SKD 2 - Mata - Ablasio Retina
SKD 2 - Mata - Ablasio Retina
KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
1.2
BATASAN MASALAH
1.3
TUJUAN PENULISAN
1.4
METODE PENULISAN
4
6
7
7
7
7
10
12
15
17
DAFTAR PUSTAKA
18
BAB I
PENDAHULUAN
Batasan masalah
Pembahasan referat ini dibatasi pada anatomi retina, fisiologi retina, klasifikasi
Tujuan penulisan
Referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan memahami tentang
ablasio retina.
1.4 Metode penulisan
Referat ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai
literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Retina
Retina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan terdiri
atas beberapa lapis yang melapisi bagian dalam dua pertiga belakang bola mata.
Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan
berakhir di tepi ora serrata.1
mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh
lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan.
Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk
penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea sentralis,
terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan serat
saraf keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling tajam. Macula terutama
digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan
bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan
terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik).
Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskuler pada
retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mencetuskan
proses penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung rodopsin, yang
merupakan suatu pigmen penglihatan fotosensitif yang terbentuk sewaktu molekul
protein opsin bergabung dengan 11-sis-retinal. Sewaktu foton cahaya diserap oleh
rodopsin, 11-sis-retinal segera mengalami isomerisasi menjadi bentuk all-trans.
Rodopsin adalah suatu glikolipid membran yang separuhnya terbenam di lempeng
membran lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor.
Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor sel batang.
Pada bentuk penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat bermacam-macam nuansa abu-abu,
tetapi warna tidak dapat dibedakan.
Penglihatan siang hari terutama diperantarai oleh fotoreseptor kerucut, jika
senja hari diperantarai oleh kombinasi sel kerucut dan batang, dan penglihatan malam
oleh fotoreseptor batang.
2.3. Ablasio Retina2
2.3.1. Definisi
Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina
dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat
dengan membrane Bruch. 2
2.3.2. Etiologi4
1. Robekan retina
2. Tarikan dari jaringan di badan kaca
3. Desakan tumor, cairan, nanah ataupun darah.
2.3.3. Klasifikasi1,2
Terdapat tiga jenis utama : ablasio regmatogenosa, ablasio traksi dan ablasio
serosa atau hemoragik.
1. Ablasio Retina Regmatogenosa
Merupakan bentuk tersering dari ablasio retina. Pada ablasio retina
regmatogenosa dimana ablasi terjadi akibat adanya robekan di retina sehingga cairan
masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina
oleh badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada
retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel
pigmen koroid.
Mata yang berisiko untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan myopia
tinggi, pascaretinitis, dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer,
50% ablasi yang timbul pada afakia.
Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan
yang kadang-kadang terlihat sebagai tirai yang menutup, terdapatnya ada riwayat
pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan.
Letak pemutusan retina bervariasi sesuai dengan jenis : Robekan tapal kuda
sering terjadi pada kuadran superotemporal, lubang atrofi di kuadran temporal,dan
dialysis retina di kuadran inferotemporal. Apabila terdapat robekan retina multipel
maka defek biasanya terletak 90 satu sama lain.
Gambar 5.
2. Ablasio Retina Traksi
Merupakan jenis tersering kedua, dan terutama disebabkan oleh retinopati
diabetes proliferatif, vitreoretinopati proliferatif, retinopati pada prematuritas, atau
trauma mata. Ablasio retina karena traksi khas memiliki permukaan yang lebih
konkaf dan cenderung lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora seratta. Pada ablasi
ini lepasnya jaringan retina akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan
mengakibatkan ablasi retina, dan penglihatan turun tanpa rasa sakit.
2.3.4. Diagnosis5
Tabel 1. Gambaran Diagnosis Dari Tiga Tipe Ablasio Retina
Riwayat penyakit
Regmatogenus
Traksi
Eksudatif
Afakia, myopia,
Diabetes,
Factor-faktor
trauma tumpul,
photopsia, floaters,
gangguan lapangan
pandang yang
progresif, dengan
keadaan umum
baik.
premature,trauma
tembus, penyakit sel
sabit, oklusi vena.
sistemik seperti
hipertensi maligna,
eklampsia, gagal
ginjal.
Kerusakan retina
Kerusakan primer
tidak ada
Tidak ada
Perluasan ablasi
Tidak meluas
menuju ora, dapat
sentral atau perifer
Tergantung volume
dan gravitasi,
perluasan menuju
oral bervariasi,
dapat sentral atau
perifer
Pergerakan retina
Bergelombang atau
terlipat
Smoothly elevated
bullae, biasanya
tanpa lipatan
Bukti kronis
Terdapat garis
Garis pembatas
pembatas, makrosis
intra retinal,
atropik retina
Tidak ada
Pigmen pada
vitreous
Terlihat pada 70 %
kasus
Tidak ada
Perubahan vitreous
Sineretik, PVD,
tarikan pada
lapisan yang robek
Penarikan
vitreoretinal
Jernih
Massa koroid
Tidak ada
Tidak ada
Bisa ada
Tekanan
intraocular
Rendah
Normal
Bervariasi
Transluminasi
Normal
Normal
Transluminasi
terblok apabila
ditemukan lesi
pigmen koroid
Keaadan yang
menyebabkan
ablasio
Robeknya retina
Retinopati
diabetikum
proliferative, post
traumatis vitreous
traction
Uveitis, metastasis
tumor, melanoma
maligna,
retinoblastoma,
hemangioma
koroid, makulopati
eksudatif senilis,
ablasi eksudatif
post cryotherapi
atau dyathermi.
Pemeriksaan: 3
1. Pemeriksaan tajam penglihatan
2. Pemeriksaan lapangan pandang
3. Memeriksa apakah ada tanda-tanda trauma
4. Periksa reaksi pupil. Dilatasi pupil yang menetap mengindikasikan adanya
trauma.
5. Pemeriksaan slit lamp; anterior segmen biasanya normal, pemeriksaan vitreous
untuk mencari tanda pigmen atau tobacco dust, ini merupakan patognomonis
dari ablasio retina pada 75 % kasus.
6. Periksa tekanan bola mata.
7. Pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop (pupil harus dalam keadaan
berdilatasi)
2.3.5. Penatalaksanaan6
10
1. Scleral buckling : setelah defek pada retina ditandai pada luar sclera,
cryosurgery dilakukan disekitar lesi. Dilanjutkan dengan memperkirakan
bagian dari dinding bola mata yang retinanya terlepas, lalu dilakukan fiksasi
dengan buckle segmental atau circular band (terlingkari >360 derajat) pada
sclera. Keuntungan dari tehnik ini adalah menggunakan peralatan dasar,
waktu rehabilitasi pendek,resiko iatrogenic yang menyebabkan kekeruhan
lensa rendah, mencegah komplikasi intraocular seperti perdarahan dan
inflamasi.
2. Retinopeksi pneumatic : udara dimasukkan ke dalam viterus. Dengan cara ini
retina dapat dilekatkan kembali. Cryosurgery dilakukan sebelum atau sesudah
penyuntikan gas atau koagulasi dengan laser yang dilakukan di sekitar defek
retina setelah perlekatan retina. Pelepasan dengan robekan tunggal pada
retina di tepi atas fundus (arah jam 10- jam 2) adalah kondisi yang paling
bagus untuk prosedur ini.
11
12
4.
Perlu follow up segera (terjadinya reaksi fibrin pada kamera okuli anterior
yang dapat meningkatkan tekanan intraokuler.
Gambar 9. Vitrektomi
2.3.6. Prognosis7
1. Apabila ablasio retina meliputi daerah macula, kemungkinan pengembalian
penglihatan sangat rendah.
2. Ablasio retina mempunyai risiko berulang.
13
BAB III
KESIMPULAN
Istilah ablasio retina (retinal detachment) menandakan pemisahan retina
yaitu fotoreseptor dan lapisan bagian dalam, dari epitel pigmen retina dibawahnya.
Terdapat tiga jenis utama : ablasio regmatogenosa, ablasio traksi dan ablasio serosa
atau hemoragik.1
Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel
epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan
membrane Bruch. 2
Apabila ablasio retina meliputi daerah macula, kemungkinan pengembalian
penglihatan sangat rendah.. Ablasio retina mempunyai risiko berulang.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Basic and Clinical Science Course, Retinal and Vitreous, saection 12,
American-Academy of Ophtalmology, United State, 1997.
2. Elkington AR, Khaw PT, Petunjuk Penting Kelainan Mata, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta,1995.
3. Freeman WR, Practical Atlas of Retinal Disease and Therapy. Edition 2,
Lippincott-Raven, Hongkong,1998
4. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, Oftalmologi Umum, Edisi 14, Widya Medika,
Jakarta, 2000
5. Nema HV, Text Book of Ophtalmology, Edition 4, Medical publishers, New
Delhi, 2002
6. Langston D, Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, Edition 4, Deborah
Pavan-Langston, United State, 1996.
7. Ilyas S, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, FKUI, Jakarta, 2003.
15