Anda di halaman 1dari 10

INDONESIA DAN PERDAMAIAN DUNIA

Diajukan dalam rangka memenuhi tugas kewarganegaraan

Disusun oleh: Kelompok 2


(kelas 1C)
M. Teguh M R
Neky Aji N
Nidi Pratiwi
Nisa Siti Nuraisah
Nisrina Yumna W
Nita Rahmawati
Novianti Lubis
Putri Mulya S
Riana Septiani
Rima Nurima
Rival Rudiansyah

PEMERINTAHAN KABUPATEN CIANJUR

AKADEMI KEPERAWATAN
Jalan Pasir Gede Raya No 19 (0263) 267206 Fax.270953 Cianjur

A. Indonesia dalam Misi Perdamaian Dunia


Peran aktif Indonesia di dunia Internasional dalam upaya pemeliharaan
perdamaian dunia dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik, bantuan
kemanusiaan maupun peranannya baik dalam bentuk sebagai pengamat
militer, staf militer atau Kontingen Satgas operasi pemeliharaan perdamaian
sebagai duta bangsa di bawah bendera PBB. Peranan TNI dalam operasi
pemeliharaan perdamaian peran aktif Indonesia, dimulai sejak tanggal 8
Januari 1957, yaitu pengiriman Kontingen Garuda pertama ke Sinai, Mesir
dalam misi United Nation Emergency Force - UNEF Keberhasilan Kontingen
Garuda dalam melaksanakan tugas misi pemeliharaan perdamaian di Mesir
menimbulkan kepercayaan dunia Internasional, khususnya PBB terhadap
Indonesia, sehingga kontribusi Indonesia untuk berpartisipasi dan mengirim
kontingennya selalu diharapkan dalam misi perdamaian PBB.
Seiring dengan meningkatnya kepercayaan PBB terhadap peranan
Kontingen Garuda dalam operasi pemeliharaan perdamaian, perundangundangan nasional telah mengakomodasi operasi pemeliharaan perdamaian
sebagai salah satu tugas pokok TNI sebagai salah satu bentuk dalam operasi
militer selain perang. Secara eksplisit, hal tersebut tertuang dalam UU no. 34
Tahun 2004 Tentang TNI. Untuk itu, penggunaan kekuatan TNI dalam rangka
tugas perdamaian dunia dilakukan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri
Indonesia dan ketentuan hukum nasional (Indonesia, Undang-Undang Tentang
TNI , UU No 34 Tahun 2004, pasal 7 ayat (2) dan pasal 20 ayat(3)).
Selain legitimasi dalam perundang-undangan nasional, peranan TNI dalam
operasi pemeliharaan perdamaian telah mendapat dukungan secara politik dari
Presiden RI , Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagaimana pernyataan
politik Presiden di depan Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia pada tanggal 14 Agustus 2009 dalam rangka peringatan
Hari Ulang Tahun ke 64 Kemerdekaan Republik Indonesia, diantaranya
menyatakan bahwa:

