Anda di halaman 1dari 18

Pengertian dan Ciri ciri Cerita Rakyat

1. Pengertian cerita rakyat


Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan
berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri
khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam
mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing
bangsa. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu
kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh
yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam
bentuk binatang, manusia maupun dewa.
2. Ciri-ciri Cerita rakyat
a. Disampaikan turun-temurun.
b. Tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya
c. Kaya nilai-nilai luhur
d. Bersifat tradisional
e. Memiliki banyak versi dan variasi
f. Mempunyai bentuk bentuk klise dalam susunan atau cara
pengungkapkannya.
g. Bersifat anonim, artinya nama pengarang tidak ada.
h. Berkembang dari mulut ke mulut.
i. Cerita rakyat disampaikan secara lisan.

Pengertian dan Ciri ciri Cerita Rakyat


1. Pengertian cerita rakyat

Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan


berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri
khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam
mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing
bangsa. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu
kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh
yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam
bentuk binatang, manusia maupun dewa.
2. Ciri-ciri Cerita rakyat
a. Disampaikan turun-temurun.
b. Tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya
c. Kaya nilai-nilai luhur
d. Bersifat tradisional
e. Memiliki banyak versi dan variasi
f. Mempunyai bentuk bentuk klise dalam susunan atau cara
pengungkapkannya.
g. Bersifat anonim, artinya nama pengarang tidak ada.
h. Berkembang dari mulut ke mulut.
i. Cerita rakyat disampaikan secara lisan.

Legenda Sangkuriang
Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat
bernama Dayang Sumbi.Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi
nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu.
Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana.

Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga
bapaknya.
Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar
hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan.
Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada
ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu.
Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang
dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi
mengembara. Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya.
Ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa
memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan memiliki
kecantikan abadi.
Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk
kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah
total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang
Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang
melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun
sangat terpesona padanya.
Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong
Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya
Dayang Sumbi demi melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu
persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama
diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah
anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan.
Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan proses
peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta

pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta


Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang
sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar
menyingsing.
Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya ia
mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan
pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut.
Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan
pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota.
Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari
sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya. Ia sangat marah
oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang
Sumbi.
Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah
banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun kemudian menendang sampan
besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah
gunung yang bernama "Tangkuban Perahu."

LEGENDA CANDI PRAMBANAN


Di dekat kota Yogyakarta terdapat candi Hindu yang paling indah di
Indonesia. Candi ini dibangun dalam abad kesembilan Masehi. Karena
terletak di desa Prambanan, maka candi ini disebut candi Prambanan tetapi
juga terkenal sebagai candi Lara Jonggrang, sebuah nama yang diambil dari
legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Beginilah ceritanya.
Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di
Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar
kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah
juga dengan Raja Pengging. Prabu Baka meninggal di medan perang.
Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan karena bantuan orang kuat yang
bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso
karena dia mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung.
Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana
Prambanan. Di sini dia terpesona oleh kecantikan Lara Jonggrang, putri
bekas lawannya -- ya, bahkan putri raja yang dibunuhnya. Bagaimanapun
juga, dia akan memperistrinya.
Lara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan
menerimanya begitu saja. Dia mau kawin dengan Bandung Bondowoso
asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan
seribu candi dan dua sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam
waktu semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun agak
keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai
balatentara roh-roh halus.
Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta pengikutnya dan
roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu. Sangatlah
mengherankan cara dan kecepatan mereka bekerja. Sesudah jam empat

pagi hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Di samping itu
sumurnya pun sudah hampir selesai.
Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena mereka
yakin bahwa semua syarat Lara Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus
diperbuat? Segera gadis-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di
lesung serta menaburkan bunga yang harum baunya. Mendengar bunyi
lesung dan mencium bau bunga-bungaan yang harum, roh-roh halus
menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah siang.
Pembuatan candi kurang sebuah, tetapi apa hendak dikata, roh halus
berhenti mengerjakan tugasnya dan tanpa bantuan mereka tidak mungkin
Bandung Bondowoso menyelesaikannya.
Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya
gagal, bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan
-- tidak akan ada orang yang mau memperistri mereka sampai mereka
menjadi perawan tua. Sedangkan Lara Jonggrang sendiri dikutuk menjadi
arca. Arca tersebut terdapat dalam ruang candi yang besar yang sampai
sekarang dinamai candi Lara Jonggrang. Candi-candi yang ada di dekatnya
disebut Candi Sewu yang artinya seribu.

