditing antara lain berisi empat standar pelaporan berlaku umum. Standarstandar tersebut menyangkut prinsip akuntansi berlaku umum, konsistensi, pengungkapan yang
memadai, dan pernyataan pendapat.
1.1

Standar Pelaporan Pertama


Standar pelaporan yang pertama menyatakan:
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum


Standar pelaporan yang pertama mengharuskan auditor untuk secara eksplisit
menyatakan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai denngan prinsip yang
akuntansi berlaku umum. Standar ini menghendaki pernyataan suatu pendapat, bukan pernyataan
tentang fakta. Dalam standar ini prinsip akuntansi berlaku umum tidak hanya menyangkut
prinsip akuntasi, misalnya prinsip harga perolehan (cost principle), tetapi juga metode
penerapannya, seperti metode masuk pertama-keluar pertama (FIFO) dan metode masuk
terakhir-keluar pertama (LIFO) untuk persediaan, atau metode depresiasi garis lurus serta metode
depresiasi jumlah angka-angka tahun.
SA 411.04, Makna Menyajikan Secara Wajar Sesuai dengan Prinsip yang Berlaku Umum
(PSA No.08), menyatakan bahwa pendapat auditor tentang kesesuaian dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum harus didasarkan atas pertimbangannya apakah:

Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku umum


Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan
Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup yang dapat
mempengaruhi penggunaannya, pemahamannya, dan penafsiran (lihat SA Seksi 431

(PSA No. 10), Pengungkapan Memadai dalam Laporan Keuangan).


Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan
dengan semestinya, yang tidak terlalu rinci atau pun tidak terlalu ringkas (lihat SA

Seksi 431 (PSA No. 10), Pengungkapan Memadai dalam Laporan Keuangan).
Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam
suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batasbatas yang dapat diterima, yaitu batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai
dalam laporan keuangan.

Auditor independen setuju atas adanya batang tubuh prinsip akuntansi yang berlaku
umum, dan ia adalah ahli dalam hal prinsip akuntansi tersebut serta penentuan mengenai
penerimaan prinsip tersebut secara umum. Namun penentuan bahwa prinsip akuntansi tertentu
merupakan prinsip akuntansi yang berlaku umum kemungkinan sulit karena tidak hanya satu
sumber yang dipakai sebagai acuan bagi prinsip semua prinsip akuntansi tersebut. Yang menjadi
sumber acuan prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah:
1. Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh Ikatan Akuntan
Indonesia.
2. Literatur akuntansi lainnya, termasuk di dalamnya International Accounting standards
Committee Statements; pernyataan yang dibuat oleh asosiasi professional lain atau
badan pengatur; buku teks, handbooks, dan artikel akuntansi.
1.1.1

Prinsip Akuntansi Berlaku Umum yang Ditetapkan IAI


Ikatan Akuntan Indonesia menetapkan sejumlah prinsip akuntansi yang

diumumkan sebagai standar akuntansi keuangan (SAK). Prinsip-prinsip ini dalam Aturan
EtikaKompartemen Akuntan Publik IAI, Aturan Etika 203 disebut sebagai prinsip
akuntansi yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Oleh karena itu, IAI menegaskan
apabila prinsip akuntansi yang diterapkan pada laporan keuangan perusahaan, maka
prinsip-prinsip tersebut harus diikuti dalam memenuhi standar pelaporan yang pertama.
Aturan etika 203 memberi suatu pengecualian. Dalam keadaan luar biasa, laporan
atau data mungkin memuat suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan
IAI. Dalam kondisi tersebut anggota KAP dapat tetap memenuhi ketentuan dalam butir
ini selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan menyesatkan
apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara mengungkapkan
penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis), serta alasan mengapa kepatuhan
prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.
Auditor hendaknya cukup tanggap terhadap ketentuan-ketentuan mengenai
perubahan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Ia harus mengikuti perubahan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan mempertimbangkan ketepatan penggunaannya dalam
praktik, agar dapat mencapai tujuan penyajian laporan keuangan yang obyektif sesuai
dengan substansi yang disajikan.
1

Prinsip akuntansi yang berlaku umum mengakui pentingnya pencatatan transaksi


dan peristiwa sesuai dengan hakikat atau substansinya. Auditor harus mempertimbangkan
apakah hakikat suatu transaksi atau peristiwa berbeda secara material dengan wujud yang
disajikan.
Auditor hendaknya mengetahui dan memahami berbagai alternatif prinsip
akuntansi yang dapat diterapkan pada transaksi atau peristiwa yang sedang dihadapi dan
menyadari bahwa prinsip akuntansi tertentu mungkin mempunyai kegunaan terbatas,
tetapi masih dapat berlaku umum. Kadang kala prinsip akuntansi yang telah ditetapkan
Ikatan Akuntan Indinesia tidak memuat prinsip akuntansi yang dapat digunakan untuk
mencatat dan menyajikan peristiwa atau transaksi tertentu, karena adanya perkembangan
baru seperti peraturan baru atau adanya evolusi transaksi bisnis jenis baru. Dalam
keadaan tertentu mungkin dapat dilaksanakan pertanggungjawaban transaksi atau
peristiwa atas dasar hakikatnya dengan cara memilih suatu prinsip akuntansi yang tampak
tepat jika diterapkan dengan cara yang sama dengan penerapan prinsip akuntansi yang
telah ditetapkan terhadap transaksi atau peristiwa yang serupa dengan transaksi atau
kejadian tersebut.
Penetapan keadaan yang di dalamnya terdapat satu prinsip akuntansi yang harus
dipilih di antara berbagai alternatif prinsip merupakan fungsi badan yang memiliki
wewenang untuk menetapkan prinsip akuntansi tersebut. Apabila kriteria untuk memilih
dari beberapa alternative prinsip akuntansi untuk suatu keadaan tertentu tidak ada, maka
auditor dapat menyimpulkan, bahwa terdapat lebih dari satu prinsip akuntansi yang tepat
untuk keadaan itu. Namun, auditor harus menyadari adanya kemungkinan dijumpainya
suatu keadaan yang tidak biasa, yang pemilihan dan penerapan prinsip akuntansi spesifik
dari berbagai alternative prinsip akuntansi dapat menyebabkan laporan keuangan secara
keseluruhan menyajikan gambaran yang menyesatkan.
Aturan-aturan dan interpretasi yang ditetapkan oleh Bapepam mempunyai otoritas
yang sama dengan kategori tertinggi bagi perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar di
Bapepam. Ketentuan akuntansi yang diadopsi oleh badan-badan pengatur lainnya untuk
laporan-laporan yang harus disampaikan kepada badan-badan tersebut, dalam hal-hal
tertentu mungkin berbeda dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
2

1.2

Standar Pelaporan Kedua


Standar pelaporan yang kedua menyatakan:
Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak

secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
Oleh karena itu, kecuali dinyatakan lain dengan kalimat yang spesifik dalam laporan,
pembaca laporan auditor dapat berkesimpulan bahwa prinsip akuntansi yang telah diterapkan
secara konsisten. Tujuan standar ini adalah:
1. Memberi jaminan bahwa komparabilitas (daya banding) di antara dua periode
akuntansi tidak dipengaruhi secara material oleh perubahan dalam prinsip akuntansi,
2. Mengharuskan pelaporan yang tepat oleh auditor apabila komparabilitasnya (daya
banding) telah dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi.
Standar konsistensi tidak perlu diterapkan pada audit tahun pertama atas perusahaan yang
baru berdiri pada tahun yang diperiksa. Namun, hal ini tetap berlaku bagi perusahaan yang
pertama kali diaudit, tetapi perusahaan tersebut telah berjalan selama bertahun-tahun.
1.2.1

Perubahan Akuntansi yang Mempengaruhi Konsistensi


Perubahan dalam suatu prinsip akuntansi timbul sebagai akibat penerapan prinsip

akuntansi berlaku umum yang berbeda dari prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan pada tahun sebelumnya. SA Seksi 420, Konsistensi
Penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PSA No. 09), memberi pedoman
profesional dalam pelaporan tentang perubahan prinsip akuntansi.

1. Perubahan akuntansi yang mempengaruhi konsistensi, meliputi:


Perubahan dalam prinsip akuntansi itu sendiri, seperti perubahan dari
dasar penjualan (sales basis) ke dasar produksi (production basis) dalam
pencatatan pendapatan perusahaan pertanian.

Perubahan dalam metode penerapan suatu prinsip, seperti perubahan dari


metode depresiasi garis lurus ke metode depresiasi jumlah angka-angka

tahun.
Perubahan dalam satuan usaha yang membuat laporan seperti perubahan
penyajian laporan keuangan konsolidasian atau gabugan sebagai ganti
laporan keuangan masing-masing perusahaan; perubahan anak perusahaan
tertentu yang merupakan anggota grup perusahaan yang termasuk dalam
laporan keuangan gabungan; perubahan perusahaan yang termasuk dalam
laporan

keuangan

gabungan;

perubahan

diantara

metode-metode

akuntansi: harga perolehan (cost method), kepentiangan pemilik (equity


method), dan metode konsolidasian untuk anak perusahaan atau investasi
lainnya dalam bentuk saham biasa.
2. Perubahan-perubahan yang Tidak Mempengaruhi Konsistensi
Standar konsistensi tidak mencakup perubahan atas komparabilitas yang
diakibatkan oleh hal-hal berikut:
Perubahan dalam estimasi akuntansi
Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi
Perubahan dalam klasifikasi dan klasifikasi kembali
Transaksi atau kejadian yang sangat berbeda
Perubahan atas kondisi perusahaan, seperti adanya akuisisi (atau

penjualan) sebuah anak perusahaan


Perubahan berupa adanya produk baru
Bencana alam (seperti, kebakaran, banjir, dan sebagainya)

