Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pendidikan seni adalah upaya mengantarkan peserta didik dengan
kompetensi terkait dengan kesenimanan, maka dalam makna khusus
kompetensi itu terkait dengan upaya pendewasaan potensi individu,
(Soehardjo, 2005:xiv). Pendidikan seni bukan berarti pendidikan dalam
seni, bukan pendidikan tentang seni, melainkan pendidikan seni itu adalah
pendidikan melalui seni. Dalam hal ini berarti seni digunakan sebagai
media pendidikan agar bakat-bakat yang dimiliki oleh peserta didik dapat
berkembang dengan baik melalui pendidikan seni.
Pendidikan seni memiliki konsep yang disebut Konsep Pendidikan Seni.
Konsep tersebut yaitu konsep penularan seni dan konsep pemfungsian
seni. Konsep penularan seni yaitu pendidikan dilakukan bertujuan untuk
menuarkan

seni

oleh

pihak

penular

kepada

pihak

tertular.

Sedangkanpemfungsian seni adalah memfungsididikkan seni untuk


mempersiapkan generasi yang bermutu.
Konsep Pendidikan Seni berbeda-beda disetiap sistem pendidikan seni
yang ada di Indonesia, yaitu meliputi sistem Pewarisan, Sistem
Aprentiship, Sistem Akademik, Sistem Sanggar, dan Sistem Otodidak.
Konsep Pendidikan Seni juga berbeda disetiap jenjang pendidikan
meliputi SD, SMP, SMA dan SLB. Begitu banyak Konsep Pendidikan Seni
yang berkembang di Indonesia mulai dari tahun 1975 hingga sekarang
untuk mencari kejatidirian bangsa Indonesia, begitu juga dibandingkan
dengan negara lain yaitu India dan Nigeria. Berbagai pandangan tentang
seni banyak yang muncul termasuk tentang mengembangkan potensi
peserta didik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah ini dijelaskan secara
rinci mengenai Konsep Pendidikan Seni yang ada di Indonesia, mengenai

sistem-sistem
jenjangnya,

pendidikan

seni,

perkembangan

konsep

pendidikan

pendidikan

seni

di

seni

disetiap

Indonesia

dan

pengembangan potensi peserta didik menurut RALPH L. WICKISER.

1.2.Tujuan
- Untuk membanding sistem pendidikan seni yang berkonsep
penularan

seni

yaitu

dengan

sistem

Pewarisan,

Sistem

Aprentiship, Sistem Akademik, Sistem Sanggar, dan Sistem


Otodidak.
- Untuk membandingkan sistem pendidikan seni antar lembaga
pendidikan seni yang berkonsep berbeda yaitu SMA SMK.
- Untuk membandingkan pelakasanaan pendidikan seni yang
bersistem akademik dijenjang pendidikan yang berbeda SD, SMP,
SMA, SLB.
- Untuk mendeskripsikan Pendidikan Seni yang berkonsep
Kejatidirian

di

negara

India,

Nigeria,

serta

di

Indonesia

berdasarkan Kurikulum 1994 dan 2006


- Untuk mendeskripsikan

tentang

mengembangkan

potensi

peserta didik menurut RALPH L. WICKISER.

1.3.Rumusan Masalah
- Bagaimanakah perbandingan sistem pendidikan seni yang
berkonsep penularan seni yaitu dengan sistem Pewarisan, Sistem
Aprentiship, Sistem Akademik, Sistem

Sanggar,dan

Sistem

Otodidak?
- Bagaimanakah perbandingan sistem pendidikan seni antar
lembaga pendidikan seni yang berkonsep berbeda yaitu SMA
dengan SMK?