Fabel - ANAK KATAK HIJAU YANG NAKAL


Dahulu kala di sebuah kolam yan luas tinggalah seekor anak katak hijau
dan ibunya. Anak katak tersebut sangat nakal dan tidak pernah
mengindahkan kata-kata ibunya. Jika ibunya menyuruhnya ke gunung,
dia akan pergi ke laut. Jika ibunya menyuruhnya pergi ke timur, dia akan
pergi ke barat. Pokoknya apapun yang diperintahkan ibunya, dia akan
melakukan yang sebaliknya.
Apa yang harus kulalukan pada anak ini pikir ibu katak. Kenapa dia
tidak seperti anak-anak katak lain yang selalu menuruti kata orang tua
mereka.
Suatu hari si ibu berkata, Nak, jangan pergi keluar rumah karena di luar
sedang hujan deras. Nanti kau hanyut terbawa arus.
Belum selelsai ibunya berbicara, anak katak tersebut sudah melompat
keluar sambil tertawa gembira,horebanjir aku akan bermain
sepuasnya!
Setiap hari ibu katak menasehati anaknya namun kelakuan anak katak itu
bahkan semakin nakal saja. Hal itu membuat ibu katak murung dan sedih
sehingga dia pun jatuh sakit. Semakin hari sakitnya semakin parah.

Suatu hari ketika dia merasa tubuhnya semakin lemah, ibu katak
memanggil anaknya,Anakku, kurasa hidupku tidak akan lama lagi. Jika
aku mati, jangan kuburkan aku di atas gunung, kuburkanlah aku di tepi
sungai.
Ibu katak sebenarnya ingin dikubur di atas gunung, namun karena
anaknya selalu melakukan yang sebaliknya, maka dia pun berpesan yang
sebaliknya.
Akhirnya ibu katak pun meninggal. Anak katak itu menangis dan
menangis menyesali kelakuannya, Ibuku yang malang. Kenapa aku tidak
pernah mau mendengarkan kata-katanya. Sekarang dia telah tiada, aku
sudah membunuhnya.
Anak katak tersebut lalu teringat pesan terakhir ibunya. Aku selalu
melakukan apapun yang dilarang ibuku. Sekarang untuk menebus
kesalahanku, aku akan melakukan apa yang dipesan oleh ibu dengan
sebaik-baiknya.
Maka anak katak itu menguburkan ibunya di tepi sungai.
Beberapa minggu kemudian hujan turun dengan lebatnya, sehingga air
sungai dimana anak katak itu menguburkan ibunya meluap. Si anak
katak begitu khawatir kuburan ibunya akan tersapu oleh air sungai.
Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke sungai dan mengawasinya.
Di tengah hujan yang lebat dia menangis dan menangis. Kwong-kwongkwong. Wahai sungai jangan bawa ibuku pergi!
Dan anak katak hijau itu akan selalu pergi ke sungai dan menagis setiap
hujan datang. Sejak itulah kenapa sampai saat ini kita selalu mendengar
katak hijau menangis setiap hujan turun

Fabel BUAYA DAN BURUNG PENYANYI


Buaya dan Burung Penyanyi bersahabat akrab. Hari ini mereka asyik
bercakap. Burung Penyanyi bertengger di hidung Buaya. Namun
beberapa saat kemudian, Buaya merasa mengantuk. Ia menguap dan
membuka mulutnya lebar-lebar. Oh, Burung Penyanyi yang bertengger di
hidung Buaya terpeleset masuk ke dalam mulut Buaya. Sayangnya,
Buaya tidak tahu. Ia bingung mencari Burung Penyanyi yang kini tak ada
lagi di hidungnya.
Aneh! Ke mana Burung Penyanyi? gumam Buaya. Ia pasti sedang
mengajakku bercanda, Buaya melihat ke belakang, ke ekornya. Namun
burung itu tidak ada. Buaya lalu mencari Burung Penyanyi di semaksemak. Ia memasukkan moncongnya ke semak-semak di tepi sungai.
Namun Burung Penyanyi tetap tidak ditemukannya. Ke mana ia?
gumam Buaya kembali.

