Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat, semakin meningkatnya
permintaan masyarakat akan kebutuhan gula semakin meningkat pula proses produksi pada
berbagai pabrik gula. Seiring dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
produksi Pabrik Gula mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas.
Proses industri, termasuk industri Pabrik Gula dapat menghasilkan produk utama dan
sampingan (limbah). Selama proses tersebut berjalan, kemungkinan kecelakaan dan kerugiaan
dapat terjadi bila safety procedure dalam suatu proses di industri tidak dilakukan dengan baik.
Oleh karena itu, perlu awareness dari berbagai pihak yang ada di dalam industri tersebut agar
hazard yang ada tidak menimbulkan kerugian, baik pada manusia, mesin, dan lingkungan.
Dalam setiap Proses industri tidak lepas dari adanya bahaya (hazard) di tempat kerja, namun
dengan adanya management risiko yang diterapkan di perusahaan maka hazard yang ada dalam
proses indutri dapat di

manage agar tidak menimbulkan risiko yang dapat

perusahaan baik pekerja, alat maupun hasil produksi.


1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembuatan gula pada stasiun masakan.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan gula pada stasiun akhir.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan gula pada stasiun masakan?
2. Bagaimana proses pembuatan gula pada stasiun akhir?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

merugikan

2.1 Gula
Dalam kehidupan sehari-hari orang telah mengenal gula sebagai bahan makanan pokok,
baik untuk minuman ataupun makanan. Sebagai sumerr utama dari gula adalah dari berbagai
macam tanaman, yang dapat digolongkan sebagai penghasil gula antara lain: tebu, beet, kelapa
aren (enau). Untuk daerah tropis tebu merupakan tanaman utama sebagai penghasil gula,
dismping kelapa dan enau. Tebu mengandung hidrokarbon yang terjadi dalam tanaman karena
proses fotosintesa. Karbohidrat-karbohidrat ini terdiri dari monosakarida (glukosa, fruktosa),
disakarida (sakharosa), dan polisakharida (selulosa).
Dalam fotosintesa terjadi reaksi antara CO2 dan H2O dibantu tenaga sinar matahari dan
zat hijau daun (khlorofil) menghasilkan akrbohidrat monosakarida.
Reaksi :
6CO2 + 6H2O + kalori > C6H12O6 + 6O2
Contoh hasil analisa batang tebu adalah sebagai berikut :
1. Monosakarida .: 0,5 1,50 %
2. Sakharosa (disakarida) .: 0,5 1,50 %
3. Zat organic (abu) .: 11,0 19,00 %
4. Asam-asam organic ..: 0,15 %
5. Bahan lain (blenok, lilin, zat warna, ikatan N) : 12,00 %
6. Air : 65,0-75,00 %
Susunan tebu ini tidak sama untuk semua tebu, tergantung pada keadaan tanah iklim,
pemeliharaan tanaman dan macam tebu. Sakharosa merupakan komponen yang akan dibuat
menjadi gula, sehingga senyawa inilah yang akan diambil sebanya-banyaknya dari tebu utnuk
dipisahkan dari bagian-bagian lain dan kristalkan menjadi gula.
Sakharosa adalah karbohidrat yang mempunyai rumus molekul C 12H22O11, disakharida dan satu
molekul fruktosa.
Sifat-sifat fisik sakharosa :
Rumus molekul : C12H22O11
Bentuk kristal dan tak berwarna
Mudah larus dalam air dan tidak larut dalam eter. Berat jenis : 1,6
Titik lebur : 1850C
Dalam suasana asam mudah terhidrolisa menjadi gula reduksi, peristiwa ini disebut inverse.
Reaksi : C12H22O11 + H2O C6H12P6 + C6H12P6
Optis aktif (memutar bidang polariasasi kekanan) (Respati, 1980)

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Stasiun Masakan
3.1.1 Tujuan
Memasak nira kental dengan proses pembentukan dan pembesaran kristal gula menjadi
gula produk.
3.1.2 Bahan dan Peralatan yang Digunakan
Bahan yang digunakan :

a.

Nira kental yang sudah tersulfitasi, dari stasiun penguapan.

b.

Air kondensat, untuk mencuci gula dari kistal palsu.

c.

Fondan, sebagai bibit gula yang membantu proses pembesaran ukuran


kristal gula pada pan masakan D.

d. Gula D-2 sebagai bibitan gula C.


e. Gula C sebagai bibitan gula A.
f. Stroop A, stroop C.
g.

Klare SHS, klare D.


Peralatan yang digunakan:

a. Pan masakan
Untuk pembentukkan kondisi lewat jenuh larutan gula dan mempercepat proses
kristalisasi yaitu dengan jalan menguapkan air lebih lanjut sehingga terbentuk kristal-kristal
gula yang lebih seragam.
Terdapat 6 buah pan masakan :
Pan I, untuk masakan D. kapasitas = 200 hl
Pan II, untuk masakan D. kapasitas = 400 hl
Pan III, untuk masakan C. kapasitas = 200 hl
Pan IV, untuk masakan A. Kapasitas = 400 hl
Pan V, untuk masakan A. Kapasitas = 400 hl
Pan VI, untuk masakan A. Kapasitas = 400 hl
Pan VII, untuk masakan A. Kapasitas = 380 hl
Adapun jenis pan adalah : jenis calandria, dengan lubang ditengah (untuk sirkulasi)
berdiameter 1/3 diameter badan pan masakan.
b. Vacuum Trog D
Cadangan untuk pan masakan I dan II, jika pemasakan pada pan pemasakan masih belum
sempurna ( ukuran kristal yang terbentuk terlalu kecil )

c. Vacuum Trog A
Cadangan untuk masakan A.
d. Palung Pendingin
Menampung hasil masakan dan tempat terjadinya kristalisasi lanjutan, Berjumlah 15
buah, 6 buah untuk masakan D dan 2 buah untuk masakan C dan 7 buah untuk masakan A.
e. Rapid Cooler
Untuk mempercepat pendinginan mascuite D sampai dengan 40 C serta menjaga suhu
mascuite agar tidak terlalu dingin atau beku.
f. Peti Tunggu
Untuk menampung gula C, Klare SHS, Leburan gula D2, Nira kental, Stroop A dan C dan
Klare D, serta sebagian yang berupa tangki tertutup dipergunakan untuk menampung
sementara hasil masakan.
Jalannya Proses
Pada pan masakan, tahapan proses yang terjadi :
1. Tahap Pemekatan Nira
Yaitu penguapan nira sampai lewat jenuh, keadaan ini menyebabkan terbentuknya suatu
pola kristal sukrosa. Proses kristalisasi dijaga pada suhu rendah agar molekul sukrosa tidak
rusak, oleh karena itu digunakan sistem vakum.

2. Tahap Pembibitan
Yaitu penambahan bibit ke dalam nira sebagai inti kristal.
3. Tahap Penumbuhan Kristal
Yaitu pembesaran inti kristal akibat pelapisan oleh molekul-molekul sukrosa. Sistem
masakan yang adalah masakan A, C dan D.
3.1.3 Jalannya Proses
Masakan D

Bahannya adalah nira kental, stroop A, stroop C, Fondan dan babonan D. Mula - mula
nira kental sebanyak

100 hl dimasukkan ke dalam pan I, dipanaskan sampai terbentuk

benangan, diusahakan jangan sampai terbentuk kristal gula. Kemudian fondan dimasukkan
sebanyak 500 cc,

sebagai bibit, kemudian ditambahkan stroop A sampai dengan 250 hl.

Larutan gula ini dipanaskan. Selama pemanasan (pembentukan inti kristal), bentuk kristal
dikontrol agar diperoleh bentuk inti kristal yang dikehendaki. Untuk mengurangi kristal palsu
yang terbentuk, dilakukan penyiraman dengan air panas. Setelah mencapai harga HK yang
dikehendaki (70-72), masakan dipindah seluruhnya ke pan II.
Di pan II, masakan ditambah lagi dengan klare D dan stroop C, untuk menurunkan harga
HK. Pada pelaksanaan di lapangan umumnya, banyaknya stroop C dan klare D sama, masing
-masing 100 hl. Setelah itu, masakan di pan II sebagian dipindah ke pan I ( 200 hl), dan ke
vacuum trog ( 80 hl). Sisa di pan I ( 120 hl), ditambah stroop C dan klare D hingga 400 hl,
dipanaskan hingga diperoleh HK yang diinginkan (59-60) dan bentuk kristal yang digunakan,
lalu turun ke palung pendingin. Masakan di pan II, dipanaskan, kemudian turun ke palung
pendingin. Sedangkan masakan di vacuum trog, akan dipindah ke pan I atau II, untuk dimasak
lagi.
Hasil masakan pada pan I dan II, disebut masakan D, ditampung pada palung pendingin
yang berjumlah 6 buah, kemudian ditarik ke rapid cooler (stasiun putaran) untuk diproses
menjadi gula D1, gula D2, tetes dan klare D.

Masakan A
Bahannya adalah nira kental tersulfitir, babonan C dan klare SHS. Mula-mula nira kental
dari peti tarik nira kental dialirkan ke pan masakan V, dan diuapkan sampai timbul benangan
kemudian gula babonan C ditambahkan sebagai bibit. Proses pembibitan dikontrol agar tidak
terbentuk inti kristal palsu. Setelah terbentuk inti kristal dengan ukuran yang diinginkan,
masakan dipindahkan seluruhnya ke pan IV atau pan VI. Proses pembesaran kristal dilanjutkan
dengan penambahan nira kental tersulfitir atau klare SHS sampai pembesaran memenuhi syarat
dengan HK 75-80. Pengontrolan ukuran kristal dan kristal palsu sama seperti pada masakan C,
kemudian diturunkan ke palung pendingin (no. 9-15)dan dipompa ke putaran gula A.

Masakan C
Bahannya adalah babonan D II, stroop A, nira kental. Masakan C di pan III sebagian
dipindahkan ke pan III ( 200 hl), dan dipanaskan sampai kristal cukup besar, kemudian
ditambah stroop A ( 200 hl), dan dipanaskan lagi sehingga ukuran kristal tertentu. Pada
pemasakan di pan III ini juga dilakukan pengontrolan ukuran kristal dan ada tidaknya kristal
palsu dengan penambahan air panas. Setelah itu diturunkan ke palung pendingin (no. 7 dan 8),
dan dipompa ke putaran gula C.

Gambar 3.1 Flowsheet Stasiun Masakan

3.2 Stasiun Akhir


3.2.1 Stasiun Puteran
3.2.1.1 Tujuan
Memisahkan kristal gula dari larutannya dengan cara centrifugal.

3.2.1.2 Bahan dan Peralatan yang Digunakan


Bahan yang digunakan pada stasiun putaran ini :
a.

Hasil masakan dari stasiun pemasakan yang telah didiamkan dipalung pendingin,
meliputi masakan D, masakan A, masakan C.

b.

Air kondensat (air panas), yang mengandung gula ( dari tandon II).

c. Uap dari ketel tekanan menengah.


Peralatan yang digunakan :
a. Rapid cooler
Untuk mendinginkan hasil masakan D, sehingga terjadi kristalisasi berlanjut.
b. Peti babonan D (einwurf)
Untuk menampung gula D2, yang digunakan untuk bibitan masakan A dan C
c. Automatic centrifuge (putaran BMA)
Memutar masakan D, terdiri dari :
-

4 buah putaran BMA D1, untuk memutar masakan D menjadi gula D1 dan tetes.

