Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah
penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Penduduk lansia (usia lebih dari 60 tahun) tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Penduduk lanjut usia persentasenya mencapai 9,77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 persen pada tahun 2020 (BPS, 2009). Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik untuk diamati. Diperkirakan Tahun 2020-2025 Indonesia akan menduduki peringkat keempat dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat (Nugroho, 2008). Peningkatan itu disebabkan oleh semakin majunya perkembangan teknologi di bidang kesehatan yang berdampak pada panjangnya usia harapan hidup (Farida, 2008). Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial, ekonomi dan psikologis (Depkes, 2008). Penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelompok lansia adalah: gangguan pembuluh darah (dari hipertensi sampai stroke), gangguan metabolik (Diabetes Meletus), gangguan Persendian (arthritis, encok dan terjatuh) dan gangguan psikososial (kurang penyesuaian diri dan merasa tidak efektif lagi). Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit terbanyak yang diderita Lansia adalah penyakit sendi (52,3%), dan hipertensi (38,8%), anemia (30,7%) dan katarak (23%). Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia
(komnas
lansia
2010).
Angka
kejadian
gangguan
hipertensi
menunjukkan suatu angka yang tinggi menjadi suatu pertanyaan yang
berujung pada gaya hidup lansia itu sendiri (Darmojo 2006). Pada study penelitian usia lanjut tentang gaya hidup lansia dapat mempengaruhi kesehatan terutama lansia dengan Hipertensi. Faktor gaya hidup seperti kurang beraktivitas karena telah lanjut usia dan tidak bekerja
lagi, kebiasaan merokok terutama lansia laki-laki, kebiasaan minum kopi,
pengaturan diet yang tidak sesuai, manejemen terapi obat yang kurang efektif dan stress, merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi yang tidak terkontrol pada lansia (Erda Fitriani, 2005). Pola-pola perilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda dalam situasi atau lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada yang menetap (fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola prilaku individu, akan memberi dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain. Hipertensi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu tekanan darah sistolik 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik 90 mmHg (Joint National Commitee on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High pressure VII, 2003). Hipertensi menjadi sebuah tantangan global yang luar biasa dan menempati peringkat ketiga sebagai penyebab kematian setiap tahunnya. Diperkirakan di dunia, prevalensi hipertensi akan meningkat dari 26,4% tahun 2000 menjadi 29,2% tahun 2025 (Kearney et al., 2005). Diet dan modifikasi gaya hidup sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi hipertensi. Selain itu, tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah (Harie dkk.,2010). Sehingga perlu diberikan pengetahuan yang lebih kepada lansia dengan hipertensi untuk menjaga kualitas kesehatan para lansia di kelurahan Kedungkandang. 1.2 Tujuan a. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi secara komprehensif. b. Mampu meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian lansia dengan hipertensi, melakukan aktivitas sesuai toleransi, dan mencegah komplikasi hipertensi. 1.3 Manfaat Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang didapatkan dalam bentuk tindakan kepada pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan yang komprehensif. Asuhan keperawatan yang dimaksud disini adalah asuhan keperawatan yang sesuai standar mulai dari pengkajian hingga evaluasi.
Intervensi yang diberikan kepada klien juga intervensi yang berdasarkan
pada evidence based sehingga asuhan yang diberikan adalah asuhan keperawatan yang bermutu.