- Bagaimanakah perbandingan pelakasanaan pendidikan seni


yang bersistem akademik di jenjang pendidikan yang berbeda SD,
SMP, SMA, SLB?
- Bagaimanakah Pendidikan Seni yang berkonsep Kejatidirian di
negara India, Nigeria, serta di Indonesia berdasarkan Kurikulum
1994 dan 2006?
- Bagaimanakah mengembangkan potensi peserta didik menurut
RALPH L. WICKISER?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Perbandingan

Sistem

Pendidikan

Seni

Yang

Berkonsep

Penularan Seni
Ada 5 sistem pendidikan seni yang berkonsep penularan seni yang
berkembang di Indonesia. Sistem pendidikan tersebut antara lain;
sistem Pewarisan, Sistem Aprentiship, Sistem Akademik, Sistem
Sanggar, dan Sistem Otodidak. Setiap sistem tersebut memiliki
komponen yang berbeda-beda dalam menyusun setiap sistem
tersebut. Komponen penyusun tersebut adalah Guru, Siswa,
Materi, Fasilitas dan Tujuan. Berikut adalah perbandingan antara
sistem pendidikan seni yang berkonsep penularan seni:
2.1.1. Sistem Pewarisan
Sistem

pewarisan

adalah

Sistem

Aprentiship

Khusus.

Kekhususannya terletak pada komponen penular dan tertular.


Masing-masing terdiri dari orang tua dalamkapasitasnya sebagai
master atau pengajar dan anak kandung sebagai aprentis atau
pelajar.

(Soehardjo, 2005: 11). Sistem ini adalah sistem yang

biasa digunakan oleh seorang seniman untuk menularkan


kemampuan seninya kepada anaknya yang ingin mengikuti jejak
orang tuanya sebagai seniman. Komponen penyusun Sistem
Pewarisan antara lain;
Guru: orang tua yang merupakan seniman master.
Siswa: anak dari seniman master yang mempunyai bakat dan
keinginan untuk mengikuti jejak orang tuanya.
Materi: materi yang diajarkan berdasarkan orang tua siswa yang
merupakan seniman master yang berperan sebagai guru dalam
sitem pendidikan ini.

Fasilitas: tempat dimana pembelajaran biasanya dilakukan adalah


studio atau begkel seni yang dimiiki oleh seniman master tersebut
Tujuan: menularkan kemampuan seni yang dimiliki oleh seorang
seniman master kepada keturunannya yang mempunyai bakat.

2.1.2. Sistem Aprentiship


Sistem

Aprentiship

dalam

pendidikan

seni

adalah

pengorganisasian perangkat komponen pengajaran/pelatihan seni


yang terdiri dari sejumlah komponen. Tiga komponen utamanya
adalah seniman master, aprentis, dan prosedur berkesenian.
( Soehardjo, 2005:7). Komponen penyusun Sistem Apentiship
antara lain;
Guru: seniman master yang diminta oleh seorang aprentis agar
menjadi gurunya.
Siswa: seorang aprentis yang merupakan bakal calon seniman.
Materi: materi yang diajarkan berdasarkan keahlian yang dimiliki
oleh seniman master.
Fasilitas: tempat dimana pembelajaran biasanya dilakukan adalah
studio atau begkel seni yang dimiiki oleh seniman master tersebut.
Tujuan: menularkan kemampuan seni yang dimiliki oleh seorang
seniman master kepada seorang aprentis agar menjadi seorang
seniman.
2.1.2. Sistem Akademik
Sistem Akademik adalah sistem pendidikan formal yang dikelola
oleh pemerintah. Segala sesuatu yang ada didalamnya telah diatur
oleh pemerintah. Komponen penyusun Sistem Akademik antara
lain;

Guru: seorang guru profesional yang sengaja dipersiapkan untuk


menjadi seorang guru.
Siswa:

seorang

siswa

yang

benar-benar

memiliki

potensi

kesenimanan.
Materi: materi yang diajarkan berdasarkan kurikulum yang telah
diatur oleh pemerintah.
Fasilitas:

tempat

pembelajaran

seni

berlangsung

adalah

laboratorium seni yang dimiliki oleh sekolah masing-masing.


