1102012203
Sasaran Belajar
1. Memahami dan menjelaskan tentang fisiologis kehamilan
A. Hormon yang berperan pada proses kehamilan
B. Mekanisme fertilisasi, implantasi dan plasentasi
C. Fisiologi janin
2. Memahami dan menjelaskan tentang persalinan normal
A. Pimpinan persalinan
B. Mekanisme persalinan
3. Memahami dan menjelaskan tentang anemia pada ibu hamil
A. Definisi
B. Etiologi
C. Klasifikasi
D. Patofisiologi
E. Manisfestasi klinis
F. Diagnosa
G. Tatalaksana
H. Komplikasi
Prognosis
4. Memahami dan menjelaskan gizi pada ibu hamil dan janin
5. Memahami dan menjelaskan hukum puasa pada ibu hamil
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 1984. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Adenia,I., Piliang,S., Roeshadi,R.H., Tala,,M.R.Z. (1999), Kehamilan dan Persalinan Normal, Bagian Obstetri
dan Ginekologi FK USU/RSUD dr. Pirngadi RSUP dr. Adam Malik, Medan.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC
Soetjiningsih & IG. N. Gde Ranuh. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Fiqh AsSunnah, AsSayyid Sabiq, penerbit: AlFath lil Ilam AlArabi, cet II, 1999
Irwa` AlGhalil, Muhammad Nashiruddin AlAlbani, AlMaktab AlIslami, cet. 1985
www.fiqhislam.com
produksi ASI
Plasenta
Hipofisis anterior
Relaxin
Minggu ke1
Disebut sebagai masa germinal. Karakteristik utama masa germinal ini adalah pembelahan sel.
Minggu ke2
Selsel telur yang berada didalam rahim, berbentuk seperti lingkaran sinar yang mengelilingi matahari sel ini
akan bertemu dengan selsel sperma dan memulai proses pembuahan. 5 juta sel sperma sekaligus berenang
menuju tujuan akhir mereka yaitu menuju sel telur yang bersembunyi pada saluran sel telur. Walaupun pasukan
sel sperma ini sangat banyak, tapi pada akhirnya hanya 1 sel saja yang bisa menembus indung telur. Pada saat
ini kepala sel sperma telah hampir masuk. Kita dapat melihat bagian tengah dan belakang sel sperma yang tidak
hentihentinya berusaha secara tekun menerobos dinding indung telur.
Minggu ke3
Sampai usia kehamilan 3 minggu.sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan menempel pada dinding
rahim disebut blastosit. Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,10,2 mm.
Mata bayi sudah mulai bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain dan dia sudah mulai belajar untuk
membuka dan menutup matanya.
d. Bayi sudah mulai memproduksi air mata
e. Berat badan bayi 15101550 gram, dengan tinggi 3940 cm
Minggu 31
Perkembangan fisik mulai melambat, namun perkembangan otak berkembang pesat
Minggu 32
a. Jari tangan, kaki telah tumbuh sempurna
b. Bulu mata, alis dan rambut di kepala semakin jelas
c. Berat 1800 gram dan panjang 29 cm
d. Sistem pendengaran terbentuk sempurna
e. Kuku dari jari mungil tangan dan kaki si kecil sudah lengkap dan sempurna
f. Bayi sudah mulai bisa bermimpi
Minggu 33
a. Otak bayi semakin pesat berkembang
b. Sudah mulai bisa berkoordinasi antara lain, bayi sudah menghisap jempolnya dan sudah bisa menelan.
c. Bayi sudah bisa mengambil nafas dalamdalam walaupun nafasnya masih didalam air.
d. Jika bayinya lakilaki, testis sudah mulai turun dari perut menuju skrotum.
Minggu 34
a. Bayi berada di pintu rahim
b. Dapat membuka dan menutup mata apabila mengantuk dan tidur
c. Sudah mulai mengedipkan matanya
d. Berat badan bayi 20002010 gram, dengan tinggi badan sekitar 4546 cm
Minggu 35
a. Pendengaran sudah berfungsi sempurna
b. Lemak sudah mulai memadat pada bagian kaki dan tangannya
c. Sudah semakin membesar dan sudah mulai memenuhi rahim bunda
d. Apabila bayi budan lakilaki maka di bulan ini testisnya telah sempurna
e. BB bayi 2300-2350 gram
f. Tinggi sekitar 4547 cm
Minggu 36
a. Lapisan lemak sudah mulai mengisi bagian lengan dan betis dari bayi
b. Ginjal bayi sudah bekerja dengan baik
c. Liver telah memproduksi kotoran
d. Paruparu bayi sudah bekerja baik
e. Berat badan bayi 24002450 gram, dengan tinggi badan 4748 cm
Minggu 37
a. Kepala bayi turun ke ruang pelvik
b. Bentuk bayi semakin membulat
c. Kulitnya menjadi merah jambu
d. Rambutnya tumbuh dengan lebat dan bertambah 5 cm
e. Kuku terbentuk dengan sempurna
f. Bayi sudah bisa melihat adanya cahaya diluar rahim
g. Bayi sedang belajar untuk melakukan pernafasan walaupun pernafasannya masih dilakukan di dalam
air.
h. Berat badan bayi diminggu ini 2700-2800 gram, dengan tinggi 4849 cm.
Minggu 3840
Minggu ke 38 hingga minggu 40 : Proses pembentukan telah berakhir dan bayi siap dilahirkan.
Sirkulasi darah janin dalam rahim tidak sama dengan sirkulasi darah pada bayi dan anak.
Dalam rahim, paruparu tidak berfungsi sebagai alat pernafasan sehingga pertukaran gas dilakukan oleh
plasenta.Pembentukan pembuluh darah dan sel darah dimulai minggu ke 3 dan bertujuan menyuplai embrio
dengan oksigen dan nutrien dari ibu.
Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang terdapat dalam tali pusat. Jumlah
darah yang mengalir melalui tali pusat sekitar 125 ml/kg/Bb per menit atau sekitar 500 ml per menit.
Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena cafa inferior, bercampur
darah yang kembali dari bagian bawah tubuh, masuk atrium kanan di mana aliran darah dari vena cafa inferior
lewat melalui foramen ovale ke atrium kiri, kemudian ke ventrikel kiri melalui arkus aorta, darah dialirkan ke
seluruh tubuh.
Darah kayaCO2 dari tubuh bagian atas, memasuki ventrikel kanan melalui vena cafa superior.
Kemudian meninggalkan ventrikel kanan melalui arteri pulmonalis besar menuju aorta melewati duktus
arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta melaui aorta, terus ke arteri iliaka interna hingga ke arteri umbilikalis
untuk mengadakan pertukaran gas selanjutnya.
Foramen ovale dan duktus arteriosus berfungsi sebagai saluran/jalan pintas yang memungkinkan
sebagian besar dari cardiac output yang sudah terkombinasi kembali ke plasenta tanpa melalui paruparu
(tujuannya agar tekanan darah di paruparu dipertahankan rendah).
Sistem respirasi Janin
Janin dalam kandungan sudah mengadakan gerakangerakan pernafasan, namun air ketuban tidak
masuk ke dalam alveoli paruparunya. Pusat pernapasan ini di pengaruhi oleh kadar O2 dan CO2 dalam tubuh
janin. Keadaan inidipengaruhi oleh sirkulasi plasenta (pengaliran darah antara uterus dan plasenta). Apabila
terdapat gangguan pada sirkulasi uteroplasenta sehingga saturasi oksigen lebih menurun, misalnya pada
kontraksi uterus yang tidak sempurna, eklampsia dan sebagainya, maka terjadilah gangguan keseimbangan asam
basa pada janin tersebut, dengan akibat dapat melumpuhkan pusat pernafasan janin.
Perubahan sirkulasi darah saat lahir
1. Penghentian pasokan darah dari plasenta
2. Pengembangan dan pengisian udara pada paruparu
3. Penutupan foramen ovale
4. Saat bayi bernafas pertama kali, mulai terjadi fibrosis pada :
a. Vena umbilicalis
b. Ductus venosus arantii
c. Arteria umbilicalis
d. Ductus arteriosus botalii
Perubahan fisiologis pernapasan saat lahir
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir,
pertukaran gas harus melalui paru paru. Pada permukaan paruparu yang telah matang (3436 minggu), terdapat
surfaktan yang berfungsi mengurangi tahanan pada permukaan alveoli dan memudahkan paruparu mengembang
pada penarikan nafas pertama janin yaitu ketika menangis kuat begitu lahir. Upaya penarikan nafas pertama bayi
juga bertujuan mengeluarkan cairan dalam paruparu.
