Anda di halaman 1dari 3

Bab 4.

Penutup

4.1 Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia10 sampai 30 tahun
(Mansjoer, 2000). Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. sumbatan lumen
apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia
jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan
sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi
mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan
pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Pada apendiks yang terinflamasi,
nyeri tekan dapat dirasakan pada kuadran kanan bawah pada titik Mc.Burney yang
berada antara umbilikus dan spinalis iliaka superior anterior. Derajat nyeri tekan, spasme
otot dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan
lokasi apendiks. Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.
Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik lengkap, tes laboratorium dan sinar x.
Hitung darah lengkap menunjukkan peningkatan jumlah darah putih lebih dari
10.000/mm3 dan pemeriksaan ultrasound dapat menunjukkan densitas kuadran kanan
bawah atau kadar aliran udara terlokalisasi. Komplikasi yang paling sering ditemukan
adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah
mengalami perdindingan sehingga berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks,
sekum, dan letak usus halus (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004). Komplikasi usus buntu juga
dapat meliputi infeksi luka, perlengketan, obstruksi usus, abses abdomen/pelvis, dan
jarang sekali dapat menimbulkan kematian (Craig, 2011).
4.2 Saran
Apendiks merupakan suatu penyakit yang berhubungan dengan bagaimana seseorang
hidup dengan sehat atau tidak, maka dari itu sebagai seorang tenaga kesehatan khususnya
perawat perlu untuk mengetahui bagaimana hidup sehat dengan makan makanan yang
tidak menyebabkan kerusakan pada tubuh salah satunya yaitu apendiks. Sebagai perawat

kita wajib memberikan pengetahuan tentang hidup sehat kepada masyarakat dengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Disini bukan hanya peran perawat
yang berjalan tetapi masyarakat harus ikut membantu dengan cara menjaga pola makan
dengan baik dan merubahnya terhindar dari penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylinn E. (2000), Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,


Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
Henderson, M.A. (1992), Ilmu Bedah Perawat, Yayasan Mesentha Medica, Jakarta.
Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta. 4.Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah, Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart.
Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai