PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit batu saluran kemih dapat menyerang penduduk di
seluruh dunia dan
dengan ukuran lebih dari 100 gram atau dengan diameter batu 3
cm. Pada umumnya komposisi batu terdiri dari batu infeksi (struvit),
ammonium asam urat dan kalsium oksalat. Beberapa faktor risiko
terjadinya 3 vesikolitiasis adalah obstruksi infravesika, neurogenic
bladder, infeksi saluran kemih (urea-splitting bacteria), adanya
benda
asing,
divertikel
kandung
kemih.
Vesikolitiasis
sering
datang
dengan
keluhan
disuria,
nyeri
2,3,4
suprapubik,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Buli - buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang
saling beranyaman7. Di sebelah dalam adalah otot longitudinal, di tengah merupakan
otot sirkuler, dan paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa buli - buli terdiri
atas sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa-mukosa pada pelvis renalis,
ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli - buli kedua muara ureter dan meatus
uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli - buli8.
Kalau kita mengiris buli - buli membujur dari facies superior ke cervix, maka
berturut-turut dari luar kedalam akan terlihat11
Tela submucosa
Tunica mucosa
Secara anatomik bentuk buli - buli terdiri atas 3 permukaan 11 yaitu (1)
permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, (2) dua permukaan
inferiolateral, dan (3) permukaan posterior. Permukaan superior merupakan lokus
minoris (daerah terlemah) dinding buli - buli.
Buli - buli berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam
menampung urine, buli - buli mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk
orang dewasa kurang lebih adalah 300 450 ml; sedangkan kapasitas buli - buli pada
anak menurut formula dari Koff adalah7:
Kapasitas buli - buli = {Umur (tahun) + 2} x 30 ml
Pada saat kosong, buli - buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat
penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi11. Buli - buli
yang terisi penuh memberi-kan rangsangan pada saraf aferen dan menyebabkan
aktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini akan
menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli - buli, dan relaksasi
sfingter urethra sehingga terjadilah proses miksi11.
.
Buli Buli yang kosong berbentuk piramid mempunyai apex, basis dan sebuah facies
superior serta dua buah facies inferolateralis; juga mempunyai collum7.
Apex vesicae mengarah ke depan dan terletak di belakang pinggir atas
symphysis pubica. Apex vesica dihubungkan dengan umbilicus oleh ligamentum
umbilicale medianum (sisa urachus). Basis, atau facies posterior vesica, menghadap
ke posterior dan berbentuk segitiga. Sudut superolateralis merupakan tempat muara
ureter, dan sudut inferior merupakan tempat asal urethra. Kedua ductus deferens
terletak berdampingan di facies posterior vesica dan memisahkan vesicula seminalis
satu dengan yang lain. Bagian atas facies posterior vesica diliputi oleh peritoneum
yang membentuk dinding anterior excavatio rectovesicalis. Bagian bawah facies
posterior dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens, vesicula seminalis, dan fascia
rectovesivalis7.
Facies superior vesica diliputi oleh peritoneum dan berbatasan dengan lengkung
ileum atau colon sigmoideum. Sepanjang pinggir lateral permukaan ini, peritoneum
melipat ke dinding lateral pelvis7.
Bila buli buli terisi, bentuknya menjadi lonjong, facies superiornya membesar
dan menonjol ke atas, ke dalam cavitas abdominalis. Peritoneum yang meliputinya
terangkat pada bagian bawah dinding anterior abdomen sehingga Buli Buli
berhubungan langsung dengan dinding anterior abdomen7.
Bila buli buli terisi, posisi facies posterior dan collum vesica relatif tetap,
tetapi facies superior vesicae naik ke atas, masuk ke dalam cavitas abdominalis
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya12.
Tunica mucosa sebagian besar berlipat lipat pada buli buli yang kosong dan
lipatan lipatan tersebut akan menghilang bila Buli Buli terisi penuh. Area tunica
mucosa yang meliputi permukaan dalam basis buli buli dinamakan trigonum vesica
liutaudi. Di sini, tunica mucosa selalu licin, walaupun dalam keadaan kosong 11.
Karena membrana mucosa pada trigonum ini melekat dengan erat pada lapisan otot
yang ada di bawahnya11.
Sudut superior trigonum ini merupakan tempat muara uretere dan sudut
inferiornya merupakan ostium urethrae internum. Ureter menembus dinding Buli
Buli secara miring dan keadaan ini yang membuat fungsinya seperti katup yang
mencegah aliran balik urine ke ginjal pada waktu buli buli terisi12.
Trigonum vesicae dibatasi sebelah atas oleh rigi muscular yang berjalan dari
muara ureter yang satu ke muara ureter yang lain dan disebut sebagai plica
interureterica. Uvula vesicae merupakan tonjolan kecil yang terletak tepat di belakang
ostiium urethrae yang disebabkan oleh lobus medius prostatae yang ada di
bawahnya11.
Tunica muscularis Buli Buli terdiri atas otot polos yang tersusun dalam tiga
lapisan yang saling berhubungan yang disebut sebagai musculus detrusor vesicae.
Pada collum vesicae, komponen sirkular dari lapisan otot ini menebal membentuk
musculus sphincter vesica11.
Vaskularisasi
Arteria
Arteria vesicalis superior dan inferior, cabang arteria iliaca interna
Venae
Aliran limfa
Pembuluh limfa bermuara ke nodi iliaci interni dan externi
Persarafan
Persarafan Buli Buli berasal dari plexus hypogastricus inferior. Serabut pasca
ganglionik simpatis berasal dari ganglion lumbalis pertama dan kedua lalu berjalan
turun ke Buli Buli melalui plexus hypogastricus.; serabut preganglionik
parasimpatikus yang muncul sebagai nervi splanchnici pelvici berasal dari nervus
sacrales kedua, ketiga, dan keempat, berjalan melalui plexus hypogastricus menuju ke
dinding vesica urinaria, di tempat ini serabut tersebut bersinaps dengan neuron
postganglionik, sebagian besar serabut aferen sensorik yang berasal dari Buli Buli
menuju sistem saraf pusat melalui nervi splanchnici pelvici. Sebagian serabut aferen
berjalan bersama saraf simpatis melalui plexus hypogastricus dan masuk ke medulla
spinalis segmen lumbalis pertama dan kedua11.
Saraf simpatis menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dean
merangsang penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf parasimpatis merangsang
kontraksi musculus detrusor vesicae dan menghambat kerja musculus sphincter
vesicae.
Refleks berkemih
Berkemih yaitu proses pengosongan kandung kemih diatur oleh dua
mekanisme: refleks berkemih dan kontrol volunteer.
Refleks berkemih dicetuskan apabila reseptor regang di dalam vesica
terangsang. Rata rata Buli Buli dewasa dapat menampung hingga 250 400 ml.
Semakin besar peregangan melebihi ambang ini, semakin besar tingkat pengaktifan
reseptor. Serat serat aferen dari reseptor regang membawa impuls melalui nervi
2.2 Definisi
Vesikolitiasis adalah suatu kondisi dimana terdapat batu atau
material
kalsifikasi didalam vesika urinaria. Giant vesikolitiasis adalah
vesikolitiasis dengan ukuran batu 3 cm atau dengan berat 100 g.1,3
2.3 Epidemiologi
Jenis batu yang paling sering ditemukan adalah kalsium oksalat,
kalsium fosfat, asam urat, struvit (magnesium ammonium fosfat),
dan sistin. Batu struvit berkaitan dengan infeksi saluran kemih oleh
Proteus dan Klebsiella. Batu asam urat berkaitan dengan hiperurikosuria
pada pasien gout, dehidrasi dan tingginya intak purin. Batu sistin
berkaitan dengan gangguan metabolism asam amino pada usus
dan tubulus renalis proksimal. Pada pasien yang menjalani terapi
Indavir pada pasien HIV dapat ditemukan adanya batu indavir.6,8
Pada studi oleh Curhan et al., menunjukkan insiden 300 per
100.000 populasi pria, dan 100 per 100.000 populasi wanita. Di
negara yang sedang berkembang, insidensi batu saluran kemih
relatif rendah, baik dari batu saluran kemih bagian bawah maupun
batu salurankemih bagian atas. Di negara yang telah berkembang,
terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di
kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu, penyakit batu
saluran kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa di Afrika
Selatan.2,6 Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Pria:wanita 3:1.
