Anda di halaman 1dari 4

Pentingnya Ilmu Sebelum Berkata dan Beramal

Posted on 26 December 2008 by Redaksi 19 comments


At Tauhid edisi IV/50
Oleh: Satria Buana
Pembaca yang dimuliakan oleh Allah taala, kalau kita membicarakan Ilmu dalam islam, maka kita
membicarakan sesuatu yang tidak ada habisnya untuk di bahas. Sejarah mencatat, kehidupan umat manusia
sebelum diutusnya Nabi kita Muhammad shalallahu alaihi wa sallam sangatlah jauh dari petunjuk ilahi.
Norma-norma kebenaran dan akhlak mulia nyaris terkikis oleh kerasnya kehidupan, karena itulah masa
tersebut masa jahiliyah, yaitu masa kebodohan.
Ketika keadaaan manusia seperti itu maka Allah pun menurunkan Rasul-Nya, dengan membawa bukti
keterangan yang jelas, supaya Rasul tersebut bisa membimbing manusia dari kegelapan menuju cahaya yang
terang berderang dengan keterangan yang sangat jelas, dengan bukti-bukti yang sangat jelas, Allah taala
berfirman dalam al-Quran, Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat, karena
itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut (yaitu syaithan dan apa saja yang disembah selain dari Allah
taala) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256)
Islam adalah agama yang sarat (penuh) dengan ilmu pengetahuan, karena sumber ilmu tersebut adala wahyu
yang Allah taala turunkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu alaihi wa sallam dengan perantara
malaikat Jibril alaihis salam. Allah taala Berfirman: Dan tiadalah yang diucapkannya (Muhammad) itu
menurut hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan. (An-Najm: 3-4)
Dengan ilmu inilah Beliau shalallahu alaihi wa sallam tunjukkan semua jalan kebaikan, dan beliau
peringatkan tentang jalan-jalan kebatilan. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam adalah Nabi yang
terakhir dan sekaligus Rasul yang diutus kepada umat manusia dan jin. Maka ketika Rasulullah wafat, beliau
telah mengajarkan ilmu yang paling bermanfaat dari wahyu Allah taala, ilmu yang sempurna, ilmu yang
membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka barang siapa mengambilnya maka ia telah
mengambil bagian yang cukup untuk kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
Ilmu Dahulu Sebelum Amal
Imam besar kaum muslimin, Imam Al-Bukhari berkata, Al-Ilmu Qoblal Qouli Wal Amali, Ilmu
Sebelum Berkata dan Beramal. Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari firman Allah
taala Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu (QS. Muhammad: 19). Dari ayat yang mulia ini, Allah taala memulai
dengan ilmu sebelum seseorang mengucapkan syahadat, padahal syahadat adalah perkara pertama yang
dilakukan seorang muslim ketika ia ingin menjadi seorang muslim, akan tetapi Allah mendahului syahadat
tersebut dengan ilmu, hendaknya kita berilmu dahulu sebelum mengucapkan syahadat, kalau pada kalimat
syahadat saja Allah berfirman seperti ini maka bagaimana dengan amalan lainnya, tentunya lebih pantas lagi
kita berilmu baru kemudian mengamalkannya. Ucapan ini beliau katakan ketika memberi judul suatu Bab di
dalam kitab beliau Shahihul Bukhari dalam kitab Al-Ilmu.
Pentingnya Ilmu Agama
Berikut ini adalah penjelasan singkat dari sebagian Ulama berkaitan dengan perkataan Al-Imam Al-Bukhari
di
atas:
Asy-Syaikh Ibnul Utsaimin berkata: Al-Imam Al-Bukhari berdalil dengan ayat ini (Muhammad: 16) atas
wajibnya mengawali dengan ilmu sebelum berkata dan beramal. Dan ini merupakan dalil atsari (yang
berdasarkan periwayatan) yang menunjukkan atas insan bahwa berilmu terlebih dahulu baru kemudian
beramal setelahnya sebagai langkah kedua. Dan juga di sana ada dalil aqliyah (yang telah diteliti) yang
menunjukkan atas ilmu sebelum berkata dan beramal. Hal itu karena perkataan dan amalan tidak akan
benar dan diterima sehingga perkataan dan amalan tersebut mencocoki syariat, dan manusia tidaklah

