3 4 12 3
= =
8 5 40 10
Dari
Kata dari apabila diselipkan di antara dua pecahan berarti juga
perkalian.
Contoh: Setengah dari seperempat kilogram gula adalah...
1 1 1
=
2 4 8
Pecahan Ekuivalen
Mengalikan pembilang dan penyebut dengan bilangan yang sama adalah
ekuivalen dengan mengalikan pecahan tersebut dengan satu:
3 2 3
3
= 1=
5 2 5
5
Membagi Pecahan
Dua pecahan dibagi dengan mempertukarkan pembilang dan penyebut
dari pembaginya dan mengalikan hasilnya.
Contoh:
2 6 2 7 14
= =
3 7 3 6 18
Contoh:
4 2 2
=
5 5 5
Contoh:
2 1 2 2 1 5 4 5
9
+ =
+
= + =
5 2 5 2 2 5 10 10 10
b
c
memanipulasi nilai pecahan dengan hasil yang diberikan dalam bentuk pecahan.
Rasio
Jika suatu bilangan cacah dipisahkan menjadi beberapa pecahan di mana
setipan pecahan memiliki penyebut yang sama,pembilang pecahan akan
membentuk rasio.
Contoh: Dalam suatu sirup terdapat kandungan
1
3
air,
2
5
sirup.
1
2
5
6
4
air, gula , sisanya sirup= air,
gula,
sirup= 5 : 6 : 4
3
5
15
15
15
Presentase
Presentase merupakan suatu pecahan yang penyebutnya sama dengan
100.
Contoh: Berapa presentase dari
3
25
3
34
12
=
=
=12
25 25 4 100
Bilangan Desimal
Pembulatan
Semua operasi aritmerika berlaku juga untuk bilangan desimal. Akan
tetapi, sewaktu melakukan penghitungan yang melibatkan bilangan desimal,
adalah hal yang lazim jika mendapat hasil dengan jumlah numeral yang besar
setelah tanda koma.
Contoh: 12,33 5,67 = 2,1746031746031...
Agar bilangan tersebut lebih dapat lebih masuk akal sebagai hasil perhintungan,
bilangan ini dapat dibulatkan entah ke bilangan dengan angka signifikan tertentu
atauke tempat desimal tertentu.
Angka Signifikan
Angka signifikan dihitung dari numeral bukan nol pertama yanng dijumpai
yang dimulai dari kiri bilangan tersebut. Apabila jumlah angka signifikan yang
dibutuhkan telah dihitung, angka sisanya dihilangkan dengan syarat sebagai
berikut:
Jika kelompok pertama angka yang akan dihilangkan itu 5 atau lebih, angka
signifikan terakhir ditambah dengan 1
Contoh: 8,75347 hingga dua angka signifikan ialah 8,7, hingga tiga angka
signifikan ialah 8,75.
Tempat Desimal
Tempat desimal dihitung ke kanan dari tand koma dan aturan pembulatan
yang berlaku untuk angka signifikan juga berlaku untk jumlah tempat desimal.
Contoh: 345,678 hingga satu tempat desimal sama dengan 345,7 , hingga dua
tempat desimal sama dengan 345,68
Nol Sisipan
Terkadang sejumlah nol harus disisipkan di antara suatu bilangan untuk
memenuhi persyaratan jumlahangka signifikan atau jumlah tempat desimal
tertentu. Nol-nol ini disebut sebagai nol sisipan (trailing zero).
4
=4 5=0,8
5
12,34=
1234
100
Desimal Takberkesudahan
Mengkonversi pecahan menjadi bentuk desimalnya dengan melakukan
pembagian selalu menghasilkan suatu untaian numeral yang tak terhingga
setelah tanda koma. Kita dapat menyederhanakannya dengan menempatkan
titik di atas numeral untuk memperlihatkan perulangannya.
Contoh:
1
=0,6666666 =0, 6
6
Untuk pecahan lain perulangan ini dapat saja terdiri atas barisan numeral,
dalam hal ini sebuah titik ditempatkan di atas numeral pertama dan terakhir
dalam barisan tersebut.
Contoh:
2
=0,18181818 =0, 1 8
11
0,181818=0, 1 8 =
18 2
=
99 11
Pangkat
Hukum Pangkat
Pangkat Satu
Semua bilangan yang dipangkatkan 1 sama dengan bilangan itu sendiri.
Contoh: 21 = 2
Pangkat Nol
Semua bilangan yang dipangkatkan nol sama dengan satu.
Contoh: 400 = 1
Pangkat Negatif
Bilangan yang dipangkatkan dengan pangkat negatif menandakan
kebalikannya.
Contoh: 3-2 = 30-2 = 30= 32 =
1
9
Contoh:
16 4 =4 16=2
.
Tanda Akar
Notasi lain untuk akar kuadrat dari 4 ialah tanda akar
dan,
berdasarkan kesepakatan, tanda ini selalu diartikan sebagai akar kuadrat positif.
Aturan Prioritas
Penghitunagan pangkat dilakukan sebelum pembagian dan perkalian.
Bentuk Standar
Sebarang bilangan desimal dapat ditulis sebagai bilangan desimal yang
lebih besar atau sama dengan satu dan kuranng dari 10 (mantisa) dikalikan
dengan bilangan bulat 10 yang dipangkatkan dengan pangkat yang sesuai
(eksponen).
Menggunakan Kalkulator
Bilangan yang dinyatakan dalam bentuk standar dapat dimanipulasi pada
kalkulator dengan memanfaatkan EXP.
Sistem BIlangan
1. Sistem Denari (atau desimal)
Sistem ini merupakan sistem dasar dimana pada sistem ini
kuantitas yang besar atau kecil dapat disajikan dengan menggunakan
simbol-simbol 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 7, 8, 9 bersama dengan nilai tempat
sesuai posisinya.
2. Sistem Biner
Simbol yang digunakan dalam sistem ini hanyalah 0 dan 1 dan
sistem ini memiliki basis 2. Sistem ini banyak digunakan dalam semua
bentuk aplikasi penalaran.
4. Sistem Duodesimal
Dengan basis 12, kolom satuan perlu menampung simbol hingga 11
sebelum muncul kelebihan sebelum ke kolom kedua terjadi, namun karena
simbol desimal hanya sampai 9, maka kita mengadopsi simbol dan
masing-masing untuk 10 dan 11.
5. Sistem Heksadesimal
Simbol yang digunakan pada sistem ini perlu mencapai nilai denari
15 yang ekuivalen, sehingga setelah 9, huruf alfabet digunakan. Sistem ini
digunakan pada komputer.
Metode Terbalik
Metode yang telah kita gunakan juga dapat digunakan secara terbalik, artinya
bermula dari bilangan heksadesimal, kita dapat mengubah bilangan tersebut
menjadi kelompok yang tersiri atas empat digit biner, menysun kembali
kelompok ini menjadi kelompok tiga digitdari tanda komanya, dan mengkonversi
kelompok ini menjadi digit oktal ekuivalennya. Akhirnya, bilangan oktalnya dapat
dikonversi menjadi bentuk denari dengan metode yang biasa.