2 buah putaran BMA D2, untuk memutar gula D1 menjadi gula D2 dan klare D

1 buah putaran, untuk memutar masakan C menjadi gula C dan stroop C

d. Batch centrifuge
Untuk memutar masakan A dan gula SHS, terdiri dari 6 buah putaran SHS.
e. Mixer SHS
Tempat pencampuran gula A dengan air / klare SHS, sehingga terbentuk magma.

f. Semi automatic centrifuge (putaran broad bend)


Memutar masakan A jumlahnya 2 buah.
g. Automatic centrifugal
Untuk memisahkan gula A jumlahnya 2 buah, dan untuk memisahkan gula SHS
jumlahnya 2 buah.
h. Peti tunggu
Menampung klare SHS, stroop A, stroop C dan klare D.

3.2.1.3 Jalannya proses


Di dalam putaran, kristal gula dipisahkan dari cairannya dengan gaya centrifugal, dengan
bantuan air kondensat dari tandon II. Air kondensat ini berfungsi untuk mencuci kotoran dan
melarutkan stroop yang masih menempel. Kristal gula akan tertahan, melekat pada dinding
putaran, sedangkan cairannya akan turun, keluar melalui saringan yang berbentuk tromol
berputar.
Pemisahan Kristal pada Masakan D :
Dari palung pendingin, masakan D dibawa oleh screw conveyor / talang ulir (khusus
untuk larutan kental), kemudian dipompa dengan pompa rota ke rapid cooler, untuk dikristalkan
lagi sehingga diperoleh kristal yang lebih banyak. Di rapid cooler, terjadi dua tahapan
kristalisasi, pendinginan dan pemanasan. Tahap pertama, masakan D didinginkan hingga 35380C, dengan air pendingin bersuhu 180C. tujuan pendinginan ini, untuk pembentukan kristal
yang lebih banyak lagi. Masakan akan menjadi lebih kental. Masakan yang seperti ini akan
mempersulit pemisahan kristal gula dengan tetesnya ( kristal banyak yang terikut tetes ),
sehingga dilakukan tahapan kedua. Tahap kedua, masakan dipanaskan hingga 40-42c dengan air
panas yang bersuhu 70c. Dengan pemanasan ini, viskositas masakan akan turun, masakan
menjadi lebih encer.
Dari rapid cooler, masakan D dipompa ke talang U, yang terletak di atas putaran BMA
D1. Kemudian masakan ini akan jatuh ke putaran BMA D1 putaran BMA D1 terdiri dari 4 unit
putaran. Pada putaran BMA D1 ini, masakan di siram dengan air.

Cairan yang di peroleh dari putaran BMA D1 disebut tetes, dialirkan ke talang
penampung tetes, Kristal gula yang diperoleh disebut gula D1, yang selanjutnya ditampung di
mixer D1 dengan ditambah air lalu dialirkan ketalang U yang terletak diatas putaran BMA D2.
dari talang U ini, gula lalu diumpankan ke putaran BMA D2.
Putaran BMA D2 terdiri atas 2 unit. Dengan proses yang sama pada putaran BMA D1,
akan diperoleh cairan, disebut klare D, dan kristal gula, disebut gula D2. Klare D kemudian di
alirkan ke peti tunggu klare D,. Gula D2, juga disebut kristal bibitan D2, ditampung ditalang
penampung D2, kemudian di alirkan ke peti babonan, digunakan untuk bibitan kristal pada
masakan.
Pemisahan Kristal pada Masakan C :
Dari pan masakan, gula C dialirkan menuju putaran BMA. Putaran BMA yang dipakai
adalah putaran ke tujuh. Jika jumlah gula C banyak, putaran ke lima juga dapat dipakai. (Jadi
putaran kelima dapat dipakai untuk memutar gula C ataupun D2). Dari putaran ini, stroop C
dialirkan ke tangki penampung stroop C.
Pemisahan Kristal pada Masakan A :
Dari palung pendingin, masakan A dipompa ke putaran A, disiram dengan air kondensat,
sehingga diperoleh stroop A dan gula A. Stroop A dipompa ke peti tunggu stroop A, sedangkan
gula A, diproses lebih lanjut di mixer SHS, dengan penambahan air kondensat. Dari mixer SHS
ini, gula diputar lagi diputaran SHS. Pada putaran SHS, gula diputar lagi untuk menyempurnakan
penghilangan kotoran. Hasil putaran SHS adalah gula SHS dan klare SHS. Klare SHS ke peti
tunggu klare SHS, sedangkan gula SHS yang terbentuk akan diproses lebih lanjut di stasiun
penyelesaian.