mungkin mengetahui bahwa amalnya mencocoki syariat kecuali dengan ilmu. (Syarh Tsalatsatul Ushul
Syaikh Utsaimin)
Asy-Syaikh Sholeh bin Abdul Aziz Alu Syaikh berkata, Ilmu itu jika ditegakkan sebelum ucapan dan
amal, maka akan diberkahi pelakunya meskipun perkaranya kecil. Adapun jika ucapan dan amal
didahulukan sebelum ilmu, walaupun bisa jadi perkaranya itu sebesar gunung, akan tetapi itu semua tidaklah
di atas jalan keselamatanKarenanya kami katakan, Jadikanlah ilmu tujuan penting dan utama, jadikanlah
ilmu tujuan penting dan utama, ilmu di mulai sebelum yang lain, khususnya ilmu yang membuat ibadah
menjadi benar, ilmu yang meluruskan aqidah, ilmu yang memperbaiki hati, ilmu yang menjadikan seseorang
berjalan dalam amalannya sesuai dengan sunah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, bukan di atas
kebodohan. (Syarh Tsalatsatul Ushul Syaikh Abdul Aziz, Maktabah Syamilah)
Ibnu Baththal berkata, Suatu amal tidak teranggap kecuali di dahului oleh ilmu, dan maksud dari ilmu ini
adalah ilmu yang Allah janjikan pahala padanya. Ibnu Munir berkata, Imam Al-Bukhari bermaksud
dengan kesimpulannya itu, bahwa ilmu merupakan syarat atas kebenaran suatu perkataan dan amalan. Maka
suatu perkataan dan amalan itu tidak akan teranggap kecuali dengan ilmu. Oleh sebab itulah ilmu
didahulukan atas ucapan dan perbuatan, karena ilmu itu pelurus niat, di mana niat itu akan memperbaiki
amalan. (Dinukil dari Taisirul Wushul Ila Nailil Mamul, Syarh Tsalatsatul Ushul)
Pelajaran yang dapat kita petik adalah, kita hendaknya Berilmu sebelum berkata dan beramal karena
ucapan dan perbuatan kita tidak akan ada nilainya bila tanpa ilmu, amalan yang banyak yang kita lakukan
bisa tidak teranggap di sisi Allah kalau tidak didasari dengan Ilmu.
Anjuran Berilmu Agama
Dalam Al-Quran dan hadits terdapat begitu banyak anjuran yang memerintahkan agar kita berilmu agama.
Bahkan sesungguhnya Allah taala telah memuji ilmu dan pemiliknya. Menyiapkan bagi siapa saja yang
berjalan di atas titian ilmu tersebut balasan yang baik, pahala, ganjaran, Allah taala mengangkat derajat
kedudukan mereka di dunia dan akhirat. Allah taala berfirman: Allah akan mengangkat orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. (QS. Al-Mujadilah: 11)
Keutamaan Ilmu Agama, Pencarinya, dan Ulama
Pembaca yang dimuliakan oleh Allah, sudah suatu kepastian bahwa setiap manusia pada asalnya adalah
bodoh, dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Allah taala berfirman, Dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl: 78)
Namun hendaknya setiap pribadi muslim tidak membiarkan dirinya terus menerus dalam keadaan bodoh
akan ilmu agamanya sendiri. Sebab kebodohan itu apabila terus menerus dipelihara dapat mengantarkannya
kepada kehinaan dan kerugian yang besar. Sebaliknya ilmu agama islam ini adalah satu-satunya ilmu yang
dapat mengantarkan seseorang meraih kemuliaan hidup yang hakiki di dunia dan akhiratnya.
Berikut ini di antara motivasi yang Allah dan Rasul-Nya tunjukkan akan betapa mulianya ilmu:
1. Pencari ilmu akan Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: Barangsiapa yang menempuh sebuah jalan dalam rangka untuk mencari ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju Surga. (HR. Muslim)
2. Orang yang dikaruniai ilmu agama merupakan tanda kebaikan dari Allah taala baginya.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya,
Allah
akan
memahamkan
ilmu
agama
kepadanya.
(HR.
Bukhari
dan
Muslim)
Maka dari hadits ini kita bisa mengambil kesimpulan, seseorang yang tidak Allah berikan pemahaman
agama kepadanya maka ini merupakan tanda Allah tidak menginginkan kebaikan kepadanya, dan sebaliknya
seorang yang paham dengan agama Allah merupakan tanda kebaikan pada dirinya.

3. Ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham
(harta) akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barang siapa mengambilnya maka sungguh ia telah
mendapatkan bagian yang sangat banyak. (HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan At-Tirmidzi)
4. Seorang yang berilmu adalah cahaya yang menjadi petunjuk bagi manusia dalam urusan agama
maupun dunia, bila seorang ulama meninggal maka itu adalah musibah yang dialami kaum muslimin.
Rasulullah bersabda, Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu secara langsung dari hati hambahambanya akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika Allah tidak
lagi menyisakan ulama, jadilah manusia mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh sebagai ulama,
mereka bertanya kepadanya dan ia pun menjawab tanpa ilmu sehingga ia sesat dan menyesatkan. (HR.
Bukhari dan Muslim)
5. Rasulullah Berdoa kepada Allah agar ditambahkan ilmu agama. Cukuplah kemuliaan bagi ilmu
dengan Allah taala memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai Nabi pilihan
untuk berdoa meminta tambahan ilmu, bukan meminta tambahan harta atau yang selainnya dari perkara
dunia, Allah taala berfirman, Katakanlah (wahai Muhammad), Wahai Rabbku, tambahkanlah ilmu
bagiku. (QS. Thaha: 114)
Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang menyebutkan tentang keutamaan ilmu dan ucapan para Ulama dalam
hal ini, namu cukuplah apa yang telah kami sebutkan di atas untuk mewakili banyaknya keutamaankeutamaan tersebut.
Ilmu Apa Yang Wajib Dipelajari
Ilmu yang wajib dipelajari bagi manusia adalah ilmu yang menuntut untuk di amalkan saat itu, adapun
ketika amalan tersebut belum tertuntut untuk di amalkan maka belum wajib untuk dipelajari. Jadi ilmu
tentang tauhid, tentang 2 kalimat syahadat, ilmu tentang iman, adalah ilmu yang wajib dipelajari ketika
seseorang menjadi muslim, karena ilmu ini adalah dasar yang harus diketahui.
Kemudian ilmu tentang shalat, hal-hal yang berkaitan dengan shalat, seperti bersuci dan lainnya, merupakan
ilmu berikutnya yang harus dipelajari, kemudian ilmu tentang hal-hal yang halal dan haram, ilmu tentang
mualamalah dan seterusnya.
Contohnya seseorang yang saat ini belum mampu berhaji, maka ilmu tentang haji belum wajib untuk ia
pelajari saat ini, akan tetapi ketika ia telah mampu berhaji, maka ia wajib mengetahui ilmu tentang haji dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan haji. Adapun ilmu tentang tauhid, tentang keimanan, adalah hal
pertama yang harus dipelajari, karena setiap amalan yang ia lakukan tentunya berkaitan dengan niat, kalau
niatnya dalam melakukan ibadah karena Allah maka itu amalan yang benar, adapun kalau niatnya karena
selain Allah maka itu adalah amalan syirik, kita berlindung dari berbuat syirik kepada Allah taala.
Mewaspadai Bahayanya Kebodohan
Pembaca kaum muslimin yang dimuliakan Allah, demikianlah beberapa bentuk kemuliaan yang Allah taala
berikan terhadap para pemilik ilmu sehingga tidak sama kedudukannya dengan mereka yang tidak memiliki
ilmu. Allah taala berfirman: Katakanlah (ya Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui
(berilmu) dengan orang yang tidak mengetahui (jahil)?. (QS. Az-Zumar: 9)
Sebaliknya orang yang jahil akan ilmu agama-Nya disebutkan oleh Allah taala sebagai seorang yang buta
yang tidak bisa melihat kebenaran dan kebaikan. Allah taala berfirman, Apakah orang yang mengetahui
bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu adalah al-haq (kebenaran) sama dengan orang
yang buta? (tidak mengetahui al-haq). (QS. Ar-Rad: 19)
Hal ini menunjukkan bahwa yang sebenarnya memiliki penglihatan dan pandangan yang hakiki hanyalah
orang-orang yang berilmu. Adapun selain mereka hakikatnya adalah orang yang buta yang berjalan di muka

bumi tanpa dapat melihat. Allah taala berfirman: Tidak sama antara penghuni an-nar dengan penghuni
al-jannah. (QS. Al-Hasyr: 20)
Semoga Allah taala memberi taufik kepada kita semua untuk senantiasa berilmu sebelum berkata dan
beramal. Semoga Allah menolong kita untuk meraih kemuliaan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat
dengan mempelajari ilmu agama islam yang benar yang bersumberkan dari Al-Quran dan As-Sunnah sesuai
dengan pemahaman para Sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam di bawah bimbingan Ulama Pewaris
Nabi. Amin Ya Rabbal Alamin. [Satria Buana]

Anda mungkin juga menyukai