Braxidinpehavask Eko
Braxidinpehavask Eko
Mekanisme kerja
Braxidin merupakan gabungan antara Klordiazepoksida yang mempunyai daya
anti-ansietas
dan
Klinidium
Bromida
yang
mempunyai
efek
anti-
kolinergik/spasmolitik.
Sebagai anti-ansietas, Klordiazepoksida bekerja dengan cara menekan durasi
electrical afterdischarge pada sistem limbik otak sehingga terrjadi penghambatan
pada penghantaran perangsangan emosi. Klordiazepoksida mempunyai batas
keamanan yang luas dan sangat efektif untuk meredakan ansietas. Absorbsi
seluruhnya berlangsung disaluran pencernaan dan kadar puncak dalam
plasma
tercapai antara 30-90 menit. Kecepatan absorbsi tergantung pada umur dan
cenderung diperlambat pada orang tua. Waktu paruh berlangsung antara 1-2 hari.
Klordiazepoksida mengalami metabolisme dihati dan ekskresinya melalui air kemih
sebagian besar dalam bentuk metabolitnya.
Klinidium Bromida sebagai antikolinergik mempunyai efek perifer serupa
atropin dengan sentral yang kurang nyata. Secara klinis telah terbukti bahwa
Klinidium Bromida efektif sebagai anti-spasmodik dan anti-sekresi pada saluran
cerna.
Indikasi
1. Pengobatan terhadap gejala yang muncul pada gangguan saraf otonom dan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kontra indikasi
2) Pehavask
Obat Generik
Amlodipine
Obat Bermerek
A-B Vask, Actapin, Amcor, Amdixal, Amlocor, Calsivas, Cardicap, Cardisan,
Cardivask, Comdipin, Divask, Ethivask, Fulopin, Gensia, Gracivask, Gravask,
Intervask, Lodipas, Lopiten, Lovask, Normoten, Norvask, Pehavask, PRovask, SAmlodipine, Sandovask, Simvask-5, Stamotens, Tensivask, Theravask, Vasgard,
Zevask
Farmakokinetik
Setelah pemberian dosis terapeutik secara oral, amlodipine diabsorpsi dengan
baik dan kadar puncak dalam plasma tercapai setelah 6 12 jam. Volume distribusi
amlodipine kira-kira 21 L/kg. (Katzung, 2014).
Waktu paruh eliminasi plasma terminal adalah sekitar 35 50 jam dan
konsistensi pada pemberian dosis sekali sehari. Kadar mantap dalam plasma
tercapai 7 8 hari setelah pemberian secara terus menerus sehari sekali. Sebanyak
97,5% amlodipin dalam sirkulasi terikat dengan protein plasma. (Katzung, 2014).
Amlodipin sebagian besar dimetabolisme dihati menjadi metabolit inaktif, di
ekskresi diurine 10% dalam bentuk tidak berubah dan 60% sebagai metabolit.
(Katzung, 2014).
Farmakodinamik
Amlodipine adalah obat antihipertensi dan antiangina yang tergolong dalam
obat antagonis kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium).
Amlodipien bekerja dengan menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui
membran ke dalam otot polos vaskular dan otot jantung sehingga mempengaruhi
kontraksi otot polos vaskular dan otot jantung. Amlodipine menghambat influks
ion kalsium secara selektif, di mana sebagian besar mempunyai efek pada sel otot
polos vaskular dibandingkan sel otot jantung. (Katzung, 2014).
a. Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan dosis
maksimum 10 mg satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi dosis, diperlukan
waktu 7 14 hari.
b. Pada pasien usia lanjut atau dengan kelainan fungsi hati, dosis yang dianjurkan
pada awal terapi 2,5 mg satu kali sehari.
c. Bila amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan antihipertensi lain, dosis
awal yang digunakan adalah 2,5 mg.
d. Pasien diabetes yang biasa menggunakan dosis 5mg/hari, tidak perlu
ditingkatkan. Tetapi bagi yang membutuhkan dosis tinggi dapat ditingkatkan
menjadi 7,5 mg/hari sampai dosis maksimum 10 mg/hari.
e. Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik ataupun angina
vasospastik adalah 5 10 mg, dengan penyesuaian dosis pada pasien usia
lanjut dan kelainan fungsi hati.
f. Amlodipine dapat diberikan bersama obat-obat golongan tiazida, ACE
inhibitor, -bloker, nitrat dan nitrogliserin sublingual. (Suyatna, 2012)
Efek Samping
a) Secara umum amlodipine dapat ditoleransi dengan baik, dengan derajat efek
samping yang timbul bervariasi dari ringan sampai sedang.
b) Efek samping yang sering timbul dalam uji klinik antara lain : edema, sakit
kepala.
c) Efek samping yang cukup sering timbul adalah rasa kelelahan, mual,
berkeringat, nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan.
d) Pada keadaan hamil dan menyusui : belum ada penelitian pemakaian
amlodipine pada wanita hamil, sehingga penggunaannya selama kehamilan
hanya bila keuntungannya lebih besar dibandingkan risikonya pada ibu dan
janin. Belum diketahui apakah amlodipine diekskresikan ke dalam air susu
ibu. Karena keamanan amlodipine pada bayi baru lahir belum jelas benar,
maka sebaiknya amlodipine tidak diberikan pada ibu menyusui.
e) Efektivitas dan keamanan amlodipine pada pasien anak belum jelas benar.
(Suyatna, 2012)
Peringatan dan Perhatian
a) Pada penderita dengan gangguan fungsi hati amlodipine di metabolisme secara
ekstensif menjadi metabolit inaktif, 10% diekskresi melalui urin. Amlodipine
tidak dapat didialisis dalam ginjal, sehingga waktu paruh amlodipine menjadi
lebih panjang, dan perlu pengawasan lebih lanjut.
b) Pada pasien usia lanjut, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik puncak
konsentrasi plasma sama antara pasien muda dan lanjut. Dosis yang digunakan
juga sama antara usia muda dan lanjut. Dosis normal yang direkomendasikan.
c) Apabila keluhan nyeri dada penderita bertambah setelah penggunaan
Amlodipine, segera hubungi dokter.
d) Apabila terdapat efek samping Amlodipine, segera hubungi dokter (Suyatna,
2012)
Interaksi Obat
a) Amlodipine dapat diberikan bersama dengan penggunaan diuretik golongan
tiazida, -bloker, -bloker, ACE inhibitor, nitrat, nitrogliserin sublingual,
antiinflamasi non-steroid, antibiotika, serta obat hipoglikemik oral.
b) Pemberian Amlodipine bersama digoxin tidak mengubah kadar digoxin serum
ataupun bersihan ginjal digoxin pada pasien normal.
c) Amlodipine tidak mempunyai efek terhadap ikatan protein dari obat-obat :
digoxin, phenytoin, warfarin dan indomethacin.
d) Pemberian bersama simetidin atau antasida tidak mengubah farmakokinetik
amlodipine.
e) Konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah dan dapat meningkatkan
risiko efek samping Amlodipine. (Katzung, 2014).