PENDAHULUAN
Pterygium merupakan jaringan fibrovaskular yang bersifat invasif dan
degeneratif, berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah temporal maupun
nasal konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra. Asal kata
pterygium dari bahasa Yunani, yaitu pteron yang artinya wing atau sayap.
Hal ini mengacu pada pertumbuhan pterygium yang berbentuk sayap pada
konjungtiva bulbi.
Kasus Pterygium yang tersebar di seluruh dunia sangat bervariasi,
tergantung pada lokasi geografisnya, tetapi lebih banyak di daerah iklim
panas dan kering. Faktor yang sering mempengaruhi adalah daerah dekat
ekuator. Prevalensi juga tinggi pada daerah berdebu dan kering. Insiden
pterygium di Indonesia yang terletak di daerah ekuator, yaitu 13,1%.
Insiden tertinggi pterygium terjadi pada pasien dengan rentang umur 20
49
Rekuren lebih sering terjadi pada pasien yang usia muda dibandingkan
dengan pasien usia tua. Laki-laki lebih beresiko 4 kali daripada perempuan
dan berhubungan dengan merokok, pendidikan rendah dan riwayat
terpapar lingkungan di luar rumah.
BAB II
LAPORAN KASUS
1.
2.
Identitas Pasien
Nama
: Ny. R
Umur
: 34 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
Alamat
: Pondok Kopi
Kunjungan
: 20 Agustus 2015
Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Adanya selaput putih di pinggir mata kiri sejak 2 tahun yang lalu
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Perempuan usia 34 tahun datang ke poliklinik Mata RSIJ Pondok Kopi
dengan keluhan adanya selaput putih di pinggir mata kiri sejak 2 tahun
yang lalu. Keluhan disertai mata perih, merah, dan berair terutama jika
terpapar asap atau sinar matahari. Kotoran mata, silau saat melihat, dan
penglihatan ganda disangkal oleh pasien.
D. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah ke RS sebelumnya dan diberi obat tetes mata
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarganya yang mengalami hal serupa dengan pasien.
F. Riwayat Alergi
Pasien menyangkal riwayat alergi obat.
Pasien menyangkal alergi makanan
Pasien menyangkal alergi debu/bulu binatang
G. Riwayat Psikososial
Pasien mengaku dahulu ketika sekolah mengikuti kegiatan marching band
dan sering terpapar sinar matahari dalam waktu yang lama
3.
Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
B. Status Lokalis
OD
OS
6/ 6
Visus
6/6
Ortoforia
Kedudukan Bola
Ortoforia
Mata
Baik ke segala arah
Pergerakan Bola
Mata
Palpebra
hordeolum(-), kalazion(-),
hordeolum(-), kalazion(-),
Konjungtiva Tarsalis
folikel (-)
Superior
folikel (-)
Konjungtiva Bulbi
konjungtiva (-),
konjungtiva (-),
perdarahan (-)
Hiperemis (-),
papil(-), folikel (-)
jernih, infiltrat (-), edema
Konjungtiva Tarsalis
Inferior
Kornea
COA
Iris
sinekia (-)
Bulat, isokor, diameter
Papil(-), folikel(-)
hifema (-)
Warna coklat, kripte (+),
Hiperemis (-),
Pupil
Jernih
Lensa
Jernih
Tidak dilakukan
Vitreous Humor
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Funduskopi
Tidak dilakukan
4. Resume
Perempuan usia 34 tahun datang ke poliklinik Mata RSIJ Pondok Kopi
dengan keluhan adanya selaput putih di pinggir mata kiri sejak 2 tahun yang
lalu. Keluhan disertai mata perih, merah, dan berair terutama jika terpapar asap
atau sinar matahari. Kotoran mata, silau saat melihat, dan penglihatan ganda
disangkal oleh pasien. Sebelumnya pasien sudah berobat ke RS dan diberi obat
tetes. Pasien mengaku dahulu ketika sekolah mengikuti kegiatan marching
band dan sering terpapar sinar matahari dalam waktu yang lama
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
Visus
ODS : 6/6
Konjungtiva bulbi
: OS : Pterigium stadium II
5. Diagnosa Kerja
Pterigium ODS stadium II
Diagnosa Banding :
-
Pseudopterigium
6. Pemeriksaan Anjuran
a.
Slitlamp
b.
Tes Sondase
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan : Eksisi Pterygium
b. Edukasi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFENISI
Pterigium adalah kelainan pada konjungtiva bulbi, yang ditandai
dengan pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan
invasif. Pertumbuhan ini biasanya terdapat pada celah kelopak bagian nasal
ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterigium
berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea.
