Anda di halaman 1dari 18

1.

SEJARAH DAN ASAL USUL BANGSA MESI


R KUNO
Manusia datang ke daerah yang sekarang dikenal seba
gai Mesir lebih dari 9.000 tahun yang lalu. Mereka ada
lah orang-orang nomaden, berpindah dari satu tempa
t ke tempat lain untuk mencari makanan. Mereka bias
a berburu binatang dan mengumpulkan makanan lain
di padang rumput yang subur.Seiring waktu, iklim dae
rah itu menjadi panas dan kering. Seluruh wilayah sec
ara bertahap berubah menjadi padang pasir, kecuali L
embah Nil. Orang-orang terpaksa pindah ke jalur subu
r sepanjang sungai. Di sini, sekitar 9.000 tahun yang la
lu, mereka membangun pemukiman pertamanya dan
belajar bercocok tanam.

Sekitar 3100 SM, Mesir kuno terdiri atas dua kerajaan. Di utar
a, orang-orang di sekitar Delta Nil membentuk kerajaan Mesi
r Hilir. Sementara di selatan, Mesir Hulu membentang hingga
arung jeram (katarak) pertama Sungai Nil. Menurut legenda,
raja Mesir Hulu saat itu disebut Menes. Beberapa sejarawan
berpikir bahwa Menes mungkin adalah orang yang sama den
gan raja yang disebut Narmer. Narmer berhasil menguasai M
esir Hilir dan menyatukan dua daerah itu menjadi satu keraja
an. Dengan penyatuan ini, peradaban Mesir kuno dimulai.
Periode besar pertama dari sejarah Mesir kuno disebut Keraj
aan Lama. Periode ini berlangsung dari sekitar 2650 SM sam
pai sekitar 2150 SM. Selama periode itu, Mesir membentuk p
emerintahan pusat yang kuat dan dipimpin oleh seorang raja
. Para penguasa awal mendirikan kota Memphis yang terletak
di perbatasan antara Mesir Hulu dan Mesir Hilir.

Pada sekitar 4000 tahun yang lalu bangsa Mesir terkenal sebagai bangsa
yang telah memiliki kebudayaan tinggi. Hal ini bisa dibuktikan dengan pen
ibggalan-peninggalannya. Sampai saat ini, kebudayaan Mesir masih dikag
umi oleh para ahli, baik dari segi mutu seni bangunannya maupun kekaya
an rohaniahnya. Hal ini menjadi petunjuk bahwa, suatu bangsa yang dapa
t menciptakan kebudayaan tinggi adalah bangsa yang dalam jiwanya mem
iliki martabat kehidupan serta cita-cita yang tinggi pula, seperti bangsa M
esir itu.Tidak heran apa yang dikemukakan oleh seorang ahli kebudayaan
Mesir Kuno yang bernama J. Perry dalam bukunya "The Children of the S
un". Beliau mengemukakan suatu kesimpulan bahwa kebudayaan Mesir K
uno itu merupakan sumber kebudayaan yang menyebar keseluruh dunia.
Kebudayaan rohani bangsa Mesir adalah berupa agama yang menjadi pen
dorong utama timbulnya kebudayaan materiil yang tinggi yang dapat kita
saksikan sampai saat ini.

Farao (Fir'aun atau raja-raja) serta rakyatnya dari zaman ke zaman terikat
oleh tradisi-tradisi agama mereka yang kuat. Pengaruh agama dalam kehi
dupan bangsa Mesir Kuno sangat berurat dan berakar. Agama itu menjadi
Weltan Schaung (filsafat hidup) bangsa itu sendiri dalam segala lapangan
kehidupannya.

3. SISTEM KEPERCAYAAN MASYARAKAT


Dalam rangkaian sejarag Mesir Kuno, maka ter
jadilah penonjolan-penonjolan. Hal ini nampa
k dalam hal kepercayaan keagamaan hasil ajar
an Farao Achnaton pengganti Farao Amenhote
p ke III pada tahun 1380.
Essensi dari ajaran Achnaton merupakan keku
atan reaksioner terhadap kepercayaan agama
masyarakat dan raha yang telah berurat berak
ar serta yang telah berkembang berabad-abad
lamanya yakni pemujaan kepada banyak dewa
.

Namun, disini kita dapat menyimpulkan bahwa sistem kep


ercayaan Mesir Kuno adalah sebagai berikut:

1) Sistem kepercayaan Mesir Kuno dalam ribuan tahun yan


g dilaluinya adalah Polytheisme di mana peranan yang me
nentukan gerak keagamaan di kalangan rakyat di pegang ol
eh Farao-Farao dan pendeta-pendeta.
2) Terdapat juga benih-benih Monotheisme, ajaran Farao A
chnaton yang memuja dewa Aton. Sedang dewa-dewa lain
nya di pandang sebagai suatu kepalsuan ciptaan pendeta b
elaka.
3) Baik faham Polytheisme atau faham Monotheisme Mesir
Kuno adalah masih bersifat 'alamiah (natutal) dan materisa
listis.
4) Agama-agama yang berdasarkan tingkat pemikiran sede
mikian itu lebih tepat disebut kebudayaan manusia.

5) Monotheisme Achnaton baru berada pada tar


af oer-monotheisme (faham keesaan Tuhan pada
tingkat permulaan).
6) Monotheisme yang dapat mencapai kebenara
n objektif tertinggi masih harus berdasarkan wah
yu , baik wagyu itu langsung maupun tidak langs
ung ; ataupun melalui proses pemikiran dari ma
nusia sendiri lebih dahulu kemudian Allah menu
njukkan jalannya yang benar seperti halnya Nabi
Ibrahim As dalam proses mencari Tuhan yang be
nar.
7) Baik Polytheisme maupun Monotheisme bang
sa Mesir Kuno tidak lain adalah termasuk agama
Ardhiyyah atau Wadhiyah yaitu agama ciptaan m
anusia sendiri melalui kreasi budayanya.

4. KEPERCAYAAN TENTANG RUH


DAN JIWA
Orang Mesir Kuno mempunyai kepercayaan tentan
g kekalnya ruh manusia timbul dari filsafat yang m
engandung teori spejulatif yang didasarkan atas pe
rhitungan yang rational tentangbkenyataan-kenyat
aan hidup alam ini yaitu dihubungkan dengan ada
nya kekuatan yang berlawanan satu sama lain, sep
erti adanya sakit di samping adanya sehat, panas d
i samping adanya dingin, abadi di samping rusak, k
ekuatan halus di samping adanya kekuatan kasar, r
ohani di samping jasmani dan seterusnya.

Oleh karena itu, orang Mesir Kuno percaya bahwa


manusia itu kekal, tidak mati. Apabila manusia sud
ah mati, ruhnya masuk ke dalam perut bumi dan di
situlah ia dihadapkan di muka pengadilan yang ber
anggotakan 42 hakim, yang diketuai oleh dewa Osir
is.
Akan tetapi, bagi Mesir Kuno pikiran tentang adany
a kepercayaan tentang kekalnya roh itu merupakan
hal yang sederhana saja yaitu mereka bahwa roh it
u adalah seperti angin atau hawa yang tidak tampa
k bentuk dan rupanya, tetapi dapat dirasakan keku
atannya. Roh menurut bangsa Mesir Kuno itu diseb
ut "BA" yakni ruh yang benar-benar dan kekuatan l
ain yang disebut "KA" yaitu jiwa atau tubuh halus.

5. PEMUJIAN ORANG MESIR KU


NO
Pemujaan-pemujaan yang begitu banyak di Mesir adalah se
bagai berikut :
1) Hewan dianggap suci.
Pemujaan hewan-hewan di Mesir pada zaman dahulu, ber
asal dari adat memberi makan kepada hewan-hewan disam
ping mereka memuja manusia, semasa mereka masih meny
embah manusia.
Lama kelamaan keyakinan kepada manusia itu berubah dan
terbitlah keyakinan baru : bahwa hewan-hewan itu diangga
p penjelmaan daripada dewa-dewa, kalau mereka turun ke
muka bumi ini. Mereka mengatak bahwa burung Rajawali a
dalah jelmaan dari dewa Horus, dan lembu dari dewa Fitah
(Ptah).

2) Pemujaan tenaga alam


Orang Mesir Kuno memandang Matahari dan sun
gai Nil sebagai Tuhan mereka. Matahari dipandang
sebagai Tuhan bangsa Mesir pertama, sebelum ada
nya Tuhan yang lain.
Pengabdian kepada Nil dasar pokoknya adalah ma
nfaat lahir yang dirasakan oleh manusia, atau keru
sakan-kerusakan yang ditakuti akan timbul dari pa
danya, kemudian Nil dipujanya pula dengan dewan
ya Osiris.

3) Pemujaan terhadap manusia dan arwah


Semenjak l.k. 3400 s.M. seluruh Mesir telah dikuas
ai oleh seorang Firaun atau Pharao. Ia adalah raja
yang terbesar dan di puja sebagai dewa. Rakyatnya
harus taat sepenuhnya kepadanya dan diwajibkan
membayar membayar pajak yang seberat-beratnya
dan menjalankan kewajiban bagi dia.
Semenjak dirinya mendakwakan dirinya sebagai Tu
han, isterinya merasa senang karena menganggap
dirinya dapat bergaul dengan dewa. Para pendeta
mendapat jabatan sebagai perantara antara dia de
ngan rakyat. Demikianlah penyembahan terhafap
manusia berlangsung.

Setelah kematian Firaun, timbul pertanyaan menga


pa Firaun itu mati seperti halnya manusia, padahal i
a itu Tuhan.
Karena keraguan mereka itu, menyebabkan pendet
a-pendeta memberikan keterangan lain, yaitu Firau
n itu sebenarnya mempunyai toga roh :

1) Rohnya yang menjelma menjadi Menes di dun


ia ini dan seterusnya.

2) Rohnya yang lebih tinggi yang naik ke alam.

3) Rohnya yang tetap bersama jasadnya sesudah


ia meninggal.

4) Pemujaan terhadap berhala


Karena masih ragu-ragu, bahwa patung yang su
dah dibuat dengan Firaun, maka mereka membua
t beberapa patung lagi. Kemudian, merekapun me
lakukan ibadahnya terhadap patung-patunh semu
anya.
Lama-lama timbul pula kepercayaan bahwa Tuhan
mereka selainnya Firaun, tentu bisa pula bertemp
at atau menjelma pada patung-patung yang berba
gai macam.

5) Dewa-dewa dalam agama Mesir Kuno


Terdapat sembilan dewa diantaranya adalah seba
gai berikut:
1. Ra,
: dewa matahari
2. Su,
: dewa angin
3. Tifnit,
:dewa udara
4. Jib,
: dewa bumi
5. Nut,
: dewa langit
6. Osiris,
: dewa Nil
7. Isis,
: dewa kesuburan
8. Sit,
: dewa kemarau
9. Niftis.
: dewa tanah tandus

6) Bertuhan satu
Pada abad XIV s.M., telah mulai ada gerakan untuk
menghapuskan penyembahan terhadap beberapa
Tuhan atau dewa di Mesir. Pada pertengahan aba
d ini diwaktu kebesaran kota Thebe, seorang raja
bernama Amenhotep IV dari dynasti XVIII , menga
dakan perubahan dalam lapangan agama.
Dr. Ghallab mengatakan, bahwa Ekhnaton mengak
ui dirinya sebagai nabi Aton dan hanya dialah yan
g dapat menyampaikan permohonan rakyat kepad
anya.

Untuk mengagungkan kebesaran Aton, Ekhnaton


mendirikan sebuah kota yang dinamainya Arkhot
Aton, khusus untuk menyembah dan memuja dew
a Aton.
Sepeninghal Ekhnaton orang kembali bertumbuha
n dewa-dewa lainnya lagi, seperti Amon dan sebag
ainya. Ajaran-ajarannya tidak mendarah daging ba
gi rakyatnya. Hal ini mungkin sekali disebabkan ol
eh:
a. Paksaan yang dilakukan Ekhnaton untuk mengik
uti pahamnya, bukan karena kesadaran mereka.
b. Maksud atau niat yang tidak bersih dari Ekhnat
on sendiri, yaitu sekedar untuk mendapatkan keb
esaran duniawi saja.

REFERENSI
Moh. Rifai , Perbandingan Agama
HM. Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama Aga
ma Besar.

Anda mungkin juga menyukai