Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEWARGANEGARAAN

ARTIKEL TENTANG HAK ASASI MANUSIA

HAK ASASI MANUSIA DAN PERMASALAHANNYA

Dosen:
Galuh Kartiko, S.H., M.H.

Oleh:
Muhammad Lazuardi Nuriman
Kelas 1A / 18
NIM. 1532510005

PROGRAM STUDI D-III AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI MALANG
MALANG
2016

Hak Asasi Manusia dan Permasalahannya


Presiden Abraham Lincoln mengatakan:..... " Mereka yang menolak kebebasan bagi
orang lain, tidak menganggap hal itu berlaku bagi mereka sendiri. " Inilah ironi dari pihak yang
anti kepada hak asasi manusia. Mereka dengan sangat mudah membatas-batasi dan bahkan
melarang penerapan hak asasi bagi orang lain (terutama kaum lemah).
Namun kalau larangan itu diterapkan untuk diri mereka (terutama jika mereka berada
atau dekat dengan sumbu kekuasaan), mereka akan memberikan dalih macam-macam untuk
membela privilege tersebut.
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga
negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia tanpa membeda-bedakan
status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak
asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi
manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih banyak
yang belum terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di Indonesia
dapat terwujud ke arah yang lebih baik.
Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :
1. Hak asasi pribadi / Personal Right Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan
berpindah-pindah tempat Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat Hak
kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan Hak kebebasan untuk memilih,
memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang diyakini masing-masing
2. Hak asasi politik / Political Right - Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu
pemilihan - hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan - Hak membuat dan mendirikan parpol /
partai politik dan organisasi politik lainnya - Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan
petisi
3. Hak asasi hukum / Legal Equality Right - Hak mendapatkan perlakuan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan - Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / PNS - Hak
mendapat layanan dan perlindungan hukum
4. Hak asasi Ekonomi / Property Rigths - Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak - Hak kebebasan menyelenggarakan sewamenyewa, hutang-piutang, dll - Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu - Hak memiliki dan
mendapatkan pekerjaan yang layak
5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights - Hak mendapat pembelaan hukum di
pengadilan - Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan
penyelidikan di mata hukum.
6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right - Hak menentukan, memilih dan
mendapatkan pendidikan - Hak mendapatkan pengajaran - Hak untuk mengembangkan budaya
yang sesuai dengan bakat dan minat
UUD 1945 merupakan dasar Negara yang diharapkan menjamin perjalanan kehidupan
bangsa beserta warganya. Perlindungan berupa jaminan tersebut terutama dalam hal Hak Asasi
Manusia. Hal ini disebabkan karena HAM merupakan dasar kehidupan yang sejahtera dan
awalan menuju masyarakat adil dan damai.
Makanya UUD 1945 banyak menyertakan HAM demi terselenggaranya Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Walau ternyata pada kenyataannya sangat jauh dibandingkan yang
tertera. Idealisme itu seakan-akan luntur begitu saja ketika di lapangan. Parahnya, yang
melunturkan itu bukan pihak ketiga ataupun rakyat, malahan yang menyelewengkan HAM
adalah penyelenggara pemerintahan itu sendiri.

Dalam pelaksanaannya HAM dibatasi oleh kebebasan orang lain, moral, keamanan, dan
ketertiban. Hak asasi manusia muncul dan menjadi bagian dari peradaban dunia diilhami oleh
rendahnya pengakuan dan perlakuan terhadap harkat dan martabat manusia.
HAM DALAM UUD 1945
1. Pasal 27 Hak jaminan dalam bidang hukum dan ekonomi.
2. Pasal 28 Pasal ini memberikan jaminan dalam bidang politik berupa hak untuk
mengadakan perserikatan, berkumpul dan menyatakan pendapat baik lisan maupun tulisan
a. Pasal 28 A Pasal ini memberikan jaminan akan hak hidup dan mempertahankan
kehidupan
b. Pasal 28 B Pasal ini memberikan jaminan untuk membentuk keluarga, melanjutkan
keturunan melalui perkawinan sah, jaminan atas hak anak untuk hidup, tumbuh dan berkembang
serta perlindungan anak dari kekerasan dan diskriminasi.
c. Pasal 28 C Pasal ini memberikan jaminan setiap orang untuk mengembangkan diri,
mendapat pendidikan, memperoleh manfaat dari iptek, seni dan budaya, hak kolektif dalam
bermasyarakat.
d. Pasal 28 D Pasal ini mengakui jaminan, perlindungan, perlakuan dan kepastian hukum
yang adil, hak untuk bekerja dan mendapatkan imbalan yang layak, kesempatan dalam
pemerintahan dan hak atas kewarganegaraan.
e. Pasal 28 E Pasal ini mengakui kebebasan memeluk agama, memilih pendidikan,
memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal. Juga mengakui
kebebasan untuk berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
f. Pasal 28 F Pasal ini mengakui hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
dengan melalui segala jenis saluran yang ada.
g. Pasal 28 G Pasal ini hak perlindungan diri, keluarga, kehormatan, martabat dan harta
benda, rasa aman serta perlindungan dari ancaman. Juga mengakui hak untuk bebas dari
penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan martabat manusia, serta suaka politik dari negara
lain.
h. Pasal 28 H Pasal ini mengakui hak hidup sejahtera lahir batin, hak bertempat tinggal
dan hak akan lingkungan hidup yang baik dan sehat, hak pelayanan kesehatan, hak jaminan
sosial, hak milik pribadi.
i. Pasal 28 I Pasal ini mengakui hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun
yaitu: hak hidup, hak untuk tidak disiksa, hak beragama, hak tidak diperbudak, hak diakui
sebagai pribadi di depan hukum, hak tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut. Pasal
ini juga mengakui hak masyarakat tradisional dan identitas budaya.
j. Pasal 28 J Pasal ini menegaskan perlunya setiap orang menghormati hak asasi orang
lain. Juga penegasan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia harus tunduk pada pembatasanpembatasannya sesuai dengan perimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban
umum dalam negara demokratis.
3. Pasal 29 Pasal ini mengakui kebebasan dalam menjalankan perintah agama sesuai
kepercayaan masing-masing.
4. Pasal 31 Pasal ini mengakui hak setiap warga negara akan pengajaran.
5. Pasal 32 Pasal ini mengakui adanya jaminan dan perlindungan budaya.
6. Pasal 33 Pasal ini mengandung pengakuan hak-hak ekonomi berupa hak memiliki dan
menikmati hasil kekayaan alam Indonesia.
7. Pasal 34 Pasal ini mengatur hak-hak asasi di bidang kesejahteraan sosial. Negara
berkewajiban menjamin dan melindungi fakir miskin, anak-anak yatim, orang terlantar dan
jompo untuk dapat hidup secara manusiawi.
Hak Asasi Manusia dan Permasalahannya
Hak-hak asasi manusia sebagai gagasan, paradigma serta konseptual tidak lahir
mendadak sebagaimana kita lihat dalam Universal Declaration of Human Right 10 Desember
1948, namun melalui suatu proses yang cukup panjang dalam peradaban sejarah manusia. Dari

perspektif sejarah deklarasi yang ditandatangani oleh Majelis Umum PBB tersebut dihayati
sebagai suatu pengakuan yuridis formal dan merupakan titik khususnya yang tergabung dalam
PBB. Upaya konseptualisasi hak-hak asasi manusia sebelum telah muncul di tengah-tengah
masyarakat umat manusia, baik di barat maupun di timur kendatipun upaya tersebut masih
bersifat lokal, parsial dan sporadikal.
Pada zaman Yunani Kuno Plato (428 348) telah memaklumkan kepada warga polisnya
bahwa kesejahteraan bersama akan tercapai manakala setiap warganya melaksanakan hak dan
kewajibannya masing-masing.
Dalam akar kebudayaan Indonesia pun pengakuan serta penghormatan tentang hak-hak
asasi manusia telah mulai berkembang, misalnya dalam masyarakat Jawa telah dikenal dengan
istilah Hak Pepe yaitu hak warga desa yang diakui dan dihormati oleh penguasa seperti hak
mengemukakan pendapat walaupun hak tersebut bertentangan dengan kemauan penguasa.
Puncak perkembangan perjuangan hak-hak asasi manusia tersebut yaitu ketika Human
Right dirumuskan untuk pertama kalinya secara resmi dalam Declaration of Indepedence
Amerika Serikat pada tahun 1776.
Dalam deklarasi Amerika Serikat tertanggal 4 Juli 1776 tersebut dinyatakan bahwa
seluruh umat manusia dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa beberapa hak yang tetap dan
melekat padanya. Perumusan hak-hak asasi manusia secara resmi kemudian menjadi pokok
konstitusi Negara Amerika Serikat pada tahun 1781 yang mulai berlaku pada tanggal 4 Maret
1789.
Perjuangan hak-hak asasi manusia tersebut sebenarnya telah diawali Prancis sejak
Rousseau, dan perjuangan itu memuncak dalam Revolusi Prancis pada tahun 1780 yang berhasil
menetapkan hak-hak asasi manusia dalam Declaration des Droits LHomme et du Citoyen
yang kemudian di tetapkan oleh Assemblee Nationale Prancis dan pada tahun 1791 berikutnya
dimasukkan ke dalam Constitution. (Van Asbek dalam Purbopranoto 1976 : 18).
Semboyan Revolusi Prancis yang terkenal yaitu : Liberte (kemerdekaan) Egalite
(kesamarataan) Fraternite (kerukunan atau persaudaraan).
Maka menurut konstitusi Perancis yang dimaksud hak-hak asasi manusia adalah hak hak
yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dengan hakikatnya.
Dalam rangka konseptualisasi dan reinterpretasi terhadap hak-hak asasi manusia yang
mencakup bidang-bidang yang lebih luas, Franklin D. Roosevelt (Presiden Amerika pada
permulaan abad ke 20) memformulasikan empat macam hak-hak asasi dan hal inilah yang
kemudian menjadi inspirasi dari Declaration of Human Right 1948 yang kemudian dikenal
dengan The Four Freedoms yaitu : Freedom of Speech (kebebasan berbicara dan
mengemukakan pendapat) Freedom of Religion (kebebasan beragama) Freedom from Fear
(kebebasan dari rasa ketakutan) Freedom from Want (kebebasan dari kemelaratan)
Terhadap deklarasi sedunia tentang hak-hak asasi manusia PBB tersebut bangsa bangsa
sedunia melalui wakil-wakilnya memberikan pengakuan dan perlindungan secara yuridis formal
walaupun realisasinya juga disesuaikan dengan kondisi serta peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Penjabaran Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945
Hak-hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pandangan filosofis
tentang manusia yang melatarbelakanginya. Menurut Pancasila sebagai dasar dari bangsa
Indonesia hakikat manusia adalah tersusun atas jiwa dan raga, kedudukan kodrat sebagai
makhluk Tuhan dan makhluk pribadi, adapun sifat kodratnya sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Dalam pengertian inilah maka hak-hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan
dengan hakikat kodrat manusia tersebut. Konsekuensinya dalam realisasinya maka hak asasi
manusia senantiasa memilik hubungan yang korelatif dengan wajib asasi manusia karena sifat
kodrat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
Dalam rentangan berdirinya bangsa dan negara Indonesia telah lebih dulu dirumuskan
dari Deklarasi Universal hak-hak asasi manusia PBB , karena Pembukaan UUD 1945 dan pasal-

pasalnya diundangkan pada tanggal 18 Agustus 1945 , adapun Deklarasi PBB pada tahun 1948.
Hal itu merupakan fakta pada dunia bahwa bangsa Indonesia sebelum tercapainya pernyataan
hak-hak asasi manusia sedunia oleh PBB, telah mengangkat hak-hak asasi manusia dan
melindunginya dalam kehidupan bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Hal ini juga telah
ditekankan oleh para pendiri negara, misalnya pernyataan Moh. Hatta dalam sidang BPUPKI
sebagai berikut :
Walaupun yang dibentuk itu Negara kekeluargaan, tetapi masih perlu ditetapkan
beberapa hak dari warga Negara agar jangan sampai timbul negara kekuasaan (Machsstaat atau
negara penindas).
Deklarasi bangsa Indonesia pada prinsipnya termuat dalam naskah Pembukaan UUD
1945, dan Pembukaan UUD 1945 inilah yang merupakan sumber normatif bagi hukum positif
Indonesia terutama penjabaran dalam pasal pasal UUD 1945.
Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea kesatu dinyatakan bahwa Kemerdekaan ialah hak
segala bangsa. Dalam pernyataan tersebut terkandung pengakuan secara yuridis hak asasi
manusia tentang kemerdekaan sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi
Manusia PBB pasal I.
Dasar filosofi hak-hak asasi manusia tersebut bukanlah kebebasan individualis,
melainkan menempatkan manusia dalam hubungannya dengan bangsa (makhluk sosial)
sehingga hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban asasi manusia .Kata-kata
berikutnya adalah pada alinea ketiga Pembukaan UUD 1945, sebagai berikut :
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan yang
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
ini kemerdekaannya.
Penyataan tentang atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa mengandung arti
bahwa dalam deklarasi bangsa Indonesia terkandung pengakuan manusia yang berketuhanan
Yang Maha Esa, dan diteruskan dengan kata supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas dalam pengertian bangsa maka bangsa Indonesia mengakui hak-hak asasi manusia
untuk memeluk agama sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi
Manusia PBB pasal 18, dan dalam pasal UUD 1945 dijabarkan dalam pasal 29 ayat (2) yaitu
negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Melalui Pembukaan UUD 1945 dinyatakan dalam alinea empat bahwa Negara Indonesia
sebagai suatu persekutuan bersama bertujuan untuk melindungi warganya terutama dalam
kaitannya dengan perlindungan hak-hak asasinya. Adapun tujuan negara yang merupakan tujuan
yang tidak pernah berakhir (never ending goal) adalah sebagai berikut : Melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Untuk memajukan kesejahteraan umum.
Mencerdaskan kehidupan bangsa. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan Negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal maupun material
tersebut mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh
warganya dengan suatu undang-undang terutama untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi
untuk kesejahteraan hidup bersama.
Berdasarkan pada tujuan Negara sebagai terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
tersebut, Negara Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia pada warganya
terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah,
antara lain berkaitan dengan hak-hak asasi di bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan,
pendidikan,
dan
agama.

Anda mungkin juga menyukai