Tujuan: menularkan kemampuan seni yang dimiliki oleh seorang
guru kepada siswa agar menjadi seorang seniman.
2.1.3. Sistem Sanggar
Kata sanggar memiliki pengertian tempat, atau rumah yang
dijadikan

tempat

berkumpul

untuk

saling

tukar-menukar

pengalaman. Karena di tempat dimana berlangsung kegiatankegiatan yang dilakukan oleh sejumlah orang secara bersama,
maka

kepada

sanggar

diberikan

sebutan

kelompok

kerja.

(Soehardjo, 2005:17). Komponen dari sistem Sanggar antara lain;


Guru: anggota sanggar yang dianggap memiliki kemampuan untuk
membagikan ilmu yang ia miliki.
Siswa: anggota sanggar yang menginginkan untuk belajar dan
bertukar pengalaman serta pengetahuannya.
Materi:

materi

yang

diajarkan

berdasarkan

keinginan

dan

kemampuan anggota sanggar itu sendiri.


Fasilitas: tempat pembelajaran seni berlangsung adalah bengkel
seni atau studio seni.
Tujuan: menularkan kemampuan seni yang dimiliki kepada
anggota kelompok sanggar tersebut
2.1.4. Sistem Otodidak

Otodidak berarti mendidik diri sendiri, belajar tanpa guru atau


dengan guru informal. (Soehardjo, 2005:19). Komponen dari
sistem Otodidak antara lain;
Guru: seseorang yang ingin menjadi seniman dengan cara belajar
sendiri tanpa guru atau guru informal.
Siswa: seseorang yang ingin menjadi seniman dengan cara belajar
sendiri.
Materi: materi yang diajarkan berdasarkan apa yang ingin
dipelajari oleh seniman itu sendiri. Bersumber dari guru informal
maupun dari media-media yang ada di masyarakat.
Fasilitas: studio atau bengkel seni yang dimiliki oleh seorang calon
seniman.
Tujuan: menularkan kemampuan seni yang diperoleh dari pihak
manapun yang ia sukai.

2.2.

Perbandingan

Sistem

Pendidikan

Seni

antar

Lembaga

Pendidikan Seni yang Berkonsep Berbeda yaitu SMA dengan SMK


Lembaga pendidikan SMA dan SMK adalah lembaga pendidikan
yang memiliki tingkatan jenjang yang sama. Pendidikan seni di
SMA dan SMK memiliki konsep yang berbeda. Perbedaanperbedaan tersebut dapat ditinjau dari segi guru, siswa, materi,
fasilitas dan tujuan pendidikan seni tersebut dilaksanakan.

Sistem pendidikan seni di lembaga SMA


Guru: Guru yang mengajar meruakan guru profesional.
Materi:

sesuai

dengan

kurikulum

yang

telah

pemerintah.
Siswa: semua siswa bisa mengikuti pelajaran seni.

diatur

oleh

Fasilitas: laboratorium seni di sekolah masing-masing.


Tujuan: hanya untuk yang berbakat. Menghasilkan pembenaran
kontekstualdan essensial. Pembenaran essensial bagi yang
berbakat dan pembenarankontekstual bagi yang tidak berbakat
seni.

Sistem pendidikan seni di lembaga SMK


Guru: guru yang mengajar merupakan guru profesional
Siswa: hanya siswa yang berbakat yang bisa mengikuti pelajaran
seni. Siswa dipilih melalui seleksi yang ketat dengan persyaratan
tertentu.
Materi: sesuai kurikulum yang telah diatur oleh pemerintah
Fasilitas: laboratorium seni di sekolah masing-masing.
Tujuan: bertujuan untuk menjadikan siswa menjadi terampil seni.
Menghasilkan pembenaran essensial.

2.3. Perbandingan Pelakasanaan Pendidikan Seni yang Bersistem


Akademik Di Jenjang Pendidikan yang Berbeda SD, SMP, SMA, SMK,
SLB
SD (Sekolah Dasar)
SD adalah tempat pertama pengajaran seni dimulai. Pendidikan
seni yang diajarkan meliputi dasar-dasar menggambar dan
menggunakan

pelajaran

pendidikan

seni

sebagai

media

pembelajaran pelajaran yang lain.


Komponen dari sistem akademik yang dilaksanakan di sekolah
dasar antara lain;

Guru: guru yang mengajarkan pendidikan seni adalah guru


profesional sesuai jenjangnya. Dalam hal ini guru profesional
dalam jenjang SD adalah guru lulusan PGSD.
Siswa: siswa yang dapat mengikuti pelajaran seni adalah semua
siswa dalam kelas dapat mengikuti pelajaran pendidikan seni.
Materi: materi yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang telah
diatur oleh pemerintah sesuai dengan jenjangnya yaitu sekolah
dasar.
Fasilitas: fasilitas yang dipakai adalah laboratorium seni di sekolah
masing-masing atau di kelas yang dijadikan sebagai tempat
pembelajaran.
Tujuan:

memfungsikan

pembelajaran

dan

seni

menularkan

untuk
seni

memaksimalkan
bagi

yang

hasil

berbakat.

Menghasilkan pembenaran kontekstual dan essensial.


SMP (Sekolah Menengah Pertama)
SMP adalah sekolah menengah pertama, pembelajaran lanjutan
setelah sekolah dasar. Pelaksanaan pendidikan seni yang
bersistem akademik pada jenjang SMP antara lain;
Guru: guru yang mengajarkan pendidikan seni adalah guru
profesional sesuai jenjangnya. Dalam hal ini guru profesional
dalam jenjang SMP adalah guru seni yang merupakan lulusan
strata 1 perguruan tinggi jurusan pendidikan seni.
Siswa: siswa yang dapat mengikuti pelajaran seni adalah semua
siswa dalam kelas dapat mengikuti pelajaran pendidikan seni.
Materi: materi yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang telah
diatur oleh pemerintah sesuai dengan jenjangnya yaitu Sekolah
Menengah Pertama

Fasilitas: fasilitas yang dipakai adalah laboratorium seni di sekolah


masing-masing atau di kelas yang dijadikan sebagai tempat
pembelajaran.
Tujuan:

memfungsikan

pembelajaran

dan

seni

menularkan

untuk
seni

memaksimalkan
bagi

yang

hasil

berbakat.

Menghasilkan pembenaran kontekstual dan essensial.

SMA (Sekolah Menengah Atas)


SMA adalah sekolah lanjutan dari sekolah mengengah pertama.
Komponen sistem pembelajaran pendidikan seni dalam SMA
antara lain;
Guru: guru yang mengajarkan pendidikan seni adalah guru
profesional sesuai jenjangnya. Dalam hal ini guru profesional
dalam jenjang SMA adalah guru seni yang merupakan lulusan
strata 1 perguruan tinggi jurusan pendidikan seni.
Siswa: siswa yang dapat mengikuti pelajaran seni adalah semua
siswa dalam kelas dapat mengikuti pelajaran pendidikan seni.
Materi: materi yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang telah
diatur oleh pemerintah sesuai dengan jenjangnya yaitu Sekolah
Menengah Atas.
Fasilitas: fasilitas yang dipakai adalah laboratorium seni di sekolah
masing-masing atau di kelas yang dijadikan sebagai tempat
pembelajaran.
Tujuan:

memfungsikan

pembelajaran

dan

seni

menularkan

untuk
seni

memaksimalkan
bagi

yang

Menghasilkan pembenaran kontekstual dan essensial.


SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)

hasil

berbakat.

SMK adalah sekolah menengah

atas yang konsentrasinya

menjurus pada sesuatu yang ditekuni. Konsentrasinya jelas dan


setelah lulus dari SMK bisa langsung bekerja sesuai dengan apa
yang ditekuninnya tapi bisa juga melanjutkan ke perguruan tinggi.
Sekolah menengah kejuruan ada yang konsentrasi seni ada yang
sekolah menengah kejuruan umum. SMK Seni yang dipelajari
adalah seluk beluk seni. Konsentrasinya meliputi jurusan Patung,
Lukis, Kerajinan dan sebagainya. Sedangkan SMK umum meliputi
akuntansi, mesin, otomotif dan sebagainya. Seperti yang telah
saya sebutkan diatas, pendidikan seni adalah pendidikan melalui
seni. Maka komponen-komponen pembelajaran pendidikan seni
dalam sistem akademik pada jenjang SMK antara lain;
Guru: guru yang mengajarkan pendidikan seni adalah guru
profesional sesuai jenjangnya. Dalam hal ini guru profesional
dalam jenjang SMK adalah guru seni yang merupakan lulusan
strata 1 perguruan tinggi jurusan pendidikan seni.
Siswa: siswa yang dapat mengikuti pelajaran seni adalah semua
siswa dalam kelas dapat mengikuti pelajaran pendidikan seni.
Materi: materi yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang telah
diatur oleh pemerintah sesuai dengan jenjangnya yaitu Sekolah
Menengah

KejuruanFasilitas:

fasilitas

yang

dipakai

adalah

laboratorium seni di sekolah masing-masing atau di kelas yang


dijadikan sebagai tempat pembelajaran.
Tujuan:

memfungsikan

pembelajaran

dan

seni

menularkan

untuk
seni

memaksimalkan
bagi

yang

hasil

berbakat.

Menghasilkan pembenaran kontekstual dan essensial.


SLB (Sekolah Luar Biasa)
Sekolah Luar Biasa adalah sekolah yang mewadahi anak yang
berkebutuhan khusus. SLB juga memiliki jenjang-jenjang yang
sama seperti sekolah miasa meliputi SDLB, SMPLB, dan SMALB.

Komponen-komponen pembelajaran pendidikan seni dalam sistem


akademik pada jenjang SLB antara lain;
Guru: guru yang mengajarkan pendidikan seni adalah guru
profesional sesuai jenjangnya. Dalam hal ini guru profesional
dalam jenjang SLB adalah guru luar biasa yang merupakan
lulusan strata 1 pendidikan luar biasa.
Siswa: siswa yang dapat mengikuti pelajaran seni adalah semua
siswa dalam kelas dapat mengikuti pelajaran pendidikan seni.
Materi: materi yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang telah
diatur oleh pemerintah sesuai dengan jenjangnya yaitu Sekolah
Luar Biasa.
Fasilitas: fasilitas yang dipakai adalah laboratorium seni di sekolah
masing-masing atau di kelas yang dijadikan sebagai tempat
pembelajaran.
Tujuan:

memfungsikan

pembelajaran

dan

seni

menularkan

untuk
seni

memaksimalkan
bagi

yang

hasil

berbakat.

Menghasilkan pembenaran kontekstual dan essensial.

2.4. Pendidikan Seni yang Berkonsep Kejatidirian Di Negara India,


Nigeria, serta di Negara Indonesia Berdasarkan Kurikulum 1994 dan
2006
Pendidikan seni di negara India
India memiliki latar belakang budaya atau seni yang populer dalam
aliran seni dunia. India memiliki karya seni agung yang tradisional.
India sudah memiliki kesadaran nasionalisme sejak tahun 1947.
Konsep pendidikan seni yang dikembangkan tidak meneruskan
tradisi bangsanya. Penularan seni diserahkan kepada para
seniman atau lembaga-lembaga pendidikan khusus yang misinya
untuk

