Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Beraneka ragam makanan yang dikonsumsi masyarakat luas, dengan berkembangnya


teknologi maka pengolahan makanan pun semakin beragam. Cara pengolahan makanan
berkembang, produsen berusaha bagaimana cara untuk membuat produknya terlihat menarik,
dan juga tahan lama dengan biaya produksi yang dapat ditekan seminimal mungkin. Maka
timbullah bahan tambahan pangan, yaitu bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud
teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan
penyimpanan (Cahyadi, 2006).
Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan
pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah
bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan
atau produk pangan.
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau
mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah
dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan.
Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila:
1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan;
2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak
memenuhi persyaratan;
3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara
produksi yang baik untuk pangan;
4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
Penggunaan bahan tambahan pangan sebaiknya dengan dosis dibawah ambang batas
yang telah ditentukan. Jenis BTP ada 2 yaitu GRAS (Generally Recognized as Safe), zat ini
aman dan tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan jenis lainnya yaitu ADI
(Acceptable Daily Intake), jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily
intake) demi menjaga/ melindungi kesehatan konsumen. Di Indonesia telah disusun peraturan

tentang Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan ditambahkan dan yang dilarang (disebut
Bahan Tambahan Kimia) oleh Depertemen Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 168/MenKes/Per/X/1999.
Salah satu bahan tambahan makanan yang sering digunakan dalam pengolahan
makanan adalah pemanis. Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan
digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan
kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifatsifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber
kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dan makanan dengan jumlah kalori
terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi
kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama (Cahyadi, 2006). Namun,
pemanis yang digunakan sebagai bahan tambahan makanan memiliki 2 jenis, yaitu pemanis
alami yang sering disebut dengan gula/sukrosa dan pemanis buatan.
Pemanis buatan (sintesis) merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan rasa
manis dalam makanan, tetapi tidak memiliki nilai gizi (Yuliarti, 2007). Rasa manis yang
dimiliki oleh pemanis buatan bisa berkali-kali lipat dari gula.
Tabel 1.1. Intensitas Beberapa Pemanis Dibandingkan dengan Sukrosa 10%
Pemanis
1. Sukrosa
2. Na-Siklamat
3. Dulsin
4. Sakarin
5. Aspartam
6. 1-n-propoksi-2-amino-nitrobenzen

Kemanisan Relatif
1
15-31
70-350
240-350
250
4.100

Meski pemanis buatan adalah pengganti gula sintetis, namun bisa saja ia berasal dari
bahan alami. Bahan alami yang bisa dijadikan bahan pengganti gula bisa berasal dari
tumbuhan atau bahkan gula itu sendiri. Pemanis buatan adalah alternatif menarik bagi mereka
yang ingin mengonsumsi makanan dan minuman yang manis, namun tidak menambah jumlah
kalori. Pemanis buatan banyak digunakan dalam produk olahan, termasuk minuman ringan,
campuran minuman bubuk, permen, puding, makanan kaleng, selai, jeli, produk susu, dan
sejumlah makanan lain dan minuman.
Tabel 1.2. Daftar pemanis sintesis yang diizinkan di Indonesia

Nama Pemanis
Sintesis
Sakarin (Garam
Natrium)

ADI
0-2,5 mg

Jenis Bahan Makanan

Batas Maksimal

Makanan berkalori rendah

Penggunaan
a. 50mg/kg (sakarin)

a. Permen karet

b. 100mg/kg

b. Permen

(Nasakarin)

c. Saus

c. 300 mg/kg (Na

d. Es krim dan sejenisnya

sakarin)

e. Es lilin

d. 200 mg/kg (Na

f. Jam dan jeli


g. Minuman ringan
h. Minuman yoghurt
Siklamat (garam

i. Minuman ringan fermentasi


Makanan berkalori rendah

a. 500mg/kg dihitung

natrium dan Garam

a. Permen karet

sebagai asam siklamat

kalsium)

b. Permen

b. 1g/kg dihitung

c. Saus

sebagai

d. Es lilin

asam siklamat

e. Minuman yoghurt

c. 3 g/kg dihitung

f. Minuman ringan

sebagai

fermentasi

asam siklamat
d. 3 g/kg dihitung
sebagai
asam siklamat
e. 3 g/kg dihitung
sebagai
asam siklamat
f. 500mg/kg dihitung

Sorbitol

Kismis

sebagai asam siklamat


5g/kg

Jam dan jeli, roti

300 g/kg

Makanan lain
Sumber: PerMenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999

120 g/kg

Penggunaan pemanis buatan sangat populer dikalangan maksyarakat karena beberapa


pemanis buatan ini memiliki sifat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh sehingga baik

dikonsumsi oleh penderita diabetes. Selain itu, beberapa keuntungan yang diberikan oleh
pemanis sintetis ini diantaranya :
1. Aman bagi penderita diabetes
Salah satu keunggulan pemanis buatan dibandingkan dengan gula adalah tidak menimbulkan
kenaikan kadar gula darah. Berbeda dengan gula, pemanis buatan bukanlah karbohidrat.
Karena keunggulan inilah pemanis buatan sering direkomendasikan bagi para penderita
diabetes. Meski sering dijadikan rujukan, pemakaian pengganti gula tetaplah tidak bisa
sembarangan. Penderita diabetes yang hendak mengganti asupan gula dengan pemanis buatan
sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter atau ahli gizi.
2. Membantu menstabilkan berat badan
Manfaat lain yang mungkin bisa diperoleh dari pemakaian pemanis buatan adalah bisa
membantu menstabilkan berat badan seseorang. Hal ini terlihat masuk akal mengingat
kandungan kalori di dalam bahan ini nyaris tidak ada. Jika dibandingkan dengan gula biasa,
tentu kandungan kalori dalam pengganti gula ini jauh lebih sedikit. Contoh, minuman
berkarbonasi atau minuman bersoda yang memakai gula memiliki 80gr karbohidrat dan 300
kalori jika kita mengonsumsinya sekitar 355 ml sehari. Jika minuman tersebut memakai
pemanis buatan, maka jumlah kalori yang ada bisa ditekan hingga 0. Bagi penyuka kopi atau
teh, mengganti 2 sendok teh gula dengan pemanis buatan berarti menghindari asupan 32
kalori dan 10 gr karbohidrat.
3. Tidak menyebabkan gigi berlubang
Tidak seperti gula, pemanis buatan tidak menyebabkan kerusakan gigi.

Anda mungkin juga menyukai