Puncak kejadian di usia 30-60 tahun atau 20-49 tahun. Prevalensi di
USA sekitar 12%untuk pria dan 7% untuk wanita. Angka kejadian
giant vesikolitiasis di dunia hingga 4-20% di Negara berkembang,
hampir 98% ditemukan pada usia 30-50 tahun dan menderita paling
tidak 5 tahun lamanya. Laki-laki lebih banyak daripada permpuan,
sedangkan pada anak hanya ditemukan di daerah-daerah endemic.
8
2.4 Etiologi
Vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita
gangguan miksi. Infeksi saluran kemih, diet, dehidrasi, atau
terdapat benda asing di vesika urinari yang aktivitasnya sebagai inti
batu. Gangguan miksi terjadi pada pasien-pasien hiperplasia
prostat, striktura uretra, divertikel, dan gangguan neurogenik.
Benda asing tersebut dibedakan menjadi iatrogenic dan non
iatrogenik. Benda iatrogenic terdiri dari bekas jahitan, balon folley
kateter yang pecah, kalsifikasi yang disebabkan karena iritasi balon
kateter, peralatan kontrasepsi, prostetik uretral stents. Noniatrogenik disebabkan adanya benda yang terkandung pada bulibuli. Selain itu batu vesika dapat berasal dari batu ginjal atau batu
ureter yang turun ke vesika yang banyak dijumpai pada anak-anak
yang menderita kurang gizi atau yang sering menderita dehidrasi
atau diare. Infeksi pada saluran kemih akan mempercepat
timbulnya batu. Inflamasi pada vesika disebabkan karena hal
sekunder misalnya sinar radiasi atau infeksi. Gangguan metabolik
juga merupakan faktor predisposisi terjadi pembentukan batu. Pada
pasien ini batu umumnya terbentuk dari bahan kalsium dan
struvit.1,6,8
2.5 Patofisiologi
Batu pada vesika dapat berasal dari vesika urinaria sendiri
(batu primer) atau berasal dari ginjal, traktus urinarius bagian atas
(batu sekunder). Pada umumnya batu vesika terbentuk dalam
vesika urinari, tetapi pada beberapa kasus batu terbentuk di ginjal
lalu turun menuju buli-buli, kemudian terjadi penambahan deposisi
batu untuk berkembang menjadi besar. Batu vesika yang turun dari
batu yang melekat pada dinding vesika yaitu batu yang berasal dari
adanya infeksi dari luka jahitan dan tumor intra vesika.6,8
2.6 Faktor Resiko
Faktor intrinsic
1. Herediter (keturunan)
Studi menunjukkan bahwa penyakit batu diturunkan. Untuk
jenis batu umum penyakit, individu dengan riwayat keluarga
penyakit batu memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi menjadi batu
bekas. Ini risiko yang lebih tinggi mungkin karena kombinasi dari
predisposisi genetik dan eksposur lingkungan yang sama (misalnya,
diet). 7
2. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. Untuk
pria, insiden mulai meningkat setelah usia 20, puncak antara 40
dan 60 tahun. Untuk wanita, tingkat insiden tampaknya lebih tinggi
pada akhir 20-an pada usia 50, sisa yang relatif konstan selama
beberapa dekade
berikutnya.7
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan.6,7
Faktor Ekstrinsik
1. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran
kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal
sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di
Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih. 8
2. Iklim dan temperature
Individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan paparan
sinar ultraviolet tinggi akan cenderung mengalami dehidrasi serta
peningkatan produksi vitamin D3 (memicu peningkatan ekskresi
kalsium dan oksalat) sehingga insiden batu saluran kemih akan
meningkat.6,8
3. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran
kemih.6,8
4. Diet
IVP
Mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak
yang tidak terlihat di BNO, menilai anatomi dan fungsi ginjal,
mendeteksi divertikel.