Buaya akhirnya memejamkan mata untuk tidur. Tapi tiba-tiba terdengar


senandung merdu yang keluar dari dalam dirinya. Oh! serunya heran.
Matanya terbuka lebar. Selama hidup, baru kali ini aku dapat bernyanyi.
Wow, aku akan mengajak Burung Penyanyi sahabatku untuk bernyanyi
bersama. Pasti akan sangat menyenangkan!
Buaya kemudian asyik mendengarkan senandung yang keluar dari dalam
dirinya. Setelah beberapa lama ia merasa lelah. Ia lalu membuka
mulutnya, dan menguap lebar-lebar. Ketika akan menutup matanya,
matanya melihat satu makhluk bertengger di hidungnya. Makhluk itu
kelihatan sangat marah. Dia si Burung Penyanyi. Kau jahat! omel
burung itu. Mengapa kau tidak memberi tahu kalau ingin membuka
mulut? Aku terjatuh ke dalam mulutmu, tahu? Menyebalkan!
Buaya mengernyitkan dahi. Jadi, katanya, Senandung yang terdengar
dari dalam diriku itu suara senandungmu? Bukan senandungku?
Ya! jawab Burung Penyanyi. Ekornya digoyang-goyangkan. Kau kan
tahu, kau tidak bisa bernyanyi sama sekali! Suaramu sangat sumbang!
Tak enak didengar!
Buaya sangat sedih mendengar perkataan itu. Airmatanya menetes. Aku
pikir senandung itu suaraku, katanya pilu. Kau tahu, aku ingin sekali
bisa bernyanyi. Dan tadi kupikir aku sudah bisa menyanyi. Ternyata? Oh,
betapa malangnya aku yang bersuara buruk!
Burung Penyanyi merasa iba. Ia segera mencari cara untuk menghibur
sahabatnya itu. Teman, bagaimana kalau kau membuat gelembunggelembung air dan aku bersenandung? Kita lakukan bersamaan. Suara
yang terdengar pasti sangat enak didengar.
Buaya setuju. Ia lalu memasukkan moncongnya ke dalam air dan
membuat gelembung-gelembung. Burung Penyanyi bernyanyi. Suara

nyanyiannya sangat pas dengan suara gelembung-gelembung air yang


dibuat Buaya. Buaya senang sekali. Dan sejak itu mereka berdua selalu
melakukan hal itu setiap hari.
Dan, agar Burung Penyanyi masuk lagi ke dalam mulutnya, Buaya selalu
memberitahu dulu sebelum membuka mulutnya. Wow, rukun ya mereka!

Mitos - NYI RORO KIDUL

Di suatu masa, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Karena


kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi Srengenge yang berarti matahari
yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari Raja Munding Wangi.
Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu
bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki.
Raja pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan
putra dari perkawinan tersebut. Maka, bahagialah sang raja.
Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja, dan ia pun
berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara datang
menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh putrinya pergi
dari istana. Sudah tentu raja menolak. Sangat menggelikan. Saya tidak
akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku,
kata Raja Munding Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun
tersenyum dan berkata manis sampai raja tidak marah lagi kepadanya.
Tapi walaupun demikian, dia tetap berniat mewujudkan keinginannya itu.
Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus
pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia ingin sang dukun
mengutuk Kadita, anak tirinya. Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh
dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan
memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan
sebelumnya. Sang dukun menuruti perintah Sang Ratu. Pada malam
harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika
dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi
dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus
berbuat apa.
Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan
mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya.
Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti

telah mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin


rumit ketika Ratu Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya.
Puterimu akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri, kata Dewi
Mutiara. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di
seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara
untuk mengirim putrinya ke luar dari negeri itu.
Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa tahu kemana harus
pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dia memang memiliki hati
yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia
selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam menanggung
penderitaan..
Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di
Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan
jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Dia
melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera
Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak
ada tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia
menjadi lebih cantik daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia
memiliki kuasa untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia
menjadi seorang peri yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai
Samudera Selatan yang hidup selamanya.

