Anda di halaman 1dari 2

Ironisnya Nasib Petani

Kita tidak dapat memungkiri bahwa pembangunan suatu masyarat tidak terlepas dari
terpenuhinya kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok dari masyarakat. Salah satu kebutuhan
dasar yang diperlukan masyarakat adalah kebutuhan pangan. Salah satu sumber kebutuhan
pangan masyarakat yang utama dipenuhi dari hasil tanaman pangan, yaitu serealia (padi,
jagung), biji-bijian (kedelai, kacang tanah, kacang hijau), umbi-umbian (kentang, wortel, ubi
kayu, ubi jalar), dan jenis tanaman lainnya (sagu, sukun). Kita tentu mengetahui bahwa hasil
tanaman pangan tidak terlepas dari peran petani yang memproduksinya. Oleh karena itu, kita
dapat menyebutkan bahwa petani memiliki peran yang cukup penting terhadap pembangunan
masyarakat

di

suatu

negara,

termasuk

Indonesia.

Akan tetapi, ironisnya adalah pihak yang memegang peranan penting terhadap
pembangunan tersebut kondisinya sendiri seperti tidak menikmati pembangunan yang terjadi
di Indonesia. Kita telah mengetahui beberapa kondisi petani tanaman pangan di Indonesia,
seperti mayoritas petani yang berada di bawah garis kemiskinan dan memiliki kepemilikan
lahan yang sempit. Petani seolah terjebak dalam kondisi yang tidak sejahtera dan sulit untuk
keluar dari garis kemiskinan.
Salah satu indikator yang menunjukkan petani tidak sejahtera dan sekaligus
menjelaskan mengapa petani sulit keluar dari kondisi tersebut adalah Nilai Tukar Petani
(NTP). Berdasarkan data BPS (2015), NTP petani tanaman pangan pada tahun 2014 berada di
bawah 100 dan hal ini pernah terjadi di tahun 2008-2010. NTP yang dibawah 100
menunjukkan petani tidak sejahtera karena menunjukkan biaya produksi yang dibayarkan
petani lebih tinggi dari pendapatan yang diterimanya. Selain itu, kondisi ironis petani juga
dijelaskan dengan timpang yang terlalu besar antara harga jual gabah tingkat petani dengan
harga beras pada tingkat konsumen. Pembagian nisbah ekonomi antara sektor hulu dengan
sektor hilir mengalami ketimpangan.
Kedua kondisi tersebut menunjukkan alasan mengapa petani tidak sejahtera, yaitu
nilai yang dibayar petani lebih besar dan timpangnya pendapatan yang diterima petani.
Masalah tersebut berkisar pada salah satu pasar yang dihadapi petani, khususnya dalam pasar
penjulan hasil panen. Petani tidak mendapat pendapatan yang sesuai dengan hasil panennya.
Oleh karena itu, hal yang perlu diperbaiki adalah pasar hasil penjualan petani tersebut.
Seringkali, hasil panen petani dibeli oleh tengkulan yang membeli hasil panen dengan harga
yang tidak seimbang dengan penjualan kepada pihak penyimpan dan distributor berikutnya.
Pemerintah harus memegang kendali pada pasar penjualan hasil panen dan menggeser para

tengkulak sebelumnya. Pemerintah hadir di pasar petani sampai yang paling pedalaman untuk
membeli hasil panen padi dengan harga yang sesuai melalui kebijakan harga saat ini, yaitu
HPP).
Perbaikan kemiskinan pada petani tanaman pangan dilakukan agar pembangunan
masyarakat terjadi dengan adil. Penikmat hasil tanaman pangan maupun produsennya
harusnya sama-sama menikmati proses pembangunan masyarakat. Kiranya pemerintah dapat
mengatasi ironisnya kondisi ini.

Anda mungkin juga menyukai