Pterigium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium
akan berwarna merah. Pterigium sering mengenai kedua mata. Menurut
Hamurwono pterygium merupakan Konjungtiva bulbi patologik yang
menunjukkan penebalan berupa lipatan berbentuk segitiga yang tumbuh
menjalar ke kornea dengan puncak segitiga di kornea . Pterygium berasal dari
bahasa yunani, yaitu pteron yang artinya wing atau sayap.1
II. EPIDEMIOLOGI
Kasus pterygium yang tersebar di seluruh dunia sangat bervariasi,
tergantung pada lokasi geografisnya, tetapi lebih banyak di daerah iklim
panas dan kering. Faktor yang sering mempengaruhi adalah daerah dekat
ekuator. Prevalensi juga tinggi pada daerah berdebu dan kering.
Di Indonesia yang melintas di bawah garis khatuliswa, kasus-kasus
pterygium cukup sering didapati. Apalagi karena faktor risikonya adalah
paparan sinar matahari (UVA & UVB), dan bisa dipengaruhi juga oleh
paparan alergen, iritasi berulang (misal karena debu atau kekeringan).
Insiden tertinggi pterygium terjadi pada pasien dengan rentang umur 20
49 tahun. Pasien dibawah umur 15 tahun jarang terjadi pterygium. Rekuren
lebih sering terjadi pada pasien yang usia muda dibandingkan dengan pasien
usia tua. Laki-laki lebih beresiko 4 kali daripada perempuan.
IV. Patogenesis
Etiologi pterygium tidak diketahui dengan jelas. Tetapi penyakit ini
lebih sering pada orang yang tinggal di daerah iklim panas. Oleh karena itu
gambaran yang paling diterima tentang hal tersebut adalah respon terhadap
faktor-faktor lingkungan seperti paparan terhadap matahari (ultraviolet),
daerah kering, inflamasi, daerah angin kencang dan debu atau faktor iritan
lainnya. Pengeringan lokal dari kornea dan konjungtiva yang disebabkan
kelainan tear film menimbulkan pertumbuhan fibroplastik baru merupakan
salah satu teori.
Ultraviolet adalah mutagen untuk p53 tumor supresor gene pada limbal
basal stem cell. Tanpa apoptosis, transforming growth factor-beta diproduksi
dalam jumlah berlebihan dan menimbulkan proses kolagenase meningkat.
Sel-sel bermigrasi dan angiogenesis. Akibatnya terjadi perubahan degenerasi
kolagen
dan
terlihat
jaringan
subepitelial
fibrovaskular.
Jaringan
Pada
fibroblast
pterygium
menunjukkan
matrix
lapangan.
Iritasi kronik dari lingkungan (udara, angin, debu)
Faktor lainnya yang berperan dalam terbentuknya pterigium adalah
alergen, bahan kimia berbahaya, dan bahan iritan (angin, debu, polutan).
UV-B merupakan mutagenik untuk p53 tumor supressor gen pada stem sel
limbal. Tanpa apoptosis, transforming growth factor-beta over produksi
dan memicu terjadinya peningkatan kolagenasi, migrasi seluler, dan
angiogenesis. Selanjutnya perubahan patologis yang terjadi adalah
degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya jaringan fibrovaskuler
subepitelial. Kornea menunjukkan destruksi membran Bowman akibat
pertumbuhan jaringan fibrovaskuler.
10 | C a s e P r e s e n t a t i o n P t e r i g i u m
kolagen
abnormal
pada
daerah
degenerasi
elastotik
menunjukkan basofilia bila dicat dengan hematoksin dan eosin. Jaringan ini
juga bisa dicat dengan cat untuk jaringan elastic akan tetapi bukan jaringan
elastic yang sebenarnya, oleh karena jaringan ini tidak bisa dihancurkan oleh
elastase. 8
Secara histopalogis ditemukan epitel konjungtiva irrekuler kadangkadang berubah menjadi gepeng. Pada puncak pteregium, epitel kornea
menarik dan pada daerah ini membran bauman menghilang. Terdapat
degenerasi stroma yang berfoliferasi sebagai jaringan granulasi yang penuh
pembulih darah. Degenerasi ini menekan kedalam kornea serta merusak
membran bauman dan stoma kornea bagian atas. Terjadinya pterigium
berhubungan erat dengan paparan sinar ultraviolet, kekeringan, inflamasi dan
paparan angin dan debu atau factor iritan lainnya. UV-B yang bersifat
mutagen terhadap gen P53 yang berfungsi sebagai tumor suppressor gene
pada stem sel di basal limbus. Pelepasan yang berlebih dari sitokin seperti
transforming growth factor beta (TGF-) dan vascular endothelial growth
factor (VEGF) yang berperanan penting dalam peningkatan regulasi kolagen,
migrasi sel angiogenesis. Selanjutnya terjadi perubahan patologi yang terdiri
dari degenerasi kolagen elastoid dan adanya jaringan fibrovaskular
supepithelial. Pada kornea nampak kerusakan pada membrane bowman oleh
karena bertumbuhnya jaringan fibrovaskuler, yang sering kali disertai dengan
adanya inflamasi ringan. Epitel bisa normal, tebal atu tipis dan kadangkadang terjadi dysplasia. 8
Patofisiologi pterigium ditandai dengan degenerasi elastotik kolagen
dan proliferasi fibrovaskuler, dengan permukaan yang menutupi epithelium.
