Disusun oleh :
Anisa Siti Nurjanah
Ines Tri Julianti
Sapta Sernida
Wendi Juandi
Kelas : B
Kelompok : 5
PERCOBAAN VII
UJI AKTIVITAS ANTICACING (ANTELMINTIK)
Tanggal percobaan : 11 Mei 2016
I. TUJUAN
1
2
Piperazin
Efektif terhadap A.lumbricoides dan E.vermicularis. Mekanisme kerjanya menyebabkan blokade
respon otot cacing terhadap asetilkolin _ paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus.
Absorpsi melalui saluran cerna, ekskresi melalui urine. (Anonim.2010)
Piperazin pertama kali digunakan sebagai antelmintik oleh Fayard (1949). Pengalaman klinik
menunjukkan bahwa piperazin efektif sekali terhadap A. lumbricoides dan E. vermicularis
sebelumnya pernah dipakai untuk penyakit pirai. Piperazin juga terdapat sebagai heksahidrat yang
mengandung 44% basa. Juga didapat sebagai garam sitrat, kalsium edetat dan tartrat. Garam-garam
ini bersifat stabil non higroskopis, berupa kristal putih yang sangat larut dalam air, larutannnya
bersifat sedikit asam. (Anonim.A)
a.
Efek antelmintik
Piperazin menyebabkan blokade respon otot cacing terhadap asetilkolin sehinggga terjadi
paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus. Cacing biasanya keluar 1-3 hari setelah
pengobatan dan tidak diperlukan pencahar untuk mengeluarkan cacing itu. Cacing yang telah terkena
obat dapat menjadi normal kembali bila ditaruh dalam larutan garam faal pada suhu 37C.
(Anonim.A)
Diduga cara kerja piperazin pada otot cacing dengan mengganggu permeabilitas membran sel
terhadap ion-ion yang berperan dalam mempertahankan potensial istirahat, sehingga menyebabkan
hiperpolarisasi dan supresi impuls spontan, disertai paralisis. (Anonim.A)
Pada suatu studi yang dilakukan terhadap sukarelawan yang diberi piperazin ternyata dalam
urin dan lambungnya ditemukan suatu derivat nitrosamine yakni N-monistrosopiperazine dan arti
klinis dari penemuan ini belum diketahui. (Anonim.A)
b.
Farmakokinetik
Penyerapan piperazin melalui saluran cerna, baik. Sebagian obat yang diserap mengalami
metabolisme, sisanya diekskresi melalui urin. Menurut, Rogers (1958) tidak ada perbedaan yang
berarti antara garam sitrat, fosfat dan adipat dalam kecepatan ekskresinya melalui urin. Tetapi
ditemukan variasi yang besar pada kecepatan ekskresi antar individu. Yang diekskresi lewat urin
sebanyak 20% dan dalam bentuk utuh. Obat yang diekskresi lewat urin ini berlangsung selama 24
jam. (Anonim.A)
c.
ini pada penderita malnutrisi dan anemia berat, perlu mendapatkan pengawasan ekstra. Karena
piperazin menghasilkan nitrosamin, penggunaannya untuk wanita hamil hanya kalau benar-benar
perlu atau kalau tak tersedia obat alternatif. (Anonim.A)
d.
2.
Pirantel Pamoat
Untuk cacing gelang, cacing kremi dan cacing tambang. Mekanisme kerjanya
menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi imfuls, menghambat enzim
kolinesterase. Absorpsi melalui usus tidak baik, ekskresi sebagian besar bersama tinja, <15% lewat
urine. (Anonim.2010)
Pirantel pamoat sangat efektif terhadap Ascaris, Oxyuris dan Cacing tambang, tetapi tidak
efektif terhadap trichiuris. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan penerusan impuls
neuromuskuler, hingga cacing dilumpuhkan untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh oleh gerak
peristaltik usus. Cacing yang lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari
tubuh, cacing akan segera mati. Di samping itu pirantel pamoat juga berkhasiat laksans lemah. . (Tjay
dan Rhardja, 2002:193)
Resorpsinya dari usus ringan kira kira 50% diekskresikan dalam keadaan utuh
bersamaan dengan tinja dan lebih kurang 7% dikeluarkan melalui urin. Efek sampingnya cukup
ringan yaitu berupa mual, muntah, gangguan saluran cerna dan kadang sakit kepala. (Tjay dan
Rhardja, 2002:193). Dosis terhadap cacing kremi dan cacing gelang sekaligus 2-3 tablet dari 250 mg,
anak-anak 2 tablet sesuai usia (10mg/kg). (Tjay dan Rhardja, 2002:193). Dosis tunggal pirantel
pamoat 10mg/kg Bb (ISO, 2009 : 81).
C. Macam-Macam Cacing
CACING TAMBANG
Adalah cacing parasit (nematoda) yang hidup pada usus kecil inang(korban sebagai tempat
makan)nya, dalam hal ini adalah manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing
Tambang didefinisikan sebagai cacing parasit pengisap darah yang mempunyai pengait yang kuat
pada rongga mulut atau pipi untuk menyerang usus.
gelang ini, saya belum menemukannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI)pun Cacing
Gelang berada dalam sub pengertian cacing sebagai cacing yang hidup dalam usus halus manusia.
Hanya itu saja yang saya temukan, sayang sekali.
CACING CAMBUK
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Cambuk tidak terdapat definisinya.
Namun dari berbagai sumber yang ada Trichuris trichiura ini disebut cambuk adalah karena pada
bagian anteriornya berbebtuk langsing memanjang seperti cambuk, yang panjangnya kira-kira
mencapai 3/5 dari panjang seluruh tubuhnya.
CACING JANTUNG
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Jantung atau Dirofilaria immitis
didefinisikan sebagai cacing nematoda yang terdapat dalam jantung karnivora, betinanya dapat
mencapai panjang 30 cm. Cacing ini kebanyakan menyerang pada hewan, seperti anjing dan kucing.
Dapat menyebabkan kematian pada hewan inangnya apabila tidak dirawat.
CACING PITA
Termasuk dalam Kerajaan Animalia, Filum Platyhelminthes, Kelas Cestoda, Bangsa
Cyclophyllidea, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Pita didefinisikan sebagai
cacing berkepala, beruas-ruas, panjang dan pipih seperti pita, hidup di dalam perut, biasanya dianggap
sebagai sumber penyakit. Anggota-anggotanya dikenal sebagai parasit vertebrata dan yang paling
penting cacing ini dapat menginfeksi manusia, babi, sapi, dan kerbau.
CACING PIPIH
Tubuhnya memipih dan badan berbentuk pita adalah Filum Platyhelminthes yang terdapat 4
kelas didalamnya yaitu Turbellaria, Trematoda, Cestoda dan monogenea (cacing pita merupakan
bagian dari cestoda). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Pipih didefinisikan
sebagai cacing berbadan pipih, yang mempunyai rongga tubuh.
CACING
BENANG
ATAU
FILARIA(Wuchereria
bancrofti)
Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut cacing benang atau filaria. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Benang definisinya adalah cacing yang menyebabkan
penyakit filariaris yang menyebabkan pembengkakan pada kaki.
CACING TANAH
Cacing
Tanah adalah nama yang paling umum digunakan untuk hewan dalam kelompok
Oligochaeta, yang nama kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya. Cacing ini tergolong
dalam filum Annelida. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Cacing Tanah didefinisikan
sebagai cacing yang hidup di dalam tanah yang lembap.
Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m.Contoh annelida yang panjangnya
3 m adalah cacing tanah Australia. Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai
cincin. (Anonim.B)
Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen dengan
segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di
antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh
Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi
otot. (Anonim.B)
Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal). Sistem
pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan
anus. Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.
Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari
esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. (Anonim.B)
Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring
pada anterior. Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan
nefrotor. Nefridia (tunggalnefridium) merupakan organ ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom
merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupaka npori permukaan tubuh tempat kotoran
keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya. (Anonim.B)
Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel
pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan
tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap. Annelida hidup di
berbagai tempat dengan membuat liang sendiri. (Anonim.B)
Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet. Namun ada
juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi. Organ seksual annelida ada
yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain
(gonokoris). (Anonim.B)
Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta
(cacing berambut sedikit), dan Hirudinea. (Anonim.B)
III.
Alat
-
Cawan petri
Batang pengaduk kaca
Bahan
-
Gelas piala 1 L
Pinset
Sarung tanagan
Termometer
Inkubator
tissue
Asacaris suum
Pirantel pamoat
Piperazin sitrat
NaCl 0,9% b/v
Air suling
Air dengan suhu 50c
Aquadest
Cacing tanah
Hewan
- cacing tanah
VI.
Prosedur Kerja
Prosedur
1. Sebelum percobaan,cacing harus diaktifkan terlebih dahulu pada suhu 37c
2. Siapkan larutan uji (pirantel pamoat dan piperazin sitrat )serta kontrol (NaCl) dengan
3. Tuangkan larutan uji masing masing ke dalam tiap cawan petri dengan pola sebagai berikut;
4. Tempatkan cawan petri yg telah berisi larutan Uji ke dalam inkubatorpada suhu 37c
5. Kedalam masing-masing cawan, letakkan 1(satu) pasang ascaris suum yang masih aktif .catat
waktunya:
6. Pengamatan:
a) Amati pergerakan cacing dan posisi kepala cacing segera setelah penempatan cacing
di dalam larutan uji secara terus menerus selama 15 menit pertama kemudianpada 30,
45, 60 menit dan seterusnya dengan interval 15 menit. Pengamatan dilakukan selama
2 jam.
b) Bandingkan pergerakan cacing dalam larutan uji ( pirantel pamoat, piperazin sitrat )
dengan cacing kontrol (nacl fisiologis )
c) Untuk melihat apakah cacing yang tidak bergerak tersebut sudah mati atau paralisis,
usik cacing- cacing tersebut dengan batang pengaduk.
d) Jika cacing tetap diam segera pindahkan ke dalamair panas 50c dan amati
pergerakanya.
e) Apabila dengan cara pada poin d,cacing tetap diam ,berarti cacing tersebut mati.tetapi
jika bergerak ,berarti cacing tersebut mengalami paralisis.
f) Jika cacing mengalami paralisis ,nyatakanlah apakah paralisis terjadi merupakan
paralisis spastik atau flasid dengan melihat postur tubuh cacing tersebut.
g) Catat hasil pengamatan dalam bentuk tabel setiap interual waktu: N ( normal), P
(paralisis), M ( mati).
V.
Nama
Sediaan
Lama
wakt
u
mati
Pipere
zin
5%
15
P
F
30
M
II
Pipere
zin
2,5%
Pipere
zin
1,25%
Pipere
zin
o,625
%
Pirant
el
0,625
%
Pirant
el
0,312
%
Pirant
el
0,165
%
Pirant
el
0,085
%
KON
TROL
(Aqua
des)
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
II
I
I
V
V
V
I
V
II
V
II
I
I
X
45
M
60
M
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
F
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
F
P
F
P
F
P
S
P
S
N= Normal
PS= Paralisis spastik
PF= Paralisis flasid
M= Mati
VI.
PEMBAHASAN
75
M
90
M
105
M M
P
F
19
P
F
P
F
P
F
P
F
21
P
F
P
F
P
F
P
F
30,
18
4,
24
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
P
S
120
M M
10,20
,11
107
VII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Katzung.1989.Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 3.EGC: Jakarta
VIII.
Kesimpulan
Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi
rasa sakit atau nyeri diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya
rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis.
Atas dasar kerja farmakologinya, analgetika dibagi dalam dua kelompok yaitu analgetik
dsentral (narkotik) dan analgetik perifer (non-narkotik).
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ernerst, Mutschler. 1991. Dinamika Obat edisi kelima. Bandung. ITB.
Goodman& Gilman. 2003. Dasar Farmakologi Terapi vol 1.Jakarta. EGC.
Green. 2009. Analgetika. Available online at : http://greenhati.blogspot.com/2009/05/obatanalgetik-dan farmakodinamikanya.html (diakses pada tanggal 25 Oktober 2011).
Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Medicafarma.2008.AnalgesikAntipiretikdanNSAID.http://medicafarma.blogspot.com/2008/04/an
algesik-antipiretik-dan-antiinflamasi.html (diakses pada tanggal 25 Oktober 2011).
Mutschler, Ernst. ed. V. Dinamika Obat , ITB 1999 Press : Jakarta
Tan, H. T. dan Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
Tjay dan K.Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja, 2007, Obat-obat Penting, PT Gramedia, Jakarta.