Anda di halaman 1dari 5

TUGAS LAPANGAN TERBANG

DISUSUN OLEH :

1.
2.
3.
4.
5.

ANASTASIA MS BATUBARA
RINALDY SIMANJUNTAK
HIZKIA GULTOM
SINTONGDO SIHOMBING
AGITA M SIMANJUNTAK

12 0404 132
12 0404 135
12 0404 139
12 0404 152
12 0404 162

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Teknik Perkiraan Perencanaan Penerbangan

Perencanaan transportasi mempunyai tujuan untuk mengembangkan sarana dan prasarana transportasi
agar dapat menunjang pergerakan manusia, barang atau kendaraan. Perencanaan transportasi udara adalah
perwujudan fasilitas penerbangan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan kebutuhan pada masa
mendatang pada khususnya. Perencanaan diperlukan untuk mencapai keseimbangan antara jumlah penumpang
dan volume penerbangan pada masa mendatang dengan ketersediaan prasarana transportasi udara atau kapasitas
suatu bandar udara.
Menurut Horonjeff dan McKelvey (1994) dalam Planning and Design of Airport ada 2 jenis prediksi,
yaitu :
1. Makroprakiraan; adalah prakiraan/prediksi kegiatan penerbangan total dalam suatu daerah yang luas
seperti negara.
2. Mikroprakiraan; adalah prakiraan/prediksi yang berhubungan dengan kegiatan di bandar udara pada
suatu daerah yang tertentu atau pada rute masing-masing.
Adapun metode-metode lain yang digunakan dalam peramalan suatu penerbangan. Metode-metode ini
sering digunakan baik dalam penerbangan skala besar, maupun penerbangan kecil. Ada 4 metode yang paling
sering digunakan, yaitu :

1. Metode Market Share


Yaitu metode yang digunakan untuk mencari perkiraan permintaan penerbangan pada tingkat lokal.
Adapun rumus yang digunakan dalam metode ini, yaitu
A=BxC
dimana
A = prediksi jumlah penumpang suatu rute tertentu

B = persentase perbandingan antara jumlah penumpang suatu rute


penumpang total pada bandar udara yang ditinjau

tertentu

terhadap jumlah

C = prediksi jumlah penumpang total pada bandar udara yang ditinjau berdasarkan metode-metode
statistik lainnya

2. Metode Double Moving Average


Metode Double Average merupakan suatu metode pemulusan. Menurut metode pemulusan nilai-nilai
historis ini, kesalahan random dirata-ratakan untuk menghasilkan ramalan, Makridakis (1983). Data
yang diperlukan untuk melakukan prediksi dengan menggunakan metode Moving Average dibutuhkan
sedikitnya 50 data time series agar menghasilkan suatu model yang baik. Metode Moving Average
terdiri dari 2 tipe, yaitu Single Moving Average dan Double Moving Average. Perbedaannya adalah
pada Double Moving Average merupakan rata-rata bergerak dari rata-rata bergerak yang dihasilkan dari
Single Moving Average.

3. Metode Double Exponential Smoothing


Terdapat 2 jenis Metode Double Exponential Smoothing, yaitu metode 1 Parameter dari Brown dan
metode 2 Parameter dari Holt. Persamaan yang digunakan dalam metode Double Exponential
Smoothing dari Brown adalah, seperti dalam Makridakis (1983):
St = Xt + (1-)St - 1 (2.2)
St = St +(1-)St - 1 (2.3)
dengan :
St = pemulusan eksponensial tunggal (Single Exponential Smoothing) pada periode t
St = pemulusan eksponensial ganda (Double Exponential Smoothing) pada periode t

= faktor pendekatan

Perhitungan prediksi menggunakan rumus berikut ini:


F t + m = (2 S t St) + ( / 1- ) (St St) m (2.4)
dengan :
F t + m = prediksi untuk m periode ke muka dari periode t m = jumlah periode ke muka yang diprediksi
Pada rumus ini terdapat faktor pendekat , di mana merupakan suatu faktor pendekatan yang
memberikan bobot yang semakin menurun pada observasi masa lalu. Nilai faktor pendekatan yang akan
digunakan dalam metode Double Exponential Smoothing adalah nilai yang meminimumkan nilai
pengujian Mean Squared Error (MSE) pada kelompok data pengujian.

4. Metode Proyeksi Kecenderungan dan Ekstrapolasi


Ekstrapolasi didasarkan pada suatu pengujian pola historis kegiatan dan menganggap bahwa faktor-faktor
yang menentukan variasi lalu lintas pada masa lalu akan terus menunjukkan hubungan yang serupa pada
masa depan. Terdapat tiga tipe metode ekstrapolasi, yaitu Ekstrapolasi Linier, Ekstrapolasi Eksponensial,
dan Ekstrapolasi Kurva Logistik menurut Horonjeff dan Mc.Kelvey (1994). Teknik ekstrapolasi linier
digunakan untuk pola permintaan yang mempunyai suatu hubungan linier historis dengan variabel waktu
(regresi sederhana) dengan persamaan sebagai berikut:
Y = 0+ 1 X (2.5)
dengan :
Y = variabel tak bebas
X = variabel bebas
0, 1 = parameter regresi

Perencanaan Fasilitas Terminal pada Bandar Udara


Terminal pada bandar udara terdiri atas

terminal Keberangkatan (Departure Terminal)


terminal Kedatangan (Arrival Terminal)
fasilitas-fasilitas pendukung lainnya.

Terminal keberangkatan (Departure Terminal) adalah terminal yang mengatur proses keberangkatan penumpang
mulai dari pemesanan tiket penerbangan(seat reservation), pelayanan barang-barang penumpang,dan pengiriman
barang melalui jasa transportasi udara
Terminal Kedatangan (Arrival Terminal) adalah terminal yang mengatur proses kedatangan penumpang pesawat
terbang menuju bagian pemeriksaan administratif bandar udara dan fasilitas keluar bandar udara ( Airport Exit
facilities)
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam perencanaan terminal pada bandar udara/lapangan terbang :
1. Jumlah penumpang pengguna jasa transportasi udara.
Hal ini berpengaruh pada kapasitas penerimaan dan pelayanan penumpang pada terminal bandar udara,
seperti perkiraan kebutuhan ruangan pelayanan pada terminal bandar udara (ruang tunggu keberangkatan,
Front-counter untuk pemesanan tiket, fasilitas pelayanan barang (baggage claim) dan koridor terminal)
2. Perencanaan jalur akses masuk kawasan bandar udara dan pengembangannya.
3. Kebutuhan fasilitas pendukung pada terminal bandar udara seperti : kapasitas tempat parkir kendaraan
(parking area), dimensi atau ukuran dari terminal frontage, dan fasilitas keamanan pada gedung terminal
bandar udara
Pada terminal bandar udara terdapat sistem pelayanan penumpang (passenger handling system), yaitu sistem yang
mengatur kemudahan penumpang dari mulai masuk terminal hingga naik pesawat terbang (boarding)
Tujuan dari sistem pelayanan penumpang ini adalah untuk:
a. Pengaturan akses masuk penumpang ke kawasan bandar udara
b.

Pengaturan penumpang dalam proses keberangkatan (departure process) dan proses kedatangan (arrival
process)

Sistem pelayanan penumpang ini terdiri dari :


1. Access interface, yaitu suatu fasilitas pada terminal bandar udara yang mengatur kemudahan penumpang
masuk kawasan bandar udara hingga menuju terminal frontage dan passenger reception service.
Fasilitas yang terdapat pada bagian ini adalah akses keluar-masuk bandar udara dan kawasan parkir.
2. Processing, yaitu suatu fasilitas pada terminal bandar udara yang melayani pemesanan tiket, pengurusan
barang-barang penumpang (baggage claim) dan pemeriksaan administratif dokumen kepabeanan (paspor, visa
dsb)
3. Flight Interface, yaitu suatu fasilitas pada terminal bandar udara yang mengatur penumpang menuju ke
pesawat terbang sesuai dengan tujuan penerbangan maupun untuk proses kedatangan penumpang.
Fasilitas yang terdapat pada bagian ini adalah gate (pintu penghubung untuk penumpang menuju ke
pesawat terbang yang dilengkapi dengan passengers nose)
Ada 2 macam konsep dalam perencanaan terminal pada
Bandar udara, yaitu :

A. Konsep Distribusi Horisontal (Single Level Terminal)


Merupakan konsep pelayanan pada terminal bandar udara dengan pengaturan dan pendistribusian
kegiatan proses keberangkatan dan kedatangan penumpang melalui satu tingkat terminal
Konsep distribusi ini terdiri atas:
1. Konsep Distribusi Linear
2. Konsep Distribusi Dermaga
3. Konsep Distribusi Satelit

1. Konsep Distribusi Linear


Konsep ini merupakan cara konvensional dalam pengaturan letak pesawat terbang di terminal, yakni
posisi pesawat terbang berbaris memanjang dengan arah ke dalam (nose-in)
Konsep ini digunakan untuk pelayanan penumpang pesawat terbang sejumlah 200.000 per tahun
2. Konsep Distribusi Dermaga :
Konsep ini mengatur letak pesawat terbang pada sepanjang jalur terminal secara sejajar dengan arah
ke dalam (nose-in)
Konsep ini digunakan untuk pelayanan penumpang pesawat terbang sejumlah 200.000 1.000.000 per
tahun
3. Konsep Distribusi Satelit :
Konsep ini mengatur letak pesawat terbang mengelilingi bagian ujung terminal (flight interface) dan
memberikan kemudahan dalam mobilitas / manuver pada apron
Konsep ini digunakan untuk pelayanan penumpang pesawat terbang sejumlah 200.000 1.000.000 per
tahun.

B. Konsep Distribusi Vertikal (Multilevel Terminal)


Merupakan konsep pelayanan pada terminal bandar udara dengan tujuan untuk mendistribusikan aktivitas
proses keberangkatan dan kedatangan melalui beberapa tingkat fasilitas pelayanan terminal.
Penentuan tentang jumlah tingkat fasilitas pelayanan terminal tergantung pada jumlah penumpang yang
dilayani, tipe lalu lintas penerbangan, tingkat intensitas penerbangan, dan rancangan induk terminal

Anda mungkin juga menyukai