STANDAR PELAPORAN
Standar auditing antara lain berisi empat standar pelaporan berlaku umum. Standarstandar tersebut menyangkut prinsip akuntansi berlaku umum, konsistensi, pengungkapan yang
memadai, dan pernyataan pendapat.
1.1
Seksi 431 (PSA No. 10), Pengungkapan Memadai dalam Laporan Keuangan).
Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam
suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batasbatas yang dapat diterima, yaitu batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai
dalam laporan keuangan.
Auditor independen setuju atas adanya batang tubuh prinsip akuntansi yang berlaku
umum, dan ia adalah ahli dalam hal prinsip akuntansi tersebut serta penentuan mengenai
penerimaan prinsip tersebut secara umum. Namun penentuan bahwa prinsip akuntansi tertentu
merupakan prinsip akuntansi yang berlaku umum kemungkinan sulit karena tidak hanya satu
sumber yang dipakai sebagai acuan bagi prinsip semua prinsip akuntansi tersebut. Yang menjadi
sumber acuan prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah:
1. Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh Ikatan Akuntan
Indonesia.
2. Literatur akuntansi lainnya, termasuk di dalamnya International Accounting standards
Committee Statements; pernyataan yang dibuat oleh asosiasi professional lain atau
badan pengatur; buku teks, handbooks, dan artikel akuntansi.
1.1.1
diumumkan sebagai standar akuntansi keuangan (SAK). Prinsip-prinsip ini dalam Aturan
EtikaKompartemen Akuntan Publik IAI, Aturan Etika 203 disebut sebagai prinsip
akuntansi yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Oleh karena itu, IAI menegaskan
apabila prinsip akuntansi yang diterapkan pada laporan keuangan perusahaan, maka
prinsip-prinsip tersebut harus diikuti dalam memenuhi standar pelaporan yang pertama.
Aturan etika 203 memberi suatu pengecualian. Dalam keadaan luar biasa, laporan
atau data mungkin memuat suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan
IAI. Dalam kondisi tersebut anggota KAP dapat tetap memenuhi ketentuan dalam butir
ini selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan menyesatkan
apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara mengungkapkan
penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis), serta alasan mengapa kepatuhan
prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.
Auditor hendaknya cukup tanggap terhadap ketentuan-ketentuan mengenai
perubahan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Ia harus mengikuti perubahan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan mempertimbangkan ketepatan penggunaannya dalam
praktik, agar dapat mencapai tujuan penyajian laporan keuangan yang obyektif sesuai
dengan substansi yang disajikan.
1
1.2
secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
Oleh karena itu, kecuali dinyatakan lain dengan kalimat yang spesifik dalam laporan,
pembaca laporan auditor dapat berkesimpulan bahwa prinsip akuntansi yang telah diterapkan
secara konsisten. Tujuan standar ini adalah:
1. Memberi jaminan bahwa komparabilitas (daya banding) di antara dua periode
akuntansi tidak dipengaruhi secara material oleh perubahan dalam prinsip akuntansi,
2. Mengharuskan pelaporan yang tepat oleh auditor apabila komparabilitasnya (daya
banding) telah dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi.
Standar konsistensi tidak perlu diterapkan pada audit tahun pertama atas perusahaan yang
baru berdiri pada tahun yang diperiksa. Namun, hal ini tetap berlaku bagi perusahaan yang
pertama kali diaudit, tetapi perusahaan tersebut telah berjalan selama bertahun-tahun.
1.2.1
akuntansi berlaku umum yang berbeda dari prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan pada tahun sebelumnya. SA Seksi 420, Konsistensi
Penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PSA No. 09), memberi pedoman
profesional dalam pelaporan tentang perubahan prinsip akuntansi.
tahun.
Perubahan dalam satuan usaha yang membuat laporan seperti perubahan
penyajian laporan keuangan konsolidasian atau gabugan sebagai ganti
laporan keuangan masing-masing perusahaan; perubahan anak perusahaan
tertentu yang merupakan anggota grup perusahaan yang termasuk dalam
laporan keuangan gabungan; perubahan perusahaan yang termasuk dalam
laporan
keuangan
gabungan;
perubahan
diantara
metode-metode
1.3
Hal ini berarti bahwa jika laporan audit tidak secara eksplisit menyebutkan hal-hal yang
bertentangan dengan standar ini, maka pembaca laporan audit dapat berkesimpulan bahwa
standar pelaporan pengungkapan telah terpenuhi.
Dalam SA 411.04 arti istilah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum mencakup pula kecukupan pengungkapan. Apabila laporan keuangan dan
catatan atas laporan gagal dalam mengungkapkan sesuatu yang diharuskan oleh prinsip akuntansi
yang berlaku umum, maka laporan keuangan tidak disajikan secara wajar.
Pengungkapan informatif menyangkut hal-hal material yang berkaitan dengan bentuk,
susunan, danisi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan yang menyertainya. Ikatan
Akuntan Indonesia dan Bapepam sering mengelurkan ketentuan tentang pengungkapan dalam
pernyataan-pernyataannya. Pengungkapan informatif mencakup pula pengungkapan atas
peristiwa kemudian dan pelaporan informasi segmen. Contoh ketentuan tentang pengungkapan,
seperti dasar dan metode penetapan harga pokok persediaan, nilai pasar sekuritas, penjaminan
aktiva tetap, serta kontingensi.
1.4
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam
semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang
dipukulnya.
Tujuan standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah kesalahan penafsiran tingkat
tanggungjawab auditor apabila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan. Standar ini
langsung berpengaruh terhadap bentuk, isi, dan kalimat-kalimat dalam laporan auditor.
1.4.1
Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dimaksud standar ini bisa berupa sebuah laporan,
misalnya neraca, atau seperangkat laporan utama yang lengkap (neraca, laporan labarugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas). Laporan keuangan bias berupa laporan
yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan secara individual atau berupa konsolidasi.
Selain itu, laporan bias diterbitkan untuk satu atau lebih periode akuntansi sebelumnya.
Pendapat auditor harus dinyatakan (atau menolak untuk menyatakan pendapat) atas
laporan keuangan (atau laporan-laporan keuangan) yang disebutkan dengan jelas dalam
paragraph pendahuluan dalam laporan auditor.
Kata-kata secara keseluruhan dalam standar pelaporan keempat mempunyai
berbagai makna yang sangat penting bagi auditor. Pertama, pendapat auditor diberikan
untuk masing-masing laporan secara keseluruhan. Jadi neraca menggambarkan posisi
keuangan dan laporan laba-rugi menggambarkan hasil usaha perusahaan. Dalam
pengauditan umum, auditor tidak diminta untuk memberi pendapat atas setiap komponen
dari setiap laporan individual. Kedua, secara keseluruhan, tidak berarti bahwa auditor
dilarang untuk menyatakan pendapat yang berbeda atas laporan-laporan yang termasuk
dalam seperangkat laporan keuangan yang lengkap. Sebagai contoh, auditor
dimungkinkan untuk memberi pendapat wajar tanpa pengecualian untuk neraca, dan jenis
pendapat yang lain untuk laporan laba-rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas.
Namun demikian, pemberian pendapat yang berbeda untuk seperangkat laporan keuangan
utama jarang terjadi.
1.4.3
laporan keuangan, auditor diminta untuk menunjukkan dalam laporannya petunjuk yang
jelas mengenai karakter audit. Hal ini dijelaskan pada kalimat pertama paragraph lingkup
audit dalam laporan auditor dengan digunakannya kata-kata berdasarkan standar
6
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Kata-kata ini mengandung arti
bahwa audit dilakukan berdasarkan standar professional.
Paragraf lingkup juga menunjukkan bahwa suatu audit meliputi (1) pemeriksaan
bukti-bukti berdasarkan pengujian (test basis), dan (2) menilai prinsip akuntansi yang
digunakan, estimasi signifikan yang digunakan manajemen, dan penyajian laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
1.4.4
laporan keuangan bukan auditan (tidak diaudit). Seorang akuntan publik terkait dengan
laporan keuangan auditan apabila ia telah ditunjuk untuk mengaudit laporan keuangan
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan telah
menerapkan prosedur-prosedur auditing atas laporan keuangan tersebut. Pengkaitan nama
auditor juga terjadi apabila akuntan public mengijinkan pencantuman namanya dalam
laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis lainnya yang di dalamnya terdapat laporan
keuangan auditan.