Namun, standar pelaporan ketiga mengharuskan hal-hal di atas diungkapkan


dalam laporan keuangan.

1.3

Standar Pelaporan Ketiga


Standar pelaporan ketiga menyatakan:
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali

dinyatakan lain dalam laporan audit.

Hal ini berarti bahwa jika laporan audit tidak secara eksplisit menyebutkan hal-hal yang
bertentangan dengan standar ini, maka pembaca laporan audit dapat berkesimpulan bahwa
standar pelaporan pengungkapan telah terpenuhi.
Dalam SA 411.04 arti istilah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum mencakup pula kecukupan pengungkapan. Apabila laporan keuangan dan
catatan atas laporan gagal dalam mengungkapkan sesuatu yang diharuskan oleh prinsip akuntansi
yang berlaku umum, maka laporan keuangan tidak disajikan secara wajar.
Pengungkapan informatif menyangkut hal-hal material yang berkaitan dengan bentuk,
susunan, danisi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan yang menyertainya. Ikatan
Akuntan Indonesia dan Bapepam sering mengelurkan ketentuan tentang pengungkapan dalam
pernyataan-pernyataannya. Pengungkapan informatif mencakup pula pengungkapan atas
peristiwa kemudian dan pelaporan informasi segmen. Contoh ketentuan tentang pengungkapan,
seperti dasar dan metode penetapan harga pokok persediaan, nilai pasar sekuritas, penjaminan
aktiva tetap, serta kontingensi.
1.4

Standar Pelaporan Keempat


Standar pelaporan keempat menyatakan:
Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan

secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam
semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang
dipukulnya.
Tujuan standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah kesalahan penafsiran tingkat
tanggungjawab auditor apabila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan. Standar ini
langsung berpengaruh terhadap bentuk, isi, dan kalimat-kalimat dalam laporan auditor.
1.4.1

Pernyataan suatu Pendapat

Standar ini mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat atau


pernyataan bahwa suatu pendapat tidak dapat diberikan. Apabila pernyataan pendapat
tidak dapat diberikan, alasannya harus dinyatakan dalam laporan auditor.
1.4.2

Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dimaksud standar ini bisa berupa sebuah laporan,

misalnya neraca, atau seperangkat laporan utama yang lengkap (neraca, laporan labarugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas). Laporan keuangan bias berupa laporan
yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan secara individual atau berupa konsolidasi.
Selain itu, laporan bias diterbitkan untuk satu atau lebih periode akuntansi sebelumnya.
Pendapat auditor harus dinyatakan (atau menolak untuk menyatakan pendapat) atas
laporan keuangan (atau laporan-laporan keuangan) yang disebutkan dengan jelas dalam
paragraph pendahuluan dalam laporan auditor.
Kata-kata secara keseluruhan dalam standar pelaporan keempat mempunyai
berbagai makna yang sangat penting bagi auditor. Pertama, pendapat auditor diberikan
untuk masing-masing laporan secara keseluruhan. Jadi neraca menggambarkan posisi
keuangan dan laporan laba-rugi menggambarkan hasil usaha perusahaan. Dalam
pengauditan umum, auditor tidak diminta untuk memberi pendapat atas setiap komponen
dari setiap laporan individual. Kedua, secara keseluruhan, tidak berarti bahwa auditor
dilarang untuk menyatakan pendapat yang berbeda atas laporan-laporan yang termasuk
dalam seperangkat laporan keuangan yang lengkap. Sebagai contoh, auditor
dimungkinkan untuk memberi pendapat wajar tanpa pengecualian untuk neraca, dan jenis
pendapat yang lain untuk laporan laba-rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas.
Namun demikian, pemberian pendapat yang berbeda untuk seperangkat laporan keuangan
utama jarang terjadi.
1.4.3

Karakter suatu Audit


Dalam menyatakan pendapat (atau menolak memberi pernyataan pendapat) atas

laporan keuangan, auditor diminta untuk menunjukkan dalam laporannya petunjuk yang
jelas mengenai karakter audit. Hal ini dijelaskan pada kalimat pertama paragraph lingkup
audit dalam laporan auditor dengan digunakannya kata-kata berdasarkan standar
6

auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Kata-kata ini mengandung arti
bahwa audit dilakukan berdasarkan standar professional.
Paragraf lingkup juga menunjukkan bahwa suatu audit meliputi (1) pemeriksaan
bukti-bukti berdasarkan pengujian (test basis), dan (2) menilai prinsip akuntansi yang
digunakan, estimasi signifikan yang digunakan manajemen, dan penyajian laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
1.4.4

Keterkaitan dengan Laporan Keuangan


Akuntan publik bisa dikaitkan namanya dengan laporan keuangan auditan atau

laporan keuangan bukan auditan (tidak diaudit). Seorang akuntan publik terkait dengan
laporan keuangan auditan apabila ia telah ditunjuk untuk mengaudit laporan keuangan
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan telah
menerapkan prosedur-prosedur auditing atas laporan keuangan tersebut. Pengkaitan nama
auditor juga terjadi apabila akuntan public mengijinkan pencantuman namanya dalam
laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis lainnya yang di dalamnya terdapat laporan
keuangan auditan.
1.4.5

Tingkat Tanggungjawab
Ketentuan terakhir dalam standar pelaporan keempat adalah bahwa auditor harus

menunjukkan tingkat tanggungjawabnya atas audit dan pendapat yang diberikannya. Hal
ini dilaksanakan dengan digunakannya kata-kata kami telah mengaudit, audit kami,
dan menurut pendapat kami. Penggunaan kata-kata tersebut tanpa pengecualian berarti
bahwa auditor menanggung seluruh tanggungjawab atas pekerjaan yang telah dilakukan
dan pendapat yang diberikannya. Apabila terdapat lebih dari seorang auditor terlibat
dalam audit dan setiap auditor hanya bertanggungjawab atas pekerjaan yang
dilakukannya, maka laporan auditor harus menunjukkan pembagian tanggungjawab yang
terjadi.
B. LAPORAN AUDITOR
Keempat standar pelaporan dalam standar auditing dipenuhi dengan diterbitkannya
sebuah laporan auditor dalam bentuk yang sesuai dengan keadannya. Meskipun dalam
7

kebanyakan audit, auditor menerbitkan laporan bentuk baku, namun dalam keadaan-keadaan
terntentu auditor harus mengeluarkan laporan dengan bentuk menyimpang dari laporan bentuk
baku.
2.1

Laporan Bentuk Baku


Laporan bentuk baku terdiri dari paragraph pendahuluan (atau awal), paragraph lingkup

(atau tengah), dan paragraph pendapat (atau kesimpulan), dengan kalimat-kalimat standar (baku).
Kalimat dalam laporan bisa agak sedikit bervariasi tergantung pada laporan keuangan yang
diaudit oleh auditor, apakah untuk satu periode akuntansi atau untuk laporan keuangan
komparatif. Laporan bentuk baku diberi judul dengan mencantumkan kata independen dan
berisi pendapat wajar tanpa pengecualian.
Laporan pada umumnya ditujukan kepada orang atau orang-orang yang menunjuk atau
memberi penugasan kepada auditor. Untuk perusahaan berbentuk perseroan, laporan biasanya
ditujukan kepada dewan komisaris; sedangkan untuk klien yang bukan perseroan, laporan
ditujukan kepada partner atau pemilik. Laporan auditor bentuk baku diberi tanggal sesuai dengan
tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Tandatangan pada laporan adalah nama kantor akuntan
public, karena kantor akuntan memikul tanggungjawab atas pekerjaan dan temuan yang telah
dilakukan staf profesionalnya.
2.2

Penyimpangan dari Laporan Bentuk Baku


Terjadi apabila auditor berkesimpulan bahwa:
1. Perlu ditambahkan paragraf penjelasan pada laporan auditor dengan tetap memberi
pendapat wajar tanpa pengecualian.
2. Harus diberikan jenis pendapat yang lain atas laporan keuangan.
2.2.1

Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas


Berikut adalah beberapa keadaan yang memerlukan tambahan paragraf penjelasan

atas laporan bentuk baku dengan pendapat wajar tanpa pengecualian:


1. Ketidaksesuaian dengan suatu prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI untuk
mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatka karena keadaan-keadaan
yang luar biasa.
8

2. Tidak konsisten dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum.


3. Ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang yang hasilnya belum dapat
diperkirakan pada tanggal laporan audit.
4. Keraguan besar tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
5. Pemberian tekanan atas masalah tertentu oleh auditor.
6. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.
2.2.2

Pendapat Auditor Jenis Lain


Auditor mungkin berkesimpulan bahwa pendapat wajar tanpa pengecualian tidak

dapat diberikan. Dalam situasi demikian, SA 508.10 menyatakan bahwa auditor bisa
menyatakan salah satu dari jenis pendapat berikut ini:
1. Pendapat wajar dengan pengecualian. Auditor menyatakan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas satuan usaha tertentu sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal yang
berhubungan dengan yang dikecualikan.
2. Pendapat tidak wajar. Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas usaha
satuan tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. Pernyataan tidak memberi pendapat. Auditor menyatakan bahwa ia tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Dalam menentukan pendapat yang akan dinyatakan, auditor harus menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apakah dalam audit diperoleh bukti yang cukup sebagai dasar yang layak
untuk memberi pendapat atas laporan keuangan?
2. Apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam segala hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, dan aliran kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum?
Jawaban negatif atas pertanyaan pertama sehingga auditor bisa memberi pendapat
wajar tanpa pengecualian. Jawaban negatif atas pertanyaan pertama berarti terdapat
pembatasan lingkup dalam pelaksanaan audit. Demikian pula jawaban negatif atas

pertanyaan kedua berarti terdapat ketidaksesuain dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum yang berdampak material.
Kemungkinan pelaporan untuk kedua jenis penyimpangan diatas:
1. Pembatasan lingkup: pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak
menyatakan pendapat.
2. Ketidaksesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum: pendapat
wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.
C. PENGARUH SITUASI YANG MENYEBABKAN PENYIMPANGAN ATAS LAPORAN
STANDAR
3.1

Pembatasan Lingkup
Audit dikatakan telah dilakukan sesuai dengan standar auditing, apabila auditor bias

melaksanakan semua prosedur yang dipandang perlu sesuai dengan keadaan. Dari prosedur
prosedur tersebut, diharapkan auditor akan bias memperoleh bukti kompeten yang cukup sebagai
dasar yang layak untuk memberi pendapat atas laporan keuangan. Apabila auditor tidak dapat
melaksanakan prosedur yang diperlukan atau prosedur tidak dapat menghasilkan bukti yang
cukup, dikatakan bahwa auditor mengalami pembatasan lingkup pemeriksaan.
Pembatasan lingkup bisa berasal dari klien atau bias juga merupakan akibat dari suatu
keadaan. Contoh pembatasan yang diakibatkan klien adalah penolakan klien untuk:
1. Memberi ijin pengiriman konfirmasi atas piutang
2. Menandatangani surat pernyataan klien.
3. Memberi ijin kepada auditor untuk membaca notulen rapat dewan komisaris.
Contoh pembatasan yang ditimbulkan oleh keadaan adalah:
1. Saat pelaksanaan prosedur, seperti keterlambatan dalam menetapkan waktu untuk
melaksanakan prosedur yang dipandang perlu sesuai dengan keadaan.
2. Tidak memadainya catatan-catatan klien.
3.2

Penugasan Pelaporan Terbatas


Auditor bisa diminta utuk mengaudit hanya satu laporan keuangan utama, misalnya

neraca, dan tidak mengaudit laporan keuangan lainnya. Penugasan demikian tidak merupakan

10

pembatasan lingkup pemeriksaan sepanjang auditor bisa melaksanakan semua prosedur yang
dipandang perlu sesuai dengan keadaan.
Hal semacam ini merupakan jenis penugasan dengan tujuan pelaporan terbatas. Sebagai
contoh, auditor hanya diminta untuk mengaudit neraca sebagai bagian dari suatu kesepakatan
merger (penggabungan usaha).
1)

Jenis pendapat lainnya.


Pendapat mana yang akan diberikan oleh auditor tergantung pada sifat dan
besarnya

pengaruh

potensial

dari

berbagai

hal

yang

dipertanyakan

dan

signifikansinya terhadap laporan keuangan. Apabila pengaruh potensial menyangkut


banyak pos dalam laporan keuangan, maka signifikansinya menjadi lebih besar
daripada jika hanya menyangkut pos yang lebih terbatas. Pengaruh terhadap laporan
auditor tergantung pada jenis pendapat yang diberikan auditor.
Pendapat wajar dengan pengecualian.
Apabila auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, maka ia harus:
a. Menunjukkan adanya pembatasan lingkup pemeriksaan dalam paragraph
lingkup.
b. Memberikan substansi alasan pembatasan dalam suatu paragraph penjelas.
c. Menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian dalam paragraph pendapat
dengan merujuk pada paragraph penjelas.
Kalimat dalam paragraph pendapat harus menyebutkan pengaruh potensial
terhadap pos pos laporan keuangan yang tidak memuaskan auditor, bukan hanya
sekedar menyebutkan pembatasan lingkupnya, karena pendapat auditor berkaitan
dengan laporan keuangan.
2)

Pernyataan tidak memberi pendapat.


Apabila auditor membuat pernyataan tidak memberi pendapat, maka:
a. Paragraph pendahuluan harus dimodifikasi.
b. Paragraph lingkup audit dihilangkan.
c. Paragraph penjelasan dicantumkan setelah paragraph pendahuluan yang
menerangkan alasan tidak memberi pendapat.
d. Paragraph ketiga dan kesimpulan berisi penolakan memberi pendapat.

3.3

Ketidaksesuaian Dengan Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum

11

Apabila laporan kuangan klien berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku
umum, dampaknya terhadap laporan auditor akan berbeda tergantung pada apakah
penyimpangan itu terhadap prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI yang memang perlu dilakukan
ataukah terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum.
1)

Paragraf Penjelasan dengan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian


Apabila auditor setuju karena adanya keadaan luar biasa, maka diperlukan
penyimpangan terhadap prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI agar laporan keuangan
tidak menjadi menyesatkan, maka auditor bisa menerbitkan laporan dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian dengan disertai paragraph penjelasan. Secara spesifik
laporan harus berisi:
a. Paragraph pendahuluan dan paragraph lingkup bentuk baku.
b. Paragraph penjelasan yang dicantumkan sebelum paragraph pendapat yang
menjelaskan keadaan-keadaan dan menyatakan bahwa penggunaan prinsip
alternative bisa dibenarkan.
c. Pendapat wajar tanpa pengecualian dalam paragraph pendapat baku.
Seperti telah disebutkan diatas, karena keberadaan aturan etika 203 yang
mengharuskan adanya

keadaan

luar biasa

untuk membenarkan

terjadinya

penyimpangan, maka dalam praktik jenis laporan ini jarang dijumpai.


2)

Jenis Pendapat Lainnya


Dalam menyatakan pendapat yang tetap, auditor harus mempertimbangkan faktorfaktor berikut:
a. Besarnya dampak dalam nilai rupiah
b. Signifikan tidaknya suatu pos bagi perusahaan.
c. Luasnya akibat salah saji (seperti apakah suatu salah saji berdampak terhadap

jumlah dan penyajian berbagai pos laporan keuangan).


d. Dampak salah saji terhadap laporan keuangan sebagai keseluruhan
Pendapat wajar dengan pengecualian.
Apabila diterbitkan, auditor harus:
a. Mengungkapkan dalam suatu paragraph penjelasan yang dicantumkan
sebelum paragraph pendapat semua alasan substantive mengenai pendapat
yang diberikan.
b. Mengungkapkan dalam paragraph penjelas dampak utama penyebab
pengecualian terhadap posisi keuangan, hasil operasi, dan aliran kas, jika hal

12

ini praktis dapat dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat secara
berasalan ditentukan, laporan audit harus menyatakan hal itu.
c. Menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian dalam paragraph pendapat

dengan meruuk pada paragraph penjelasan.


Pendapat tidak wajar
Dalam hal ini, paragraph penejelasan harus menunjukkan semua alasan
substantive yang mendukung pendapat tidak wajar. Jika praktis dapat dilakukan,
dan paragraph pendapat harus menjelaskan bahwa karena dampak hal hal yang
diterangkan dalam paragraph penejelas, maka laporan keuangan tidak disajikan
secara wajar.

3.4

Tidak Ada Konsistensi dalam Penerapan Prinsip Akuntansi


Dampak dari tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi terhadap

laporan auditor akan tergantung pada apakah perubahan tersebut masih sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Suatu perubahan dikatakan dilakukan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum apabila prinsip yang baru merupakan suatu prinsip
akuntansi yang berlaku umum, perubahan dilakukan dengan benar dan diungkapkan dalam
laporan keuangan, dan manajemen mempunyai alasan yang bisa dipertanggung jawabkan bahwa
prinsip yang baru lebih tepat dibandingkan dengan prinsip yang lama.
1) Jenis Pendapat Lainnya
Apabila perubahan dalam prinsip akuntansi tidak dilakukan sesuai dengan
akuntansi yang berlaku umum, auditor harus menyatakan bahwa pendapat wajar
dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas
perubahan. Selain itu, auditor harus menambahkan paragraph penjelasan yang
dicantumkan sebelum paragraph pendapat untuk menjelaskan adanya penerapan
prinsip akuntansi yang tidak konsisten dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3.5

Pengungkapan Tidak Memadai


Apabila laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan gagal dalam

mengungkapkan informasi sebagaimana diminta oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum,
maka laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Dalam keadaan demikian, auditor harus
13

menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar karena terdapat
ketidaksesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga oleh karenanya laporan
auditor harus menyimpang dari laporan bentuk baku.
3.6

Keraguan

Besar

akan

Kemampuan

Perusahaan

untuk

Mempertahankan

Kelangsungan Hidupnya
Dalam suatu audit, perusahaan diasumsikan akan berlangsung terus diwaktu waktu
yang akan mendatang. Namun, auditor bertanggung jawab untuk menilai apakah dalam
kenyataannya perusahaan akan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka
waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca tahun yang diaudit.
Pertimbangan auditor atas kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya menunjukkan beberapa contoh, namun tak terbatas pada kondisi dan peristiwa berikut:

1)

Trend negatif.
Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan.
Masalah intern.
Masalah luar yang terjadi.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelasan
Apabila keadaan keadaan tentang kemampuan satuan

usaha

untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya diungkapkan secara memadai dalam catatan


atas laporan keuangan, auditor harus menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian,
dan menambahkan paragraph penjelasan yang dicantumkan setelah paragraph
pendapat dengan mengacu pada catatan atas laporan keuangan yang bersangkutan.
2) Jenis pendapat lainnya
Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan yang dilakukan perusahaan
dalam laporan keuangan tidak memadai, berarti laporan keuangan tidak disajikan
secara wajar. Oleh karena itu auditor harus memberi pendapat wajar dengan
pengecualian atau pernyataan tidak wajar karena adanya ketidaksesuaian dengan
prinsip akuntansi berlaku umum yang disebabkan oleh pengungkapan yang tidak
menerangkan keadaan dan jika dapat dilaksanakan, pengungkapan yang seharusnya
dilakukan agar laporan disajikan secara wajar
3.7

Penekanan atas Suatu Hal

14

Dalam keadaan tertentu, auditor mungkin perlu memberi penekanan atas suatu hal yang
berkaitan dengan laporan keuangan. Informasi penjelasan harus disajikan dalam suatu paragraph
terpisah dalam laporan audit. Dalam laporan tersebut, auditor harus mengungkapan hal-hal
berikut:
1. Menggunakan kalimat-kalimat baku dalam paragraph pendahuluan, lingkup, dan
pendapat.
2. Menjelaskan hal yang ditekankan dalam suatu paragraf penjelasan.
3. Paragraf pendapat tidak merujuk kepada paragraf penjelasan.

3.8

Pendapat Auditor Sebagian Didasarkan pada Laporan Auditor Lainnya


Apabila klien memiliki satu atau lebih anak perusahaan, divisi, atau cabang, diperlukan

lebih dari satu akuntan public untuk berpartisipasi dalam pengaauditan laporan keuangan
perusahaan tersebut. Akuntan public yang dipercaya untuk mengaudit laporan keuangan
perusahaan utama akan menjadi auditor utama perusahaan tersebut.
1)

Keputusan untuk tidak membuat referensi.


Jika auditor utama dapat memeperoleh kepuasan mengenai independensi dan
reputasi profesional dari auditor lain, mka refrensi ke auditor lain biasanya tidak
dilakukan. Auditor utama akan dapt mengambil keputusan ini bila:
a. Auditor lain adalah kantor asosiasi atau korespondensi yang pekerjaannya

2)
3)
4)

telah diketahui dengan baik oleh auditor utama.


b. Pekerjaan tersebut dilaksanakan dibawh bimbingan dan kendali auditor utama.
c. Auditor utama meriview program audit dan kertas kerja auditor lainnya.
Keputusan untuk membuat referensi
Bahasa penjelasan dengan pendapat wajar tanpa pengecualian
Jenis pendapat lain

D. PERTIMBANGAN PELAPORAN LAIN


4.1

Pelaporan Bila Akuntan Publik Tidak Independen


Seorang akuntan public (CPA) dapat mengaudit laporan keungan bila ia tidak

independent dengan klien.seorang akuntan public yang menyadari adanya penyimpangn yang
material dari GAAS juga harus (1) meminta revisi atas laporan keuangan, (2) menguraiakan
penyimpangan dalam pengungkapan, atau (3) menolak dikaitkan dengan laporan keuangan.
4.2

Situasi yang Berkenaan dengan Laporan Keuangan Komparatif


15

Situasi- situasi tersebut dapat mencakup:


1.
2.
3.
4.