"Dengan berakhirnya konllik dan operasi mililer di berbagai wilayah tanah


air, maka penugasan untuk menjaga perdamaian inlernasional adalah juga
medan latihan bagi para prajurit TNI untuk meningkatkan profesionalitas
mereka sesuai standar militer internasional" .
Realitas di atas semakin meneguhkan komitmen TNI untuk senantiasa
berperan aktif mengirimkan prajurit-prajuritnya dalam operasi perdamaian
dunia di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perwujudan komitmen
TNI dalam mengirimkan prajurit-prajurit TNI tersebut ialah dengan
menyiapkan dan mendidik prajurit-prajurit TNI secara profesional sesuai
dengan tuntutan standar Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Puncak prestasi dari semakin banyaknya permintaan keterlibatan TNI
dalam setiap konflik yang ditangani PBB dan untuk mengantisipasi tantangan
tugas dalam operasi pemeliharaan perdamaian ke depan yang semakin
komplek, maka Panglima TNI kemudian membentuk suatu badan tersendiri
yang khusus menangani operasi pemeliharaan perdamaian, yang dinamakan
PUSAT MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN TNI (PMPP TNI) melalui
Kep Panglima TNI No : Kep / 4 / I / 2007 dan No : Kep / 5 / I / 2007 tanggal
29 Januari 2007 (di mana sebelum terbentuknya PMPP TNI , operasi
pemeliharaan perdamaian TNI dilaksanakan oleh Staf Operasi Panglima TNI)
Berdasarkan Keputusan Panglima TNI tersebut, PMPP TN I memiliki
tugas untuk menyelenggarakan pembekalan dan pelatihan bagi personel TNI
yang dipersiapkan sebagai Milobs , kontingen dan penugasan luar negeri
untuk tugas operasi perdamaian dunia. Dengan demikian, hasil yang
diharapkan adalah membentuk prajurit TNI yang profesional, sesuai dengan
standar PBB yang dapat mengemban tugas misi perdamaian tersebut.

B. Indonesia Punya Peran dalam Perdamaian Palestina


Duta besar Indonesia untuk Palestina yang baru dilantik, Zainulbahar Noor
melihat adanya perkembangan baru yang memberikan harapan baru untuk
perdamaian di Palestina.

Kelihatan ada perkembangan-perkembangan baru yang bisa memberikan


harapan-harapan baru, ujarnya usai dilantik oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Jumat (30/1).
Peran serta Indonesia di Palestina memiliki peranan yang mutlak. Kita
ada citizen service disana, yang sangat memperhatikan hal itu, ujar
Zainulbahar yang mengaku baru mengetahui tentang kondisi Palestina baru
dari

media

massa.

Zainulbahar juga mengatakan Indonesia memiliki peran dalam upaya


perdamaian dunia.
Indonesia memiliki diplomasi untuk berperan dalam perdamaian dunia
yang disampaikan oleh menteri luar negeri, tuturnya. Selain melantik dubes
RI untuk Palestina, Presiden juga melantik14 duta besar (dubes) luar biasa dan
berkuasa penuh (LBBP) Republik Indonesia (RI) lainnya. Dalam pelantikan
itu, Presiden di dampingi oleh wakil presiden Jussuf Kalla. Serta sejumlah
meneri yang hadir ialah Menkokesra Aburizal Bakrie, Menkopolkam Widodo
AS, Menlu Hassan Wirajuda, Mensesneg Hatta Rajasa, Menteri budaya dan
pariwisata Jerowacik, dan jajaran menteri kabinet bersatu lainnya.
Para duta besar yang dilantik ialah Ahmad Rusdi sebagai dubes LBBP RI
untuk negara Republik Yunani berkedudukan di Athena. Dian Triansyah Djani
sebagai perutusan tetap RI di PBB, WTO dan organisasi internasional lainnya
di Jenewa berkedudukan di Jenewa. Eddy Pratomo sebagai dubes LBBP RI
untuk negara Republik Demokratik Timor Leste berkedudukan di Dili.Harsha
Edwana Joesoef sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik Slovakia
berkedudukan di Bratislava.
Yudhistiranto Sungadi sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik
Tanzania berkedudukan di Dar Es Salam. I Gede Ngurah Swajaya sebagai
dubes LBBP RI untuk negara Kerajaan Kamboja berkedudukan di Phnom
Penh. Ishak Latuconsina sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik Islam
Pakistan berkedudukan di Islamabad.

Mohamad Oemar sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik Italia


merangkap negara Republik Malta, neg rep. syprus, FAO, IFAD dan WFP
berkedudukan di Roma.
Muhammad Ibnu Said sebagai dubes LBBP RI untuk negara Republik
Tunisia berkedudukan di Tunis. Nicholas Tandi Dammen sebagai dubes LBBP
RI untuk negara Republik Korea berkedudukan di Seoul.
Nining Suningsih Rochadiat sebagai dubes LBBP RI untuk negara
Republik Ukrania merangkap negara Republik Georgia dan negara republik
Armenia berkedudukan di Kyiv. Primo Alui Joelianto sebagai dubes LBBP RI
untuk negara Australia berkedudukan di Canberra.Zainulbahar Noor sebagai
dubes LBBP RI untuk negara kerajaan Yordania Hasyimiah, merangkap
otoritas nasional Palestina berkedudukan di Amman. Zet Mirzal Zainuddin
sebagai dubes LBBP RI untuk Negara republik rakyat Bangladesh merangkap
negara republik Nepal Berkedudukan di Dhaka.

C. Tugas Pemeliharaan Perdamaian Dunia Penting Bagi Indonesia


Tugas pemeliharaan perdamaian dunia penting bagi bangsa Indonesia.
"Tugas ini penting karena konstitusi kita mengamanahkan agar kita ikut
melaksanakan ketertiban dunia, world order, berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial," kata Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam pidatonya saat meresmikan Fasdiklat Pusat Misi
Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) di Bukit Merah Putih, Citereup, Sentul,
Kabupaten

Bogor,

Senin

(19/12)

pagi.

Menurut Presiden SBY, situasi keamanan dan perdamaian dunia hingga


saat ini belum pernah baik, sehingga pemeliharaan perdamaian internasional
adalah tugas yang akan terus dilakukan Indonesia sampai dunia betul-betul
aman dan damai sesuai dengan Piagam PBB. "Kita ingin membekali dan
meningkatkan kemampuan dan pengalaman TNI, dan dalam batas tertentu
Polri, untuk tugas-tugas pemeliharaan perdamaian ini," ujar SBY.

Menjawab pertanyaan mengapa Indonesia

harus

memiliki

pusat

pemeliharaan perdamaian, Presiden SBY menjelaskan karena intensitas,


partisipasi, dan kontribusi Indonesia dalam berbagai tugas-tugas pemeliharaan
perdamaian itu sangat tinggi. "Indonesia adalah negara yang sangat aktif
untuk berkonstribusi pada misi pemeliharan perdamaian dunia," Presiden SBY
menerangkan.
"Dunia juga menilai bahwa kontingen Indonesia di manapun mereka
mengemban tugas memiliki prestasi yang baik. Tentu saja penilaian ini wajib
kita pertahankan dan bahkan terus kita tingkatkan," jelasnya.
Presiden mencontohkan ketika kontingen Indonesia mengemban misi
perdamaian

di

bekas

negara

Yugoslavia.

"Indonesia

mendapatkan

penghargaan yang tinggi karena disiplin kita, can do spirit kita, kinerja kita,
bahkan hubungan peace keepers Indonesia dengan masyarakat lokal. Kita
dinilai sebagai good guys," SBY menambahkan.
Namun

Indonesia

kehilangan

beberapa

kesempatan

baik

untuk

meningkatkan perannya dalam misi-misi ini, misalnya dalam jumlah perwira


yang memimpin. "Jumlah perwira-perwira Indonesia yang menjadi leaders
tidak terlalu banyak karena hambatan bahasa dan pengetahuan tentang peace
keeping mission itu sendiri," kata Presiden.
Kesempatan lain yang terlewatkan adalah ketika Indonesia diberi
kesempatan untuk menambah 1 batalyon mekanis untuk kekuatan misi
perdamaian di Bosnia dan menempatkan seorang jenderal bintang dua untuk
menjadi force commander atau komandan pasukan. "Ternyata kita tidak siap,"
ujar SBY.
Oleh karena itu Presiden SBY sudah memikirkan untuk membangun
sebuah pusat pelatihan dan pendidikan pasukan pemelihara perdamaian
bersama dengan perwira TNI lainnya sejak ia selesai bertugas di Bosnia tahun
1996. "Karena pertimbangan tertentu, sayang sekali waktu itu belum bisa
dibangun, dan alhamdulillah sekaranglah bisa kita wujudkan," SBY
menjelaskan.

D. Kontribusi Indonesia dalam Perdamaian Dunia


Konflik negara adalah isu yang terus menggelinding setiap waktu dan
penyelesaiannya sangatlah alot. Setiap tahun selalu ada persengketaan antara
dua negara. Indonesia pernah memanas dengan Malaysia di Sipadan wilayah
perairan Kalimantan, Cina sekarang berseteru dengan Filipina di perairan Laut
Cina Selatan, Serbia dengan Bosnia, dan perseteruan yang tak pernah berakhir
antara Israel dan Palestina.Masih banyak catatan persengketaan bilateral dua
negara yang terpaksa harus diselesaikan dengan angkat senjata.
Antrean problematika konflik bilateral yang kerap memicu konflik
multilateralmenuntut para pihak untuk menyelesaikannya secara damai.
PBB sebagai organisasi perdamaian dunia dituntut untuk mengatasi
perselisihan dengan cara damai, konsisten berada di tengah-tengah tanpa
diintervensi oleh kekuatan negara-negara super power. Itulah sebabnya PBB
kemudian membentuk pasukan pemelihara perdamaian (peacekeeper) pada 29
Mei 60 tahun silam.
Pasukan pemelihara perdamaian adalah alat yang terdapat dalam tubuh
PBB yang memiliki hak legitimasi, kemampuan untuk membatasi ruang gerak
tentara dan polisi di seluruh dunia, serta mengintegrasi tentara dan polisi
dengan pasukan penjaga perdamaian dalam operasi multidimensi.
Menurut

data

yang

dihimpun

dari

United

(http://www.un.org/en/peacekeeping/operations/history.shtml)

Nations

Blog

hingga bulan

Mei 2010, pasukan pemelihara perdamaian PBB memiliki lebih dari 124.000
personel militer, polisi dan staf sipil yang berasal lebih dari 110 negara di
dunia, dan jumlah tersebut terus meningkat hingga saat ini, terbukti dengan
bertambahnya kuota staf sipil resmi PBB hingga tembus angka 1.009 pada
Februari 2012.
Tantangan Pasukan pemelihara perdamaian yang telah eksis lebih dari 60
tahunsemakin hari semakin mendapat tantangan yang luar biasa beratnya.
Pasukan ini harus menjalankan misi sebagai kontigen perdamaian,

mendukung dan menyuplai institusi negara pascakonflik yang masih lemah


selama transisi politik sehingga mampu bangkit dan menata kembali
negaranya sendiri bertahap mulai dari alas fundamental, serta memberdayakan
dan melindungi warga sipil korban konflik sesuai prosedur hukum dan
peradilan untuk menekan sikap introvert.
Di satu sisi pasukan ini harus bersikap netral, tidak berpihak kepada
negara manapun, dan tidak boleh diintervensi oleh kekuatan mana pun; di sisi
lain dalam situasi tertentu pasukan pemelihara perdamaian pun harus tetap
tegas dan siap menghukum negara-negara pembangkang yang melanggar
kesepakatan. Oleh karena itu, mau tidak mau anggota pasukan ini mesti
memiliki kemampuan militer dan berstrategi.
Kontigen Garuda Indonesia sebagai anggota perdamaian dunia
mengimplementasikannya dengan berpartisipasi di tubuh Pasukan Pemelihara
Perdamaian PBB sejak 1957. TNI dengan standar manuver terbaik yang
tergabung dalam Kontigen Garuda merupakan unsur vital di dalamnya.
Dalam kurun waktu 55 tahun, Indonesia telah mengirimkan 26 kontigen
untuk mengintervensi negara konflik dalam upaya perdamaian. Kontingen
Garuda I, dengan 559 personel yang merupakan gabungan dari Resimen
Infanteri-15 Tentara Territorium IV/Diponegoro dengan Resimen Infanteri-18
Tentara Territorium V/Brawijaya Malang, dikirim pada 8 Januari 1957 ke
Mesir, ketika Majelis Umum PBB memutuskan untuk menarik mundur
pasukan Inggris, Prancis dan Israel dari wilayah Mesir. Saat ini, sekitar 2000
Pasukan Perdamaian Indonesia dioperasikan di 7 negara konflik, dengan
rincian (halonusantara.com) Lebanon (1.455orang), Kongo (192), Haiti (170),
Darfur (146), Sudan Selatan (8) dan Liberia (1orang).
Eksistensi Indonesia dalam upaya memproteksi negara konflik dengan
aktif mengirimkan pasukan pemelihara perdamaian diapresiasi secara positif.
Poin terpenting, kebudayaan Indonesia yang mendoktrin warganya untuk
menjadi masyarakat berbudi, ramah, dan hangat, di refleksikan dengan baik
oleh Kontigen Garuda secara lebih fleksibel, hal itu merupakan tindakan

preventif terhadap penolakan warga sipil negara konflik, seperti di Sudan.


Keramahan sebagai langkah diplomatik agar ketegangan tidak berlarut.
Pasukan pemelihara perdamaian, memerlukan kecermatan dalam menjalin
hubungan baik dengan pihak yang terkait konflik, sehingga tidak melakukan
kegiatan yang melanggar marjin dan tidak akan menurunkan citra
independensi dan netralitas.
Kontigen Garuda telah memberikan warna tersendiri dalam pasukan
pemelihara perdamaian. Kontigen Garuda lebih menggunakan pendekatan
preventif dan persuasif agar dicapai perdamaian yang sesungguhnya.
Kontigen Garuda berpegang pada prinsip-prinsip perdamaian sebagaimana
yang dikumandangkan PBB. United Nations Blog menyatakan, ada beberapa
hal yang perlu dilakukan agar operasi pemelihara perdamaian dapat berjalan
sukses dan singkron.
1. Pasukan

pemelihara

perdamaian

harus

mengikuti

prinsip-prinsip

persetujuan, ketidakberpihakan, dan menghindari penggunaan kekuatan


kecuali untuk membela diri dan melaksanakan mandat.
2. Menunjukan kredibilitas terutama di mata penduduk setempat.
3. Membuat komitmen politik dengan pihak terkait menuju perdamaian.
4. Menunjukan

kepekaan

tinggi

terhadap

penduduk

setempat

dan

menetapkan standar profesionalisme tinggi dalam berperilaku, karena


pasukan perdamaian harus menghindarkan diri menjadi bagian dari
konflik.

E. Kesungguhan Indonesia
Saat ini, TNI menempatkan pasukan penjaga perdamaian Indonesia
dengan jumlah personel terbesar di Lebanon, kemudian di Haiti, dan Kongo.
Sedangkan military observer, personel yang terlatih dan dibekali ilmu dalam
misi PBB serta mempunyai kecakapan khusus sebagai pengamat militer,

ditempatkan di beberapa negara seperti Sudan, Sudan Selatan, Liberia, dan


Suriah.
Untuk memenuhi klasifikasi sebagai sepuluh besar negara pengirim
pasukan perdamaian PBB, Indonesia tengah meningkatkan personel TNI yang
siap dikirim hingga 4000 personel dengan salah satu kualifikasi memiliki
kecakapan berbahasa Inggris.
Indonesia membuka Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Misi
Perdamaian di Sentul seluas 261 hektar untuk melatih tentara yang
berkapasitas lebih. Karena kapasitas yang dibutuhkan tidak hanya berperang,
melainkan upaya mengatasi terorisme, menangani korban bencana, dan
memahami kebudayaan negara yang dilanda konflik. (Pikiran Rakyat, 20
Maret 2012).
Tugas Kontingen Garuda XXII/H yang terhitung mulai 23 Agustus 2008 22 Agustus 2009, memikul tugas pokok untuk monitoring, verifikasi, dan
implementasi Perjanjian Damai Komprehensif (Comprehensive Peace
Agreement/CPA). Tujuannya adalah terlaksananya proses gencatan senjata,
proses DDR, sensus, pemilu, dan referendum. Ini berarti bukan hanya
mengutamakan kekuatan fisik, melainkan juga intelektual, abilitas, dan
integritas.

Anda mungkin juga menyukai