Bab I Jurnal
Bab I Jurnal
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Masalah-masalah perkembangan individu sejak dilahirkan, masa kanak-kanak,
remaja hingga dewasa merupakan masalah yang menarik untuk disimak. Tidak
semua individu mengalami perjalanan yang mulus dalam menjalani kehidupan akan
datang, ada juga yang mengalami masalah dalam tumbuh kembangnya.
Masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat menentukan dalam tumbuh
kembang seorang individu. Kebutuhan akan nutrisi yang cukup dan seimbang,
pendidikan dan kesehatan merupakan modal mereka untuk dapat mencapai taraf
perkembangan yang optimal. Tetapi tidak semua anak terlahir beruntung. Ada yang
lahir dengan kelainan yang dibawa sejak dari kandungan, ada yang mendapat
kelainan selama proses persalinan, dan ada juga yang mendapatkan kelainan pada
masa balita.
khusus. 1
Anak berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat merupakan salah satu
sumber daya manusia bangsa Indonesia yang kualitasnya harus ditingkatkan agar
dapat berperan, tidak hanya sebagai obyek pembanguanan tetapi juga sebagai subyek
pembangunan. Anak penyandang cacat perlu dikenali dan diidentifikasi dari
kelompok anak pada umumnya, karena mereka memerlukan pelayanan yang bersifat
sebagaimana mestinya. Pada tahun 2009 jumlah anak penyandang cacat yang ada di
Sekolah meningkat menjadi 85.645 dengan rincian di SLB sebanyak 70.501 anak dan
di sekolah inklusif sebanyak 15.144 anak.2
Salah satu contoh anak kategori berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita
yang memiliki intelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai
dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa
perkembangan, yang terutama disebabkan oleh karena adanya kelainan kromosom
(sindroma Down).2
Nama sindroma Down berasal dari nama dokter Inggris bernama Langdon
Down. Sindroma Down bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan suatu
kelainan genetik yang dapat terjadi pada pria maupun wanita. Kelainan ini
merupakan hasil dari kelainan kromosom yang tidak selalu diturunkan kepada
keturunan berikutnya. Kelainan kromosom yang sering dijumpai adalah kelebihan
kromosom 21 yang dinamakan trisomi 21. 3
Frekuensi terjadinya penderita sindroma Down di Indonesia adalah 1 dalam
600 kelahiran hidup. Angka kejadian sindroma Down berkaitan dengan usia ibu saat
kehamilan. Rasio kejadian untuk ibu muda <20 tahun adalah 1:2000 setiap kelahiran.
Frekuensi akan meningkat menjadi 1:100 pada usia ibu >45 tahun. Meningkatnya
usia ibu saat kehamilan sampai di atas 45 tahun akan meningkatkan resiko
melahirkan anak dengan sindroma Down sebesar 1:50. 3
Orang-orang dengan sindroma down tidak memiliki masalah rongga mulut
yang unik. Akan tetapi, beberapa masalah cenderung sering terjadi dan bisa menjadi
parah. Perawatan profesional secara dini dan perawatan harian di rumah dapat
karena itu, penulis tertarik untuk menelusuri lebih lanjut mengenai prevalensi
terjadinya karies gigi dan bagaimana relasi gigi anterior pada anak sindroma Down
di kota Makassar, yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Sulawesi Selatan
dengan angka pengalaman karies yang cukup tinggi.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diperoleh tujuan dari penelitian
ini, yaitu :
1. Mengetahui prevalensi karies gigi pada anak sindroma Down di kota Makassar.
2. Mengetahui jenis relasi gigi anterior yang paling sering terjadi pada anak
sindroma Down di kota Makassar.
1.4
1.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah :
Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman
2.
3.
4.
5.