Anda di halaman 1dari 6

Public Speaking: Strategi Menguasai Audiens

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seseorang yang sukses tidak lepas dari bakat dan keahlian yang dimilikinya. Salah satu bakat
yang sangat mendukung bagi kesuksesan seseorang di bidang akademis dan organisasi adalah
keahlian dan bakat berbicara atau berpidato. Seseorang dikatakan ahli berpidato apabila apa yang
ia omongkan atau bicarakan mampu menggerakkan massa atau audiens sehingga mereka berbuat
atau beranggapan sama seperti dirinya. Keahlian mengendalikan massa lewat pidato ini
sebenarnya bukanlah hal yang susah. Keahlian dalam berpidato bisa dipelajari secara perlahanlahan. Orang bisa mempelajari teknik-teknik dan gaya berpidato dari para orator yang terdahulu.
Kini dengan canggihnya teknologi, orang bisa melihat aksi orang-orang yang kualified dalam
berpidato melalui televisi, internet ,CD, dan sebagainya. Teknik-teknik berbicara di depan massa
secara baik juga telah ditulis oleh banyak orang dalam buku-buku yang berkaitan dengan Ilmu
Public speaking.
Banyaknya bukti-bukti yang menunjukan bahwa kemampuan seseorang berbicara di depan
massa akan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang dalam mengarungi kehidupan
khususnya dalam masalah komunikasi dan sosialisasi diri telah menyebabkan banyak orang
tertarik berusaha dan belajar untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan berpidato
mengendalikan massa. Karena inilah maka sangat wajar jika buku-buku tentang pidato, psikologi
komunikasi, dan psikologi massa sangat digandrungi kini.
Jika kita melihat dunia politik di Indonesia kita akan menjumpai bahwa mereka-mereka yang
mempunyai kedudukan kuat dan massa besar adalah orang-orang yang memang mempunyai
kemampuan mengendalikan masa dengan ucapan. Memang Megawati bisa dikecualikan, namun
perlu diingat bahwa massa PDI Perjuangan adalah mereka-mereka yang kagum dengan
kejeniusan Bung Karno si Orator Ulung. Disamping itu, di kanan kiri Megawati juga banyak
orang yang pintar dalam berpidato.
Hubungan antara keahlian berbicara (mengendalikan audiens) dengan kesuksesan dalam
berorganisasi, bermasyarakat, dan dalam dunia akademik memang bukan hal yang rahasia lagi.
Bertitik tolak dari sini, penulis tertarik untuk menganalisis naskan tugas Public Speaking untuk
mengetahui tentang teknik-teknik menguasai audiens dengan baik.
BAB II
ANALISIS NASKAH DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang mendalam terhadap naskah dapat diketahui bahwa keahlian dalam
berkomunikasi, khususnya dalam berbicara di depan massa, ternyata memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kesuksesan yang akan diraih seseorang.Oleh karena itu, hal yang perlu

diperhatikan oleh seseorang yang ingin sukses dalam bidang akademik, organisasi, dan lainnya
adalah kemampuan mengendalikan massa. Kemampuan mengendalikan massa dengan lisan ini
dapat dilatih dengan membiasakan diri latihan berpidato, ceramah atau latihan berbicara di depan
publik.
Berdasarkan apa yang terdapat di dalam naskah tugas public speaking, dapat pula diketahui
bahwa untuk dapat menyampaikan pidato secara baik sehingga menarik perhatian audiens,
setidaknya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Memilih Teknik Penyampaian Pidato dengan Tepat
Agar pembicaraan yang disampaikan melalui pidato dapat dipahami dan diperhatikan oleh
audiens diperlukan teknik-teknik khusus. Teknik tersebut dikenal dengan istilah Mode of
delivery (model penyampaian) atau juga disebut dengan teknik penyampaian pidato.
Secara garis besar ada tiga model penyampaian yang biasa digunakan orang dalam
menyampaikan pidato di depan publik.
a. teknik membaca naskah ( reading from a manuskript).
Pidato dengan membaca naskah merupakan tipe atau model penyampaian yang paling formal.
Tipe ini juga merupakan pilihan yang paling tepat untuk menjaga agar jangan sampai apa yang
dibicarakankeluar atau menyimpang jauh dari tema. Teknik membaca naskah ini sangat
dianjurkan ketika seseorang berpidato mengenai topik-topik yang sensitif sehingga mencegah
terjadinya kesalahpahaman dan salah tafsir dari audiens.
Boleh juga sekali-kali pidato yang menggunakan teknik membaca naskah diselingi dengan
spontanitas dan percakapan dialogis dengan audiens sehingga komunikasi antara orang yang
berpidato dengan audiens dapat terjalin. Spontanitas dan percakapan dialogis yang diselipkan
dalam teknik reading from a manuscript ini bisa menambah hidupnya suasana dan mendorong
orang untuk lebih memahami dan mengerti isi pidato yang sedang disampaikan.
Salah satu contoh yang cukup bagus dari pidato yang menggunakan teknik reading from a
manuscript yang disertai dengan sepontanitas adalah apa yang telah dilakukan oleh presiden
Amerika Serikat, Franklin D. Roosevlelt di depan International Teamsters Union pada tanggal
23 September 1944. Sebelum memulai pidatonya, beliau memberikan sebuah lelucon
sederhana yang membuat audiens bisa lebih tertarik untuk memahami dan
mengikuti pembicaraan. Beliau juga memberikan selingan berupa sedikit komentar dari catatan
yang dibawanya sehingga lebih nampak bahwa beliau memang menguasi apa yang sedang
dibicarakannya.
Kekurangan dari teknik ini adalah kurangnya interaksi/kontak mata (eye contact) antara
pemateri dengan audiens. Dan jika tidak diselingi dengan spontanitas yang menarik, pidato
dengan membaca naskah ini juga akan menjadi pidato yang paling membosankan bagi audiens.
Karena terkesan membosankan tentunya apa yang akan disampaikan oleh pembicara kepada
audiens tidak akan dipahami sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, bagi seseorang yang

ingin berpidato dengan teknik membaca naskan disarankan agar sering memberikan selinganselingan spontan dari naskah yang dibacanya dan usahakan agar kontak mata dengan audiens
tetap terjaga.
b. teknik hafalan (presenting from memory).
Meskipun seseorang terlatih untuk menghafalkan naskah berhalaman-halaman, namun
teknik ini sangat sukar untuk dilakukan karena memerlukan konsentarasi dan energi yang
tinggi. Disamping itu, teknik ini juga memiliki banyak kekurangan diantaranya pemateri bisa
lupa dengan apa yang telah ia hafal. Jika hal ini terjadi di tengah-tengah pidato maka akan
mengurangi perhatian dan kepercayaan audiens terhadap kredibilitas dan kemampuan
pemateri.
teknik presenting from memory jika dilakukan oleh orang yang belum ahli atau dilakukan
dalam keadaan nervous akan mengakibatkan pidato terkesan tegang, tidak komunikatif dan
menjemukan. Jika hal tersebut terjadi maka perhatian audiens tidak akan lagi terpusat pada
pembicara sehingga inti dan maksud dari pidato tidak akan dipahami dengan baik. Perlu
diingat pula, kadang seseorang yang sudah terbiasa menghafal pun masih mendat kendala
ketika harus mengutarakan pidato di depan audiens yang cukup banyak. Tidak jarang hafalan
yang telah mereka persiapkan tercampur dengan hafalan lainnya ketika diantara keduanya
terdapat kemiripan topik.
Disamping kelemahan-kelemahan seperti di muka, sebenarnya teknik presenting from
memory ini juga memiliki beberapa kelebihan. Seandainya teknik presenting from memory ini
dilakukan oleh orang yang sudah benar-benar ahli dan mengerti situasi maka sebenarnya ada
kesempatan yang lebih besar bagi pembicara untuk melakukan kontak mata dengan audiens.
Dengan adanya kontak mata antara pemateri dengan audiens maka perhatian mereka akan tetap
terpusat pada pemateri. Selain itu, dengan tanpa membaca naskah atau teks, maka pembicara
dapat bebas melakukan gerak tangan dan memainkan gestur secara baik, sehingga dapat
menambah keyakinan audiens terhadap isi dari apa yang dibicarakan. Teknik presenting from
memory ini juga bisa dipadukan dengan teknik reading from amanuscript. Jadi ada sebagian
dari isi pidato yang dihafalkan dan sebagian yang lainnya dibaca secara langsung.
c. Teknik Spontanitas/tanpa persiapan (speaking extemporaneously).
Teknik spontanitas ini sering dilakukan oleh orang yang ditunjuk untuk ceramah atau berpidato
secara mendadak. Di sini pembicaramenyampaikan materi tanpa membaca naskah ataupun
melalui hafalan yang telah ia persiapkan. Cara melakukan pidato dengan teknik ini ialah cukup
dengan menyusun kata-kata sebisanya dengan maksud yang jelas. Namun hal ini bukanlah
berarti tanpa persiapan, sebab bisa juga pembicara membawa outline ( garis besar ) tentang apa
yang akan dibicarakan. Garis besar dari apa yang akan dibicarakan di tulis di atas kertas kecil
sebagai pedoman agar apa yang akan disampaikan oleh pembicara tidak melenceng dari topik.
Sedangkan pengembangan dari outline tersebut dilakukan secara spontan ketika sedang
berbicara di depan audiens.

2. Meningkatkan Kualitas Pidato dengan Memperhatikan Langkah-Langkah Berpidato


yang Efektif
Seorang orator yang ulung pasti mengetahui dan menyadari langkah-langkah apa saja yang dapat
meningkatkan nilai dan mutu sebuah pidato. Hal tersebut perlu diperhatikan karena memiliki
pengaruh yang besar terhadap kemampuan seseorang dalam mengendalikan massa atau
audiens ketika sedang berbicara. Langkah-langkah yang dimaksud disebut juga dengan
dinamika penyampaian( delivery dynamics).
Ada tujuh langkah yang harus diperhatikan seorang pembicara agar pidato yang ia sampaikan
lebih bermutu, mengena dan efektif:
a. Kembangkan suasana dialogis (Develop a Conversation Style)
Orator-orator modern banyak yang menyampaikan pidatonya secara dialogios. Artinya; audiens
diposisikan sebagai teman bicara, bukannya pendengar saja. Audiens seolah-olah diajak
berbicara, berdialog sehingga mereka akan tertarik untuk mengikuti pembicaraan dan tidak
menimbulkan kebosanan. Metode ini menurut James aA. Winans disebut sebagai
metode Conversational.
b. Gunakan nada suara yang bervariasi (Use Vocal Variety)
Orator yang baik harus tahu kapan menggunakan suara yang tinggi, kapan menggunakan suara
rendah, dan kapan saatnya menggunakan suara dengan nada sedang. Harus diketahui pula, kapan
kalimat harus diucapkan dengan cepat dan kapan diucapkan dengan lambat. Disamping itu, harus
dipahami kapan suatu kalimat diucapkan dengan suara keras dan kapan dengan suara biasa atau
datar. Jika semua itu diabaikan maka pidato akan terdengar datar-datar saja tanpa penekanan dan
ekspresi suara sehingga tidak mustahil audiens banyak yng tertidur.
c. Gunakan gestur dan gerak tubuh (Use Gestur and Movement)
Gerak tubuh, gerak tangan , dan mimik wajah sangat membantu untuk menyakinkan audiens
mengenai topik pembicaraan. Meski begitu hendaknya gerakan dilakukan sewajarnya saja dan
jangan terlalu berlebihan. Gerakan tangan yang terlalu over akan mengurangi daya tarik
pembicara. Begitu pula gerak anggota badan lainnya dan mimik wajah.
d. Ekspresikan emosi sewajarnya (Express Emotions Naturally)
Cara terbaik untuk mengekspresikan emosi ketika berpidato adala dengan spontanitas, tanpa
dibuat-buat. Tetapi jangan sampai ketika berbicara tentang sesuatu yang emosional pembicara
tidak menunjukkan emosi sama sekali. Pengekspresian emosi ini dapat ditunjukkan melalui
gerakan tangan, mimik wajah, maupun tekanan suara.
e. Jagalah kontak mata dengan audiens (Use Eye Contact)

Komunikasi adalah interaksi dua arah. Ketika sedang berpidato, usahakan pandangan mata anda
mengarah ke depan kearah audiens. Kalau bisa pandanglah mata seluruh audiens dengan cara
menyapukan pandangan dari sudut paling kiri menuju ke kanan ataupun sebaliknya. jangan
sampai pandangan hanya tertuju pada satu titik saja. Usahakan pula jangan sampau wajah
kelihatan tertunduk.
Cara melakukan kontak mata dengan audiens perlu pula disesuaikan dengan kondisidan situasi
masyarakat sekitar. Jangan sampai kontak mata yang dilakukan malah menimbulkn
kesalahpahaman antara pembicara dengan audiens.
f. Gunakan spontanitas yang ekspresif (Use Spontaneous Expressiveness)
Spontanitas yang ekspresif dan menambah suasana dialogis dan komunikatif antara pemateri dan
audiens salah satunya adalah spontanitas dalam bentuk humor atau joke yang lucu. Oleh karena
itu sangat dianjurkan bagi calon orator untuk menambah perbendaharaan mengenai cerita-cerita
humor dengan cara membaca buku-buku humor.
g. Gunakanlah trade mark gaya bicara yang dimiliki dalam pidato (Develop a Signature Style of
Speaking)
Setiap orang memiliki karakter sendiri-sendiri baik dari segi vokal,nada, maupun logat yang
digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kadang karakter yang unik dari seorang pembicara
dapat menambah minat audiens untuk memperhatikan. Oleh karena itu maka peliharalah
keunikan karakter yang anda miliki sebagai trade mark anda, sebab siapa tahu itu menarik.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian singkat di muka dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menyampaikan pidato secara
baik dan dapat menarik perhatian audiens, setidaknya perlu diperhatikan dua hal sebagai berikut:
1.
Memilih teknik penyampaian pidato dengan tepat
2.
Meningkatkan kualitas pidato dengan memperhatikan langkah-langkah berpidato yang
efektif

Teknik penyampaian pidato yang biasa digunakan oleh kebanyakan orang ada tiga jenis:
1.
2.
3.

teknik membaca naskah ( reading from a manuskript),


teknik hafalan (presenting from memory),
teknik Spontanitas/tanpa persiapan (speaking extemporaneously).

Adapun langkah-langkah ysng harus diperhatikan agar pidato bisa lebih hangat dan efektif
adalah:

1. Kembangkan suasana dialogis (Develop a Conversation Style)2. Gunakan nada suara


yang bervariasi (Use Vocal Variety)
3. Gunakan gestur dan gerak tubuh (Use Gestur and Movement)
4. Ekspresikan emosi sewajarnya (Express Emotions Naturally)
5. Jagalah kontak mata dengan audiens (Use Eye Contact)
6. Gunakan spontanitas yang ekspresif (Use Spontaneous Expressiveness)
7. Gunakanlah trade mark gaya bicara yang dimiliki dalam pidato (Develop a Signature
Style of Speaking)
.
DAFTAR PUSTAKA
Bolton, Robert, People Skill: How to Assert Yourself, Listen to Others, and Resolve
Conflicts. Englewood Cliffs. N. J. Prentice-Hall, 1979.
Deese, James, General Psychology. Boston: Allyn and Bacon,1967.
R. Wayne Pace and Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan.
W. Charles Redding, Communication within Organization : An Interpretive Review of Theory
and Research. New York: Industrial Communication Council, 1972.

Anda mungkin juga menyukai