USG
Menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (echoic shadow),
hidronefrosis, pembesaran prostat.9
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin, kimia darah, urinalisa dan kultur urin. Pemeriksaan
ini sering dilakukan karena cenderung tidak mahal dan hasilnya
dapat memberikan gambaran jenis batu dalam waktu singkat. Pada
pemeriksaan dipstick, batu buli berhubungan dengan hasil
pemeriksaan yang positif jika mengandung nitrat, leukosit esterase,
dan darah. Batu vesika sering menyebabkan disuria dan nyeri hebat
oleh karena itu banyak pasien yang sering mengurangi konsumsi air
sehingga urin akan pekat. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan
adanya sel darah merah dan leukosit, dan adanya kristal yang
menyusun batu vesika. Pemeriksaan kultur juga berguna untuk
memberikan antibiotik yang rasioal jika dicurigai adanya infeksi.
2.9 Penatalaksanaan
a. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Memberikan minum
yang berlebihan disertai diuretik. Dengan produksi air kemih yang
lebih banyak diharapkan dapat mendorong batu keluar dari saluran
kemih. Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri,
khususnya kolik, yang terjadi menghilang dengan pemberian
simpatolitik. Dan berolahraga secara teratur. Adanya batu struvit
menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu diberikan
antibiotik. Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah
pembesarannya bila diberikan pengobatan dengan pengasaman
urin dan pemberian antiurease, seperti Acetohidroxamic acid. Ini
untuk menghambat bakteri urease dan menurunkan kadar
ammonium urin. Pengobatan yang efektif untuk pasien yang
mempunyai batu asam urat pada saluran kemih adalah dengan
alkalinisasi supaya batu asam yang terbentuk akan dilarutkan.
Pelarutan batu akan terjadi apabila pH urin menjadi lebih tinggi atau
berjumlah 6,2. Sehingga dengan pemberian bikarbonas natrikus
disertai dengan makanan alkalis, batu asam urat diharapkan larut.
Potasium Sitrat (polycitra K, Urocit K) pada dosis 60 mEQ dalam 3-4
dosis perhari pemberian digunakan untuk terapi pilihan. Tetapi
terapi yang berlebihan menggunakan sediaan ini akan memicum
terbentuknya deposit calsium pospat pada permukaan batu
sehingga membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha
menurun kan produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan
bantuan alopurinol, usaha ini cukup member hasil yang baik.
Dengan dosis awal 300 mg perhari, baik diberikan setelah makan.6,8
b. Litotripsi
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara
buta, tetapi dengan kemajuan tehnik endoskopi dapat dilakukan
dengan cara lihat langsung. Untuk batu kandung kemih, batu
dipecahkan dengan litotriptor secara mekanis melalui sistoskop
atau dengan memakai gelombang ultrasonic atau elektrohidrolik.
Makin sering dipakainya gelombang kejut luar tubuh (ESWL =
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang dapat memecahkan
batu tanpa perlukaan ditubuh sama sekali. Gelombang kejut
dialirkan melalui air ke tubuh dan dipusatkan di batu yang akan
dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan keluar
bersama kemih.6,8
c. Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat
gelombang kejut atau bila cara non bedah tidak berhasil yaitu pada
batu dengan ukuran besar. Walaupun demikian kita harus
memerlukan suatu indikasi. Misalnya apabila batu kandung kemih
selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga perlu
diadakan tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya mampu
memecahkan batu dalam batas kuran 3 cm kebawah. Batu diatas
ukuran ini dapat ditangani dengan batu kejut atau sistolitotomi.
1. Transurethral Cystolitholapaxy: tehnik ini dilakukan setelah
adanya batu ditunjukkan dengan sistoskopi, kemudian diberikan
energi untuk membuatnya menjadi fragmen yang akan dipindahkan
dari dalam buli dengan alat sistoskopi. Energi yang digunakan dapat
berupa energy mekanik (pneumatic jack hummer), ultrasonic dan
elektrohidraulik dan laser.