Gambar Puteran Gula C dan D

Gambar IV-6 Flowsheet Stasiun Putaran Gula A dan SHS

3.2.2 Stasiun Penyelesaian


3.2.2.1 Tujuan
Mengeringkan gula SHS (produk) dan menyeleksi ukuran kristal.

3.2.2.2 Bahan dan Peralatan yang Digunakan


Bahan yang digunakan adalah kristal gula SHS dari putaran SHS, sedangkan peralatan
yang digunakan:
a. Talang goyang
Berfungsi untuk:
-

Sebagai alat transportasi dari stasiun putaran ke sugar bin

Sebagai alat pengering gula

Sebagai penyaring gula yang keluar dari putaran SHS, sehingga diperoleh kristal yang
ukurannya standar.
Talang goyang yang digunakan berjumlah 8 buah, yang disusun bertingkat dan seri.

Talang goyang ke-3, terdapat saringan 8 mesh sepanjang 13 m dan pada talang goyang ke-7,
terdapat saringan 23 mesh sepanjang 8 m.
b. Tangga Yacob
Membawa gula dari penampungan gula hasil saringan ke sugar bin.
c. Sugar Bin
Tempat penampungan gula.
d. Blower
Untuk mengeringkan gula dengan suhu 40oC.
e. Magnet
Untuk menarik dan menangkap logam-logam yang berasal dari kerak-kerak pipa.

3.2.2.3 Jalannya Proses


Gula SHS yang keluar dari putaran SHS dibawa menuju talang goyang. Pada talang
goyang tersebut terdapat 2 jenis ayakan yang mempunyai ukuran yang berbeda. Yang pertama
berukuran 8 mesh, berfungsi untuk menyaring gula kasar. Dan yang kedua berukuran 23 mesh,
berfungsi untuk menyaring gula halus.
Dari talang goyang, gula yang lolos dari ayakan 23 mesh tersebut (disebut gula normal)
diangkut ke atas dengan menggunakan tangga yacob ketempat penampungan gula (sugar bin)
yang akan dikemas. Pengemasan dilakukan dengan memasukkan gula ke karung, ditimbang tiap
50 kg, dijahit, distamfloor, kemudian masuk ke gudang penyimpanan.

Gambar IV-7. Flowsheet Stasiun Penyelesaian

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Tujuan stasiun pemasakan pada proses pembuatan gula dalah memasak nira kental
dengan proses pembentukan dan pembesaran kristal gula menjadi gula produk.
2. Tujuan stasiun puteran pada stasiun akhir proses pembuatan gula adalah memisahkan
kristal gula dari larutannya dengan cara centrifugal.
3. Tujuan stasiun penyelesaian pada stasiun akhir proses pembuatan gula adalah
mengeringkan gula produk dan menyeleksi ukuran kristal.

DAFTAR PUSTAKA
Halim K, Rapidoor Clarifier dalam Industri Gula, LPP Yogyakarta, 1973
Hugot E, Hand Book of Cane Sugar Engineering, Elsevier Publising Company, Amsterdam,1960
Landdheer A, Pesawat Industri Gula diterjemahkan oleh Madukoro dan Soerjadi,
LPP Yogyakarta, 1977
Raspati, Pengantar Kimia Organik II, Aksara Baru Jakarta 1977
Soerjadi, Peranan Komponen Batang Tebu dalam Pabrikasi Gula LPP Yogyakarta, 1977

Soenardi Djojopranoto R, Pesawat- pesawat Industri Gula, LPP Yogyakarta, 1977


Soerjadi, Peralatan Pembuat Hampa, LPP Yogyakarta, 1980

Anda mungkin juga menyukai