BAB III
HASIL PENYELIDIKAN
3.1.2
III - 1
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
No
sayat
an
1
2
3
4
5
Panja
ng
sayat
an
438,3
1
269,3
6
400,7
2
300,2
3
341,4
4
Beda
tinggi
75
50
100
75
100
Persen
kemiring
an
lereng
(%)
17,11
18,56
24,96
24,98
29,29
Derajat
kemiringan
lereng (0)
9,710037275
10,51573056
14,01202009
14,0257666
16,32404163
Satuan
Morfologi
Berbukit
curam
Berbukit
curam
Berbukit
curam
Berbukit
curam
Berbukit
curam
warna
penunjuk
area
/Agak
Jingga
/Agak
Jingga
/Agak
Jingga
/Agak
Jingga
/Agak
Jingga
III - 2
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
6
7
8
9
10
11
12
13
14
99,05
330,8
0
285,1
1
209,8
4
266,3
4
445,3
6
189,8
6
423,1
6
324,3
3
75
69,72
37,13327507
125
37,79
20,70006243
100
35,07
19,32779226
75
35,74
19,66733207
75
28,16
15,72714129
150
33,68
18,61390268
100
52,67
27,77596498
25
5,91
3,381091542
25
7,71
4,40778001
Berbukitbukit/Curam
Berbukitbukit/Curam
Berbukitbukit/Curam
Berbukitbukit/Curam
Berbukit/Agak
curam
Berbukitbukit/Curam
Berbukitbukit/Curam
Bergelombang/mir
ing
Bergelombang/mir
ing
Merah
muda
Merah
muda
Merah
muda
Merah
muda
Jingga
Merah
muda
Merah
muda
Kuning
Kuning
III - 3
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
III - 4
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
dan Formasi Sihapas yang berumur trias, dengan vegetasi didominasi oleh tanaman
hutan. Pemanfaatan lahan pada satuan morfologi ini diantaranya adalah sebagai
kawasan hutan.
III - 5
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
yang berumur trias, dengan vegetasi didominasi oleh tanaman hutan. Pemanfaatan
lahan pada satuan morfologi ini diantaranya adalah sebagai kawasan hutan.
III - 6
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
III - 7
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
Pola aliran sungai paralel adalah pola aliran sungai yang berbentuk akibat
adanya pengaruh struktur geologi.
Selain pola pengaliran, hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah tahap
geomorfik selama periode waktu mulai dari sungai tersebut terbentuk. Thornbury
(1954) menjelaskan bahwa evolusi dari lembah sungai dapat dibagi ke dalam 3
tahap, yaitu tahap muda, tahap dewasa, dan tahap tua. Beberapa dasar yang
digunakan dalam melakukan pembagian ini diantaranya adalah jenis erosi yang
dominan, bentuk profil lembah sungai, gradien sungai, ada tidaknya dataran banjir,
kecepatan aliran sungai, dan lain sebagainya. Berdasarkan dasar dasar tersebut,
stadia sungai yang terdapat pada daerah penelitian dapat dibagi ke dalam dua
bagian.
III - 8
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
III - 9
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
meander dimana arus vertikal lebih dominan dari arus horzontal. Sungai yang
terdapat di wilayah Barat berbentuk U, gradien sungai yang landai.
Bagian yang kedua adalah wilayah timur daerah penelitian, terdapat sungai
mencirikan stadia sungai muda, yang dibuktikan dengan arus vertikal lebih
III - 10
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
horizontal dari arus vertikal. Sungai yang terdapat di wilayah Barat berbentuk V,
gradien sungai yang curam dan berarus deras.
3.2
Stratigrafi
Stratigrafi daerah penyelidikan tersusun oleh batuan Pra-tersier, Tersier dan
III - 11
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
III - 12
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
UMUR
ZAMAN
FORMASI
ALUVIAL
PLISTOSEN AWAL
MIOSEN AWAL
MIOSEN TENGAH
TUFA TOBA
SIHAPAS
TERSIER
KUALU
TRIAS
3.3
SIMBOL
KALA
HOLOSEN
KUARTER
LITOSTRATIGRAFI
KONGLOMERAT
BREKSI
BATU PASIR
LANAU
SERPIH
BATU PASIR
BATU LANAU
BATU LUMPUR
BATU GAMPING
Struktur Geologi
Sebagaimana struktur geologi regional, struktur geologi daerah penyelidikan
dipengaruhi struktur dari sumatera fould sistem. Pada bagian barat daya daerah
penelitian terdapat sesar naik, tenggara daerah penilitian terdapat sesar turun, dan
pada barat laut terdapat sesar mendatar yang terpengaruh oleh sumatera fould
system.
Pada lokasi penelitian dengan posisi N: 02 0 28 44,1 E: 990 31 33,1 terdapat
sesar naik yang berada pada singkapan batu pasir hidrokarbon. Batu pasir
hidrokarbon tersebut berada pada formasi sihapas, dengan kedudukan N 295 0 E/710.
Pada singkapan tersebut terdapat kekar dengan pola kekar shear joint dengan
kedudukan :
- N 2100 E / 310
N 2290E/520
- N 1980 E /720
N2070E/660
Pada singkapan batu pasir hidrokarbon terdapan urat kwarsa yang mengalami
patahan normal, dimana kedudukan urat kuarsa tersebut N2200E/20 N2190E/550.
III - 13
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
Foto 3.6 : Kekar yang terisi vien kuarsa dan mengalami pergeseran
Pemetaan Geologi
Berdasarkan hasil pemetaan geologi pada daerah penyelidikan, maka
III - 14
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
3.4.2
Singkapan Batubara
Kode
Singkapa
n
OC A1
OC A2
OC B1
OC B2
OC B3
OC B4
3.4.3
Koordinat
LU
02 28' 53,5"
02 28' 52,7"
02 28' 42,0"
02 28' 42,2"
02 28' 39,5"
02 28' 41,3"
Strike / Dip
Tebal Lapisan
BB (m)
N 350 E/ 15
N 360 E/ 18
N 45 E/ 75
N 241 E/ 12
N 65 E/ 75
N 295 E/ 25
1,30
0,15
1,50
0,50
0,80
0,40
BT
99 31'
99 31'
99 31'
99 31'
99 31'
99 31'
34,1"
34,4"
39,3"
38,0"
38,3"
39,7"
Sebaran Batu Pasir ini tersingkap pada bagian Utara dan Timur pada derah
penyelidikan, dengan ketebalan bervariasi antara 0 3 m. Terdapat batu pasir kuarsa
dan batu pasir hidrokarbon pada formasi kualu.
3.4.4
Singkapan Konglomerat
Penyebaran dari satuan ini berada pada bagian tengah daerah penyelidikan
tersingkap secara spot-spot dan sebagian sudah mengalami pelapukan. Ketebalan
singkapan konglomerat mencapai 10 m dengan umur batuan miosen awal miosen
tengah.
III - 15
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
3.4.5
Singkapan Lempung
Singkapan Breksi
III - 16
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kode
Titi Bor
BHC 1
BHC 2
BHC 3
BHC 4
BHC 5
BHB 6
BHA 7
BHA 8
BHB 9
BHA 9
BHA 10
BHB 11
BHB 12
BHB 13
BHB 14
Koordinat
LU
BT
Elevasi
(m) dpl
Kedalaman
Bor (m)
Open
Hole (m)
205
197
208
214
209
169
101
82
186
104
107
108
153
176
124
14
7
16
12
11
12
35
25
17
20
25
28
25
25
28
300
14
7
16
12
11
11,5
34,8
24,7
16,7
20
24,7
26,5
23,5
25
28
295,4
Keterangan :
BHA = Bor Hole pada Blok A
BHB = Bor Hole pada Blok B
BHC = Bor Hole pada Blok C
III - 17
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
Corin
g
(m)
0,5
0,2
0,3
0,3
0,3
1,5
1,5
4,6
III - 18
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
III - 19
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
III - 20
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
III - 21
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
: Sebaran batubara
Perhitungan
dengan
metode
ini
dilakukan
dengan
Luas sayatan
Menghitung jarak tiap sayatan
Menghitung tonase Batubara
h=PX
Dd = h 1/Cos
P : Jarak estimasi (m)
h : panjang permukaan (m)
: Sudut kemiringan lapisan batubara (dip)
: Sudut kelongsoran
S = Dd t
Dimana :
Dd : Panjang lapisan batubara terhadap titik pusat (m)
S : Luas penampang endapan (m)
t : Tebal lapisan batubara (m)
III - 23
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
Dimana :
L : Jarak antas penampang (m)
V : Volume cadangan (m)
Dimana :
T : Tonase batubara
V : Volume cadangan (m)
Bj : Berat jenis batubara (ton/ m)
Dengan menerapkan rumus tersebut, maka jumlah tonase Batubara pada
aerah penyelidikan adalah :
3.7.3
III - 24
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
tertentu. Selang jarak tersebut dapat sama tiap blok atau berbeda tergantung
pada kondisinya. Langkah- langkahnya sebagai berikut :
-
3.7.4
III - 25
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
bertahap
= 24 : 1
III - 26
III - 27
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
III - 28
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
: Sayatan
horizontal penampang
A
untuk perhitungan cadangan
: Kedudukan lapisan batubara
: Singkapan batubara
Gambar
III - 29
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
Tan
y
x
y
x
0,577 y
x
y 0,577 x..............(1)
Tan 30 0
y
h
tan 18 ( y /(328,7 x))
Tan
h px
h 328,7 m 118,4m
h 210,3m
1
cos18
1
210,3x
0,95
221,37 m
Dd hx
III - 30
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA
= Dd x tebal batubara
= 221,37m x 1,061m
= 234,87m2
III - 31
DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGY KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA