Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari manusia selalu berhubungan dengan
jasad renik dari alam dunia yang tidak tampak dengan mata biasa. Itu disebabkan
karena bekteri merupakan organism yang sangat kecil (berukuran mikroskopis).
Selainitu, bakteri tidak berwarna, juga transparan dan sangat kecil. Akibatnya pada
mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat bagian-bagiannya. Sehingga
untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Teknik pewarnaan sel bakteri ini
merupakan salah satu cara yg paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Beberapa mikroba tertentu tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana
ataupun Gram, misalnya golongan Mycobacterium, Retinomycites, dll. Hal ini
disebabkan sel-sel mikroba diliputi oleh semacam lilin (lipid) dan asam mycolat,
sehingga tubuhnya sukar ditembus oleh zat-zat warna. Tetapi dia dapat diwarnai
dengan karbolfuchsin panas (sambil dipanasi), ternyata zat warna ini dapat meresap
dan diikat oleh tubuh bakteri tersebut. Keistimewaan dari kuman tahan asam ini, zat
warna yang telah diikat itu sukar dilepaskan walaupun dilakukan dengan pencucian
dengan alkohol-asam, misalnya asam sulfat dan asam chlorida. Oleh karena kumankuman seperti itu tahan terhadap pencucian asam-asam mineral, maka disebut kuman
tahan asam. Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam
konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat
warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan
menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur
yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan
asam (BTA).
B. TUJUAN PRAKTIKUM
LAPORAN PEWARNAAN BTA

Tujuan di lakukannya praktikum kali ini adalah:


1. Untuk mengetahui prinsip, prosedur, dan sifat bakteri pada pewarnaan
BTA
2. mengetahui bentuk/morfologi bakteri pada sampel dengan menggunakan
pewarnaan BTA

BAB II

LAPORAN PEWARNAAN BTA

TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat
kecil,

bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop

dengan pembesaran 1.000 X atau lebih (Waluyo, 2004).


Sel bakteri memiliki panjang yang beragam, sel beberapa spesies dapat
berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel spesies yang lain. Bakteri merupakan
makhluk hidup dengan ukuran antara 0,1 sampai 0,3 m. Bentuk bakteri bermacam
macam yaitu elips, bulat, batang dan spiral. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan
terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan
jelas dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan struktur internal dan butiran.Sel
sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola/elips, batang (silindris), atau spiral
(heliks) (Pelczar & Chan, 2007).
Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan
mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan
struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik
dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras
mikroorganisme dengan sekitarnya. Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial
dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain
dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan,
yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang
menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba
disebut teknik pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2007).
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya
berwarna.Garam

terdiri

dari

ion

bermuatan

positif

dan

ion

bermuatan

negatif.Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri


karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan
inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri.Sel-sel warna dapat dibagi

LAPORAN PEWARNAAN BTA

menjadi dua golongan yaitu asam dan basa.Jika warna terletak pada muatan positif
dari zat warna, maka disebut zat warna basa.Jika warna terdapat pada ion negatif,
maka disebut zat warna asam.Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin,
netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl -, SO4-,
CH3COO-, COOHCOO?. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat
bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa
mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan
penggunaan zat warna penutup (Sutedjo, 1991).
Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, salah
satu di antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna terdapat pada
ion positif (zat pewarna+ Cl-) dan pada pewarna asam, warna akan terdapat pada ion
negatif (zat pewarna- Na+). Hubungan antara bakteri dengan zat pewarna basa yang
menonjol disebabkan terutama oleh adanya asam nukleat dalam jumlah besar dalam
protoplasma sel. Jadi, jika bakteri itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat
bakteri akan bereaksi dengan ion positif zat pewarna basa, Kristal violet, safranin dan
metilin blue adalah beberapa zat pewarna basa yang biasa digunakan. Sebaliknya zat
pewarna asam ditolak oleh muatan negatif bakteri menyeluruh. Jadi, mewarnai
bakteri dengan zat pewarna asam akan menghasilkan hanya pewarnaan pada daerah
latar belakang saja. Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar belakang yang
berwarna (Volk & Wheeler, 1993).
Pewarnaan BTA dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu bakteri tahan
asam yang akan tetap mengikat zat pewarnaan primer (karbol fuksin) dan tidak akan
dilepas pada pencucian alkoholm asam, serta tidak akan mengikat zat warna sekunder
(methylen blue), sedangkan bakteri tidak tahan asam akan melepaskan zat warna
primer pada pencucian alcohol asam dan akan mengikat zat warna sekunder.Ada
beberapa cara mewarnai bakteri tahan asam yaitu, menurut Ziehl-Neelseen, menurut
Tan Thiam Hok (1957) yang disebut juga pewarnaan Kinyoun-Gabbet, serta
pewarnaan dengan AURAMEN-PHENOL FLUORCHROME.
LAPORAN PEWARNAAN BTA

Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan


bakteri penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada beberapa cara
pewarnaan tahan asam, namun yang paling banyak adalah cara menurut ZiehlNeelsen.(anonymous,2009).
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal
sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan
pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA)
karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan
pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya
adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat
diisolasi dari sputum penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif terdapat
bakteri TBC berwarna merah. Selain menyerang manusia juga menyerang hewan
seperti marmut, dan kera. Penularannya dapat melalui udara yang masuk ke saluran
pernafasan (Pelczar dan Chan, 1988).
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan
pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan pemanasan.
Bakteri ini memilki dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah besar materi
lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA
(Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik dan impermeabel terhadap pewarnaan dan
bahan kimia lain pada cairan atau larutan encer. Ketika proses pewarnaan, bakteri
tahan asam ini melawan dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri tersebut disebut
bakteri tahan asam (Ball, 1997).
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau berbentuk
filament. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non motil, tahan asam,
dan merupakan bakteri gram positif. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh
pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh
karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA.
Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies
LAPORAN PEWARNAAN BTA

Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan

protozoa Isospora dan

Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan


arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan
permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan adalah suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria,
berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat
bertahan hidup di dalam makrofaga. Mikobakteria dapat tumbuh lebih cepat pada pH
6 dan 8 dengan pH optimum sekitar 6.5 - 6.8 untuk tipe pathogen. Sel mikobakteria
terdiri dari tiga lapisan penting yaitu lipid, protein, dan polisakarida (Thomas, 1999).
Mycobacterium tuberculosis termasuk gram positif, berbentuk batang
panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul, pertumbuhan sangat lambat (28 minggu), suhu optimal 37-380C yang merupakan suhu normal manusia.
Pertumbuhannya membutuhkan tambahan makanan seperti darah, egg yolk, serum,
dan bahan kimia tertentu. Dalam jaringan, basil tuberkel adalah bakteri batang lurus
dengan ukuran sekitar 0,4 3 m. Pada media buatan, bentuk kokoid dan filamentous
tampak bervariasi dari satu spesies ke spesies lain. Segera setelah diwarnai dengan
pencelupan dasar mereka tidak dapat didekolorisasi oleh alkohol, tanpa
memperhatikan pengobatan dengan iodine. Basil tuberkel secara umum dapat
diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Media untuk membiakan mikobakteria
adalah media nonselektif dan media selektif. Media selektif berisi antibiotik untuk
mencegah pertumbuhan kontaminan bakteri dan fungi yang berlebihan. Ada tiga
formulasi umum yang dapat digunakan untuk kedua media nonselektif dan selektif,
yaitu media agar semisintetik (middlebrook 7H10 dan 7H11), media telur inspisasi
(Lowenstein-jensen), media kaldu (broth media) (Jawetz et al., 2001).
Mikobakteria merupakan aerobik obligat yang memperoleh energi dari
oksidasi

beberapa

senyawa

sederhana.

Penambahan

CO2

meningkatkan

pertumbuhan. Tidak ada aktivitas biokimia yang menandai. Dan kecepatan


pertumbuhan lebih rendah dari pada sebagian besar bakteri. Waktu untuk
LAPORAN PEWARNAAN BTA

