Anda di halaman 1dari 2

MERINDUKAN MATI SYAHID

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Anas bin Nadhar pernah berkata, Pamanku
tidak turut serta di dalam perang Badar sehingga ia sangat kecewa sekali. Lalu Anas bin
Nadhar berkata, di dalam perang Badar aku tidak turut serta. Akan tetapi, kelak jika ada
lagi peperangan, pasti Allah akan melihat apa yang akan kulakukan.
Tatkala perang Uhud terjadi ia turut serta bersama Nabi saw. lalu ia ditemui oleh
Saad bin Muadz. Anas bin Nadhar kemudian berkata kepadanya, Abu Amrullah, aku
mendapatkan, harumnya surga telah kucium di dekat Uhud.
Setelah itu, ia maju ke dalam kancah pertempuran hingga gugur. Ketika dilihat,
dijumpai pada tubuhnya delapan puluh lebih luka bekas tusukan.
Saudara perempuan Anas berkata selanjutnya, Aku tidak mengenal wajah
saudaraku, Anas bin Nadhar, kecuali melalui jari tangannya.
Sehubungan dengan peristiwa Anas bin Nadhar, Allah swt. menurunkan ayat-Nya:
diantara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah
mereka janjikan kapada Allah. Lalu diantara mereka ada yang gugur, dan diantara
mereka ada pula yang menunggu-nungu. Mereka sedikitpun tidak mengubah
(janjinya). (QS. Al-Ahzab: 23)
Para sahabat berependapat bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Anas bin
Nadhar. (Ibn. Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, jld. IV/32).
Sementara itu, Imam ath-Thabrani menukil riwayat dari Saad bi Abi Waqash
yang menuturkan bahwa, Abdullah bin Jahsy, pada hari terjadinya perang Uhud, berkata
pada Saad, Maukah engkau berdoa?
Lalu kedua orang itu menepi dan berdoa.
Saad berdoa, Ya Allah, jika aku berperang, datangkanlah kepadaku seorang musuh
yang paling kuat dan bengis, yang memerangiku dan akupun memeranginya, kemudian aku
memenangkannya sehingga dia terbunuh dan hartanya kurampas.
Abdullah bin Jahsy pun mengiyakan permintaan itu.
Giliran Abdullah berdoa, Ya Allah, datangkanlah kepadaku seorang musuh yang
paling kuat dan paling bengis. Aku akan memeranginya dan dia pun memerangiku sehingga
dia berhasil membunuhku dan memotong-motong hidung dan telingaku. Dengan begitu,
jika kelak Engkau menanyaiku, aku akan menjawab, bahwa si Fulanlah yang telah
memotong-motong hidung dan telingku di jalan Allah. Lalu Engkau akan menjawab,
Benar wahai hambaku.
Saad berkata (kepada putranya yang diceritai tentang kisah ini, peny), Putraku,
doa Abdullah bi Jahsy ternyata lebih baik daripada doaku. Aku lalu melihat pada siang
harinya (pada pertempuran tersebut), hidung dan telinganya telah terpotong dan diikat pada
seutas tali.

Duhai kaum Muslim, adakah generasi umat ini merindukan kesyahidan


sebagaimana para sahabat Rasulullah saw. merindukannya? Ataukah kesenangan dunia
telah menjerat umat ini hingga memunculkan rasa takut mati.

Anda mungkin juga menyukai