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paruparunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama
persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paruparu. Seorang bayi yang dilahirkan secar sectio
sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paruparu basah dalam jangka
waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan
bronkus BBL. Sisa cairan di paruparu dikeluarkan dari paruparu dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
10
11
Kala I
Kala II
Kala III
12
13
14
15
16
17
Bila mekanisme persalinan yang fisiologik ini dipahami dengan sungguhsungguh, maka pada halhal
yang menyimpang dapat segera dilakukan koreksi secara manual jika mungkin, sehingga tindakantindakan
operatif tidak perlu dikerjakan. Apabila bayi telah lahir, segera jalan nafas dibersihkan. Tali pusat dijepit
diantara 2 cunam pada jarak 5 cm dan 10 cm. Kemudian di gunting diantara kedua cunam tersebut, lalu diikat.
Jepit tali pusat diberi antiseptika. Umumnya bila telah lahir lengkap bayi akan segera menarik napas dan
menangis. Resusitasi dengan jalan membersihkan dan mengisap lendir pada jalan napas harus segera dikerjakan.
1,3
Bila bayi telah lahir, uterus akan mengecil. Persalinan berada dalam kala III atau kala uri. Kala ini
tidak kalah pentingnya dengan kala I dan II, sebab kematian ibu karena perdarahan pada kala uri tidak jarang
terjadi sebab pimpinan kala II kurang cermat diterapkan. Seperti telah dikemukakan, segera setelah bayi lahir,
his mempunyai amplitud yang kirakira sama tingginya hanya frekuensinya yang berkurang. Akibat his ini uterus
akan mengecil, sehingga perlekatan plasenta dnegan dinding uterus akan terlepas. Melepasnya plasenta dari
dinding uterus ini dapat dimulai dari tengah (sentral) menurut Schultze, pinggir (marginal) menurut
MathewsDuncan, atau kombinasi keduanya. Yang terbanyak adalah pelepasan menurut Schultze, Umumnya
kala III berlangsung selama 6 sampai 15 menit. Tinggi fundus uteri setelah kala III kirakira 2 jari di bawah
pusat.1,3
Pemantauan Persalinan dengan Partograf WHO
Partograf WHO adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi
untuk membuat keputusan klinik.4
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat
mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan,
bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan
atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu
bersalin dan bayi baru lahir.4
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk :
a. Mencatat kemajuan persalinan
b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
Partograf harus digunakan :
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan
persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat
membantu penolong
persalinan
dalam memantau,
mengevaluasi
danpersalinan
membuat keputusan klinik, baik persalinan
Gambar
2. Tujuh
Gerakan Kardinal
pada
dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta,
rumah sakit, dan lainlain).
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses
kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa
Kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan
yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam
keselamatan jiwa mereka.
Pencatatan selama Fase Laten Kala Satu Persalinan
Kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif yang diacu pada pembukaan
serviks:
a. fase laten: pembukaan serviks kurang dari 4 cm
b. fase aktif: pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm
c. Kondisi ibu dan bayi harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:
d. denyut jantung janin: setiap jam
e. frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap jam
f. nadi: setiap jam
g. pembukaan serviks: setiap 4 jam
18
19
20
21
22
payah jantung
Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan
tetapi, bertambahnya sel sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi
pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut: plasma 30 %, sel darah 18 %, dan
hemoglobin 19 %. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan
bermanfaat bagi wanita. Pertama tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih
berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan
apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua
pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila
darah itu tetap kental.
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin
meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 4560% dimulai pada
trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun
sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume
plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldosteron.
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin.
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan volume
plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi
penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
Ekspansi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik pada keharnilan Volume plasma
yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin darah (Hb), dan hitung eritrosit, tetapi
tidak menurunkan jumlah absolut Hb atau eritrosit dalarn sirkulasi. Mekanisme yang mendasari perubahan ini
belurn jelas. Ada spekulasi bahwa anemia fisiologik dalam keharnilan bertujuan menurunkan viskositas darah
maternal sehingga meningkatkan perfusi plasental dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin.
23
DIAGNOSIS
Pada anamnesa & pemeriksaan fisik biasanya dijumpai berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang
kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah,lelah, disphagia dan
pembesaran kelenjar limpa. Lalu memiliki rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis,rata, dan mudah patah
24
Anemia Megaloblastik
Apabila pemberian zat besi tidak berhasil maka ditambah dengan asam folat, adapun terapinya adalah
asam folat 1530 mg / hari, vitamin B12 1,25 mg / hari, sulfas ferrosus 500 mg / hari, pada kasus berat
dan pengobatan per oral lambat sehingga dapat diberikan transfusi darah.
c.
Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik ini dianggap komplikasi kehamilan dimana pengobatan adalah tranfusi darah.
d.
Anemia Hemolitik
Pengobatan adalah tranfusi darah.
e.
Anemia Lain
Dengan pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III.
Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian
tablet besi sebanyak 90 tablet pada ibu hamil di Puskesmas, artinya ibu hamil setiap hari
mengkonsumsi 1 tablet besi.
Prognosis
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan
kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organorgan tubuh, termasuk otak.
25
Vitamin A. Sangat bermanfaat bagi pemeliharaan fungsi mata, pertumbuhan tulang dan kulit.Selain itu,
vitamin A juga berfungsi sebagai imunitas dan pertumbuhan janin. Namun, meskipun vitamin A sangat
dibutuhkan oleh ibu hamil, namun jangan sampai berlebih dalam mengkonsumsinya, karena jika ibu
hamil mengalami kelebihan vitamin A hal ini dapat membuat janin terganggu pertumbuhannya.
26
Zat Besi. Berfungsi di dalam pembentukan darah terutama membentuk sel darah merah hemoglobin
dan mengurangi resiko ibu hamil terkena anemia. Zat besi akan diperlukan pada saat kehamilan
memasuki usia 20 minggu. Kebutuhan akan zat besi sebanyak 30 mg per harinya. Zat besi dapat
diperoleh pada hati, daging atau ikan.
g.
Vitamin C. Tubuh ibu hamil memerlukan vitamin C guna menyerap zat besi.Selain itu vitamin C
sangat baik guna kesehatan gusi dan gigi. Fungsi lain dari vitamin C adalah melindungi jaringan organ
tubuh dari berbagai macam kerusakan serta memberikan otak sinyal kimia, hal ini terjadi karena
vitamin C banyak mengandung antioksidan.
h.
Vitamin D. Dapat meneyerap kalsium sehingga sangat bermanfaat dalam pembentukan dan
pertumbuhan tulang bayi. Vitamin D dapat di dapat dari sumber makanan, susu, kuning telur atau hati
ikan.
Jika ibu hamil tidak mengalami berbagai macam gejala seperti anemia, gusi berdarah dan gejala
lainnya, maka ibu hamil tersebut dapat dikatakan telah mencukupi kebutuhan akan gizi dan nutrisinya. Hal yang
lebih penting untuk mengecek kecukupan nutrisi selama kehamilan adalah tentunya melalui perkembangan berat
badan selama kehamilan.Tentunya kenaikan berat badan berbedabeda tiap bulannya.
Menurut I Dewa Nyoman Supariasa (2002) ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur
Lingkar Lengan Atas (LLA), dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 12
kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6
kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA
dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan
pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita anemia gizi.
Lingkar Lengan Atas
Antropometri yang paling sering digunakan untuk menilai status gizi yaitu LLA (Lingkar Lengan Atas).
Pengukuran LLA adalah salah satu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada
Wanita Usia Subur (WUS). Tujuan pengukuran LLA mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu,
masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah :
a. Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menepis wanita yang
mempunyai resiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan
penanggulangan KEK.
c. Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan peningkatan kesejahteraan ibu
dan anak
d. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.
e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK.
Ambang batas LLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LLA
kurang 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan
perkembangan anak.
Pengaruh Gizi Kurang pada Ibu Hamil
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu
maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.
Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia,
pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi
cenderung meningkat.
27
28
29
30