menggandakan basil tuberkel sekitar 18 jam, bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih
cepat, poliferasi terjadi pada temperatur 22-23C, untuk menghasilkan pigmen yang
lebih banyak dan mengurangi bentuk cepat asam daripada bentuk patogenik.
Mikobakteria cenderung lebih resisten terhadap agen kimia daripada bakteri lain
karena sifat hidrofobik permukaan sel dan pertumbuhannya. Basil tuberkel reisten
terhadap kekeringan dan bertahan hidup selama periode waktu yang lama dalam
sputum kering. Variasi dapat terjadi dalam koloni, pigmentasi, virulensi, temperatur
petumbuhan yang optimal dan beberapa tanda pertumbuhan atau seluler lainnya
(Fardiaz, 1992).
Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaan Ziehl Neelson,
Kinyoun Gabber, dan Fluorochrom. Pengambilan sputum (sekret paru-paru atau
ludah) untuk analisis tuberculosis dapat dilakukan setiap saat dikenal ada 3 jenis
sputum: Sputum pagi : sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada saat bangun
pagi. Spot sputum : sputum yang dikeluarkan pada saat itu. Collection sputum :
sputum yang keluar dan ditampung selama 24 jam Sputum yang telah diperoleh dapat
disimpan dalam lemari es selama satu minggu. Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen,
yaitu dengan menggunakan zat warna carbol fuchsin 0,3 %, asam alkohol 3 %, dan
methylen blue 0,3%. Pada pemberian warna pertama, yaitu carbol fuchsin, BTA
bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsinmerupakan fuksin basa yang dilarutkan
dalam larutan fenol 5 %. Larutan ini memberikan warna merah pada sediaan dahak.
Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna ke dalam sel
bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi pemanasan untuk melebarkan pori-pori
lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan
pemucat, yaitu asam alkohol, maka zat warna pertama tidak mudah dilunturkan.
Bakteri kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menutup pori-pori dan
menghentikan pemucatan. BTA akan terlihat berwarna merah, sedangkan bakteri
yang tidak tahan asam akan melarutkan carbol fuchsin dengan cepat sehingga sel
bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue,
bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru (Lay, 1994).
LAPORAN PEWARNAAN BTA

Menurut

Entjang

(2003),

pada

pewarnaan

bakteri

dengan

metode

Ziehl- Neelsendapat menggolongkan bakteri menjadi dua, yaitu :


1.

Bakteri yang berwarna merah dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut

bakteri tahan asam (acid fast).


2. Bakteri yang berwarna biru dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut
bakteri tidak tahan asam (non acid fast). Metode Ziehl-Neelsen digunakan
karena cukup sederhana dan mempunyai sensitivitas serta spesifitas yang
cukup tinggi. Spesifitas dan sensitivitas yang tinggi sebenarnya dimiliki
oleh metode fluorokrom.
Bakteri

yang

terwarnai

menunjukkan

warna

yang

kontras

dengan

lingkungannya dan tidak membutuhkan perbesaran sampai 1000x sehingga bisa


mempercepat waktu. Akan tetapi, alat yang digunakan tidak ada yaitu mikroskop
fluorescens (Kurniawati et al., 2005).
Larutan kimia yang digunakan adalah alkohol asam 3% , carbol fuchsin 0,3%,
serta methylen blue 0,3% yang masing-masing mempunyai fungsi antara lain asam
alkohol digunakan sebagai peluntur, carbol fuchsin mempunyai fungsi membuka
lapisan lilin agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus masuk ke dalam sel
bakteri M. tuberculosis. Methylen blue berfungsi sebagai cat lawan dan pada
pemberian methylen blue pada bakteri akan tetap berwarna merah dengan latar
belakang biru atau hijau (Jutono dkk., 1980).
Dimana :
Negatif

: apabila tidak ditemukan BTA.

Positif

: apabila terdapat 1 9 BTA / 100 lapang pandang.


Positif 1: apabila terdapat 10 90 BTA / 100 lapang pandang.
Positif 2: apabila terdapat 1 9 BTA / 1 lapang pandang.
Positif 3: apabila terdapat > 10 BTA / 1 lapang pandang
BAB III

LAPORAN PEWARNAAN BTA

METODOLOGI PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
1. Preparat hapus dari sputum penderita 1 yang sdah di fiksasi
2. Satu sel bahan pewarnaan zihel-neelsen, yang terdiri dari :
Larutan karbol fuchsin
Alcohol asam
Larutan methylen blue
3. Satu obor kecil yang terdiri dari kapas yang di pintal pada ujung satu
kawat
4. Spiritus
B. PRINSIP PRAKTIKUM
Adapun prinsip kerja dari percobaan kali ini, yaitu :
1. Penetrasi zat warna Difusi zat warna dari lapisan permukaan ke pusat.
Agar penetrasi zatzat warna baik dan tahan cuci, maka gaya ikat antara
zat warna dan sampel harus lebih besar dari pada gaya gaya yang
2.

bekerja antara zat warna dan air (Etsha, 2013).


Pewarnaan tahan asam Tipe pewarnaan diferensial lebih dari satu
pewarna untuk membedakan suatu mikroorganisme dengan kandungan
dinding sel peptidoglikan serta disusun lebih dari 60% lipid kompleks

yang tahan terhadap dekolorisasi dengan alkohol asam (Temaja, 2010).


3. Pemanasan Melebarkan pori pori lemak bakteri tahan asam
sehingga zat warna dapat masuk sewaktu bakteri asam dicuci dengan
larutan pemucat, yaitu asam alkohol, maka zat warna pertama tidak
mudah di lunturkan (Lay, 1994).
4. Impermeabilitas dinding sel bakteri tahan asam Bakteri tahan asam
memiliki kandungan senyawa dari peptidoglikan dan lipid kompleks
(wax-D) yang disebut asam mycolat yang membangun struktur
dinding selnya, sehingga menjadi impermeabel terhadap macam
macam prosedur perwarnaan termasuk pewarnaan Gram (Lay, 1994)

LAPORAN PEWARNAAN BTA

C. CARA KERJA
1. Letakkan kaca benda tersebut mendatar pada rak pewarnaan dan tuangi
larutan karbol fuchsin sampai seluruh kaca benda tergenang zat warna
2. Panasi zat warna tersebut sampai menguap, dinginkan dan panasi lagi. Hal ini
diulangi sebanyak 3 kali dalam 10 menit
3. Cuci dengan air mengalir
4. Lunturkan dengan alcohol asam 3%. Pelunturan dilakukan sampai preparat
5.
6.
7.
8.

Nampak berwarna merah muda


Segera cuci dengan air mengalir
Zat besi warna kontras, yaitu larutan methylen blue 0,5%, selama 1 menit
Cuci dengan air mengalir
Keringkan dengan kertas isap dan lihat di bawah mikroskop dengan
penambahan emersi

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
A. TABEL PENGAMATAN
NO.

PERLAKUAN

GAMBAR

LAPORAN PEWARNAAN BTA

Olesan bakteri + Karbol fuksin + Di


panaskan di penangas air + Dibilas
aquades + Asam alcohol + Metilen
biru + Dibilas aquades + Dikeringkan
1.

dengan kertas saring + Ditetesi


Minyak imersi + Dilihat dengan
mikroskop dengan pembesaran 100X

No.

Bentuk sel

Sifat BTA

Berwarna

(+/-)
1.

Basil

Merah

2.

Coccus

Ungu

Warna latar
belakang

Biru

Warna Sel
epitel dan
PMN

Biru Tua

B. GAMBAR

BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan bakteri berupa pewarnaan tahan
asam. Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan
pewarnaan biasa kecuali dengan menggunakan asam alkohol dan dengan pemanasan.
LAPORAN PEWARNAAN BTA

Pada praktikum ini dilakukan teknis aseptis, hal ini bertujuan untuk mencegah atau
meminimaliskan adanya kontaminasi mikroorganisme

baik pada sampel atau

praktikan sendiri. bakteri ini disebut tahan asam karena akan mempertahankan zat
warna perimer ketika ditambahkan larutan asam, bakteri ini memiliki rantai karbon 895 dan dinding selnya terdiri dari lapisan lilin, asam lemak mikolat, dan lipid sampai
60 % dari berat dinding selnya, sehingga dengan tebalnya kadar lipid pada dinding sel
menyebabkan bakteri ini sulit untuk dilakukan dengan pewarnaan biasa dan perlu
perwarnaan khusus Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan asam ini melawan
dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri tersebut disebut bakteri tahan asam. Pada
praktikum ini menggunakan pewarnaan ziehl neelsen untuk identifikasi dan
pengamatan bakteri tahan asam, karena metode ini merupakan salah satu metode
pengujian bakteri tahan asam yang cukup sederhana dan memiliki spesipisitas dan
sensitivitas yang cukup tinggi.
Pertama yang dilakukan adalah sterilisasi kaca objek dengan cara di celupkan
kedalam larutan desinfektan kemudian dicelupkan kedalam alkohol 70%. Sterilisasi
bertujuan untuk memusnahkan atau mengeliminasi semua mikroorganisme termasuk
spora bakteri yang resisten dalam alat yang akan digunakan Dimana etanol ini
memiliki dua mekanisme dalam membunuh bakteri yakni dengan denaturasi protein
dan pelarutan membrane lemak pada bakteri.. Setelah melakukan sterilisasi,
kemudian melakukan olesan bakteri pada kaca objek, tetapi sebelumnya ose di
fiksasi di api pada pembakar spiritus yang bertujuan untuk mematikan bakteri
dengan cepat pada ose, supaya tidak tercampur dengan bakteri yang akan di uji.
melakukan pengolesan bakteri, pada kaca preparat secara aseptis dalam hal ini sampel
yang digunakan merupakan Mycrobacterium tuberculosis, Selanjutnya mengambil
sampel sebanyak satu loop ose dalam keadaan aseptis,dan oleskan ke atas kaca
preparat, dimana teknik pengolesan sampel harus diperhatikan karena jika olesan
terlalu tebal, maka sel-sel bakteri akan bertumpuk-tumpuk sehingga sulit untuk
menentukan bentuk sel individu dan jika olesan terlalu tipis dapat menylulitkan

LAPORAN PEWARNAAN BTA

pengamatan secara mikroskopis. Selanjutnya dilakukan fiksasi pada sampel, yang


bertujuan untuk merekatkan sel bakteri pada preparat objek, setelah itu sampel yang
telah difiksasi Kemudian olesan di teteskan pewarna karbol fuksin. Karbol fuchsin
merupakan pewarna dasar, yang mengandung fenol untuk membantu melarutkan
dinding sel. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna
kedalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Tujuan memberikan pewarna karbol
fuksin adalah untuk mewarnai seluruh sel bakteri. Setelah memberikan pewarna
karbol fuksin kemudian di panaskan di atas penangas air, tetapi jangan sampai terlalu
panas, mendidih atau kering. Tujuan dari memanaskan sampel di atas penangas air
yaitu supaya pewarna karbol fuksin masuk menembus dinding sel bakteri, karena
dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar di
tembus pewarna bakteri. Karena pengaruh fenol dari pewarna karbol fuksin dan juga
pemanasan maka lapisan lilin dan lemak dapat ditembus pewarna karbol fuksin.
Dengan pemanasan menyebabkan pelebaran pori pori lemak bakteri tahan asam
sehingga pewarna karbol fuksin dapat masuk sewaktu dicuci dengan larutan pemucat,
dan zat warna pertama tidak mudah dilunturkan. Setelah di dilakukan di diamkan
selama 10 menit dan, lama waktu yang dibutuhkan bertujuan untuk agar zat warna
karbol fuksin ini dapat berpenetrasi secara sempurna ke dalam dinding sel bakteri,
Selanjutnya dilakukan pencucian dengan mengaliri aquadest pada sampel, hal ini
bertujuan untuk mencegah adanya kelebihan zat warna pada sampel dan menutup
kembali lemaknya., kemudian ditambahkan asam alcohol selama 15 detik, dimana
Asam alkohol berfungsi sebagai peluntur.

penambahan ini diperlukan untuk

melakukan pemucatan pada bakteri yang dimana hal ini akan menentukan bakteri
tersebut tahan asam atau tidak dimana jika bakteri bersifat tahan asam, bakteri
tersebut tidak akan melepaskan zat warna primer sebelumnya, namun jika non BTA
maka bakteri akan melepaskan zat warna primernya. Penambahan asam alcohol ini
tidak

boleh

dilakukan

secara

berlebihan

karena

akan

menyebabkan

overdekolorization sehingga BTA dan non BTA tidak dapat dipisahkan, namun jangan
pula terlalu sedikit dalam penambahan asam alcohol pada bakteri karena akan
LAPORAN PEWARNAAN BTA

menyebabkan underdecolorization yang dapat menyebabkan zat warna pada non BTA
tidak seluruhnya terlepas yang mengakibatkan terjadinya ketidak akuratan dalam
proses identifikasi dan pengamatan apda sampel. Selanjutnya dialiri aquadest untuk
menutup pori-pori bakteri sehingga tidak terjadi lagi proses pemucatan oleh asam
alcohol, dan dikeringkan dengan kertas saring untuk menyerap kelebihan aquadest
pada sampel bakteri. Kemudian preparat sampel bakteri digenagi dengan metilen
blue Metilen biru adalah pewarna yang biasa di pakai dalam pewarnaan umum.
Biasanya hanya untuk membedakan sel bakteri dengan latar belakangnya, yang
berfungsi sebgai pewarna tandingan, dimana pewarna ini yang akan menunjukan
adanya bakteri non tahan asam, karena bakteri ini akan melepaskan pewarna primer
dan menyerap pewarna sekunder atau tandingan. Setelah 2 menit sampel dibilas
dengan aquades lalu di keringkan dengan kertas saring. Setiap akhir pemberian
reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap kaca objek dengan
menggunakan aquades. Pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan setiap
zat warna yang sedang diberikan selanjutnya dikeringkan dengan kertas saring yang
erfungsi unuk menyerap kelebihan aquadest pada sampel, tidak ditiup-tiup karena
dikhawatirkan ada kontaminasi bakteri lain yang menempel pada objek glass. Sampel
yang sudah di keringkan, di tetesi dengan emersi oil. Minyak emersi adalah minyak
yang di pakai untuk olesan pada mikroskop, yang fungsinya untuk memperjelas
objek, dan melindungi mikroskop. Minyak emersi memiliki indeks refraksi yang
tinggi dibandingkan dengan air, sehingga objek yang kita amati dapat terlihat lebih
jelas dibandingkan dengan tanpa minyak emersi. Lalu diamati dengan mikroskop,
dengan pembesaran 100X.
berdasarkan hasil praktikum ini diperoleh bakteri BTA berwarna merah dan
bakteri non BTA berwarna ungu. Sehingga Pada preparat sputum ditemukan bakteri
tahan asam berbentuk Basil berwarna dan bakteri tidak tahan asam berbentuk Coccus
berwarna ungu. Dengan latar belakang berwarna biru dan sel epitel dan PMN
berwarna biru tua. Dikarenakan Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan asam ini

LAPORAN PEWARNAAN BTA

melawan dekolorisasi dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut
sebagai bakteri tahan asam. Bakteri ini memiliki sejumlah besar zat lipoidal
(berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut
relative tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel-sel bakteri
tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, bakteri tahan asam pada
sampel yakni berupa Mycrobacterium tuberculosis. Dan Dari hasil tersebut dapat
didiagnosa bahwa sputum tersebut +1. bakteri ini bersifat pathogen di dalam tubuh
baik pada manusia maupun hewan, dan bersifat kronis karena mebutuhkan waktu
yang lama agar menimbulkan infeksi pada host nya.

BAB VI
KESIMPULAN

LAPORAN PEWARNAAN BTA

Adapun kesimpulan yang dapat di tarik dari percobaan kali ini, yaitu
Pewarnaan

BTA

merupakan

pewarnaan

yang

dilakukan

untuk

mengidentifikasi Bakteri Tahan Asam. dimana pada saat Penambahan asam


alcohol, jika bakteri bersifat tahan asam, bakteri tersebut tidak akan
melepaskan zat warna primer sebelumnya, bakteri tahan asam ini melawan
dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri tersebut disebut bakteri tahan
asam. Namun jika non BTA maka bakteri akan melepaskan zat warna
primernya.

DAFTAR PUSTAKA

LAPORAN PEWARNAAN BTA

Ball, A.S. 1997. Bacterial Cell Culture : Essential Data. New York : John Wiley &
Sons.
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan
Sekolah Tenaga Kesehatan Yang Sederajat .Bandung : Citra Aditya Bakti.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta : P.T Gramedia Pustaka Utama.
Jawetz, Melnick, Adelbergs. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Salemba
Medika.
Jutono, dkk. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Perguruan
Tinggi. Yogyakarta: Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM.
Lay, B. W. 1994.Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Pelczar, M. J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2 . Jakarta : UI Press.
Volk & Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid I. Jakarta :
Erlangga.

LAPORAN PEWARNAAN BTA

Anda mungkin juga menyukai