2. Percutaneus Suprapubic cystolithopaxy: tehnik ini selain
digunakan untuk dewasa juga digunakan untuk anak- anak, tehnik
percutaneus menggunakan endoskopi untuk membuat fragmen
I. LAPORAN KASUS
a. Identitas pasien
- Nama
: Tn. B
- Usia
: 42 tahun
- Jenis kelamin
: Laki-laki
- Alamat
: Jl. Malontara No.9
- Pekerjaan
: Wiraswasta
- Tanggal masuk
: 06-04-2015
- Ruangan
: Pav. Garuda bawah
- Rumah Sakit
: Anutapura Palu
- DPJP
: dr. Raymond R. Anurantha, Sp.B
b. Anamnesis
- Keluhan utama
: tidak bisa kencing
- Anamnesis terpimpin:
Dirasakan pasien sejak sekitar 15 tahun yang lalu, pasien awalnya pasien
tidak merasakan adanya perubahan pada kebiasaan kencingnya. Namun
Pasien sudah mulai sering kencing, terutama saat malam, sakit saat
berkemih, hal ini sering terjadi. Beberapa waktu kemudian kadang-kadang
pasien merasa susah saat berkemih misalnya harus mengedan, dan kembali
lancar saat pasien berubah posisi. Lama-kelamaan pasien juga merasakan
adanya rasa berat saat berjalan dan pasien tidak bisa berlari. Keadaan ini
memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Saat itu pasien
kencing sangat sedikit dan disertai darah kemudian benar-benar tidak bisa
kencing walaupun pasien merubah posisi nya. Demam (-),
mual (-),
Keadaan umum
: sakit sedang
Status gizi
: baik
Kesadaran
: E4V5M6
Tanda vital
:
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Pernapasan :19x/menit
Nadi
:88x/menit
suhu aksila : 36,50 C
- Kepala
: Normochepaly
- Conjunctiva anemis : -/- Sclera ikterik
:-/- Leher
: pembesaran kalenjar getah bening -/-, pembesaran thyroid -/- Thoraks
:
Inspeksi : Ekspansi simetris, jejas (-), ictus cordis tidak teraba
Palpasi : Nyeri tekan (-), vokal fremitus normal kanan=kiri, krepitasi
(-), ictus cordis teraba
Perkusi : Batas paru hepar di SIC VI linea midclavicula dekstra, batas
jantung normal
Auskultasi: Bunyi paru vesikuler, Rhonkhi -/-, Wheezing -/-, bunyi
-
Status lokalis
Region : abdomen region suprapubik dan lumbal kanan dan kiri
Inspeksi : vesica urinaria tampak full, cembung, pelebaran vena (-)
Palpasi :
Lumbalis kanan dan kiri : teraba ginjal di area lumbalis kanan dan kiri, nyeri
(+), nyeri ketuk costovertebral (+)
Resume : pasien laki-laki 45 tahun masuk dengan keluhan retensio urine sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit, mengedan saat ingin kencing (+), pengaruh
posisi (-), nyeri (+), hematuri (+). Pemeriksaan fisik TD 150/100 mmHg, nadi
88x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36.50 C. vesica urinaria tampak full, cembung,
teraba keras di area suprapubik, teraba ginjal di area lumbalis kanan dan kiri, nyeri
(+), nyeri ketuk costovertebral (+)
Diagnosis awal
Retensio urine e.c susp batu saluran kemih
Diagnosis banding
Retensio urine e.c susp BPH
DAFTAR PUSTAKA
1. Blasler, Joseph. Baldder Stones. [online]. 2012. [citied Januari,
2014]. Diakses
dari : http://emedicine.medscape.com/article/2028899-overview
2. Purnomo, Basuki. Dasar-dasar Urologi. Edisi : 3. Malang : Sagung
Seto, 2011.
85-99.
3. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi :3.
Jakarta : EGC.
2008. 872-879.
4. Saladin. Anatomy Physiology the Unity of Form and Function.
Philladelpia: