Anda di halaman 1dari 45

UJI STABILITAS OBAT ANTI PERADANGAN

INDOMETASIN FARNESIL YANG TERSALUT GEL


KITOSAN-GOM GUAR

DEBBY ISDARULYANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

ABSTRAK
DEBBY ISDARULYANTI. Stabilitas Obat Anti-peradangan Indometasin Farnesil
Tersalut Gel Kitosan-Gom Guar. Dibimbing oleh PURWANTININGSIH SUGITA,
BAMBANG SRIJANTO, dan BUDI ARIFIN.
Gel kitosan yang dimodifikasi oleh hidrokoloid alami gom guar dengan
glutaraldehida sebagai penaut silang berpotensi sebagai penyalut untuk digunakan dalam
sistem pengantaran obat dalam bentuk mikrokapsul. Mekanisme pelepasan obat dari
membran kitosan-gom guar telah dipelajari melalui uji difusi. Sementara laju pelepasan
indometasin farnesil dalam medium usus telah dipelajari melalui uji disolusi. Sebagai
sediaan obat yang baru, mikrokapsul indometasin farnesil ini perlu diuji stabilitasnya.
Tujuannya adalah untuk menentukan kestabilan dan usia guna mikrokapsul indometasin
farnesil.
Sediaan obat dibuat dengan mencampurkan 228.6 ml kitosan 1.75% (b/v), 38.10 ml
larutan gom guar dengan ragam konsentrasi 0.05, 0.19, dan 0.33% (b/v), 7.62 ml
glutaraldehida dengan ragam konsentrasi 4, 4.5, dan 5% (v/v), dan 100 mg indometasin
farnesil dalam 250 ml etanol 96%. Campuran homogen yang diperoleh kemudian
dikeringkan semprot menjadi granul.
Uji stabilitas pada penelitian ini menggunakan uji dipercepat dalam climatic
chamber dengan suhu (402) C dan kelembapan relatif (755)% selama 3 bulan.
Parameter yang diukur setiap minggu meliputi kadar air dengan moisture analyzer dan
kadar indometasin farnesilnya dengan spektrofotometer ultraviolet pada panjang
gelombang 320.4 nm. Semua formula menunjukkan nilai kadar air yang tinggi (>10%)
dan berfluktuasi, sementara kadar indometasin farnesil terus menurun dengan kinetika
penguraian mengikuti orde yang berbeda untuk setiap formula mikrokapsul: orde ke-0
(formula 2, 4, dan 5), orde ke-2 (formula 3 dan 7), dan orde ke-3 (formula 1, 6, dan 89).
Mikrokapsul formula 6 dengan komposisi gom guar dan glutaraldehida berturut-turut
0.19% (b/v) dan 5.00% (v/v) dalam larutan kitosan yang konsentrasinya dibuat tetap
(1.75%) merupakan mikrokapsul yang paling stabil dengan persentase indometasin
farnesil yang masih tersalut, tetapan laju penguraian, dan usia guna berturut-turut 77.67%,
0.0008 (%b/v)-2minggu-1, dan 4.28 minggu atau 30 hari.

ABSTRACT
DEBBY ISDARULYANTI. Stability Test of Anti Inflammatory Drug Indomethacin
Farnesil Coated with Chitosan-Guar Gum Gel. Supervised by PURWANTININGSIH
SUGITA, BAMBANG SRIJANTO, and BUDI ARIFIN.
Chitosan gel modified by guar gum natural hydrocolloid with glutaraldehyde as
cross-linker are potential as coating agent to be used drug as delivery system in
microcapsule form. Mechanism of drug release from chitosan-guar gum membrane has
been studied by diffusion test, whereas release rate of indomethacin farnesil in intestines
medium has been studied by dissolution test. As a new product preparation, the stability
of this indomethacin farnesil microcapsule need to be studied. This research aimed to
determine stabilities and shelf life of indomethacin farnesil microcapsule.
Drug preparations were made by mixing 228.6 ml 1.75 % (w/v) chitosan solutions,
38.1 ml 0.05, 0.19, and 0.33% (w/v) guar gum solutions, 7.62 ml 4, 4.5, and 5% (v/v)
glutaraldehyde solutions, 100 mg of indomethacin farnesil solubilized in 250 ml 96%
ethanol. The homogenous mixture obtained was then spray dried into granules.
The stability was tested using accelerated test in climatic chamber under
temperature of (402) C and relative humidity (755)% for 3 month. The moisture
content was measured by using moisture analyzer and the indomethacin farnesil content
was measured with specrofotometer ultaraviolet at wavelangeth of 320.4 nm every week.
All nine formulas showed high (>10%) and fluctuating water content, whereas
indometchin farnesil content decreasing with varied degradation rate: zero order (formula
2, 4, and 5), second order (formula 3 and 7), and third order (formula 1, 6, and 89).
Formula 6 with guar gum and glutaraldehyde concentration 0.19% (w/v) and 5.00% (v/v),
respectively, in chitosan solutions at constant concentration, 1.75% (w/v) was the most
stable with encapsulated indomethacin farnesil after 12th weeks, the degradation rate
constant, and shelf life were 77.67%, 0.0008 (%w/v)-2week-1, and 4.28 week or 30 days,
respectively.

Judul

Nama :
NIM :

Stabilitas Obat Anti Peradangan Indometasin Farnesil Tersalut Gel


Kitosan-Gom Guar
Debby Isdarulyanti
G44203025

Menyetujui

Pembimbing I,

Dr. Purwantiningsih Sugita, MS


NIP 131 779 513

Pembimbing II,

Pembimbing III,

Ir. Bambang Srijanto


NIP 680 003 303

Budi Arifin, SSi


NIP 132 321 568

Mengetahui:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor,

Dr. drh. Hasim, DEA


NIP 131 578 806

Tanggal lulus:

PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat yang
memampukan Penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini bertujuan
mengevaluasi stabilitas mikrokapsul kitosan-gom guar. Selain itu berguna untuk
menentukan usia guna dari mikrokapsul tersebut. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan
MeiDesember 2007 di Laboratrium Teknologi Farmasi dan Medis, BBPT Serpong,
Laboratorium Kimia Organik dan Laboratorium Bersama, Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
Penulis selama penelitian dan juga penyusunan karya ilmiah ini, terutama Dr. Ir.
Purwantiningsih Sugita, MS, Ir. Bambang Srijanto, dan Budi Arifin, SSi selaku
pembimbing yang selalu menyempatkan waktu untuk berkonsultasi; kepada Tuti
Wukirsari, SSi atas arahan-arahan yang begitu berharga selama Penulis menjalani
penelitian; serta kepada Bapak dan Ibu yang selama ini telah berjuang keras agar Penulis
bisa tetap sekolah sampai akhirnya dapat menyusun karya ilmiah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Pusat Studi Biofarmaka atas bantuannya dalam
analisis FTIR, Laboratorium Zoologi LIPI dalam analisis morfologi dengan SEM, Seafast
PAU IPB atas pengunaan alat pengering semprot, dan para laboran di Kimia Organik atas
bantuan teknisnya selama Penulis menjalani penelitian.
Pada kesempatan ini, Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas melalui Hibah Bersaing XIV Dikti tahun 2007 dan
Departemen Kimia melalui Hibah Penelitian Internal tahun 2006 yang telah mendanai
penelitian ini.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2008

Debby Isdarulyanti

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 19 Februari 1986 dari pasangan Tatang
Rukmana dan Iis Prihatini. Putri pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2000 Penulis masuk Sekolah Menengah Umum 5 Cimahi, Bandung dan
pada tahun 2003 lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis menjadi finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa
Tingkat Nasional (PIMNAS) XIX tahun 2006, di Universitas Muhammadiyah Malang,
menjadi asisten praktikum Kimia pangan Analis Kimia pada tahun ajaran 2006/2007.
Penulis berkesempatan menjalani Praktik Lapangan di Laboratorium Quality Control PT
Novel, Bogor pada tahun 2006.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. viii
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Kitosan dan Gel Kitosan .....................................................................................
Gom Guar ..........................................................................................................
Indometasin Farnesil ..........................................................................................
Mikroenkapsulasi ...............................................................................................
Uji Stabilitas ......................................................................................................

1
3
3
4
4

BAHAN DAN METODE


Bahan dan Alat ...................................................................................................
Ekstraksi Indometasin Farnesil dari Dialon dan Penentuan Kadarnya ..............
Pembuatan Mikrokapsul ....................................................................................
Uji Stabilitas ......................................................................................................
Pencirian Mikrokapsul dengan SEM .................................................................

4
5
5
5
5

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kadar Indometasin Farnesil dalam Obat Dialon ................................................
Pembuatan Mikrokapsul ....................................................................................
Uji Stabilitas ......................................................................................................
Pencirian Morfologi Mikrokapsul .....................................................................

6
6
6
9

SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 10


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11
LAMPIRAN .................................................................................................................... 13

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Spesifikasi kitosan niaga .......................................................................................... 2

Konsentrasi infar dalam mikrokapsul kitosan-gom guar........................................... 7

Persamaan laju penguraian infar semua formula mikrokapsul .................................. 8

Persentase infar yang masih tersalut setelah uji stabilitas 3 bulan... ......................... 8

Usia guna mikrokapsul kitosan-gom guar dengan zat aktif infar.............................. 9

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Struktur kitosan......................................................................................................... 2

Struktur hidrogel kitosan (a) ikatan silang kitosan-kitosan, (b) jaringan polimer
hibrid, (c) jaringan semi IPN, dan (d) kitosan berikatan silang ionik........................ 2

Struktur gom guar...................................................................................................... 3

Struktur indometasin farnesil .................................................................................... 3

Morfologi mikrokasul ............................................................................................... 4

Mikrokapsul (a) tanpa dan (b) dengan penambahan infar ......................................... 6

Foto-foto SEM permukaan mikrokapsul (a) kosong dan (b) berisi infar .................. 6

Kurva kadar air formula 15 ..................................................................................... 7

Kurva kadar air formula 69 ..................................................................................... 7

10 Foto-foto SEM permukaan mikro-kapsul setelah uji stabilitas: formula 3 (a),


formula 4 (b), dan formula 5 (c)................................................................................ 10

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Kadar air dan kadar abu kitosan (AOAC 1999) ........................................................ 14

Penentuan bobot molekul kitosan (Tarbojejevich & Cosani 1996) .......................... 15

Penentuan derajat deasetilasi (Domzsy & Robert dalam Khan et al. 2002).............. 17

Preparasi bahan-bahan yang digunakan .................................................................... 18

Diagram alir penelitian.............................................................................................. 19

Penentuan kemurnian infar dalam ekstrak obat metode spektrofotometri secara


simultan ..................................................................................................................... 20

Spektrum infar 99.2% dari PT Eisai Indonesia (a), vitamin E (-tokoferol) (b),
dan infar hasil ekstrak obat Dialon dengan spektrofotometer UV .. ......................... 22

Kadar air mikrokapsul infar (%) hasil uji stabilitas dipercepat pada T=(402) C
dan RH (755)% selama 3 bulan............................................................................... 23

Deret standar infar untuk penentuan konsentrasi infar dalam ekstrak etanol
mikrokapsul. .............................................................................................................. 24

10 Konsentrasi infar (%b/b) hasil uji stabilitas dipercepat pada T=(402) C dan RH
(755)% selama 3 bulan............................................................................................ 25
11 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 1 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.05% [b/v], dan glutaraldehida 4.00% [v/v])...................... 26
12 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 2 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.05% [b/v], dan glutaraldehida 4.50% [v/v])...................... 27
13 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 3 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.05% [b/v], dan glutaraldehida 5.00% [v/v])...................... 28
14 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 4 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.19% [b/v], dan glutaraldehida 4.00% [v/v])...................... 29
15 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 5 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.19% [b/v], dan glutaraldehida 4.50% [v/v])...................... 30
16 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 1 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.19% [b/v], dan glutaraldehida 5.00% [v/v])...................... 31
17 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 1 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.33% [b/v], dan glutaraldehida 4.00% [v/v])...................... 32
18 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 1 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.33% [b/v], dan glutaraldehida 4.50% [v/v])...................... 33
19 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 1 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.33% [b/v], dan glutaraldehida 5.00% [v/v])...................... 34

PENDAHULUAN
Indometasin farnesil (infar) merupakan
salah satu senyawa aktif obat yang sangat
efektif sebagai obat anti peradangan
nonsteroid (NSAID). Obat ini bersifat tidak
larut dalam air dan penggunaannya dalam
dosis tinggi dapat menyebabkan pendarahan
pada saluran pencernaan. Pengendalian
pelepasan obat indometasin pernah dilakukan
dengan membuatnya dalam bentuk sediaan
mikrokapsul (Tiyaboonchai & Ritthidej 2003;
Yamada et al. 2001)
Kitosan merupakan aminopolisakarida
yang diperoleh melalui deasetilasi kitin. Kitin
merupakan biopolimer yang paling melimpah
di alam setelah selulosa, dan banyak
terkandung dalam limbah. Kitosan memiliki
sifat
tidak
beracun,
biokompatibel,
biodegradabel, bioadhesif, dan mampu
membentuk ikatan silang secara kovalen pada
gugus aminonya (Varhosaz & Reza 2005).
Selain itu, kitosan merupakan biopolimer
polikationik sehingga dapat membentuk gel
dalam suasana asam, misalnya di dalam
lambung (Sakinnen 2003). Karena sifat-sifat
tersebut, kegunaan kitosan dalam industri
farmasi dipelajari secara luas sebagai sistem
pengantaran obat terkendali.
Kitosan dalam bentuk gel atau lembaran
telah digunakan sebagai penyalut obat antiperadangan ketoprofen (Yamada et al. 2001),
indometasin (Rana et al. 2004), dan
propanolol hidroklorida (Sutriyo et al. 2005).
Namun, gel kitosan yang dihasilkan mudah
rapuh. Beberapa penelitian telah dilakukan
untuk memodifikasi sifat gel kitosan, di
antaranya dengan menambahkan poli(vinil
alkohol) (PVA) sebagai bahan saling tembus
(interpenetrating agent) dan glutaraldehida
sebagai penaut silang (Wang et al. 2004).
Penambahan dua bahan tersebut dapat
memperbaiki gel kitosan yang terbentuk
dengan menurunkan waktu gelasi dan
meningkatkan
kekuatan
mekanik
gel.
Hidrokoloid alami juga telah banyak
ditambahkan untuk memodifikasi gel kitosan,
antara lain gom guar (Sugita et al. 2006a),
alginat (Sugita et al. 2006b dan Cardenas et al
2003), karboksimetil selulosa (Sugita et al.
2006c), dan gom xantan (Sugita et al. 2007a).
Keempat hasil modifikasi tersebut berpotensi
sebagai membran dan secara mekanik lebih
kuat daripada gel kitosan.
Berdasarkan penelitian Sugita et al.
(2006a) gel kitosan yang terbentuk dengan
penambahan penaut-silang glutaraldehida dan
gom guar sebagai bahan saling tembus,

memiliki sifat reologi yang lebih baik dan


berpotensi sebagai sistem pengantaran obat.
Gom guar sendiri pernah dimanfaatkan untuk
memperbaiki sistem pengantaran obat untuk
mengobati radang dan kanker usus besar
(Kshirsagar 2000).
Mekanisme difusi obat ketoprofen dari
membran kitosan-gom guar telah dipelajari
oleh Nata et al. (2007b). Sementara laju
disolusi infar dalam medium usus telah
dipelajari Mubarok (2007). Waktu paruh
pelepasan infar dalam uji disolusi ini, ialah 51
menit. Kedua penelitian tersebut menunjukkan
hasil bahwa mikrokapsul kitosan-gom guar
mengalami pembesaran pori ketika kontak
dengan cairan.
Mikrokapsul kitosan-gom guar dengan zat
aktif infar merupakan sediaan obat yang baru,
sehingga perlu dilakukan uji stabilitas untuk
mengetahui kestabilan dan usia gunanya. Hal
ini perlu dilakukan agar mutu, keamanan, dan
khasiat obat selama penggunaan terjamin
(Anonim 2005).
Uji stabilitas yang dipercepat dilakukan
dalam penelitian ini selama 3 bulan dengan
suhu (402) C dan kelembapan relatif
(Relative Humidity, RH) (755)%. Pemilihan
kondisi ini didasarkan pada pembagian
wilayah oleh International Conference on
Harmonization (ICH). Indonesia masuk ke
dalam zona 4, yaitu daerah tropis atau lembap
dan panas (Agoes 2001).. Uji stabilitas yang
dilakukan dibatasi pada uji stabilitas kimia
(kadar infar) dan fisika (kadar air). Data hasil
pengukuran kadar infar digunakan untuk
menentukan orde reaksi yang merupakan
parameter kinetika reaksi penguraian infar,
yang diperoleh dengan menggunakan metode
grafis.

TINJAUAN PUSTAKA
Kitosan dan Gel Kitosan
Kitosan
merupakan
biopolimer
polikationik linear yang tersusun dari unit
berulang 2-amino-2-deoksi-D-glukopiranosa
yang terhubung oleh ikatan -(1,4) (Gambar
1). Kitosan merupakan hasil deasetilasi kitin
dalam larutan basa atau secara biokimia
(Abreu et al. 2005). Struktur kitosan hampir
sama dengan selulosa; perbedaannya terletak
pada gugus C-2. Gugus hidroksil pada
selulosa disubstitusi oleh gugus amino
(Sutriyo et al. 2005).

CH2OH

CH2OH
O

O
O

OH

OH

NH2

NH2
n

Gambar 1 Struktur kitosan.


Kitosan, (C6H11NO4)n, dapat berupa
padatan amorf putih, serpihan bening, atau
bubuk berwarna gading, yang tidak larut
dalam air, alkohol, aseton, dan larutan basa,
tetapi larut dalam asam organik maupun
anorganik. Kitosan larut dalam kebanyakan
asam organik pada pH sekitar 4, tetapi tidak
larut pada pH lebih besar dari 6.5. Dalam
asam anorganik, seperti HCl dan HNO3,
kitosan larut pada konsentrasi 1.1%, tetapi
tidak larut pada kadar 10% (Jamaludin 1994).
Mutu kitosan ditentukan dari nilai derajat
deasetilasi (DD), kadar abu, kadar air, dan
viskositas yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Spesifikasi kitosan niaga*
Parameter
Ciri
Ukuran partikel
Serpihan
sampai bubuk
Kadar air
< 10%
Kadar abu
< 2%
Derajatdeasetilasi
> 70%
Warna larutan
Tidak berwarna
Viskositas (cps)
Rendah
< 200
Medium
200799
Tinggi
8002000
Sangat tinggi
> 2000
*Sumber: Anonim (1987) dalam Jamaludin (1994)
Kitosan membentuk gel dalam larutan
asam asetat 1%. Gel ialah jejaring tiga
dimensi dari molekul primer, yang terentang
pada seluruh volume gel dan memerangkap
sejumlah pelarut di dalamnya [Oakenfull
(1984) dalam Nuraini (1994); Tobolsky
(1943) dalam Fardiaz (1989)]. Gel yang dapat
menahan air dalam strukturnya disebut
hidrogel (Wang et al. 2004). Berdasarkan
sifatnya, hidrogel dapat digolongkan menjadi
hidrogel kimia dan fisika. Hidrogel kimia
dibentuk dari reaksi ireversibel, yang
melibatkan ikatan silang secara kovalen,
sedangkan, hidrogel fisika dibentuk oleh
reaksi yang dapat-balik, dengan ikatan-silang
terjadi secara ionik (Stevens 2001 dan Berger

et al. 2004). Contoh hidrogel kimia adalah


hidrogel kitosan.
Ikatan-silang kovalen dalam hidrogel
kitosan dapat dibedakan menjadi empat
bagian. Pertama, ikatan-silang kitosankitosan. Kedua, jaringan polimer hibrida (
hybrid polymer network [HPN]). Ketiga,
jaringan polimer saling-tembus tanggung atau
utuh (semi- interpenetrating polymer network
(IPN) atau full-IPN,). Keempat, kitosan
berikatan silang ionik. Keempat jenis ikatan
kovalen dalam hidrogel kitosan ditampilkan
pada Gambar 2 (Berger et al. 2004).

Gambar 2 Struktur hidrogel kitosan:


(a) ikatan silang kitosan-kitosan,
(b) jaringan polimer hibrida,
(c) jaringan semi-IPN, dan
(d) kitosan berikatan silang ionik.
Ikatan silang kitosan-kitosan terjadi antara
dua unit struktural pada rantai polimer kitosan
yang sama. Reaksi penautan silang pada HPN
terjadi antara satu unit dari struktur rantai
kitosan dan unit lain dari struktur polimer
tambahan. Jaringan semi-IPN atau full-IPN
terjadi jika ditambahkan polimer lain yang
tidak bereaksi dengan larutan kitosan sebelum
terjadi ikatan silang. Jaringan semi-IPN,
terbentuk jika polimer yang ditambahkan
hanya melilit, sementara pada full-IPN,
terbentuk jika ditambahkan dua senyawa
penaut-silang yang terlibat pada jejaringan
(Berger et al. 2004).
Wang et al. (2004) melaporkan bahwa
modifikasi gel kitosan dengan penambahan
PVA sebagai agen saling tembus dan
glutaraldehida sebagai penaut silang dapat
menurunkan waktu gelasi dan meningkatkan
kekuatan mekanik gel. Sugita et al. (2006a)
melaporkan bahwa gel kitosan dengan
penambahan hidrokoloid alami gom guar
berpotensi sebagai membran dan kekuatan
mekaniknya lebih kuat dibandingkan dengan
gel kitosan. Gel ini berdasarkan optimalisasi
dengan program Minitab Release 14 memiliki
kondisi optimum pada konsentrasi kitosan,

gom guar, dan glutaraldehida berturut-turut


2.5% (b/v), 4.86% (b/v), dan 0.33% (v/v),
dengan sifat reologi kekuatan gel, titik pecah
(break
point),
ketegaran
(rigidity),
pembengkakan (swelling), dan pengerutan
(sineresis; shrinking) pada kondisi optimum
berturut-turut 553.439 g/cm2; 0.968 cm; 4.147
g/cm; 4.0772 g; dan 1.2738 g.
Nata et al. (2007b) melaporkan bahwa
membran kitosan-gom guar sebelum diuji
difusi tidak menunjukkan adanya pori, tetapi
setelah diuji difusi terdapat lubang-lubang
kecil dangkal yang tidak menembus membran.
Proses pembengkakan membran yang disertai
dengan pembukaan pori ini dapat membuat
obat terlepas ketika mikrokapsul berinteraksi
dengan cairan di dalam tubuh. Sementara itu,
Mubarok
(2007)
melaporkan
bahwa
mikrokapsul optimum infar tersalut kitosangom guar terjadi pada komposisi penyalut
gom guar 0.05% (b/v) dan glutaraldehida 4%
(v/v)
dalam
larutan
kitosan
yang
konsentrasinya dibuat tetap, yaitu 1.75%
(b/v). Perilaku disolusi mikrokapsul optimum
ini dalam medium yang menyerupai pH usus
[larutan bufer fosfat pH 7.2-air (1:4)]
mengikuti kinetika reaksi orde pertama
dengan tetapan laju pelepasan (k) infar dari
mikrokapsul sebesar 0.0136 menit-1 dan waktu
paruh, t1/2, 51 menit.
Gom Guar
Gom guar merupakan hidrokoloid alami
yang diperoleh dari biji Cyamopsis
tetragonolobus dan Cyamopsis psoraloides
(famili Leguminosae yang ditemukan di barat
laut India dan Pakistan (Nussinovitch 1997).
Pengolahan
yang
dilakukan
meliputi
pemisahan secara mekanik terhadap kulit biji,
lalu lembaganya dibuang, dan endosperma
yang mengandung gom digiling menjadi
tepung halus (Fardiaz 1989). Gom guar
merupakan galaktomanan dengan D-galaktosa
berikatan (16) pada rantai tulang
punggung (14) D-manopiranosa (Gambar
3) (Chaplin 2005).
CH 2OH
HO

H
OH

H
O

H
H

OH CH2
H

H
OH

OH

H
OH
H

OH
O

CH2OH
n

Gambar 3 Struktur gom guar.

Gom guar tidak bermuatan, dan juga


bersifat kompatibel dengan hampir semua
hidrokoloid. Secara khusus dengan karaginan
atau gom xantan, dapat terjadi interaksi
sinergis. Interaksi gom guar dengan kitosan
tidak menghasilkan gel, tetapi hanya
meningkatkan kekentalan karena derajat
substitusi rantai molekulnya yang tinggi
mengurangi interaksi (Fardiaz 1989).
Gom guar berfungsi sebagai bahan saling
tembus yang diharapkan dapat menghasilkan
sifat gel kitosan yang lebih baik. Sifat jaringan
serta interaksi yang mengikat keseluruhan gel
menentukan kekuatan, stabilitas, dan tekstur
gel. Untuk memperkuat jaringan internal gel
ini biasanya digunakan molekul lain sebagai
pembentuk ikatan-silang, dalam penelitian ini
digunakan glutaraldehida.
Indometasin Farnesil
Indometasin farnesil dengan rumus kimia
C34H40ClNO4 (562.15 g/mol) merupakan
senyawa yang tidak larut dalam air dan lazim
digunakan sebagai senyawa aktif dalam obat
analgesik atau obat anti peradangan yang aktif
pada jaringan (Gambar 4). Indometasin
farnesil yang digunakan dalam penelitian
diekstraksi dari obat Dialon yang diperoleh
dari PT Eisai. Dialon merupakan farnesol larut
lemak yang diesterifikasi dengan indometasin,
didistribusikan dengan baik dan menunjukkan
afinitas yang tinggi di dalam jaringan daerah
radang. Studi klinis menunjukkan bahwa
Dialon sangat bermanfaat terhadap artritis
reumatoid, osteoartritis, dan lumbago.
O

N
C

Cl

Gambar 4

Struktur indometasin farnesil


(Eisai 2007).

Indometasin farnesil berupa cairan


berminyak warna kuning muda. Obat ini
sangat mudah larut dalam aseton, kloroform,
asetonitril, atau eter; larut dalam etanol
absolut; sedikit larut dalam metanol; serta
tidak larut dalam air.
Efek analgesik dan anti peradangan infar
diduga terjadi dengan cara menghambat
aktivitas siklooksigenase yang berperan dalam

biosintesis prostaglan-din. Penyerapan infar


terjadi di saluran pencernaan, tetapi jika
jumlahnya berlebihan dapat mengakibatkan
pendarahan pada saluran pencernaan
Dosis oral infar untuk orang dewasa
sebesar 200 mg, dua kali sehari pada pagi dan
malam hari setelah makan. Waktu paruh
indometasin farnesil di dalam darah ialah 56
jam setelah pemberian, dan hilang dari dalam
darah setelah 24 jam (Eisai 2007).

Kelebihan mikrokapsul di antaranya


adalah dapat mengendalikan pelepasan obat
yang dienkapsulasi serta melindungi bahan
yang dienkapsulasi dari oksidasi dan reaksi
deaktivasi oleh lingkungan. Selain itu,
mikrokapsul juga mempertahankan bau dan
rasa dari bahan yang dienkapsulasi, dan
memudahkan penanganan bahan obat yang
berupa bubuk (Yoshizawa 2004).
Uji Stabilitas

Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi merupakan suatu teknik
penyalutan bahan yang ukurannya sangat
kecil,
hasilnya
disebut
mikrokapsul
(Yoshizawa 2004). Mikroenkapsulasi dapat
dilakukan secara fisika atau kimia. Pembuatan
mikrokapsul yang termasuk metode fisika
ialah pengeringan semprot (spray drying),
piringan pemutar (rotating dish), stationary
extrusion nozzle, centrifugal extrusion nozzle,
submerged extrusion nozzle, dan pelapisan
suspensi udara. Sementara metode kimia
antara
lain
polimerisasi
antarmuka,
polimerisasi in-situ, polimerisasi matriks,
penguapan pelarut, dan pemisahan fase
(Beneta 1996).
Mikrokapsul merupakan partikel kecil
yang berisi senyawa aktif atau bahan inti yang
dibungkus oleh suatu lapisan atau cangkang.
Mikrokapsul komersial biasanya berdiameter
3800 m dan berisi 1090% bobot. Sebagian
besar kapsul terbuat dari polimer organik baik
alami maupun sintetik (Beneta 1996).
Mikrokapsul dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga kategori dasar berdasarkan
morfologinya, yaitu berinti tunggal, berinti
banyak, dan jenis matriks (Yoshizawa 2004)
(Gambar 5). Mikrokapsul yang berinti banyak
terkadang
tidak
beraturan
bentuknya.
Mikrokapsul yang dihasilkan dengan metode
pengeringan semprot berinti banyak dan tidak
beraturan dengan diameter sekitar 10300 m
(Beneta 1996).

Stabilitas
didefinisikan
sebagai
kemampuan suatu produk untuk bertahan
dalam batas yang ditetapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan,
dengan sifat yang sama seperti ketika produk
dibuat. Stabilitas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu suhu, radiasi, dan
kelembapan. Selain itu, ukuran partikel, pH,
sifat air dan pelarut yang digunakan, sifat
kemasan, dan keberadaan bahan kimia lain
yang merupakan kontaminan atau berasal dari
pencampuran produk berbeda yang sengaja
ditambahkan juga dapat memengaruhi
stabilitas sediaan farmasi (Agoes 2001). Oleh
karena itu, perlu dilakukan uji stabilitas untuk
mengetahui berapa lama obat tersebut dapat
digunakan dengan aman dan masih memiliki
khasiat. Uji stabilitas yang biasa dilakukan
terhadap sediaan farmasi adalah uji stabilitas
fisika, kimia, mikrobiologi, stabilitas terapi,
dan stabilitas toksikologi.
Setiap sediaan obat baru harus diuji
stabilitasnya untuk mengetahui usia guna dari
sediaan tersebut sebagai syarat registrasi.
Selain itu, juga untuk mengevaluasi formula
obat yang dibuat. ICH menetapkan aturan uji
stabilitas obat-obatan dalam dokumen Q1A.
Berdasarkan dokumen tersebut uji stabilitas
untuk bahan aktif atau sediaan farmasi baru,
dapat dilakukan dalam jangka panjang atau
dipercepat. Uji jangka panjang dilakukan
selama 12 bulan pada suhu (302) C dan RH
(605)% atau (252) C dan RH (655)%,
sedangkan untuk uji dipercepat dilakukan
selama 6 bulan pada suhu (302) C dan RH
(605)% (ICH 2003) atau selama 3 bulan
pada suhu (402) C dan RH (755) %
(Agoes 2001 & ICH 2003).

BAHAN DAN METODE


Bahan dan Alat
Gambar 5 Morfologi mikrokapsul (Yoshizawa
2004).

Bahan-bahan yang digunakan dalam


penelitian ini adalah kitosan dari CV Dinar

Cikarang Bekasi yang memiliki kadar air


10.80%, kadar abu 0.53% (Lampiran 1), BM
3090.45 g mol-1 (Lampiran 2), dan DD
70.13% (Lampiran 3), air suling, CH3COOH
98% teknis, glutaraldehida 25%, standar
vitamin E (-tokoferol) 98% Merck, etanol
absolut, etanol 96% teknis, gom guar, Tween80, obat Dialon dan standar indometasin
farnesil 99.2% dari PT Eisai Indonesia, kertas
saring Whatman, dan kapsul No 00.
Peralatan yang digunakan meliputi FTIR
Bruker jenis Tensor 37 di Pusat Studi
Biofarmaka IPB, mositure analyzer Precise
HA 60, mikroskop elektron payaran (SEM)
JOEL-JSM-5310LV di Laboratorium Zoologi
LIPI Cibinong Bogor, oven J.P. Selecta,
pengering semprot Buchi 190 di Seafast PAU
IPB, penghomogen Armfield L4R, viskometer
Ostwald 100 ml Pyrex, spektrofotometer
ultraviolet (UV) Shimadzu Pharmaspec 1700
di Laboratorium Bersama FMIPA IPB,
climatic chamber di Laboratorium Farmasi
dan Medika BPPT, serta alat-alat kaca
lainnya.

96%, dan diberi 5 ml Tween-80 2% sambil


diaduk. Campuran akhir ini diaduk selama 1
jam pada suhu kamar sebelum dibuat menjadi
mikrokapsul dengan alat pengering semprot
sampai terbentuk serbuk halus. Alat pengering
semprot yang digunakan mempunyai ukuran
diameter lubang 1.5 mm dan diatur pada suhu
inlet 170185 C, suhu outlet 6595 C,
pompa dengan laju alir 60 rpm, dan tekanan
semprot pada skala 2 bar. Mikrokapsul kosong
tanpa penambahan infar juga dibuat.
Pembuatan mikrokapsul dilakukan sebanyak
dua kali ulangan. Diagaram alir penelitian ini
ditampilkan pada Lampiran 5.
Uji Stabilitas

Sebanyak 30 g obat Dialon


dilarutkan dalam 1l etanol 96%. Larutan yang
terbentuk disaring dengan kertas Whatman,
lalu dipekatkan. Ekstrak pekat ditimbang
sebanyak 0.0108 g dan dilarutkan dalam 100
ml etanol 96%. Dibuat pula deret standar infar
0, 2, 4, 6, 8, 12, dan 18 ppm, serta deret
standar vitamin E 0, 2, 8, dan 18 ppm dalam
etanol 96%. Kedua deret standar tersebut
diukur absorbansnya pada maks infar (320.2
nm), dan vitamin E (290.6 nm)yang diperoleh
dari pengukuran sebelumnya, begitu juga
ekstrak infar yang disiapkan sebelumnya.

Setiap formula mikrokapsul dikemas ke


dalam kapsul, 1 kapsul berisi 200 mg.
Mikrokapsul yang sudah dikemas dimasukkan
ke dalam botol cokelat 100 ml. Setiap botol
cokelat diisi 18 kapsul, masing-masing 2
kapsul dari sembilan formula yang berbeda.
Karena pengamatan dilakukan setiap minggu
sampai 12 minggu, disiapkan 12 botol seperti
itu.
Botol yang berisi kapsul disimpan di
dalam climatic chamber dengan suhu (402)
C dan RH (755)% selama 3 bulan.
Seminggu sekali mikrokapsul diukur kadar
infar dan kadar airnya. Begitu pula pada
minggu ke-0, yaitu bersamaan dengan
dimasukkannya mikrokapsul ke dalam
climatic chamber.
Kadar infar diukur dengan mengekstraksi
0.1000 g mikrokapsul sebanyak 3 kali,
masing-masing dengan 15 ml etanol 96%
selama 1 jam. Absorbansnya diukur pada
panjang gelombang 320.4 nm dengan
spektrofotometer UV. Sementara kadar airnya
diukur dengan moisture analyzer.

Pembuatan Mikrokapsul (Mubarok 2007)

Pencirian Mikrokapsul dengan SEM

Mula-mula dibuat larutan kitosan 1.75%


(b/v) dengan pelarut asam asetat 1% (v/v)
(Lampiran 4). Sebanyak 228.6 ml larutan ini
ditambahkan 38.1 ml larutan gom guar dengan
ragam kadar 0.05, 0.19, dan 0.33% (b/v)
sambil diaduk sampai homogen. Setelah itu,
dilakukan penambahan 7.62 ml glutaraldehida
perlahan-lahan sambil diaduk, dengan ragam
kadar 4, 4.5, dan 5% (v/v). Campuran diaduk
dengan pengaduk megnetik selama 20 menit
untuk penyeragaman.
Campuran kitosan-gom guar tersebut
kemudian dicampurkan dengan 100 mg infar
yang telah dilarutkan dalam 250 ml etanol

Pencirian SEM dilakukan terhadap


mikrokapsul kosong dan salah satu
mikrokapsul formula 1 yang berisi infar yang
belum diuji stabilitasnya. Selain itu dilakukan
juga terhadap mikrokapsul formula 3, 4, dan 5
yang telah diuji stabilitasnya.

Ekstraksi Indometasin Farnesil dari Dialon


dan Penentuan Kadarnya

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kadar Indometasin Farnesil dalam Obat
Dialon
Analisis hasil ekstraksi obat Dialon
dengan spektrofotometer UV secara simultan
menunjukkan bahwa dalam 0.0108 g ekstrak
obat terkandung 0.0106 g infar (Lampiran 6),
sehingga kadar infar dalam ekstrak obat
adalah 98.15%. Sisanya adalah bahan pengisi
tambahan, yaitu vitamin E dan natrium
dodesil sulfat. Tingginya kadar infar dalam
ekstrak ini juga dibuktikan dengan kedekatan
maks antara infar hasil ekstraksi dan standar ,
berturut-turut 320.4 nm dan 320.2 nm dalam
pelarut etanol 96% (Lampiran 6).

Berdasarkan hasil pencirian mikrokapsul


dengan SEM, mikrokapsul kosong (Gambar
7a) seragam bentuk dan ukurannya daripada
mikrokapsul yang berisi infar (Gambar 7b).
Kisaran diameter mikrokapsul kosong 1.43
5.74 m, sedangkan yang berisi infar 1.43
12.20
m.
Bertambahnya
diameter
mikrokapsul menunjukkan bahwa infar telah
tersalut oleh kitosan-gom guar. Namun,
penyalutannya tidak seragam, yang diduga
karena sebagian gel kitosan-gom guar tidak
menyalut infar atau hanya sedikit, atau hanya
menempel di permukaan membran.

Pembuatan Mikrokapsul
Banyaknya
mikrokapsul
hasil
pengeringan semprot adalah kira-kira 1.500 g
untuk setiap 500 ml campuran mikrokapsul.
Mikrokapsul ini berbentuk serbuk halus
berwarna kuning, kering, mudah rapuh, dan
higroskopis. Mikrokapsul kosong, memiliki
warna kuning kecokelatan (Gambar 6). Hal ini
diduga akibat warna kuning dari infar lebih
muda dibandingkan dengan warna larutan
kitosan.

20 kV
(a)

3500

2000

20 kV
(b)
Gambar
(a)

Foto-foto SEM permukaan


mikrokapsul (a) kosong dan (b)
berisi infar.
Uji Stabilitas

(b)
Gambar 6

Mikrokapsul (a) tanpa dan (b)


dengan penambahan infar.

ICH 2003 memasukkan negara Indonesia


ke dalam zona ke-4 (panas dan lembap/tropis).
Oleh karena itu, uji stabilitas dipercepat untuk
sediaan obat yang diproduksi dan digunakan
di Indonesia dilakukan pada suhu 402 C dan
RH 755 %. Uji dilakukan selama 3 bulan.
Dengan penggunaan waktu yang singkat,
tetapi diimbangi oleh penggunaan suhu dan
RH yang ekstrem, hasil yang diperoleh
diharapkan dapat mewakili masa kedaluwarsa
sesungguhnya. Uji stabilitas yang dilakukan
pada penelitian ini meliputi pengukuran kadar
air dan kadar infar.

Kadar Air
Kadar air yang rendah ( 10%) sangat
diharapkan dari suatu sediaan obat, agar
kestabilannya lebih lama. Namun, kadar air
untuk 9 formula mikrokapsul dalam penelitian
ini (Lampiran 8) tergolong tinggi (>10%),
yaitu 16.4721.13% dan berfluktuasi (Gambar
8 dan 9). Kadar air yang tinggi ini diduga
diakibatkan oleh sifat membran kitosan-gom
guar yang higroskopis. Sugita et al. (2006a)
melaporkan bahwa gom guar memiliki
kemampuan yang tinggi dalam menyerap air.
Sementara kadar air yang berfluktuatif diduga
diakibatkan oleh diameter mikrokapsul yang
dibuat kurang seragam.

Kadar Air(%)

30,00
25,00
20,00

digunakan disajikan pada Lampiran 9. Kadar


infar yang tersalut membran kitosan-gom guar
pada minggu ke-0 untuk semua formula
mikrokapsul sekitar 59%(b/b) (Tabel 2).
.
Tabel 2 Konsentrasi infar dalam mikrokapsul
kitosan-gom guar
[Infar]d
b
c
[GG]
[Glu]
(%b/b)
Fa
(%b/b)
(%b/b) minggu minggu
ke-0
ke-12
0.05
1
4.00
8.85
6.12
2
4.50
9.72
7.21
3
5.00
8.14
5.32
0.19
4
4.00
6.43
4.27
5
4.50
6.09
4.65
6
5.00
5.71
5.34
0.33
7
4.00
8.67
5.65
8
4.50
5.31
3.83
9
5.00
7.93
4.25
a)

15,00

formula mikrokapsul;
konsentrasi gom guar;
konsentrasi glutaraldehida;
d)
konsentrasi indometasin farnesil
b)

10,00

c)

9 10 11 12

Waktu (m inggu)
formula 1

formula 2

formula 4

formula 5

formula 3

Gambar 8 Kurva kadar air formula 15.


Kadar Air(%)

30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
0

9 10 11 12

Waktu (minggu)
formula 6

formula 7

formula 8

formula 9

Gambar 9 Kurva kadar air formula 69.


Air yang terserap akan membengkakkan
mikrokapsul sehingga pori-porinya membesar
dan infar yang berada di dalamnya mudah
terlepas. Tingginya kadar air juga menyokong
pertumbuhan mikroorganisme dan memacu
beberapa reaksi kimia yang bersifat merusak
(Winarno 1997). Mikrob yang tumbuh
biasanya bakteri atau jamur, di antaranya
Staphylococcus aureus. Adanya mikrob dan
jamur pada obat dapat mengurangi khasiatnya.
Kadar Indometasin Farnesil
Penetapan kadar infar dalam mikrokapsul
selama uji stabilitas dilakukan secara
spektrofotometri. Kurva
standar
yang

Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2,


setelah 3 bulan penyimpanan kadar infar yang
tersalut menurun untuk semua formula
mikrokapsul. Hal tersebut biasa terjadi pada
suatu sediaan obat yang diuji stabilitasnya.
Namun, sediaan obat yang stabil hanya
mengalami penurunan kadar zat aktif tidak
lebih dari 10%. Penurunan kadar infar yang
tersalut diduga terjadi karena membran
kitosan-gom guar membengkak saat disimpan
di dalam climatic chamber. Menurut Nata et
al. (2007b) suhu yang tinggi (402 C) dan
didukung dengan kadar air yang tinggi
(Huang et al. 2006) dapat membengkakkan
membran,
sehingga
pori-pori
pada
permukaannya
akan
membesar
dan
menyebabkan zat aktif di dalamnya mudah
terlepas. Semakin lama mikrokapsul ini
dikondisikan pada suhu yang tinggi diduga
semakin banyak infar yang terlepas. Hal ini
terlihat pada Lampiran 10: dari minggu ke
minggu kadar infar yang masih tersalut
cenderung menurun.
Hasil pengukuran kadar infar yang
masih tersalut digunakan untuk penentuan
orde reaksi penguraian obat ini. Data lengkap
tersaji di Lampiran 10, tetapi yang digunakan
untuk penentuan orde ialah seri ulangan yang
memberikan nilai R2 paling tinggi. Penentuan
orde dilakukan dengan metode grafis untuk
orde ke-0, ke-1, ke-2, dan ke-3 (Atkins 1996)
yang persamaannya berturut-turut ialah

[]t = [] kt .........................(1)
ln[ ]t = ln[ ] kt ......................(2)
0

[]

[]

+ kt ...................(3)

[ ]

[ ]2

+ kt ..................(4)

dengan
k

= tetapan laju reaksi penguraian


infar
t
= waktu (minggu)
[A]0 = kadar infar tersalut pada minggu
ke-0
[A]t = kadar infar yang tersisa pada
minggu ke-t

Berdasarkan nilai R2 terbesar yang


diperoleh diketahui mikrokapsul formula 2 ,4 ,
dan 5 cenderung mengikuti orde reaksi ke-0.
Sementara formula 3 dan 7 cenderung
mengikuti reaksi orde ke-2, serta formula 1, 6,
dan 89 cenderung mengikuti orde reaksi ke3. (Tabel 3). Data yang lengkap disajikan pada
Lampiran 1119. Kecilnya nilai R2 yang
diperoleh untuk semua formula pada keempat
orde, diduga karena mikrokapsul yang
dihasilkan dari pengeringan semprot tidak
seragam, diameternya 1.4312.20 m
(Gambar 7b).
Tabel 3 Persamaan laju penguraian infar
semua formula mikrokapsul
Persamaan laju
Orde
a
F
R2
penguraian infar
reaksi
1
y=0.0006x+0.0065
3
0.9391
2
0.9132
y=0.2448x+10.0720 0
3
y=0.005x+0.1285
2
0.8990
4
0
0.9878
y=0.3888x+7.2495

a)

y=0.2440x+7.1713

0.9252

6
7
8
9

y=0.0008x+0.0146
y=0.0049x+0.1238
y=0.0024x+0.0083
y=0.0049x+0.0086

3
2
3
3

0.8167
0.7791
0.8964
0.9464

formula mikrokapsul

Setelah diperoleh persamaan dan orde


reaksi, persentase infar yang masih tersalut
setelah 3 bulan (%[A]t) dapat dihitung
berdasarkan persamaan
[A] t
%[A] t =
x. 100%............................(5)
[A] 0

[A]t diperoleh dari persamaan orde reaksi


(Tabel 3) dengan memasukkan t = 12 minggu,
sedangkan [A]0 diperoleh dari nilai intersep
persamaan tersebut. Hasil perhitungan %[A]t
ditampilkan pada Tabel 4, nilainya
35.6477.67%.
Tabel 4 Persentase infar yang masih tersalut
setelah uji stabilitas selama 3 bulan
[A]0b
[A]12c
[A]hd
[A]te
a
F
(%b/b) (%b/b)
(%)
(%)
1
8.77
6.04
31.12
68.88
2
10.07
7.13
29.17
70.83
3
7.78
5.30
31.83
68.17
4
7.25
2.58
64.36
35.64
5
7.17
4.24
40.83
59.17
6
5.85
4.54
22.33
77.67
7
8.08
5.48
32.20
67.80
8
7.76
3.67
52.70
47.30
9
7.62
4.15
45.54
54.46
a)

formula mikrokapsul;
kadar infar minggu ke-0;
c)
kadar infar minggu ke-12;
d)
% infar yang hilang;
e)
% infar yang masih tersalut
b)

Menurut Agoes (2001), suatu sediaan obat


dikatakan stabil jika kadar zat aktif yang
masih tersalut setelah uji stabilitas jangka
panjang sekurang-kurangnya 90%. Persentase
infar untuk semua formula setelah 3 bulan
rata-rata menunjukkan nilai yang kecil,
kecuali formula 2 (70.83%) dan 6 (77.67%),
dan seluruhnya masih lebih rendah daripada
batas minimum untuk uji stabilitas. Formula
yang stabilitasnya terbaik ialah formula 6
(kitosan 1.75 % [b/v], gom guar 0.19 % [b/v],
dan glutaraldehida 5.00 % [v/v]), diikuti
berturut-turut oleh formula 2, 1, 3, 7, 5, 9, 8,
dan formula 4 (kitosan 1.75% [b/v], gom guar
0.19% [b/v], dan glutaraldehida 4.50% [v/v])
(Tabel 4).

Penentuan Usia Guna Berdasarkan Orde


Reaksinya
Hasil uji stabilitas selanjutnya
digunakan untuk menentukan usia guna
mikrokapsul. Batasan 90% kadar indometasin
farnesil yang masih tersalut sebagai syarat
stabilitas obat dijadikan dasar penentuan usia
guna dari sediaan tersebut:
Orde ke-0

Usia guna =

0.1[ A ] 0
k

.............................(6)

Orde ke-1

Usia guna =

In 0.9

...............................(7)

Orde ke-2

Usia guna =

..............................(8)

9[ A ] 0 k

Orde ke-3

Usia guna =

0.19
2

.........................(9)

1.62[ A ] 0 k
Hasil perhitungan usia guna yang
ditampilkan pada Tabel 5, menunjukkan
bahwa kesembilan formula mikrokapsul
memiliki usia guna relatif rendah (paling lama
kurang lebih satu bulan). Berdasarkan usia
guna ini, mikrokapsul kitosan-gom guar yang
dibuat belum dapat mengendalikan pelepasan
obat infar dengan baik. Urutan formula
mikrokapsul dari usia guna terpanjang sampai
terpendek ialah formula 6 (4.28 minggu30
hari), 2, 5, 3, 7, 1, formula 4 (1.86 minggu13
hari), 9, dan formula 8 (0.81 minggu6 hari).
Tabel 5 Usia guna mikrokapsul kitosan-gom
guar dengan zat aktif infar
Usia guna
a
F orde
k
R2
(minggu)
0.0006
1
3 %(b/b)-2 0.9391
2.54
minggu-1
0.2448
2
0
0.9132
4.11
%(b/b)
minggu-1
0.0050
3
2
2.85
%(b/b)-1 0.8990
minggu-1
0.3888
4
0
0.9878
1.86
%(b/b)
minggu-1
0.2440
%(b/b)
5
0
0.9252
2.94
minggu-1
0.0008
6
3
%(b/b)-2 0.8167
4.28
minggu-1
0.0049
7
2
2.81
%(b/b)-1 0.7791
minggu-1
0.0024
8
3
%(b/b)-2 0.8964
0.81
minggu-1
0.0017
9
3
1.19
%(b/b)-2 0.9464
minggu-1
a)

formula mikrokapsul

Berdasarkan kedua parameter uji stabilitas


mikrokapsul formula 6 (kitosan 1.75% [b/v],
gom guar 0.19% [b/v], dan glutaraldehida
5.00 %[v/v]) menunjukkan stabilitas yang
paling baik. Persentase infar yang masih
tersalut paling besar dan usia gunanya juga
paling panjang. Sementara itu, persentase
infar paling kecil ditunjukkan oleh formula 4,
dan usia guna paling pendek dimiliki formula
8 walaupun tidak berbeda jauh dengan usia
guna mikrokapsul formula 4. Keduanya sulit
untuk
dibandingkan
karena
laju
penguraiannya mengikuti orde yang berbeda
Menurut Berger et al. (2004) dan Sugita et
al. (2006a) penambahan senyawa pengikat
silang menyebabkan jejaring gel semakin
rapat dan cairan akan sulit masuk.
Penambahan gom guar dengan konsentrasi
sama pada mikrokapsul formula 4 dan 6
mampu melemahkan ikatan, hanya saja
kekuatan ikatan membran pada mikrokapsul
formula 4 lebih lemah karena glutaraldehida
yang ditambahkan lebih sedikit, yaitu 4.00%
[v/v]. Karena itu, ketika disimpan pada suhu
climatic chamber yang tinggi (402 C)
membran mikrokapsul formula 4 akan lebih
membengkak dibandingkan dengan membran
formula 6 dan mengakibatkan infar
didalamnya terlepas lebih cepat.
Mikrokapsul formula 6 yang didapati
paling baik stabilitasnya bukanlah komposisi
gel yang paling kokoh ataupun yang paling
rapuh. Mikrokapsul formula 7 (kitosan 1.75%
[b/v], gom guar 0.33% [b/v], dan
glutaraldehida 4.00% [v/v]) yang diperkirakan
paling rapuh dan mikrokapsul formula 3
(kitosan 1.75% [b/v], gom guar 0.05% [b/v],
dan glutaraldehida 5.00% [v/v]) yang diduga
paling kokoh, justru memiliki stabilitas lebih
rendah, baik dilihat dari kadar infar yang
masih tersalut maupun usia gunanya.
Kekuatan membran yang sangat besar
(konsentrasi glutaraldehida tinggi dan gom
guar rendah) agaknya membuat infar banyak
yang tersalut di permukaannya dan sulit
tersalut
di
kedalaman
mikrokapsul.
Sebaliknya jika kekuatan membran rendah
(konsentrasi glutaraldehida rendah dan
konsentrasi gom guar tinggi), jejaring gel
yang terbentuk akan renggang. Kedua hal ini
menyebabkan infar akan mudah lepas
sehingga persentase infar yang masih tersalut
lebih rendah dan usia gunanya lebih singkat.

Pencirian Morfologi Mikrokapsul


Pencirian
morfologi
mikrokapsul
dilakukan terhadap mikrokapsul formula 3, 4,

dan 5. Hal ini dilakukan karena ketersediaan


sampel yang mencukupi untuk pencirian
dengan SEM. Hasil SEM pada Gambar 10
menunjukkan diameter mikrokapsul formula 3
(1.9815.60 m) lebih besar daripada formula
4 (1.4911.70 m) dan 5 (2.72 9.18 m)
yang telah diuji stabilitasnya, dan juga lebih
besar daripada mikrokapsul yang belum diuji
stabilitasnya (1.4312.20 m).

tinggi konsentrasi glutaraldehida, maka


jejaring gel semakin rapat. Hal ini
menyebabkan infar sulit masuk ke dalam
membran formula 3. Namun, kenyataannya
diameter mikrokapsul formula 3 lebih besar
daripada formula 4 dan 5 yang diduga
memiliki jejaring yang lebih renggang.
Jejaring gel
yang renggang diduga
mengakibatkan infar mudah masuk dan
keluar, sehingga mikrokapsul formula 4 dan 5
setelah uji stabilitas memiliki diameter lebih
kecil. Mikrokapsul formula 5 memiliki
konsentrasi glutaraldehida lebih tinggi
daripada formula 4, sehingga diemeternya
lebih kecil.

SIMPULAN DAN SARAN


20 kV x 2000

1.98-15.6 m
(a)

20 kV

x 2000
1.49 -11.7 m
(b)

Simpulan
Kesembilan formula mikrokapsul
yang dibuat menunjukkan stabilitas kurang
baik dan usia gunanya relatif pendek. Dari 9
formula tersebut, mikrokapsul formula 6
dengan komposisi penyalut gom guar 0.19%
[b/v] dan glutaraldehida 5.00% [v/v] dalam
larutan kitosan yang dibuat tetap (1.75%
[b/v]), merupakan mikrokapsul yang paling
stabil dengan persentase infar yang masih
tersalut, tetapan laju reaksi, dan usia guna
berturut-turut 77.67%, 0.0008 (%b/b)2
minggu-1, dan 4.28 minggu atau 30 hari.
Diameter mikrokapsul formula 3 (1.9815.60
m) lebih besar daripada diameter formula 4
(1.4911.70 m) dan 5 (2.729.18 m) yang
telah diuji stabilitasnya, dan juga lebih besar
daripada diameter mikrokapsul yang belum
diuji stabilitasnya (1.4312.20 m).

Saran

20 kV x 2000
2.72 -9.18 m
(c)
Gambar 10 Foto-foto SEM permukaan mikrokapsul setelah uji stabilitas:
formula 3 (a), formula 4 (b), dan
formula 5 (c).
Konsentrasi gom guar untuk formula 4 dan
5 (0.19% [b/v]) lebih besar dari formula 3
(0.05%
[b/v]),
sedangkan
konsentrasi
glutaraldehida formula 3 (5.00% [v/v]) > 5
(4.50% [v/v]) > 4 (4.00% [v/v]). Semakin
rendah konsentrasi gom guar dan semakin

Bahan baku yang digunakan maupun


mirokapsul yang dihasilkan sebaiknya
disimpan di dalam eksikator selama
penanganannya karena bersifat higroskopis
dan sangat berpengaruh terhadap stabilitas
mikrokapsul yang dibuat. Penambahan silika
gel dalam botol untuk uji stabilitas juga
diduga perlu agar kadar airnya lebih stabil
sehingga zat aktif tidak mudah terurai. Selain
itu, perlu dilakukan analisis denga mikroskop
elektron
transmisi
untuk
mengetahui
ketebalan gel yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA
Abreu FR de, Sergio PCF. 2005. Preparation
and characterization of carboxymethyl
chitosan.
Polimerous:
Ciencia
e
Tecnologia 15:79-83.
Agoes G. 2001. Studi Stabilitas Sediaan
Farmasi. Bandung: Fakultas Teknologi
Farmasi Program Pasca Sarjana Institut
Teknologi Bandung.
[Anonim]. 2005. Spray drying as a
microfabrication
process.
Upperton
Particle
Technologies.
http://wawen\situs\upperton
[24
Okt
2005].
[AOAC]. Association of Official Analytical
Chemist. 1999. Official Methods of
Analysis of AOAC International. 5th
Revision. Volume 2. Cunnif P (Editor).
Maryland: AOAC International.
Atkins PW. 1996. Kimia Fisik. Jilid 2. Ed ke4.
Kartohadiprodjo II, penerjemah;.
Indarto PW, editor; Jakarta: Erlangga.
Terjemahan dari: Physical Chemistry.
Berger J et al. 2004. Structure and interactions
in covalently and ionically crosslinked
chitosan hydrogels for biomedical
application. Eur J Pharm Biopharm 57:1934.
Beneta S. 1996. Microcapsulation Method
and Industrial Application. New York:
Marcel Dekker.
Cardenas A, Monal WA, Goycoolea FM,
Ciapara IH, Peniche C. 2003. Diffusion
through membranes of polyelectrolyte
complex of chitosan and alginate.
Macromol Biosci 3:535-539.
Chaplin M. 2005. Guar gum. London: South
Bank
University.
http://chem.skku.
ac.kr/~wkpark/tutor/mirror/www.martin.ch
aplin.btinternet.co.uk/hygua.html [3 Agu
2003].
[Eisai]. 2007. Dialon. Bogor: PT Eisai
Indonesia.
Fardiaz D. 1989. Hidrokoloid. Bogor: Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor.

Huang J, Wang X, Yu X. 2006. Solute


permeation through the polyurethaneNIPAAm hydrogel membranes with
various
cross-linking
densities.
J
Desalination 192:125-131.
[ICH].
International
Conference
on
Harmonization. 2003. Guidance for
Industry Q1A (R2) Stability Testing of New
Drug Substances and Products. Revision
2. U.S. Department of Health and Human
Services Food and Drug Administration.
http://www.fda.gov/cber/guidelines.htm.
[12 Apr 2007].
Jamaludin MA. 1994. Isolasi dan pencirian
kitosan limbah udang windu (Penaeus
monodon fabricus) dan afinitasnya
terhadap ion logam Pb2+, Cr6+, dan Ni2+
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Khan TA, Kok KP, Hung SC. 2002. Reporting
degree of deacetylation values of chitosan:
the influence of analytical methods. J
Pharm Pharmeceut Sci 5:205-212.
Kshirsagar NA. 2000. Drug delivery system.
Indian J Pharmacol 32: 54-61.S
Mubarok M. 2007. Uji disolusi obat antiperadangan yang tersalut gel kitosan-gom
guar
[Skripsi].
Bogor:
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Nata F, Sugita P, Sjachriza A, Arifin B.
2007b. Diffusion behavior of ketoprofen
through chitosan-guar gum membranes.
Perilaku Difusi Ketoprofen Melalui
Membran Kitosan-Gom Guar. Prosiding
Seminar International Conference and
Workshop on Basic science and Applied
Science. [6-7 Agustus 2007].
Nuraini D. 1994. Pengaruh jenis hidrokoloid
terhadap pembentukan gel cincau hitam
(Mesona palustris BL) [tesis]. Bogor:
Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Nussinovitch
A.
1997.
Hydrocolloid
Applications. Israel: Chapman-Hall.
Rana V, Kumar B, Dinesh G, Ashok KT.
2005. Sodium citrate cross-linked chitosan
film: optimalization as substitute for

human/rat/rabbit epidermal sheet. J Pharm


Pharmaceut Sci 8:10-17.

Grottammare: European Chitin Society 85108.

Sakinnen M. 2003. Biopharmaceutical


evaluation of microcrystalline chitosan as
release-rate-controlling
hydrophilic
polymer in granules for gastro-retentive
drug delivery [disertasi]. Helsinki: Faculty
of Science, University of Helsinki.

Tiyaboonchai W, Ritthidej GC. 2003.


Development of indomethacin sustained
release microcapsules using chitosancarboxymethyl
cellulose
complex
coacervation. Songklanakrin J Sci Technol
25:245-254.

Stevens MP. 2001. Kimia Polimer. Sopyan I,


penerjemah. Jakarta: Pradnya Paramita.
Terjemahan dari: Polymer Chemistry: An
Introduction.

Varhosaz J, Reza A. 2005. Effect of citic acids


as cross-lingking agent on insulin loaded
chitosan microspheres. Iranian Polym J
14: 647-656.

Sugita P, Sjachriza A, Lestari SI. 2006a.


Sintesis dan optimalisasi gel kitosan-gom
guar. J Nature 9:32-36.

Wang T, Turhan M, Gunasekaram S. 2004.


Selected properties of pH-sensitive,
biodegradable chitosan-poly(vinyl alcohol)
hydrogel. Society of Chemical Industry.
Polym Int 53:911-918.

Sugita P, Sjachriza A, Wahyono D. 2006b.


Sintesis dan optimalisasi gel kitosanalginat. J Sains Teknol Indones 8:133-137.
Sugita P, Sjachriza A, Rachmanita. 2006c.
Sintesis dan optimalisasi gel kitosankarboksimetilselulosa. Di dalam: Arifin B,
Wukirsari T, Gunawan S, Wahyuni WT,
editor. Sintesis dan Optimalisasi Gel
Kitosan-Karboksimetil Selulosa. Prosiding
Seminar Nasional Himpunan Kimia
Indonesia; Auditorium Rektorat IPB
Darmaga, 12 Sep 2006. Bogor:
Departemen Kimia FMIPA Institut
Pertanian Bogor. .hlm. 380-386.
Sugita P, Sjachriza A, Utomo D.W. 2007a.
Optimization synthesis chitosan-xanthan
gum gel for metal adsorption. Sintesis dan
Optimalisasi Gel Kitosan-Gom Xantan.
Proceeding of 1st International Conference
on Chemical Sciences; Yogyakarta, 24-26
Mei 2007.
Sutriyo, Joshita D, Indah R. 2005.
Perbandingan
pelepasan
propanolol
hidroklorida dari matriks kitosan, etil
selulosa, dan hidroksipropil metil selulosa.
Maj Ilmu Kefarmasian 2:145-153.
Tarbojevich M, Cosani A. 1996. Molecular
weight determination of chitin and
chitosan. Di dalam Muzarelli RAA &
Peter MG (Editor) 1997. Chitin Handbook.

Winarno. FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.


Jakarta: Gramedia.
Yamada T, Onishi H, Machida Y. 2001. In
vitro and in vivo evaluation of sustained
release
chitosan-coated
ketoprofen
microparticles. Yakugaku Zasshi 121:239245.
Yoshizawa
H.
2004.
Trend
in
microencapsulation research. KONA 20.
[terhubung berkala]. http.//www.kona.or.jp
/search/22_023.pdf [22 Sep 2005].

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kadar air dan kadar abu kitosan


Analisis kadar air
Penentuan kadar air kitosan dilakukan dengan menggunakan alat mosture analizer.
Sebanyak 1.0000 g kitosan dimasukkan ke dalam cawan aluminium, kemudian cawan beserta
isinya dimasukkan ke dalam alat mosture analizer sampai bobot yang terbaca konstan.

Analisis kadar abu (AOAC 1999)


Penentuan kadar abu kitosan dilakukan dengan metode gravimetri. Cawan porselen
dibersihkan dan dimasukkan ke dalam tanur untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran yang
menempel dalam cawan, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak
0.5000 g kitosan dimasukkan ke dalam cawan tersebut dan dibakar dalam tanur pengabuan
dengan suhu 600 oC sampai diperoleh abu berwarna putih. Setelah itu, cawan beserta isinya
dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang. Kadar abu kitosan dihitung dengan persamaan

Kadar abu =

bobot abu

x 100%

bobot sampel

Ulangan ke1
2
3
Rerata

Kadar air dan abu kitosan


Kadar air (%)
Kadar abu (%)
10.71
0.44
10.90
0.53
10.78
0.62
10.80
0.53

Lampiran 2 Penentuan bobot molekul kitosan (Tarbojevich & Cosani 1996)


Bobot molekul kitosan ditentukan menggunakan metode viskometer Ostwald. Sebanyak
kira-kira 0.1000 g kitosan dilarutkan dalam 100 ml asam asetat 0.5 M, kemudian diambil sebanyak
10 ml dan dimasukkan ke dalam viskometer untuk ditentukan waktu alirnya. Pengukuran juga
dilakukan untuk beberapa konsentrasi kitosan lainnya.
Waktu alir larutan kitosan
Konsentrasi

Waktu alir (detik)

Rata-rata

0.00

65.90
65.80
65.70
81.30
81.20
81.50
99.40
100.30
99.70
126.10
126.70
126.60
129.40
129.10
129.00

65.80

0.02

0.05

0.07

0.09

ln(t/to -1)

81.33

-1.44385

99.80

-0.66026

126.47

-0.08117

129.17

-0.03763

Kemudian dibuat kurva hubungan antara sp/c dengan c sehingga diperoleh persamaan:
lnsp/c =ln [] + k []2 c
a

Kurva Penentuan Bobot Molekul


0,5

ln(t /t o - 1)

0
0,02
-0,5

0,04

0,06

0,08

0,1

-1
-1,5

y = 22,87x - 1,8502
R2 = 0,9551

-2
Konsentrasi (%)

Hubungan konsentrasi larutan kitosan (%) dengan ln(t/to -1)

Lanjutan Lampiran 2
Bobot molekul kitosan dihitung dengan menggunakan persamaan Mark-Houwink:
Viskositas relatif r
= /o t/to
Viskositas spesifik sp =r -1
Viskositas intrinsik []
= (sp/c)c=0
= KM
= 3.5 x 10-4 ml/g
= 0.76
= waktu alir zat
= waktu alir pelarut
= viskositas zat
0 = viskositas pelarut
M = bobot molekul zat

dengan K

t
t0

Dengan menggunakan mode regresi linear diperoleh persamaan


Insp/c = In []+k[]2c sama dengan y = -1.8502 + 22.8699 x
Jadi [] = 0.1572
untuk rumus [] = KM, maka 0.1572 = 3.5 10-4 M0.76
sehingga diperoleh M = 3090.45 g/mol

Lampiran 3 Penentuan derajat deasetilasi ( Domzsy & Robert dalam Khan et al. 2002)
Derajat deasetilasi kitosan dianalisis menggunakan FTIR. Kitin dan kitosan yang diperoleh
dibuat pelet dengan KBr 1%, kemudian dilakukan penyusuran pada daerah frekuensi antara 4000
dan 400 cm-1. Derajat deasetilasi ditentukan dengan metode garis dasar.
Puncak tertinggi dicatat dan diukur dari garis dasar yang dipilih. Nilai absorbans dapat
dihitung dengan menggunakan rumus

A = log

dengan P0 = % transmitans pada garis dasar

P = % transmitans pada puncak minimum


Kitin yang terdeasetilasi sempurna (100%) memiliki nilai A1655 = 1.33. Dengan membandingkan
absorbans pada bilangan gelombang 1655 cm-1 (serapan pita amida I) dengan absorbans pada
bilangan gelombang 3450 cm-1 (serapan gugus hidroksil), % derajat deasetilasi dapat dihitung
dengan persamaan

A1655

%DD = 1

A 3450

100%

1.33

Spektrum FTIR dan derajat deasetilasi kitin dan kitosan

Spektrum FTIR kitosan


Derajat deasetilasi kitosan dicari dengan rumus:
Po
A = log
P
dimana: Po = % transmitansi pada garis dasar
P = % transmitansi pada puncak minimum
A = absorbans
% DD = 1

A1655
1

100%
A3450 1,33

dengan: A1655 = absorbans pada bilangan gelombang 1655 cm -1 (serapan pita amida)
A3450 = absorbans pada bilangan gelombang 3450 cm -1 (serapan gugus hidroksil)

11.0
= 0.6264
2.6
15.1
A3450 = log
= 1.5769
0 .4
A1655 = log

% DD = 1 ( 0.6264 x 1 ) x 100 % = 70.13%

1.5769 1,33

Lampiran 4 Preparasi bahan-bahan yang digunakan


a.

Larutan kitosan 1.75% (b/v)


Kitosan setelah terkoreksi kadar air ditimbang sebanyak 4.9047 g, dilarutkan dalam 250 ml
larutan asam asetat 1% (v/v)

b.

Larutan asam asetat 1% (v/v)


Larutan asam asetat 98% dipipet sebanyak 10.20 ml ke dalam labu ukur 1000 ml, diencerkan,
dan ditera dengan air suling.

c.

Larutan gom guar 0.05% (b/v)


Gom guar ditimbang sebanyak 0.05 g pada gelas arloji. Sedikit demi sedikit gom guar
dilarutkan ke dalam gelas piala 250 ml yang berisi 100 ml air suling dengan diaduk secara
konstan menggunakan pengaduk magnet

d.

Larutan glutaraldehida 4% (v/v)


Glutaraldehida 25% dipipet sebanyak 16 ml ke dalam labu ukur 100 ml, diencerkan, dan
ditera dengan air suling.

e.

Larutan Tween-80 2% (v/v)


Tween-80 dipipet sebanyak 2 ml ke dalam gelas piala 100 ml, ditambah 30 ml air suling,
diaduk, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Larutan diencerkan dan ditera dengan air
suling.

Lampiran 5 Diagram alir penelitian

Pembuatan campuran kitosan-gom guar (1.75%


kitosan, gom guar 0.05; 0.19; 0.33%,
glutaraldehida 4; 4.5; 5%
(dilakukan 2 ulangan)

Indometasin farnesil

5 ml Tween 80
2%
Pembuatan mikrokapsul
(metode pengeringan semprot)

Pencirian mikrokapsul (SEM)


terhadap formula 1

Produk mikrokapsul

Uji Stabilitas
(T=402 C & RH= 755%)
3 bulan

Ekstraksi indometasin farnesil minggu ke-0


dengan etanol 96% dan diukur serapannya
dengan spektrofotometer UV pada 320.4 nm

Pencirian mikrokapsul (SEM)


Ekstraksi dengan etanol
Penentuan kadar air
1 minggu sekali

Pengukuran konsentrasi
indometasin farnesil 1 minggu
sekali (Spektrofotometri UV pada
320.4 nm)

Analisis morfologi mikrokapsul


3, 4, dan 5

Lampiran 6 Penentuan kadar infar dalam ekstrak obat secara spektrofotometri


Absorbans standar infar pada 290.6 dan 320.2 nm
Absorbans
Absorbans
[infar]
(ppm)
290.6 nm
320.2 nm
0
0
0
2
0.038
0.027
4
0.093
0.061
6
0.129
0.077
8
0.154
0.104
12
0.197
0.148
18
0.259
0.215
Kurva standar infar 320,2 nm

Kurva standar infar 290,6 nm

y = 0,0118x + 0,006
0,3

0,25

R = 0,996

0,2

0,2

Absorbans

Absorbans

0,25

0,15
y = 0,0141x + 0,0232

0,1

0,15
0,1

R = 0,9582

0,05

0,05
0

0
0

10

15

20

Std infar (ppm)

10

15

20

Std infar (ppm)

Absorbans standar vitamin E pada 290.6 dan 320.2 nm


Absorbans
Absorbans
[Vit E] (ppm)
290.6 nm
320.2 nm
0
0
0
2
0.02
0.003
8
0.074
0.005
12
0.107
0.004
18
0.16
0.007
Kurva Std Vit E 290,6 nm

Kurva Std Vit E 320,2 nm

0,18
0,008
0,007

0,14
0,12

0,006

0,1
0,08

y = 0,008833x + 0,001533

0,06
0,04

R = 0,999597

Absorbans

Absorbans

0,16

0,005
0,004
y = 0,0003x + 0,0013

0,003

R = 0,7988

0,002

0,02

0,001

0
0

10

15

20

0
0

10

Std Vit E (ppm)


Std Vit E (ppm)

15

20

Lanjutan Lampiran 6
Absorbans ekstrak obat Dialon pada 290.6 dan 320.2 nm
Serapan
Serapan
Sampel Ekstrak Obat
Dialon
290.6 nm
320.2 nm
10.8 ppm
0.159
0.125
Perhitungan konsentrasi infar dan vitamin E dalam ekstrak obat
Serapan sampel pada 320.2 nm = Infar 320.2 nm[Infar] + vit E 320.2 nm [Vit. E]
Serapan sampel pada 290.6 nm = Infar 290.6 nm[Infar] + vit E 290.6 nm [Vit. E]
28.0591 0.125 = 1.179.10-2 [Infar] + 3.148.10-4 [Vit.E]
0.159 = 1.414.10-2 [Infar] + 8.833.10-3 [Vit.E]
3.5074 = 0.33082 [Infar] + 8.833.10-3 [Vit.E]
0.1590 = 1.414.10-2 [Infar] + 8.833.10-3 [Vit.E]

[Infar] = 10.57 ppm


[Vit.E] = 1.07 ppm

Diketahui:
Bobot ekstrak obat yang ditimbang = 0.0108 g
Volume larutan ekstrak total
= 100 ml
Faktor pengenceran
= 10
1l
1g
Bobot Infar = 10.57 mg/l

10 100 ml = 0.0106 g
1000 ml 1000 mg

Kemurnian Infar hasil ekstrak Obat

bobot Infar
bobot ekstrak obat

=
=

0.0106 g
100%
0.0108 g
98.15 %

100%

Lampiran 7 Spektrum infar 99.2% dari PT Eisai Indonesia (a), vitamin E (-tokoferol) (b), dan
infar hasil ekstraksi obat Dialon dengan spektrofotometer UV

320.4 nm

290.6 nm
320.2 nm

maks
315,0
316,0
317,0
318,0
319,0
320,0
320,1
320,2
320,3
320,4
320,5
320,6
320,7
320,8
320,9
321,0
322,0
323,0
324,0
325,0

Absorbans
0,20044
0,20178
0,20264
0,20337
0,20313
0,20264
0,20264
0,20276
0,20276
0,20264
0,20251
0,20239
0,20215
0,20203
0,20203
0,20173
0,20093
0,19836
0,19666
0,19458

(a)

maks
290,0
290,1
290,2
290,3
290,4
290,5
290,6
290,7
290,8
290,9
291,0
292,0
293,0
294,0
295,0

Absorbans
0,04370
0,04370
0,04370
0,04395
0,04395
0,04395
0,04407
0,04407
0,04395
0,04370
0,04358
0,04297
0,04199
0,04102
0,03943

(b)

maks
312,0
313,0
314,0
315,0
316,0
317,0
318,0
319,0
320,0
320,2
320,4
320,6
320,8
321,0
322,0
323,0
324,0
325,0
326,0

Absorbans
0,16028
0,16309
0,16553
0,16748
0,16919
0,17102
0,17102
0,17163
0,17139
0,17188
0,17200
0,17200
0,17188
0,17151
0,16980
0,16870
0,16736
0,16663
0,16345

(c)

