Anda di halaman 1dari 2

Nama: Rahmania Eka Sagita

1. Pendekatan penatalaksanaan pasien dengan gizi buruk terdiri dari 3 fase. Fase inisial (1-7
hari) merupakan fase stabilisasi. Dalam fase ini, apabila terdapat dehidrasi, harus dikoreksi
dan terapi antibiotik dimulai untuk mengendalikan infeksi bakterial dan parasit. Oleh karena
sulitnya untuk memperkirakan secara tepat derajad dehidrasi, rehidrasi oral lebih diutamakan.
Terapi oral harus digunakan kecuali dalam keadaan pasien tidak dapat mengkonsumsi nutrisi
secara oral, seperti muntah-muntah, diare (transit nutrisi yang tidak adekuat), penurunan
kesadaran, dehidrasi berat dan lainnya. Apabila terapi intravena diperlukan perkiraan derajad
dehidrasi harus diperhitungkan berulang, terutama dalam 24 jam awal. Pemberian nutrisi oral
juga dimulai dengan pemberian formula kalori tinggi yang telah ditetapkan oleh WHO yang
dapat diracik dengan bahan yang sederhana. Terapi inisial adalah dengan menggunakan diet
F75 (75kcal atau 315 kg/100 ml). Diet rehabilitasi dengan menggunakan diet F100 (100kcal
atau 420kg/100ml).
2. pada anak maupun orang dewasa, tahap awal dalam penatalaksanaan malnutrisi energi
protein adalah mengkoreksi abnormalitas cairan dan elektrolit dan menatalaksana infeksi
yang terjadi. Kelainan elektrolit yang umumnya terjadi pada malnutisi adalah hipokalemia,
hipokalsemia, hipopospatemia, dan hipomagnesemia.
Pada keadaan malnutrisi energi protein, jantung menjadi lebih kecil, tipis dan memiliki stroke
volume yang lebih kecil. Ginjal juga dipengaruhi sehingga mempersulit ekskresi natrium dan
cairan yang berlebihan. Hal ini menyebabkan sirkulasi yang berlebihan dibandingkan normal.
Pada tingkat sel, membran menjadi lebih permeabel oleh karena kerusakan oksidatif. Juga,
oleh untuk menghemat energi jumlah pmpa NA-K pada membran sel dikurangi dan pompa
yang tersisa lebih lambat bekerja. Hal ini menyebabkan natrium terakumulasi di dalam sel
dan kalium ke luar yang mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit.ketidakseimbangan
elektrolit menyebabkan gagal jantung, sehingga natrium harus dibatasi dan magnesium dan
kalium harus ditambah. Edema pada MEP umumnya disebabkan oleh ketidak seimbangan
elektrolit. Diuretik menyebabkan kekurangan kalium yang lebih parah dan tidak boleh
diberikan pada pasien.
(Noah SS, William DJ. Protein energy malnutrition. Medscape)
(Ashworth A. Treatment of severe malnutrition. Journal o paediatric gastroenterology and
nutrition. 2001; 32 (5):516-518)
3. edema yang terjadi pada pasien dengan malnuntrisi energi protein merupakan suatu
keadaan yang multifaktorial. Umumnya keadaan ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
elektrolit ( retensi natrium dan defisiensi kalium). Namun teori klasik juga yang mengatakan
bahwa intake protein yang tidak adekuat yang menyebabkan kadar albumin plasma yang
berkurang. Golden et al melakukan penelitian tentang hubungan albumin plasma dan edema
nutrisional,dengan mengobservasi perubahan pada kadar albumin pada pasien dengan
pemulihan edema akibat diet yang direstriksi. Oleh karena tidak adanya perbedaan
konsentrasi albumin sebelum dan sesudah pemulihan edema, maka disimpulkan bahwa
pengurangan edema tidak berhubungan dengan kadar albumin pada pasien dengan MEP.

Nama: Rahmania Eka Sagita

(Ahmed T, Cravioto A, Rahman S. Oedematous malnutrition. Indian J Med Res. 2009;651654)


Dalam penatalaksanaan pasien dengan MEP, banyak petugas kesehatan yang
memberikan diet protein tinggi, hal ini dapat menyebabkan komplikasi yang fatal karena hati
dan organ metabolik tidak dapat memproses protein yang tinggi dengan adekuat sehingga
dapat meningkatkan beban kerja hati.
(Ashworth A. Treatment of severe malnutrition. Journal o paediatric gastroenterology and
nutrition. 2001; 32 (5):516-518)

Anda mungkin juga menyukai