Pendapat yang berbeda


Memutakhirkan pendapat
Perubahan auditor
Informasi yang menyertai laporan yang telah diaudit

Informasi yang menyertai laporan keuangan terdiri dari:


1. Informasi tambahan yang disyaratkan.
Auditor diwajibkan untuk menerapkan prosedur terbatas tertentu atas informasi
dan melaporakan setiap kekurangan atau penghilangan informasi tersebut. Prosedur
yang terbatas ini mencaup pengajuan pertanyaan kepada manajemen tentang metode
penyiapan informasi, dan perbandingan informasi itu untuk konsistensi dengan data
lain yang tersedia. Karena informasi tersebut tidak diaudit ataupun bukan merupakan
bagaian dari laporan keuangan dasar. Laporan standar harus diterbitkan kecuali dalam
situasi-situasi berikut:
a. Informasi tambahan yang disyaratkan dihilangkan.
b. Pengukuran atau penyajian informasi itu menyimpang secara material dari
pedoman yang digariskan.
c. Auditor tidak dapat menyelesaikan prosedur yang ditetapkan.
d. Auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang subtansial mengenai
apakah informasi itu sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
Situasi-situasi ini tidak dapat mempengaruhi pendapat auditor atas kewajaran
laporan keuangan. Akan tetapi auditor harus menambahkan suatu paragraf penjelasan
pada laporan yang menguraikan situasi-situasi itu. Auditor tidak diwajibkan untuk
menyajikan informasi tambahan apabila hal itu dihilangkan oleh entitas.

2. Informasi sukarela yang diberikan oleh manajemen.


Laporan keuangan klien yang telah diaudit biasanya disajikan dalam dokumen
yang disebut laporan tahunan. Dokumen ini mencakup informasi seprti garis besar
keuangan, surat dari presiden direktur dan atau ketua dewan kominsaris, statistic
keuangan kompararif, skedul, dan penyajian data keuangan secara grafik
yangdisebabkan secara sukarela oleh manajemen. Auditor diwajibkan membaca
informasi ini untuk menentukan apakah data it, atau cara penyajiannya, secara
16

material tidak konsisten dengan laporan keuangan dimana audior akan memberikan
pendapatnya.
3. Informasi tambahan yang diberikan oleh auditor.
Pada akhir dari suatu penugasan audit, auditor menyerahkan suatu dokumen yang
berisi atas laporan keuangan dasar klien dan laporan auditor mengenai hal itu pada
klien. Auditor juga dapat menyertakan informasi tambahan yang berkaitan dengan
laporan dasar. Disini penting untuk mengetahui bahwa informasi tambahan yang ada
dalam dokumen yang diserahkan oleh auditor dsajikan diluar laporan dasar. Dan tidak
perlu menyajikan secara wajar laporan itu. Seperti laporan keuangan dasar, data
dalam informasi tambahan merupakan representasi manajemen karena hal itu berasal
dari laporan dasar. Auditor diwajibkan oleh standar pelaporan keempat untuk
melaporkan semua informasi yang termasuk dalam dokumen yang diserahkan oleh
auditor. Jadi, auditor harus menguraikan karakteristik dan pemeriksaan atas informasi
itu, jika ada, dan menyatakan atau menolak memberikan pendapat. Berikut ini
pedoman bagi laporan auditor atas informasi yang menyertai laporan keuangan pokok
dalam dokumen yang diserahkan auditor:
a. Laporan harus menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan untuk tujuan
menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
b. Laporan harus mengidentifikasi informasi yang menyertai laporan
keuangan pokok (identifikasi dapat dilakukan dengan menyebut judul atau
nomor halaman dokumen).
c. Laporan harus menyatakan bahwa informasi yang menyertai laporan
keuangan pokok disajikan dengan tujuan analisis tambahan dan bukan
merupakan bagian laporan keuangan pokok yang diharuskan.
d. Laporan harus berisi suatu pendapat apakah informasi keuangan yang
menyertai laporan keuangan pokok disajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material, berkaitan dengan laporan keuangan pokok secara
keseluruhan atau pernyataan tidak memberikan pendapat, tergantung
apakah informasi tersebut telah menjadi objek prosedur audit yang
diterapkan dalam audit atas laporan keuangan pokok.
e. Laporan atas informasi yang menyertai laporan keuanagn pokok dapat
ditambahkan dalam laporan auditor atas laporan keuangan pokok atau
dapat disajikan terpisah dalam dokumen yang disertakan oleh auditor.

17

18

REFERENSI

Boynton, William C., Johnnson, Raymond N., and Kell, Wallter G. 2003. Modern Auditing Jilid
II Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
Jusup, Haryono. 2002. Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN.

19

Anda mungkin juga menyukai