*Data yang digunakan

Lampiran 8 Kadar air mikrokapsul infar (%) hasil uji stabilitas dipercepat pada T=(402) C dan RH (755)%
Formula
Minggu
Kitosan GG
Glutaral Ulangan
0
1
2
3
4
5
6
(%b/v) (%b/v) (%v/v)
4.00
1
18.23
17.49
23.58
25.13
19.29
24.26
21.61
2*
18.22
19.09
21.27
23.51
18.25
20.20
26.08
rerata
18.22
18.29
22.42
24.32
18.77
22.23
23.84
4.50
1
19.41
17.93
18.02
21.83
21.75
16.39
25.15
1.75
0.05
2*
20.07
15.93
16.72
20.76
21.43
16.51
21.11
rerata
19.74
16.93
17.37
21.29
21.59
16.45
23.13
5.00
1*
18.77
18.94
21.06
18.94
17.75
19.24
24.65
2
21.94
19.73
22.46
18.53
22.29
20.96
19.57
20.35
19.33
21.76
18.73
20.02
20.1
22.11
rerata
4.00
1*
18.68
19.23
18.30
22.59
21.68
17.75
26.08
2
19.41
18.65
23.71
21.78
18.41
20.83
21.97
19.04
18.94
21.00
22.18
20.04
19.29
24.02
rerata
4.50
1
18.03
16.66
20.18
16.87
25.73
21.63
26.29
1.75
0.19
2*
17.49
19.69
20.22
20.89
27.50
23.73
27.65
rerata
17.76
18.17
20.2
18.88
26.61
22.68
26.97
5.00
1*
19.81
18.89
21.39
22.08
25.07
22.88
25.48
2
19.01
18.67
19.17
20.32
23.22
20.28
23.41
rerata
19.41
18.78
20.28
21.2
24.14
21.58
24.44
4.00
1*
19.07
19.95
21.98
18.65
25.13
21.65
19.31
2
17.54
16.70
20.63
22.98
22.60
22.38
20.20
rerata
18.30
18.32
21.30
20.81
23.86
22.01
19.75
4.50
1
21.69
21.10
19.76
21.26
24.70
19.63
21.92
1.75
0.33
2*
21.13
20.59
18.53
19.21
28.00
18.63
20.53
rerata
21.41
20.84
19.14
20.23
26.35
19.13
21.22
5.00
1*
16.28
19.77
24.47
20.29
24.31
21.00
25.12
2
16.47
20.18
21.49
18.40
23.22
20.79
21.83
rerata
16.37
19.97
22.98
19.34
23.76
20.89
23.47
8
18.05
21.03
19.54
20.65
19.64
20.14
22.10
22.20
22.15
22.60
20.14
21.37
20.59
22.75
21.67
23.07
25.45
24.26
21.40
24.78
23.09
22.23
22.67
22.45
23.62
25.73
24.67

7
21.40
19.64
20.52
20.17
17.31
18.74
21.41
21.97
21.69
21.86
23.53
22.69
27.30
25.72
26.51
23.67
21.25
22.46
22.04
24.27
23.15
21.62
22.87
22.24
23.86
21.02
22.44

25.65
22.00
23.82
21.34
18.77
20.05
18.89
21.28
20.08
24.12
20.92
22.52
22.72
20.32
21.52
24.77
22.99
23.88
27.67
25.58
26.62
21.94
13.40
17.67
13.40
25.14
19.27

9
20.23
23.82
22.02
18.75
19.44
19.09
15.91
22.76
19.33
24.03
22.78
23.40
26.85
20.86
23.85
25.43
19.42
22.42
21.35
24.28
22.81
20.44
23.56
22
23.62
22.98
23.3

10

22.04
21.35
21.69
21.58
16.59
19.08
14.66
18.98
16.82
23.37
18.01
20.69
20.04
23.27
21.65
18.3
20.62
19.46
21.94
20.08
21.01
23.89
18.53
21.21
21.25
18.34
19.79

11

21.91
20.85
21.38
17.20
15.22
16.21
19.55
20.48
20.01
22.07
21.84
21.95
20.52
24.72
22.62
21.19
17.77
19.48
19.32
18.68
19.00
22.30
20.19
21.24
20.45
22.65
21.55

12

Deret standar infar untuk penentuan konsentrasi infar dalam ekstrak etanol
mikrokapsul

Absorbans standar infar pada 320.4 nm


Std Infar (ppm)
Absorbans
0
0
1.06
0.013
2.12
0.025
4.24
0.052
6.36
0.076
8.48
0.101
10.6
0.128

Kurva Std Infar Dalam Etanol


0,14
0,12
Asorbans

Lampiran 9

0,1
0,08
0,06

y = 0,012x + 5E-05
R 2 = 0,9998

0,04
0,02
0
0

Std Infar (ppm )

10

12

*Data yang digunakan

Lampiran 10 Konsentrasi infar (%b/b) hasil uji stabilitas dipercepat (3 bulan) pada T=(402) C dan RH (755)%
Formula
Minggu
Kitosan
GG
Glutaral Ulangan
0
1
2
3
4
5
6
(%b/v) (%b/v)
(%v/v)
4.00
1
7.89
9.65
10.27
7.57
6.35
6.51
6.48
2*
8.85
8.81
9.88
7.50
9.17
7.53
6.72
8.37
9.23
10.07
7.54
7.76
7.02
6.60
rerata
4.50
1
7.89
8.39
6.55
12.77
9.81
8.31
6.71
1.75
0.05
2*
9.72
9.62
7.61
13.00
9.42
9.48
8.72
rerata
8.80
9.01
7.08
12.89
9.61
8.90
7.72
5.00
1*
8.14
7.49
6.93
10.09
6.49
8.47
5.99
2
6.07
5.89
6.70
7.07
6.20
5.03
4.35
rerata
7.10
6.69
6.81
8.58
6.34
6.75
5.17
4.00
1*
6.43
6.77
5.52
9.18
5.66
5.39
4.95
2
7.87
9.36
8.09
7.73
9.60
6.16
6.23
rerata
7.15
8.06
6.80
8.45
7.63
5.78
5.59
4.50
1
6.09
6.76
6.57
6.74
6.70
5.99
4.34
1.75
0.19
2*
4.96
5.72
7.05
5.29
6.75
4.27
3.69
rerata
5.53
6.24
6.81
6.02
6.72
5.13
4.02
5.00
1*
5.73
6.80
7.89
8.95
5.41
7.76
4.64
2
5.71
5.41
7.17
8.83
5.81
5.44
4.31
rerata
5.72
6.10
7.53
8.89
5.61
6.60
4.47
4.00
1*
8.67
6.68
6.80
8.43
6.12
7.09
6.79
2
5.74
3.58
4.80
7.37
3.86
4.60
5.61
rerata
7.20
5.13
5.80
7.90
4.98
5.84
6.20
4.50
1
4.60
5.91
6.89
5.93
5.25
6.11
4.41
1.75
0.33
2*
5.31
6.95
7.20
6.38
5.57
4.35
4.22
rerata
4.96
6.43
7.04
6.16
5.41
5.23
4.32
5.00
1*
7.93
5.11
8.13
6.64
5.30
4.70
4.59
2
6.07
6.72
9.19
6.50
5.57
5.72
4.99
rerata
7.00
5.92
8.66
6.57
5.43
5.21
4.79
8
6.85
6.06
6.46
7.80
8.13
7.97
6.10
4.23
5.17
4.25
6.42
5.33
5.33
5.34
5.33
6.07
4.88
5.48
5.75
3.54
4.65
4.80
4.00
4.40
4.64
4.62
4.63

7
6.03
7.10
6.57
5.85
7.33
6.59
6.68
5.16
5.92
4.70
6.89
5.79
5.61
4.90
5.26
3.95
4.87
4.41
5.93
3.25
4.59
4.14
4.44
4.29
4.71
4.86
4.78

5.39
7.55
6.47
6.11
7.53
6.82
7.52
5.36
6.44
3.54
6.44
4.99
5.74
4.27
5.00
5.71
4.63
5.17
6.47
3.17
4.82
4.27
3.91
4.08
4.62
4.60
4.61

9
6.07
6.42
6.25
5.02
7.55
6.29
6.72
4.39
5.55
3.18
6.08
4.63
4.26
6.07
5.16
4.62
4.62
4.62
6.44
3.17
4.81
4.16
4.64
4.40
4.25
5.35
4.80

10

5.70
6.39
6.04
6.05
7.18
6.62
5.27
5.22
5.24
3.09
5.60
4.34
4.23
4.62
4.42
6.12
4.62
5.37
5.35
3.84
4.60
4.28
3.87
4.07
4.28
4.90
4.59

11

5.01
6.12
5.56
5.75
7.21
6.48
5.32
4.63
4.98
4.27
6.11
5.19
4.65
3.91
4.28
5.37
5.34
5.35
5.65
3.46
4.55
3.88
3.83
3.85
4.25
5.38
4.81

12

Lampiran 11 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 1 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.05% [b/v], dan glutaraldehida 4.00% [v/v])

Waktu
(minggu)
0
1
3
5
6
7
10
11
12

orde ke-0
Ata
8.8456
8.8131
7.4977
7.5312
6.7214
7.1004
6.4245
6.3929
6.1218

orde ke-1
ln At
2.1799
2.1762
2.0146
2.0191
1.9053
1.9601
1.8601
1.8552
1.8119

orde ke-2
1/At
0.1131
0.1135
0.1334
0.1328
0.1488
0.1408
0.1557
0.1564
0.1634

orde ke-3
1/2At2
0.0064
0.0064
0.0089
0.0088
0.0111
0.0099
0.0121
0.0122
0.0133

Konsentrasi infar pada waktu ke-t

10,0000

6,0000

In At

At (%b/b)

8,0000
y = -0,2213x + 8,6241
R 2 = 0,898

4,0000
2,0000

2,5000
2,0000
1,5000
1,0000
0,5000
0,0000

0,0000

y = -0,0299x + 2,1585
R 2 = 0,9164

0
0

10

1/(2At2)

0,1500
0,1000
y = 0,0041x + 0,1148
R 2 = 0,9303

0,0000
2

w aktu (m inggu)

(c)

10 12

(b)

0,2000

w aktu (minggu)

(a)

0,0500

12

w aktu (m inggu)

1/At

a)

[Infar]
(%b/b)
8.8456
8.8131
7.4977
7.5312
6.7214
7.1004
6.4245
6.3929
6.1218

10

12

0,0160
0,0140
0,0120
0,0100
0,0080
0,0060
0,0040
0,0020
0,0000

y = 0,0006x + 0,0065
R 2 = 0,9391

10

w aktu (m inggu)

(d)

Kurva regresi linear untuk orde reaksi: (a) ke-0, (b) ke-1, (c) ke-2, dan (d) ke-3.

12

Lampiran 12 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 2 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.05% [b/v], dan glutaraldehida 4.50% [v/v])

Waktu
(minggu)
0
1
4
5
6
9
10
11
12

orde ke-0
Ata
9.7238
9.6209
9.4244
9.4832
8.7202
7.5333
7.5521
7.1779
7.2138

orde ke-1
ln At
2.2746
2.2639
2.2433
2.2495
2.1656
2.0193
2.0218
1.9710
1.9760

orde ke-2
1/At
0.1028
0.1039
0.1061
0.1054
0.1147
0.1327
0.1324
0.1393
0.1386

orde ke-3
1/2At2
0.0053
0.0054
0.0056
0.0056
0.0066
0.0088
0.0088
0.0097
0.0096

12,0000

2,5000

10,0000

2,0000
InAt

8,0000
y = -0,2448x + 10,072
R 2 = 0,9132

6,0000
4,0000

1,5000
y = -0,0291x + 2,3193
R 2 = 0,9086

1,0000
0,5000

2,0000
0,0000

0,0000

10

12

w aktu (m inggu)

10

12

w aktu (m inggu)

(a)

(b)
0,0120

0,1500

y = 0,0004x + 0,0046
R 2 = 0,897

0,0100

0,1000

1/(2At 2)

At (%b/b)

Konsentrasi infar pada waktu ke-t

1/At

a)

[Infar]
(%b/b)
9.7238
9.6209
9.4244
9.4832
8.7202
7.5333
7.5521
7.1779
7.2138

y = 0,0035x + 0,0971
R 2 = 0,9031

0,0500

0,0080
0,0060
0,0040
0,0020

0,0000
0

10

w aktu (m inggu)

(c)

12

0,0000
0

10

w aktu (minggu)

(d)

Kurva regresi linear untuk orde reaksi: (a) ke-0, (b) ke-1, (c) ke-2, dan (d) ke-3.

12

Lampiran 13 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 3 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.05% [b/v], dan glutaraldehida 5.00% [v/v])

[Infar]
(%b/b)

orde ke-0
Ata

orde ke-1
ln At

orde ke-2
1/At

orde ke-3
1/2At2

0
1
2
4
6
7
8
11
12

8.1430
7.4891
6.9302
6.4907
5.9945
6.6804
6.0989
5.2735
5.3212

8.1430
7.4891
6.9302
6.4907
5.9945
6.6804
6.0989
5.2735
5.3212

2.0972
2.0134
1.9359
1.8704
1.7908
1.8992
1.8081
1.6627
1.6717

0.1228
0.1335
0.1443
0.1541
0.1668
0.1497
0.1640
0.1896
0.1879

0.0075
0.0089
0.0104
0.0119
0.0139
0.0112
0.0134
0.0180
0.0177

Konsentrasi infar pada waktu ke-t

2,5000

10,0000

2,0000

6,0000

ln At )

At (%b/b)

8,0000

y = -0,2079x + 7,6696
R 2 = 0,8762

4,0000
2,0000

1,5000
y = -0,0321x + 2,0432
2
R = 0,8921

1,0000
0,5000

0,0000
0

10

0,0000

15

w aktu (m inggu)

10

12

14

waktu (minggu)

(a)

(b)

0,2000

0,0200

0,1500

0,0150

0,1000

1/2(At)2

1/At

a)

Waktu
(minggu)

y = 0,005x + 0,1285
R 2 = 0,899

0,0500

0,0100
y = 0,0008x + 0,008
R 2 = 0,8973

0,0050
0,0000

0,0000
0

10

w aktu (m inggu)

(c)

15

10

w aktu (m inggu)

(d)

Kurva regresi linear untuk orde reaksi: (a) ke-0, (b) ke-1, (c) ke-2, dan (d) ke-3.

15

Lampiran 14 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 4 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.19% [b/v], dan glutaraldehida 4.00% [v/v])

[Infar]
(%b/b)

orde ke-0
Ata

orde ke-1
ln At

orde ke-2
1/At

orde ke-3
1/2At2

1
4
5
6
7
8
9
10
11

6.7730
5.6627
5.3909
4.9547
4.6955
4.2495
3.5394
3.1777
3.0854

6.7730
5.6627
5.3909
4.9547
4.6955
4.2495
3.5394
3.1777
3.0854

1.9129
1.7339
1.6847
1.6003
1.5466
1.4468
1.2640
1.1562
1.1267

0.1476
0.1766
0.1855
0.2018
0.2130
0.2353
0.2825
0.3147
0.3241

0.0109
0.0156
0.0172
0.0204
0.0227
0.0277
0.0399
0.0495
0.0525

Konsentrasi infar pada waktu ke-t

2,5000
2,0000

6,0000

ln At

At (%b/b)

8,0000

4,0000
2,0000 y = -0,3888x + 7,2495
R 2 = 0,9878
0,0000
0
5

1,5000
1,0000
y = -0,0843x + 2,0682
R 2 = 0,9618

0,5000
0,0000
10

15

10

15

w aktu (m inggu)

w aktu (m inggu)

(c)

(c)

0,3500
0,3000
0,2500
0,2000
0,1500

1/2(At)2

1/At

a)

Waktu
(minggu)

y = 0,019x + 0,1022
R 2 = 0,9157

0,1000
0,0500
0,0000
0

10

w aktu (m inggu)

(c)

15

0,0600
0,0500
0,0400
0,0300
0,0200
0,0100
0,0000

y = 0,0045x - 0,0019
R 2 = 0,8603

10

w aktu (m inggu)

(c)

Kurva regresi linear untuk orde reaksi: (a) ke-0, (b) ke-1, (c) ke-2, dan (d) ke-3.

15

Lampiran 15 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 5 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.19% [b/v], dan glutaraldehida 4.50% [v/v])

Waktu
(minggu)
1
2
3
5
7
8
10
11
12

orde ke-1
ln At
1.9108
1.8824
1.9084
1.7908
1.7248
1.6729
1.4493
1.4419
1.5377

orde ke-0
Ata
6.7582
6.5691
6.7424
5.9944
5.6114
5.3278
4.2601
4.2286
4.6537

orde ke-2
1/At
0.1480
0.1522
0.1483
0.1668
0.1782
0.1877
0.2347
0.2365
0.2149

orde ke-3
1/2At2
0.0109
0.0116
0.0110
0.0139
0.0159
0.0176
0.0276
0.0280
0.0231

y = 0,0083x + 0,131
R 2 = 0,8747

0,2500
0,2000
0,1500
0,1000
0,0500
0,0000

2,5000
2,0000
ln At

1/At (%b/b)

Konsentrasi infar pada waktu ke-t

1,5000
y = -0,0446x + 1,9944
R 2 = 0,9037

1,0000
0,5000

10

0,0000

15

w aktu (minggu)

10

15

w aktu (m inggu)

(b)
(a)

y = 0,0083x + 0,131
R 2 = 0,8747

0,2500
0,2000
0,1500

1/2(At)2

1/At

a)

[Infar]
(%b/b)
6.7582
6.5691
6.7424
5.9944
5.6114
5.3278
4.2601
4.2286
4.6537

0,1000
0,0500
0,0000
0

10

w aktu (m inggu)

(c)

15

0,0300
0,0250
0,0200
0,0150
0,0100
0,0050
0,0000

y = 0,0016x + 0,0075
R 2 = 0,8398

10

w aktu (m inggu)

(d)

Kurva regresi linear untuk orde reaksi: (a) ke-0, (b) ke-1, (c) ke-2, dan (d) ke-3.

15

Lampiran 16 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 6 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.19% [b/v], dan glutaraldehida 5.00% [v/v])

[Infar]
(%b/b)

orde ke-0
Ata

orde ke-1
ln At

orde ke-2
1/At

orde ke-3
1/2At2

0
1
4
5
7
8
9
10
11

5.7091
5.4118
5.8064
5.4361
4.8686
4.8794
4.6306
4.6248
4.6248

5.7091
5.4118
5.8064
5.4361
4.8686
4.8794
4.6306
4.6248
4.6248

1.7421
1.6886
1.7590
1.6931
1.5828
1.5850
1.5327
1.5314
1.5314

0.1752
0.1848
0.1722
0.1840
0.2054
0.2049
0.2160
0.2162
0.2162

0.0153
0.0171
0.0148
0.0169
0.0211
0.0210
0.0233
0.0234
0.0234

7,0000

2,0000

6,0000
5,0000

1,5000

4,0000
3,0000

ln At

At (%b/b)

Konsentrasi infar pada waktu ke-t

y = -0,1103x + 5,784
R 2 = 0,7931

2,0000
1,0000

1,0000

y = -0,0215x + 1,7588
R 2 = 0,8023

0,5000
0,0000

0,0000
0

10

15

(a)

0,0250

0,2000

0,0200
1/2At 2

0,1500
y = 0,0042x + 0,1715
R 2 = 0,8102

0,0500

15

(b)

0,2500

0,1000

10

w aktu (m inggu)

w aktu (m inggu)

1/At

a)

Waktu
(minggu)

0,0150
0,0100

y = 0,0008x + 0,0145
R 2 = 0,8167

0,0050

0,0000

0,0000
0

10

w aktu (m inggu)

(c)

15

10

w aktu (m inggu)

(d)

Kurva regresi linear untuk orde reaksi: (a) ke-0, (b) ke-1, (c) ke-2, dan (d) ke-3.

15

Lampiran 17 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 7 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.33% [b/v], dan glutaraldehida 4.00% [v/v])

[Infar]
(%b/b)

orde ke-0
Ata

orde ke-1
ln At

orde ke-2
1/At

orde ke-3
1/2At2

0
2
5
6
7
8
9
11
12

8.67
6.80
7.09
6.79
5.93
5.75
6.47
5.35
5.65

8.6735
6.7963
7.0854
6.7945
5.9327
5.7548
6.4726
5.3543
5.6488

2.1603
1.9164
1.9580
1.9161
1.7805
1.7500
1.8676
1.6779
1.7315

0.1153
0.1471
0.1411
0.1472
0.1686
0.1738
0.1545
0.1868
0.1770

0.0066
0.0108
0.0100
0.0108
0.0142
0.0151
0.0119
0.0174
0.0157

Konsentrasi infar pada waktu ke-t

2,5000

8,0000

2,0000

6,0000
4,0000

lnAt

At (%b/b)

10,0000

y = -0,2242x + 7,9958
R 2 = 0,7639

2,0000

1,5000
1,0000

y = -0,033x + 2,0822
R 2 = 0,7765

0,5000

0,0000

0,0000

10

12

Waktu (m inggu)

0,1500

0,0150
1/(2At 2)

0,0200

y = 0,0049x + 0,1238
R 2 = 0,7791

0,0500

10

12

(b)

0,2000

0,1000

Waktu (m inggu)

(a)

1/At

a)

Waktu
(minggu)

0,0100

y = 0,0008x + 0,0075
R 2 = 0,7722

0,0050

0,0000

0,0000
0

Waktu (m inggu)

(c)

10

12

10

Waktu (m inggu)

(d)

Kurva regresi linear untuk orde reaksi: (a) ke-0, (b) ke-1, (c) ke-2, dan (d) ke-3.

12

Lampiran 18 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 8 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.33% [b/v], dan glutaraldehida 4.50% [v/v])

[Infar]
(%b/b)

orde ke-0
Ata

orde ke-1
ln At

orde ke-2
1/At

orde ke-3
1/2At2

1
3
4
6
7
8
9
11
12

6.9478
6.3824
5.5659
4.2234
4.4447
4.0048
3.9050
3.8665
3.8334

6.9478
6.3824
5.5659
4.2234
4.4447
4.0048
3.9050
3.8665
3.8334

1.9384
1.8535
1.7166
1.4406
1.4917
1.3875
1.3623
1.3524
1.3438

0.1439
0.1567
0.1797
0.2368
0.2250
0.2497
0.2561
0.2586
0.2609

0.0104
0.0123
0.0161
0.0280
0.0253
0.0312
0.0328
0.0334
0.0340

Konsentrasi infar pada waktu ke-t

2,5000
2,0000

6,0000
ln At

At (%b/b)

8,0000

4,0000
y = -0,2984x + 6,8196
R 2 = 0,84

2,0000

1,5000
y = -0,0587x + 1,9406
R 2 = 0,8628

1,0000
0,5000
0,0000

0,0000
0

10

15

10

(b)

(a)

0,3000
0,2500
1/2At 2

0,2000
0,1500
y = 0,0118x + 0,1384
R 2 = 0,8816

0,1000
0,0500
0,0000
0

10

w aktu (m inggu)

(c)

15

w aktu (m inggu)

w aktu (m inggu)

1/At

a)

Waktu
(minggu)

15

y = 0,0024x + 0,0083
R 2 = 0,8964

0,0400
0,0350
0,0300
0,0250
0,0200
0,0150
0,0100
0,0050
0,0000
0

10

w aktu (m inggu)

(d)

Kurva regresi linear untuk orde reaksi: (a) ke-0, (b) ke-1, (c) ke-2, dan (d) ke-3.

15

Lampiran 19 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 9 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.33% [b/v], dan glutaraldehida 5.00% [v/v])

[Infar]
(%b/b)

orde ke-0
Ata

orde ke-1
ln At

orde ke-2
1/At

orde ke-3
1/2At2

0
3
4
7
8
9
10
11
12

7.9251
6.6381
5.2994
4.7060
4.6363
4.6248
4.2495
4.2760
4.2495

7.9251
6.6381
5.2994
4.7060
4.6363
4.6248
4.2495
4.2760
4.2495

2.0700
1.8928
1.6676
1.5488
1.5339
1.5314
1.4468
1.4530
1.4468

0.1262
0.1506
0.1887
0.2125
0.2157
0.2162
0.2353
0.2339
0.2353

0.0080
0.0113
0.0178
0.0226
0.0233
0.0234
0.0277
0.0273
0.0277

Konsentrasi infar pada waktu ke-t

10,0000

ln At

At (%b/b)

8,0000
6,0000
4,0000
y = -0,2957x + 7,2814
R 2 = 0,8637

2,0000

2,5000
2,0000
1,5000
1,0000
0,5000
0,0000

0,0000
0

10

y = -0,052x + 1,991
R 2 = 0,8996
0

15

10

15

w aktu (m inggu)

w aktu (m inggu)

(a)

(b)

0,0350
0,3000

0,0300
0,0250
1/2At 2

0,2500
0,2000
1/At

a)

Waktu
(minggu)

0,1500

y = 0,0094x + 0,1347
R 2 = 0,9277

0,1000

0,0200
0,0150
y = 0,0017x + 0,0086
R 2 = 0,9464

0,0100
0,0050

0,0500

0,0000

0,0000

0
0

10

15

10

15

w aktu (m inggu)

w aktu (m inggu)

(d)
(c)
Kurva regresi linear untuk orde reaksi: (a) ke-0, (b) ke-1, (c) ke-2, dan (d) ke-3.

Anda mungkin juga menyukai