Histopatologi
kolagen
abnormal
pada
daerah
degenerasi
elastotik
11 | C a s e P r e s e n t a t i o n P t e r i g i u m
VIII. DIAGNOSIS
Anamnesis
Pterigium pada tahap awal biasanya ringan bahkan sering tanpa
keluhan sama sekali
12 | C a s e P r e s e n t a t i o n P t e r i g i u m
dan
terdapat
komponen
elevasi
jaringan
fibrovaskular.
13 | C a s e P r e s e n t a t i o n P t e r i g i u m
Pembeda
Definisi
Pterigium
Pinguekula
Pseudopterigium
Jaringan fibrovaskular Benjolan pada Perlengketan konjungtiba
konjungtiva
bulbi konjungtiva
Warna
berbentuk segitiga
Putih kekuningan
Letak
keabu-abuan
Celah kelopak bagian Celah kelopak Pada daerah konjungtiva
nasal
6:
Progresif
Reaksi
atau
bulbi
Putih-kuning
terdekat
dengan
kornea
>
Sedang
Tidak ada
=
Tidak
Ada
=
Tidak
Tidak ada
kerusakan
permukaan
14 | C a s e P r e s e n t a t i o n P t e r i g i u m
kornea
sebelumnya
Pembuluh
Lebih menonjol
Menonjol
Tidak
Normal
darah
konjungtiva
Sonde
diselipkan
Puncak
pada limbus
Tidak ada
Histopatologi
(bercak kelabu)
Epitel ireguler
dan Degenerasi
(tidak
submukosa
konjungtiva
X. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
Pterigium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih
muda. Bila pterigium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes
mata dekongestan. Pengobatan pterigium adalah dengan sikap
konservatif atau dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan
penglihatan akibat terjadinya astigmaisme ireguler atau pterigium yang
telah menutupi media penglihatan. 4,9
Lindungi mata dengan pterigium dari sinar matahari, debu dan
udara kering dengan kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang
berikan air mata buatan dan bila perlu dapat diberi steroid. Bila terdapat
delen (lekukan kornea) beri air mata buatan dalam bentuk salep. Bila
vasokonstriktor maka perlu control 2 minggu dan bila terdapat
perbaikan maka pengobatan dihentikan. 4,9
b. Tindakan operatif
Indikasi Operasi
-
15 | C a s e P r e s e n t a t i o n P t e r i g i u m
ada
16 | C a s e P r e s e n t a t i o n P t e r i g i u m
KOMPLIKASI
Salah satu komplikasi yang disebabkan oleh pterigium adalah
astigmat karena pterigium dapat menyebabkan perubahan bentuk kornea
akibat adanya mekanisme penarikan oleh pterigium serta terdapat
pendataran dari pada meridian horizontal pada kornea yang berhubungan
dengan adanya astigmat. Mekanisme pendataran dari meridian horizontal itu
sendiri belum jelas. Hal ini diduga akibat terbentuknya tear meniscus
antara puncak kornea dan peninggian pterigium. Astigmat yang ditimbulkan
oleh pterigium adalah astigmat with the rule dan irregular astigmat 10.
Komplikasi lain yang dapat disebabkan yaitu mata kemerahan, iritasi, luka
kronik dari konjungtiva dan kornea Komplikasi intra-operatif dapat terjadi
perforasi kornea atau sclera dan trauma pada muskulus rektus medial atau
lateral. Komplikasi post-operatif bisa terjadi infeksi, granuloma dan
sikatriks kornea.6
XI. PROGNOSIS
Prognosis visual dan kosmetik dari eksisi pterigium adalah baik.
Prosedur dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien, dan disamping rasa tak
nyaman pada hari- hari pertama post-operatif, pasien bisa melanjutkan
1.
2.
3.
4.
from : http://www.dokter-online.org/index.php.htm
Skuta, Gregory L. Cantor, Louis B. Weiss, Jayne S. Clinical Approach to
Depositions and Degenerations of the Conjungtiva, Cornea, and Sclera. In :
External Disease and Cornea. San Fransisco : American Academy of
Ophtalmology. 2008. P.8-13, 366.
17 | C a s e P r e s e n t a t i o n P t e r i g i u m
5.
Finger, Paul T. pterigium [online]. 2010. [cited 2011 November 22]. Available
6.
from : http://www.eyecancer.com/default.aspx.htm
Drakeiron. Pterigium. [online]2009. [cited 2011 November 22]. Available
7.
from : http://drakeiron.wordpress.com/info-pterigium.htm
Anonymus. Pterigium. [online] 2009. [cited 2011 November 22]. Available
8.
from : http://PPM.pdf.com/info-pterigium.htm
Riri Julianti, Pterigium.[online]2009.[cited 2011 November 22]. Available
9.
from : http://facultyofmedicine.riau.com/prosedures/pterigium.html
Khurana,AK. Disease of the Conjungtiva. In : Comprehensive Opthalmology
18 | C a s e P r e s e n t a t i o n P t e r i g i u m