Mitos - DEWI SRI ( DEWI PADI)

Pada suatu zaman, tersebutlah sebuah taman indah nan damai yaitu
Taman Sorga Loka. Ditempat tersebut berdiam seseorang yang
bernama Sunan Ibu yang sedang menunggu kehadiran Dewi Sri Pohaci
Long Kancana. Dewi Sri melaporkan bahwa di di suatu tempat di muka
bumi yang bernama Buana Panca Tengah belum terdapat Cihaya
berupa sesuatu kebutuhan hidup umat manusia. Mendengar hal tersebut,
Sunan Ibu memerintahkan agar Dewi Sri berangkat ke Buana Panca
Tengah.
Dewi Sri tidaklah berkeberatan untuk berangkat ke Buana Panca Tengah
asalkan kepergiannya ditemani Eyang Prabu Guruminda. Permohonan
Dewi Sri pun dikabulkan oleh Sunan Ibu.Sebelum berangkat
meninggalkan Sorga Loka, Eyang Prabu Guruminda duduk bersemedi
memohon petunjuk Hiang Dewanata. Setelah selesai semedi dan
memperoleh petunjuk, dengan kesaktiannya yang hanya dalam waktu
sekejap, wujud Dewi Sri berubah bentuk menjadi sebuah telur.
Setelah semua persiapannya selesai, maka berangkatlah Eyang
Guruminda mengiring Dewi Sri dengan tujuan Negara Buana Panca
Tengah. Dewi Sri yang berwujud sebagai telur, disimpan dalam sebuah
kotak bernama Cupu Gilang Kencana. Prabu Guruminda setelah
beberapa lama terbang ke setiap penjuru utara-selatan-barat-timur yang

pada akhirnya pada suatu ketika Cupu Gilang Kencana terbuka dan
telur di dalamnya pun terjatuhlah.
Sudah menjadi kehendak yang maha kuasa, telur tersebut jatuh di suatu
tempat yang mana tempat itu dihuni oleh Dewa Anta. Dewa Anta yang
mengetahui di tempat bersemayamnya ada telur, maka telur itu pun
dipelihara nya. Setelah beberapa waktu lamanya, telur tersebut menetas
dan lahirlah seorang putri yang sangat cantik yang tiada lain adalah Dewi
Sri.
Dalam kedewasaannya dengan paras yang sangat cantik, maka tersiar
berita ke seluruh negri akan kecantikan dan sang putri, dan
berdatanganlah raja-raja kerajaan dengan maksud akan meminangnya
sang putri untuk dijadikan permaisuri.
Dewi Sri memperoleh pinangan dari para raja, tetapi Dewi Sri tidak
merasa senang karena bila ia menerima pinangan berarti ia telah
mengingkari tugas dibebankan kepadanya. Kepada setiap raja pun telah
dijelaskan bahwa maksud kelahirannya itu bukan semata-mata untuk
mencari bakal suami, namun untuk melaksanakan tugas dari Sunan Ibu
di Taman Sorga Loka yaitu untuk menganugerahkan CIHAYA kepada
negara gelar Buana Panca Tengah.
Namun, walaupun penjelasan telah disampaikan, pinangan terusmenerus berdatangan dan oleh karenanya pada akhirnya Dewi Sri
menderita tekanan bathin dan jatuh sakit. Semakin lama, sakit yang di
derita Dewi Sri semakin parah dan tibalah suatu saat Sang Putri
menyampaikan amanat terakhir Bila tiba saat aku meninggal dan bila
kelak aku sudah disemayamkan, akan terdapat suatu keanehankeanehan pada pusaraku. Dan akhirnya dengan kehendak yang Maha
Kuasa, Dewi Sri pun meninggal dunia.