1.4.5
Tingkat Tanggungjawab
Ketentuan terakhir dalam standar pelaporan keempat adalah bahwa auditor harus
menunjukkan tingkat tanggungjawabnya atas audit dan pendapat yang diberikannya. Hal
ini dilaksanakan dengan digunakannya kata-kata kami telah mengaudit, audit kami,
dan menurut pendapat kami. Penggunaan kata-kata tersebut tanpa pengecualian berarti
bahwa auditor menanggung seluruh tanggungjawab atas pekerjaan yang telah dilakukan
dan pendapat yang diberikannya. Apabila terdapat lebih dari seorang auditor terlibat
dalam audit dan setiap auditor hanya bertanggungjawab atas pekerjaan yang
dilakukannya, maka laporan auditor harus menunjukkan pembagian tanggungjawab yang
terjadi.
B. LAPORAN AUDITOR
Keempat standar pelaporan dalam standar auditing dipenuhi dengan diterbitkannya
sebuah laporan auditor dalam bentuk yang sesuai dengan keadannya. Meskipun dalam
7
kebanyakan audit, auditor menerbitkan laporan bentuk baku, namun dalam keadaan-keadaan
terntentu auditor harus mengeluarkan laporan dengan bentuk menyimpang dari laporan bentuk
baku.
2.1
(atau tengah), dan paragraph pendapat (atau kesimpulan), dengan kalimat-kalimat standar (baku).
Kalimat dalam laporan bisa agak sedikit bervariasi tergantung pada laporan keuangan yang
diaudit oleh auditor, apakah untuk satu periode akuntansi atau untuk laporan keuangan
komparatif. Laporan bentuk baku diberi judul dengan mencantumkan kata independen dan
berisi pendapat wajar tanpa pengecualian.
Laporan pada umumnya ditujukan kepada orang atau orang-orang yang menunjuk atau
memberi penugasan kepada auditor. Untuk perusahaan berbentuk perseroan, laporan biasanya
ditujukan kepada dewan komisaris; sedangkan untuk klien yang bukan perseroan, laporan
ditujukan kepada partner atau pemilik. Laporan auditor bentuk baku diberi tanggal sesuai dengan
tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Tandatangan pada laporan adalah nama kantor akuntan
public, karena kantor akuntan memikul tanggungjawab atas pekerjaan dan temuan yang telah
dilakukan staf profesionalnya.
2.2
dapat diberikan. Dalam situasi demikian, SA 508.10 menyatakan bahwa auditor bisa
menyatakan salah satu dari jenis pendapat berikut ini:
1. Pendapat wajar dengan pengecualian. Auditor menyatakan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas satuan usaha tertentu sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal yang
berhubungan dengan yang dikecualikan.
2. Pendapat tidak wajar. Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas usaha
satuan tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. Pernyataan tidak memberi pendapat. Auditor menyatakan bahwa ia tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Dalam menentukan pendapat yang akan dinyatakan, auditor harus menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apakah dalam audit diperoleh bukti yang cukup sebagai dasar yang layak
untuk memberi pendapat atas laporan keuangan?
2. Apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam segala hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, dan aliran kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum?
Jawaban negatif atas pertanyaan pertama sehingga auditor bisa memberi pendapat
wajar tanpa pengecualian. Jawaban negatif atas pertanyaan pertama berarti terdapat
pembatasan lingkup dalam pelaksanaan audit. Demikian pula jawaban negatif atas
pertanyaan kedua berarti terdapat ketidaksesuain dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum yang berdampak material.
Kemungkinan pelaporan untuk kedua jenis penyimpangan diatas:
1. Pembatasan lingkup: pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak
menyatakan pendapat.
2. Ketidaksesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum: pendapat
wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.
C. PENGARUH SITUASI YANG MENYEBABKAN PENYIMPANGAN ATAS LAPORAN
STANDAR
3.1
Pembatasan Lingkup
Audit dikatakan telah dilakukan sesuai dengan standar auditing, apabila auditor bias
melaksanakan semua prosedur yang dipandang perlu sesuai dengan keadaan. Dari prosedur
prosedur tersebut, diharapkan auditor akan bias memperoleh bukti kompeten yang cukup sebagai
dasar yang layak untuk memberi pendapat atas laporan keuangan. Apabila auditor tidak dapat
melaksanakan prosedur yang diperlukan atau prosedur tidak dapat menghasilkan bukti yang
cukup, dikatakan bahwa auditor mengalami pembatasan lingkup pemeriksaan.
Pembatasan lingkup bisa berasal dari klien atau bias juga merupakan akibat dari suatu
keadaan. Contoh pembatasan yang diakibatkan klien adalah penolakan klien untuk:
1. Memberi ijin pengiriman konfirmasi atas piutang
2. Menandatangani surat pernyataan klien.
3. Memberi ijin kepada auditor untuk membaca notulen rapat dewan komisaris.
Contoh pembatasan yang ditimbulkan oleh keadaan adalah:
1. Saat pelaksanaan prosedur, seperti keterlambatan dalam menetapkan waktu untuk
melaksanakan prosedur yang dipandang perlu sesuai dengan keadaan.
2. Tidak memadainya catatan-catatan klien.
3.2
neraca, dan tidak mengaudit laporan keuangan lainnya. Penugasan demikian tidak merupakan
10
pembatasan lingkup pemeriksaan sepanjang auditor bisa melaksanakan semua prosedur yang
dipandang perlu sesuai dengan keadaan.
Hal semacam ini merupakan jenis penugasan dengan tujuan pelaporan terbatas. Sebagai
contoh, auditor hanya diminta untuk mengaudit neraca sebagai bagian dari suatu kesepakatan
merger (penggabungan usaha).
1)
pengaruh
potensial
dari
berbagai
hal
yang
dipertanyakan
dan
3.3
11
Apabila laporan kuangan klien berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku
umum, dampaknya terhadap laporan auditor akan berbeda tergantung pada apakah
penyimpangan itu terhadap prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI yang memang perlu dilakukan
ataukah terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum.
1)
keadaan
luar biasa
untuk membenarkan
terjadinya
12
ini praktis dapat dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat secara
berasalan ditentukan, laporan audit harus menyatakan hal itu.
c. Menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian dalam paragraph pendapat
3.4
laporan auditor akan tergantung pada apakah perubahan tersebut masih sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Suatu perubahan dikatakan dilakukan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum apabila prinsip yang baru merupakan suatu prinsip
akuntansi yang berlaku umum, perubahan dilakukan dengan benar dan diungkapkan dalam
laporan keuangan, dan manajemen mempunyai alasan yang bisa dipertanggung jawabkan bahwa
prinsip yang baru lebih tepat dibandingkan dengan prinsip yang lama.
1) Jenis Pendapat Lainnya
Apabila perubahan dalam prinsip akuntansi tidak dilakukan sesuai dengan
akuntansi yang berlaku umum, auditor harus menyatakan bahwa pendapat wajar
dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas
perubahan. Selain itu, auditor harus menambahkan paragraph penjelasan yang
dicantumkan sebelum paragraph pendapat untuk menjelaskan adanya penerapan
prinsip akuntansi yang tidak konsisten dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3.5
mengungkapkan informasi sebagaimana diminta oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum,
maka laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Dalam keadaan demikian, auditor harus
13
menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar karena terdapat
ketidaksesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga oleh karenanya laporan
auditor harus menyimpang dari laporan bentuk baku.
3.6
Keraguan
Besar
akan
Kemampuan
Perusahaan
untuk
Mempertahankan
Kelangsungan Hidupnya
Dalam suatu audit, perusahaan diasumsikan akan berlangsung terus diwaktu waktu
yang akan mendatang. Namun, auditor bertanggung jawab untuk menilai apakah dalam
kenyataannya perusahaan akan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya selama jangka
waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca tahun yang diaudit.
Pertimbangan auditor atas kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya menunjukkan beberapa contoh, namun tak terbatas pada kondisi dan peristiwa berikut:
1)
Trend negatif.
Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan.
Masalah intern.
Masalah luar yang terjadi.
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelasan
Apabila keadaan keadaan tentang kemampuan satuan
usaha
untuk
14
Dalam keadaan tertentu, auditor mungkin perlu memberi penekanan atas suatu hal yang
berkaitan dengan laporan keuangan. Informasi penjelasan harus disajikan dalam suatu paragraph
terpisah dalam laporan audit. Dalam laporan tersebut, auditor harus mengungkapan hal-hal
berikut:
1. Menggunakan kalimat-kalimat baku dalam paragraph pendahuluan, lingkup, dan
pendapat.
2. Menjelaskan hal yang ditekankan dalam suatu paragraf penjelasan.
3. Paragraf pendapat tidak merujuk kepada paragraf penjelasan.
3.8
lebih dari satu akuntan public untuk berpartisipasi dalam pengaauditan laporan keuangan
perusahaan tersebut. Akuntan public yang dipercaya untuk mengaudit laporan keuangan
perusahaan utama akan menjadi auditor utama perusahaan tersebut.
1)
2)
3)
4)
independent dengan klien.seorang akuntan public yang menyadari adanya penyimpangn yang
material dari GAAS juga harus (1) meminta revisi atas laporan keuangan, (2) menguraiakan
penyimpangan dalam pengungkapan, atau (3) menolak dikaitkan dengan laporan keuangan.
4.2
material tidak konsisten dengan laporan keuangan dimana audior akan memberikan
pendapatnya.
3. Informasi tambahan yang diberikan oleh auditor.
Pada akhir dari suatu penugasan audit, auditor menyerahkan suatu dokumen yang
berisi atas laporan keuangan dasar klien dan laporan auditor mengenai hal itu pada
klien. Auditor juga dapat menyertakan informasi tambahan yang berkaitan dengan
laporan dasar. Disini penting untuk mengetahui bahwa informasi tambahan yang ada
dalam dokumen yang diserahkan oleh auditor dsajikan diluar laporan dasar. Dan tidak
perlu menyajikan secara wajar laporan itu. Seperti laporan keuangan dasar, data
dalam informasi tambahan merupakan representasi manajemen karena hal itu berasal
dari laporan dasar. Auditor diwajibkan oleh standar pelaporan keempat untuk
melaporkan semua informasi yang termasuk dalam dokumen yang diserahkan oleh
auditor. Jadi, auditor harus menguraikan karakteristik dan pemeriksaan atas informasi
itu, jika ada, dan menyatakan atau menolak memberikan pendapat. Berikut ini
pedoman bagi laporan auditor atas informasi yang menyertai laporan keuangan pokok
dalam dokumen yang diserahkan auditor:
a. Laporan harus menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan untuk tujuan
menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
b. Laporan harus mengidentifikasi informasi yang menyertai laporan
keuangan pokok (identifikasi dapat dilakukan dengan menyebut judul atau
nomor halaman dokumen).
c. Laporan harus menyatakan bahwa informasi yang menyertai laporan
keuangan pokok disajikan dengan tujuan analisis tambahan dan bukan
merupakan bagian laporan keuangan pokok yang diharuskan.
d. Laporan harus berisi suatu pendapat apakah informasi keuangan yang
menyertai laporan keuangan pokok disajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material, berkaitan dengan laporan keuangan pokok secara
keseluruhan atau pernyataan tidak memberikan pendapat, tergantung
apakah informasi tersebut telah menjadi objek prosedur audit yang
diterapkan dalam audit atas laporan keuangan pokok.
e. Laporan atas informasi yang menyertai laporan keuanagn pokok dapat
ditambahkan dalam laporan auditor atas laporan keuangan pokok atau
dapat disajikan terpisah dalam dokumen yang disertakan oleh auditor.
17
18
REFERENSI
Boynton, William C., Johnnson, Raymond N., and Kell, Wallter G. 2003. Modern Auditing Jilid
II Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
Jusup, Haryono. 2002. Auditing (Pengauditan). Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN.
19