mempersiapkan

calon

seniman,

sedangkan

untuk

pendidikan umum, visi dan misinya untuk memerankan seni agar


berfungsi sebagai sarana pendidikan. Konsep yang diterapkan di
India adalah pendidikan seni yang berprinsip pemfungsian seni
yang didasari dengan pembenaran essensial. Bentuk pendidilan
seni berupa mata pelajaran menggambar teknik atau desain.
Misinya untuk mempersiapkan peserta didik sebagai bakal calon
tenaga kerja yang layak untuk menangani rancang bangun di
industri kecil. Pilihan ini ditentukan oleh pemerintah karena
disesuaikan dengan jebijakan pemerintah untuk mengembangkan
industri dalam negeri.
Pendidikan seni di negara Nigeria
Nigeria memiliki kekhasan dalam karya seninya yaitu karya
primitifisme yang modern. Nigeria mulai memiliki semangat
nasionalisme yang tinggi pada tahun 1960, sama seperti India,
konsep pendidikan seni yang dikembangkan tidak meneruskan
tradisi bangsanya. Penularan seni diserahkan kepada para
seniman atau lembaga-lembaga pendidikan khusus yang misinya
untuk

mempersiapkan

calon

seniman,

sedangkan

untuk

pendidikan umum, visi dan misinya untuk memerankan seni agar


berfungsi sebagai sarana pendidikan. Nigeria lebih memilih
kedekatan dengan seni tradisi bangsanya yang ekspresif. Ini
meenunjukkan bahwa adanya pengaruh reformasi yang terjadi di
Eropa, yang memerankan seni untuk difungsikan sebagai sarana
pendidikan. Dengan kata lain, seni yang dikembangkan di Nigeria,
setidaknya pada tahun survey dilakukan adalah didasarkan atas
pembenaran kontekstual. Pengaruh Inggris, tidak kecil,disamping
dimudahkan oleh tradisi bangsa sendiri
Pendidikan seni di negara Indonesia
Indonesia adalah negara yang mengembangkan seni. Indonesia
adalah negara bekas jajahan Belanda, dalam hal ini Belanda ikut
mempengaruhi pendidikan di Indonesia dengan buku-buku yang

ada untuk pendidikan di Indonesia. Indonesia juga banyak


mendapatkan pengaruh dari Amerika dalam hal uku-buku literatur.
Karena dasar pendidikannya yang dilakukan oleh buku-buku asing
akhirnuaIndonesia ingin menunjukkan jati dirinya kepada dunia
tentang pendidikan seni yang ada di Indonesia. Pencarian jati diri
dalam hal seni sudah dilakukan mulai dari tahun 1975 dan
berkembanglah kurikulum-kurikulum yang berbeda dalam rangka
pencarian jati diri tersebut. berikut adalah perbedaan kurikulum
pendidikan di Indonesia pada tahun 1994 dan 2006
Kurikulum 1994
Dalam proses pencarian jati diri dalam seni di kurikulum tahun
1994, pendidikan seni sering disebut sebagai pelajaran Kertakes.
Siswa diajarkan untuk membuat benda-benda keterampilan. Siswa
diajarkanan untuk memperbaiki kursi yang rusak, membuat tempat
sampah, menjahit baju dan sebagainya. Setelah berjalan beberapa
tahun, kurikulum tersbut dirasa kurang sesuai sehingga dibutlah
kurikulum

baru

unuk

menggantikan

kurikulum

1994

yang

diharapkan dapat menggantikan kurikulum 1994 dan dapat


mencerminkan jati diribangsa indonesia.
Kurikulum 2006
Pendidikan Seni pada kurikulum 2006 berbasis pendidikan
budaya. Pendidikan seni mengajarkan budaya-budaya yang ada di
Indonesia. Dalam kurikulum 2006 sudah mencerminkan jati diri
bangsa Indonesia.

2.5.

Mengembangkan Potensi Peserta Didik menurut RALPH

L.

WICKISER
- R.L.WICKISER mengelompokkan hasil belajar menjadi 3 ke
lompok kemampuan :

1. Sesuai dengan potensi individu,


2. Estetik perlu dipelihara, dan
3. Seni dan non seni untuk memperkaya kehidupan

KELOMPOK FUNGSI SENI DALAM PENDIDIKAN


2.5.1. FUNGSI ESENSSIAL PENDIDIKAN SENI
Membantu pertumbuhan dan perkembangan kemampuan seni
A. Seni melatih mata (indera )
Berarti mengembangkan kekuatan penghayatan dan keputusan
visual yang ada dalam diri kita
B. Seni mengembangkan apresiasi dan pertimbangan
Seseorang menjadi sanggup untuk mengapresiasi kualitas seni
dan membuat keputusan-keputusan seni.
C. Seni mendorong expresi
Dengan usaha mengembangkan perkembangan estetis yang
berarti menjadikan anak menyadari pengalaman visual secara
sensiitif, maka seni merangsang anak agar dapat mendorong
ekspresi individual dan kelompok
D. Seni seni mengembangkan kemampuan kreatif
Orang yang tidak setuju dengan pendidikan seni modern
berpendapat bahwa fungsi seni dalam pendidikan hanya untuk
mengembangkan murid berbakat. Meskipun begitu, dalam hal ini
lebih cenderung ke arah mengembangkan kemampuan kreatif
setiap anak.
E. Seni mematangkan bakat.

Bagi merekayang berbakat, kegiatan seni di sekolah melengkapi


latar belakang yang diperlukan dan latihan-latihan yang ditujukan
daam hidup nanti.

2.5.2. FUNGSI KONTEKSTUAL PENDIDIKAN SENI


Membantu pertumbuhan dan perkembangan kemampuan non seni
a. Seni meningkatkan pertumbuhan fisik, mental dan perasaan
b. Seni memberi sumbangan ke arah sadar diri
c. Seni mengembangkan imajinasi kreatif
d. Seni memberi sumbangan kpd pemecahan masalah
e. Seni menekankan kemurnian berpikir, berbuat dan menilai
f. Seni memberi sumbangan kpd perkembangan kepribadian.
g. Seni memperkaya kehidupan kreatif
h. Seni memberi sumbangan kepada pertumbuhan sosial
i. Seni mengembangkan efisiensi ekonomis

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Perbandingan sistem pendidikan seni yang berkonsep penularan seni
yaitu dengan sistem Pewarisan, Sistem Aprentiship, Sistem Akademik,
Sistem Sanggar, dan Sistem Otodidak, berbeda setiap komponennya
yang sama hanyalah tujuan yaitu untuk menularkan kemampuan seni.
Perbandingan sistem pendidikan seni antar lembaga pendidikan seni yang
berkonsep berbeda yaitu SMA SMK sama hanya yang berbeda adalah
tujuan yaitu pada SMA untuk memfungsi didikkan seni menghasilkan
pembenaran kontekstual dan essensial bagi yang berbakat, sedangkan
SMK untuk menularkan kemampuan seni, menghasilkan pembenaran
essensial..
Perbandingan pelakasanaan pendidikan seni yang bersistem akademik di
jenjang pendidikan yang berbeda SD, SMP, SMA, SLB setiap komponen
sama hanya pada guru dan materi sesuai dengan jenjang pendidikannya.
Pendidikan Seni yang berkonsep Kejatidirian di negara India, Nigeria,
serta di Indonesia berdasarkan Kurikulum 1994 dan 2006
Mengembangkan potensi peserta didik menurut RALPH L. WICKISER
meliputi kemampuan essensial dan kontekstual yang dilakuan secara
berimbang.

3.2.Saran
Sebagai calon pendidik kita haus mengetahui konsep tentang pendidikan
seni dan harus menerapkannya dengan baik apabila sudah menjadi
seorang pendidik nanti

Anda mungkin juga menyukai