israiliyat berdasarkan kategori kesesuain atau ketidak sesuainya dengan
ajaran islam a. israiliyat yang sesuai dengan ajaran islam contohnya adalah riwayat dari abu said alkhudri, bahwa rasulullah saw. Bersabda: bumi pada hari kiamat menjadi sepotong roti yang digenggam oleh allah yang maha perkasa dengan tanganya, sebagaimana salah seorang diantara kamu menggenggam sepotong roti ketika bepergian, sebagai persinggihan bagi penduduk surga lalu datanglah seorang yahudi seraya berkata: semoga allah memberkatimu wahai abu qosim (kunya,sebutan rasulullah saw). Maukah kamu saya beri tahukan tentang persinggihan penduduk surga? rasulullah menjawab: ya orang yahudi ini berkata: bumi itu menjadi sepotong roti (sebagaimana dikatakan rasulullah saw) lalu rasulullah menoleh kepada para sahabat, kemudian tertawa sampai terlihat gigi gerahamnya. b. israiliyat yang berbeda dengan ajaran islam contohnya adalah apa yang dinisbahkan orang-orang yahudi kepada nabi harun yang membuat anak sapi jantan untuk bani israil dan mengajak mereka menyembelihnya. c. israiliyat yang didiamkan oleh syariat (mauquf) israiliyat semacam ini didiamkan(tidak dibenarkan/disalahkan) karna tidak terdapat pada suatu pernyataan, baik dari al-quran maupun hadits nabi saw. Yang mendukung atupun yang membatahnya. Contohnya adalah apa yang ditulis ibn katsir dalam tafsirnya dari cerita israiliyat seoutar rincian sapi betina bani israil yang bermula dari pembunuhan laki-laki demi pamannya, kemudianya tuntutanya terhadap orang lain atas keputusanya, penyembelihan sapi betina yang disembelih, dan pemberitahuan dari orang-orang yang hidup kembali tentang orang yang membunuhnya. D. pandangan ulama tentang israiliyat Ada beberapa ulama yang memberikan pendapat tentang pengambilan atau periwayatan israiliyat dalam tafsir al-quran diantaranya: 1. Ibnu taimiyah Ibnu taimiyah dalam kitabnya muqaddiman fi ushul at-tafsir halamn 2628 yang dikutip oleh Dr. Husen az-Zashabi, membagi cerita- cerita tentang israiliyat kepada tiga macam, yaitu cerita-cerita yang dibenarkan islam, cerita-cerita yang bertentangan dengan islam, dan cerita-cerita yang islam tidak membenarkanya, tetapi juga tidak menyalahkanya. Menurutnya tang boleh diterima hanyalah cerita-cerita israiliyat yang pertama. Penerimaanya bukan untuk itikad akan tetapi hanya untuk istisyad. Sementara dua lainya pada intinya tidak boleh diambil. 2. Ibnu katsir Ibnu kastir membagi israiliyat kepada tiga macam: a. Cerita-cerita yang sesuai kebenaranya dengan al-quran, berarti cerita itu benar. Dalam hal ini cukuplah quran yang menjadi pegangan.
Klaupun diambil, cerita tersebut hanyalah sebagai bukti adanya saja,
bukan untuk dijadikan pegangan atau hujjah. b. Cerita yang terang-terangan dusta, karena menyalahi ajaran islam. Cerita serupa ini harus ditinggalkan, karena menurutnya merusak aqidah kaum muslimun. c. Cerita yang didiamkan (maskut anhu), cerita serupa tidak boleh dipercaya dan tidak boleh umat islam mendustakanya. Misalnya namanama ashhabul kahfi dan jumlahnya. Namun, cerita tersebut boleh diriwayatkan dengan hikayat. 3. Ibnu masud dan ibnu abbas Kedua tokoh ini mengatakan bahwa meriwayatkan kisah-kisah israiliyat boleh. Ternyata keduanya banyak meriwayatkan aqwal ahli al-kitab 56 dari empat orang yang terkenal yang sudah masuk islam, kanal akhbari,wahab bin munahab, abdullah bin salam, dan tamim. Dari empat orang ini terkenal tidak membuat kisah palsu. Cerita yang disampaikan kepada para muslimin itu benar. Pada hakikatnya kesalahan itu sering terjadi bukan pada mereka, akan tetapi pada perawi-perawi berikutnya.