Benarlah apa yang diamanatkan oleh Sang putri akhirnya menjadi


kenyataan. Dikisahkan pada suatu hari, ada kakek-nenek yang sedang
mencari kayu bakar dan sekedar mencari bahan makanan untuk bekal
hidupnya berdua.
Suatu ketika kakek dan nenek mendapatkan sebuah pusara yang telah
ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang belum pernah ditemui dan
dilihatnya selama ini. Pada bagian kepala tumbuh pohon kelapa, pada
bagian tangan tumbuh pohon buah-buahan, pada bagian kaki tumbuh
pohon ubi, sedangkan pada bagian tubuhnya tumbuh pohon aren
(enau=gula) dan suatu tumbuhan yang sangat aneh dan belum pernah
selama ini kakek dan nenek menemukannya, dan baru kali ini
melihatnya. Adalah serangkai tumbuhan berdaunan bagus berbuah
masih hijau berbulu bagus pula.
Maka muncul niat kakek-nenek untuk memelihara tumbuhan aneh
tersebut dan dibersihkannya pusara dan sekitar tumbuhan tersebut.
Demikian dari hari ke hari minggu ke minggu dengan penuh kesabaran
dan ketekunan tumbuhan itu dipeliharanya. Tak terasa waktu berjalan
terus hingga menjelang bulan ke 5, buah yang hijau tadi telah penuh
berisi, sehingga buah yang setangkai itu merunduk karena beratnya.
Dengan penuh kesabaran dan keyakinan lagi pula ingin mengetahui
sampai di mana dan apa sebenarnya tumbuhan yang aneh itu. Setelah
beberapa lama menjelang bulan ke 6 ditengoknya kembali tumbuhan
tersebut dan ternyata butir-butir buah tadi berubah menjadi menguning
dan sangat indah nampaknya.
Setelah keduanya termenung maka timbullah niat untuk memetiknya.
Sebelum dipetik buah tadi dicicip terlebih dahulu dan ternyata isinya
putih dan terasa manis. Kakek dan nenek menyiapkan dupa beserta
apinya untuk membakar kemenyan untuk memohon izin kepada Hiang
Widi. Selesai upacara membakar kemenyan, ditebaslah tumbuhan yang

dimaksud dan alangkah terkejutnya kakek dan nenek itu karena pada
tangkai yang dipotong tadi mengeluarkan cairan bening serta harum,
namun bagi kakek dan nenek tidaklah menjadi penyesalan karena
disadarinya bahwa kejadian ini sudah menjadi kehendak yang kuasa.
Namun timbul kemudian niatnya untuk menanamnya kembali, dan butirbutir buah tadi ditanamnya kembali sekitar pusara Dewi Sri.
Keajaibannya pun terjadi kembali karena dengan seketika itu pula butirbutir tadi tumbuh dan sudah berbuah kuning pula. Kakek dan nenek
langsung menebasnya dan seketika itu pulalah ditaburkannya butir-butir
kuning itu demikian terus kejadian itu terulang sehingga terkumpullah
ikatan butir-butir buah kuning banyak sekali.
Atas kejadian ini kakek dan nenek menjadi bingung karenanya,
memperoleh hasil sangat berlimpah dalam waktu sekejap. Dari asal buah
setangkai. Lagi pula apa yang mereka miliki belum tahu apa dan buah
apa gerangan terlebih namanya pun belum ada.
Demikian, karena kakek dan nenek dalam kebingungan bahkan belum
mendapat keputusan untuk memberinya nama. Sehingga tiba-tiba nenek
mengusulkan bahwa berhubung kakek dan nenek selalu bingung tidak
bisa ada keputusan dan sukar untuk memilih, yang dalam bahasa Sunda
disebut paparelean, maka disebutlah buah itu dengan nama Pare
(padi).
Demikian lah akhir cerita ini. Hingga sekarang di tatar Sunda yang
dimaksud sebagai Nagara Buana Panca Tengah, hingga kini tumbuhan
serta buahnya yang dimaksud disebut PARE, yang merupakan cita-cita
Dewi Sri Pohaci Long Kancana untuk kelengkapan hidup yang disebut
CIHAYA. Karenanya orang-orang selalu menyebut Dewi Padi adalah
Dewi Sri. ***

Anda mungkin juga menyukai